Disusun oleh :
Kelompok 4 Kelas 1B
Sindi Ersa Putri (11220920000107)
Vinka Defrina (11220920000109)
Salsabilla Kachita Dila (11220920000110)
Aulia Kinasya Putri (11220920000113)
Farah Alawiyah Yahya (11220920000115)
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II
TINJAUAN TEORI............................................................................................................. 3
2. 1 Definisi mengenai kemiskinan............................................................................ 3
2. 2 Tinjauan tentang Kondisi Kemiskinan di Indonesia............................................3
BAB III
PEMBAHASAN..................................................................................................................4
3.1 Kasus Petani Miskin............................................................................................4
3.2 Penyebab Kemiskinan di Indonesia................................................................... 5
3.3 Penyebab kemiskinan bagi petani di Indonesia................................................. 7
3.4 Cara Mengatasi kemiskinan di Indonesia......................................................... 10
3.5 Cara Mengatasi kemiskinan Petani di Indonesia..............................................12
BAB IV
KESIMPULAN..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 3 garis kemiskinan (per kapita per bulan)......................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan sosial dan ekonomi seseorang
atau sekelompok orang untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Kemiskinan juga dipahami sebagai ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Disamping
kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, kondisi kemiskinan juga didukung
oleh ketidakmampuan untuk memperoleh kebebasan dalam memilih dan berpartisipasi.
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut masalah
pendapatan. Masalah lain, seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan
jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-
dimensi kemiskinan yang juga memengaruhi kondisi seseorang atau rumah tangga
dalam status kemiskinan. Salah satu dimensi penting yang menjadi perhatian banyak
pihak adalah dimensi pengeluaran atau konsumsi. Pendekatan tersebut sering juga
disebut dengan kemiskinan absolut, dimana seseorang atau satu rumah tangga
dikatakan miskin jika ia tidak mampu memenuhi satu tingkat konsumsi minimum yang
terdiri dari konsumsi makanan dan non makanan yang dianggap esensial dan
diperlukan selama jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi minimum menjadi batas
(tresshold) yang menentukan seseorang tergolong miskin atau tidak, atau yang sering
disebut dengan garis kemiskinan. Dalam dimensi yang lain dapat dikemukakan bahwa
seseorang yang tergolong miskin juga tidak memiliki kapabilitas untuk hidup dengan
kondisi kesehatan dan pendidikan yang layak serta menjalankan fungsinya dengan
baik.
Kemiskinan adalah masalah yang muncul dari kekurangan orang itu sendiri
atau kemampuan manusia, seperti faktor ekonomi, sosio-psikologis dan budaya
masing-masing masyarakat, standar yang berkaitan dengan kesejahteraan dan
kesehatan material, dan adaptasi individu kelompok sosial. Kemiskinan didefinisikan
sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu melihat dirinya sendiri sesuai
dengan standar hidup kelompok, juga tidak dapat menggunakan energi mental dan
fisiknya dalam kelompok. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena
kemiskinan tidak hanya terkait dengan faktor ekonomi, tetapi juga aspek struktural
sosial budaya dan politik. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang selalu ada pada
masyarakat yang sedang berkembang. Dalam konteks masyarakat Indonesia,
kemiskinan juga merupakan sebuah masalah sosial yang selalu relefan untuk terus
dikaji. Faktor kemiskinan menyebabkan masalah ketenagakerjaan pada masyarakat
pedesaan.
Wilayah pedesaan memang sangat identik dengan masyarakat pertanian. Sektor
pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Sebab di
sektor tersebut lah semua bahan pokok makanan disediakan. Mulai dari beras, jagung,
gandum dan lain sebagainya. Harapan dari tanaman tersebut ialah sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan bahan pangan serta dapat dijual kepada orang
lain. Kemiskinan sering dikaitkan dengan masyarakat pedesaan yang mayoritas ialah
sebagai seorang petani khususnya petani miskin. Hal itu disebabkan karena mata
pencaharian yang homogen dan lahan pertanian yang sempit serta kurangnya skill
atau kemampuan lainnya yang dimiliki sehingga kesulitan untuk mendapatkan
penghasilan lainnya. Sebagai seorang petani, keadaan itu tentunya sangat mencekik
ketika musim tidak lagi mendukung untuk bercocok tanam.
1
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui definisi kemiskinan dan penyebabnya
2. Membahas kemiskinan yang dialami petani dan penyebabnya
3. Cara mencegah kemiskinan dari segi umum dan perspektif petani
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
stok melimpah saat panen, namun harga tetap normal sehingga petani tak
menanggung rugi.
5
mengatakan bahwa penyebab kemiskinan adalah karena jumlah penduduk
yang cenderung lebih meningkat menurut deret ukur, namun produksi bahan
makanan hanya meningkat menurut deret hitung.
Gambar 2.3
6
Gambar 3 garis kemiskinan (per kapita per bulan)
7
kehidupan dari pertanian subsisten, baik sebagai petani kecil atau sebagai buruh
tani berupah kecil.
8
Kalimantan 1 644,7 2 085,5 1 222,8 1 931,3 1 391,7 1 646,4 1 245,6 1 545,3
Tengah
Kalimantan 911,0 1 453,4 1 303,7 1 362,3 1 222,9 1 534,3 1 314,7 1 462,8
Selatan
Kalimantan 1 292,9 2 132,4 1 378,9 1 961,4 1 464,1 2 103,1 2 015,6 2 031,7
Timur
Kalimantan 1 331,3 1 564,6 2 141,0 1 552,8 1 238,4 1 627,8 1 585,2 1 543,1
Utara
Sulawesi Utara 1 355,4 1 804,0 1 684,1 1 738,4 1 476,8 1 887,5 1 711,8 1 806,4
Sulawesi 1 240,2 1 298,8 1 381,9 1 289,5 1 085,0 1 283,1 926,0 1 205,8
Tengah
Sulawesi 1 487,0 1 638,5 995,2 1 529,7 976,3 1 291,6 964,0 1 192,3
Selatan
Sulawesi 1 522,6 1 552,9 1 656,6 1 547,7 1 104,3 1 347,4 866,1 1 254,0
Tenggara
Gorontalo 852,1 1 373,2 1 050,4 1 255,7 1 040,7 1 132,7 1 001,2 1 101,4
Sulawesi Barat 1 232,2 1 166,8 542,5 1 168,7 933,5 1 165,3 827,8 1 083,0
Maluku 955,8 1 802,4 1 561,2 1 651,8 1 135,5 1 395,5 1 306,9 1 341,9
Maluku Utara 1 136,5 1 475,9 1 328,1 1 382,0 1 144,3 1 539,4 1 520,7 1 470,6
Papua Barat 2 475,4 2 883,8 2 100,7 2 786,0 1 494,6 1 984,6 2 661,4 1 962,4
Papua NA 1 819,5 2 453,2 1 829,1 1 494,6 2 244,7 2 187,2 2 137,4
Indonesia 1 277,9 1 544,4 1 177,9 1 443,0 1 226,7 1 456,7 1 160,4 1 371,7
tabel 1 rata-rata pendapatan Bersih Sektor Pertanian
Dari data tersebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan petani Indonesia banyak
mengalami kemiskinan, diantaranya :
1. Kemampuan Investasi yang Rendah
Timbulnya masalah rendahnya kemampuan petani dalam berinvestasi
disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain: Rendahnya pendidikan yang
disandang oleh petani mempunyai kontribusi besar dalam masalah
penguasaan pengetahuan, skill dan teknologi. Pendidikan petani antara SDTT
(Sekolah Dasar Tidak Tamat) sampai SLTP, dan rata-rata mengenyam
pendidikan SD. penguasaan teknologi pertanian yang terbatas, pengetahuan
dan skill pertanian yang rendah, imperfect information, dan akses faktor
produksi pertanian yang rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa proses
produksi pertanian sangat mengandalkan kondisi cuaca, luas lahan yang
dimiliki dan ketergantungan terhadap pupuk pupuk kimia serta berbagaimacam
pertisida dan fungisida untuk memberantas hama.
2. Ketergantungan Petani
Masalah-masalah yang menjadi penyebab ketergantungan petani
antara lain: jiwa entrepreneur yang rendah, ketersediaan modal yang tidak
memadai, moral hazard, serta lemahnya dukungan kelembagaan pertanian.
Memang untuk membangun pertanian dibutuhkan mobilisasi rakyat perdesaan.
Mobilisasi rakyat pedesaan sendiri menuntut adanya struktur ekonomi yang
mendukung, misalnya prasarana pertanian, investasi dan sarana/prasarana
transportasi (Gulo, dkk; 2005). Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya moral
9
hazard dan lemahnya dukungan kelembagaan pertanian. Buruknya sistem
manajemen organisasi kelompok tani juga memperparah kondisi kelompok tani.
3. Ketergantungan Dana
Kurangnya modal membuat petani tidak bisa melakukan proses
produksi pertanian. Jika para petani tersebut memaksa untuk tetap berproduksi
maka mereka harus mengupayakan pengadaan biaya produksi. Oleh karena itu,
kebanyakan petani menempuhnya dengan jalan utang. Utang dapat mereka
ajukan ke bank, kepada ketua KUT atau kepada individu yang dianggap
mampu. Ketergantungan dana dialami baik oleh petani maupun oleh dinas
pertanian sebagai pendorong kemajuan pertanian dan kesejaheraan petani.
Kondisi petani yang miskin modal dan rendahnya skill enterpreneur membuat
keadaan petani pasif dan hanya menggantungkan pinjaman modal dari KUD
atau lembaga keuangan bank dan non-bank. Keterbatasan modal yang dimiliki
petani berdampak pada kemiskinan yang diderita petani. Modal sangat
diperlukan ketika seseorang bergerak di bidang pertanian. Mereka memerlukan
modal untuk berbagai kebutuhan proses bertani, mulai dari biaya tenaga kerja,
kebutuhan pupuk dan pestisida (ladang 0,25 ha membutuhkan biaya 1 juta
untuk sekali tanam), kebutuhan benih, biaya transportasi, dan lain lain.
10
Mengurangi beban pengeluaran masyarakat khususnya masyarakat miskin dan
hampir miskin, terutama dengan menurunkan biaya-biaya yang dikontrol
pemerintah (administered prices). Di antaranya:
a. Menurunkan harga BBM yang menjadi salah satu komponen terbesar
pengeluaran penduduk miskin (5 persen untuk penduduk miskin di kota
dan 4 persen untuk penduduk miskin di desa). Meskipun penurunan
mobilitas orang saat ini berdampak pada berkurangnya penggunaan
BBM, BBM tetap berperan besar dalam mobilitas barang (logistik) yang
tetap sangat krusial perannya selama masa wabah.
b. Menambah jumlah rumah tangga penerima diskon pemotongan tarif
listrik sehingga mencakup minimal seluruh pelanggan 900 VA. Saat ini,
selain golongan R1/450VA (24 juta pelanggan) yang mendapatkan listrik
gratis selama tiga bulan, golongan rumah tangga R1/900VA yang
mendapat pemotongan 50 persen hanya sebanyak 7,2 juta pelanggan
dari total 22,1 juta.
c. Menurunkan harga LPG tiga kilogram yang kebanyakan dikonsumsi
oleh masyarakat menengah bawah. Ini juga sejalan dengan harga
propane dan butane yang menjadi bahan baku utama LPG yang turun
tajam. Oleh sebab itu, seiring dengan potensi penurunan realisasi
anggaran subsidi LPG tiga kilogram (Rp 50,6 triliun) tahun ini,
pemerintah memiliki cukup ruang untuk menurunkan harga bahan bakar
itu di kisaran Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per kg.
d. Memberikan diskon atau menggratiskan tarif air untuk rumah tangga
khususnya di daerah-daerah yang menerapkan PSBB. Banyak negara-
negara berkembang telah mengadopsi kebijakan ini, seperti Malaysia
dan Thailand.
e. Insentif Dibidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Meningkatkan insentif bagi petani, peternak, dan nelayan melalui skema
pembelian produk oleh pemerintah dan perbaikan jalur logistik hasil
pertanian, peternakan, dan perikanan perlu dilakukan mengingat sektor
tersebut terus berproduksi dan menghadapi minimnya serapan pasar.
Jika insentif di sektor ini tidak segera dan secara khusus diberikan,
maka mereka berpotensi menambah jumlah penduduk kemiskinan.
Sektor pertanian saat ini masih menjadi penyerap tenaga kerja
terbanyak hingga 34,58 juta orang atau 27,3 persen tenaga kerja
nasional per Agustus 2019.
f. Pengelolaan APBN Secara Cermat
Meningkatnya intervensi pemerintah untuk mengatasi pandemi tentunya
berdampak pada peningkatan anggaran belanja pemerintah. Meskipun
terdapat ruang untuk memperlebar defisit, pemerintah dapat
mengoptimalkan realokasi anggaran yang telah disusun dan
menerapkan beberapa kebijakan alternatif, meliputi:
1) Melakukan realokasi sebagian anggaran belanja modal dan
belanja barang APBN, dan melakukan pembagian beban
(burden sharing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dengan mengalihkan sebagian anggaran Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa, untuk dialokasikan menjadi
anggaran Bantuan Sosial. Pemerintah juga perlu melakukan
renegosiasi pembayaran utang luar negeri kepada kreditur
asing baik lembaga ataupun negara.
2) Melakukan realokasi anggaran penanganan Covid-19 senilai
Rp 150 triliun (dari total pembiayaan Rp 405 triliun) yang
semula diperuntukkan untuk mendukung Program Pemulihan
11
Ekonomi Nasional yang belum dijelaskan rinciannya, untuk
kegiatan anggaran social safety-net dan peningkatan
anggaran penanggulangan Covid-19.
3) Melakukan realokasi anggaran program Kartu Prakerja yang
digunakan untuk membayar program pelatihan senilai Rp
5,63 triliun, yang tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat
saat ini, khususnya angkatan kerja yang menganggur akibat
PHK. Lagi pula, kebanyakan materi yang ditawarkan dapat
diperoleh secara gratis di internet.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat. Disamping kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum
terpenuhi, kondisi kemiskinan juga didukung oleh ketidakmampuan untuk memperoleh
kebebasan dalam memilih dan berpartisipasi. Dalam konteks masyarakat Indonesia
yang merupakan negara agraris, Faktor kemiskinan menyebabkan masalah
ketenagakerjaan pada masyarakat pedesaan yang sangat di dominasi oleh petani
adalah karena mata pencaharian yang homogen dan lahan pertanian yang sempit
serta kurangnya skill atau kemampuan lainnya yang dimiliki sehingga kesulitan untuk
mendapatkan penghasilan lainnya.
Berikut adalah faktor-faktor penyebab kemiskinan:
1) Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi
2) Masyarakat Pengangguran Meningkat
3) Pendidikan yang Rendah
4) Terjadi Bencana Alam
5) Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata
Sektor pertanian di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani. Sehingga,
kesejahteraan petani harus menjadi perhatian karena pertanian merupakan sektor
pendukung ketahanan pangan nasional. Strategi penanggulangan kemiskinan di
Indonesia didasarkan pada argumentasi bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, kemiskinan akan dapat berkurang melalui mekanisme efek tetesan ke bawah
(trickle down effect), namun program ini belum mencapai hasil yang diharapkan (Astuti
dan Musiyam, 2009). Banyak faktor yang mempengaruhi masih tingginya angka
kemiskinan, terutama pada petani. Ada beberapa factor yang menyebabkan petani
Indonesia banyak mengalami kemiskinan, diantaranya Kemampuan Investasi yang
Rendah, Ketergantungan Petani dan Ketergantungan Dana.
13
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, dkk. 2005. Kebijakan dalam Upaya Me- nanggulangi Kemiskinan di Nias.
Jurnal Studi Pembangunan. edisi Oktober, Vol.1, No.1. USU.
14
15