Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI

KEMISKINAN YANG MELANDA PETANI

Disusun oleh :
Kelompok 4 Kelas 1B
Sindi Ersa Putri (11220920000107)
Vinka Defrina (11220920000109)
Salsabilla Kachita Dila (11220920000110)
Aulia Kinasya Putri (11220920000113)
Farah Alawiyah Yahya (11220920000115)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II
TINJAUAN TEORI............................................................................................................. 3
2. 1 Definisi mengenai kemiskinan............................................................................ 3
2. 2 Tinjauan tentang Kondisi Kemiskinan di Indonesia............................................3
BAB III
PEMBAHASAN..................................................................................................................4
3.1 Kasus Petani Miskin............................................................................................4
3.2 Penyebab Kemiskinan di Indonesia................................................................... 5
3.3 Penyebab kemiskinan bagi petani di Indonesia................................................. 7
3.4 Cara Mengatasi kemiskinan di Indonesia......................................................... 10
3.5 Cara Mengatasi kemiskinan Petani di Indonesia..............................................12
BAB IV
KESIMPULAN..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

DAFTAR TABEL

tabel 1 rata-rata pendapatan Bersih Sektor Pertanian................................................... 12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 perbandingan tingkat kemiskinan 2019-2022....................................................9


Gambar 2 tingkat kemiskinan diIndonesia........................................................................ 9

ii
Gambar 3 garis kemiskinan (per kapita per bulan)......................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
Kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan sosial dan ekonomi seseorang
atau sekelompok orang untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Kemiskinan juga dipahami sebagai ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Disamping
kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, kondisi kemiskinan juga didukung
oleh ketidakmampuan untuk memperoleh kebebasan dalam memilih dan berpartisipasi.
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut masalah
pendapatan. Masalah lain, seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan
jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-
dimensi kemiskinan yang juga memengaruhi kondisi seseorang atau rumah tangga
dalam status kemiskinan. Salah satu dimensi penting yang menjadi perhatian banyak
pihak adalah dimensi pengeluaran atau konsumsi. Pendekatan tersebut sering juga
disebut dengan kemiskinan absolut, dimana seseorang atau satu rumah tangga
dikatakan miskin jika ia tidak mampu memenuhi satu tingkat konsumsi minimum yang
terdiri dari konsumsi makanan dan non makanan yang dianggap esensial dan
diperlukan selama jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi minimum menjadi batas
(tresshold) yang menentukan seseorang tergolong miskin atau tidak, atau yang sering
disebut dengan garis kemiskinan. Dalam dimensi yang lain dapat dikemukakan bahwa
seseorang yang tergolong miskin juga tidak memiliki kapabilitas untuk hidup dengan
kondisi kesehatan dan pendidikan yang layak serta menjalankan fungsinya dengan
baik.
Kemiskinan adalah masalah yang muncul dari kekurangan orang itu sendiri
atau kemampuan manusia, seperti faktor ekonomi, sosio-psikologis dan budaya
masing-masing masyarakat, standar yang berkaitan dengan kesejahteraan dan
kesehatan material, dan adaptasi individu kelompok sosial. Kemiskinan didefinisikan
sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu melihat dirinya sendiri sesuai
dengan standar hidup kelompok, juga tidak dapat menggunakan energi mental dan
fisiknya dalam kelompok. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena
kemiskinan tidak hanya terkait dengan faktor ekonomi, tetapi juga aspek struktural
sosial budaya dan politik. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang selalu ada pada
masyarakat yang sedang berkembang. Dalam konteks masyarakat Indonesia,
kemiskinan juga merupakan sebuah masalah sosial yang selalu relefan untuk terus
dikaji. Faktor kemiskinan menyebabkan masalah ketenagakerjaan pada masyarakat
pedesaan.
Wilayah pedesaan memang sangat identik dengan masyarakat pertanian. Sektor
pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Sebab di
sektor tersebut lah semua bahan pokok makanan disediakan. Mulai dari beras, jagung,
gandum dan lain sebagainya. Harapan dari tanaman tersebut ialah sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan bahan pangan serta dapat dijual kepada orang
lain. Kemiskinan sering dikaitkan dengan masyarakat pedesaan yang mayoritas ialah
sebagai seorang petani khususnya petani miskin. Hal itu disebabkan karena mata
pencaharian yang homogen dan lahan pertanian yang sempit serta kurangnya skill
atau kemampuan lainnya yang dimiliki sehingga kesulitan untuk mendapatkan
penghasilan lainnya. Sebagai seorang petani, keadaan itu tentunya sangat mencekik
ketika musim tidak lagi mendukung untuk bercocok tanam.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui definisi kemiskinan dan penyebabnya
2. Membahas kemiskinan yang dialami petani dan penyebabnya
3. Cara mencegah kemiskinan dari segi umum dan perspektif petani

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2. 1 Definisi mengenai kemiskinan


Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya
berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi
berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidak
berdayaannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai masalah
yang berkenaan dengan pembangunan manusia. Dimensi kemiskinan tersebut
termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat,
perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.

2. 2Tinjauan tentang Kondisi Kemiskinan di Indonesia


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin
Indonesia pada Maret 2022 adalah 26,16 juta jiwa. Sedangkan tingkat kemiskinan
Indonesia pada bulan yang sama sebesar 9,54 persen. Jika dibandingkan dengan
penelitian serupa yang dirilis BPS pada September 2021, maka jumlah penduduk
miskin dan rasio kemiskinan pada Maret lalu mengalami penurunan. Untuk
diketahui, jumlah penduduk miskin per September tahun lalu sebesar 26,5 juta jiwa
dengan tingkat kemiskinan 9,71 persen. Kemudian jika dibandingkan secara
tahunan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin Maret 2022 menurun 1,38
juta jiwa. Sedangkan tingkat kemiskinan Maret 2022 menurun 0,60 persen jika
dibandingkan dengan rasio pada Maret tahun lalu.
Pemulihan ekonomi berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini tercermin dari tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2022
yang kembali menurun menjadi 9,54%, dari semula 9,71% di Bulan September
2021 (Maret 2021: 10,14%). Tingkat kemiskinan terus menurun di tengah tekanan
harga komoditas global, khususnya harga pangan dan energi yang berdampak
pada harga-harga domestik dan daya beli masyarakat. Angka kemiskinan
menurun meskipun ambang batas garis kemiskinan Indonesia meningkat seiring
meningkatnya berbagai risiko perekonomian. Ambang batas garis kemiskinan
pada Maret 2022 meningkat sebesar 4,0% menjadi Rp505.469 dari sebelumnya
Rp486.168 pada September 2021. Meskipun garis kemiskinan mengalami
peningkatan, angka kemiskinan Indonesia tetap dapat diturunkan. Studi Bank
Dunia (Juni 2022) menyebutkan bahwa kenaikan harga komoditas di dalam negeri,
yang dipicu oleh pergerakan harga komoditas global, diperkirakan akan
menaikkan angka kemiskinan sebesar 0,2 poin persentase.
Namun, jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan Maret 2022 belum
menyamai capaian sebelum pandemi. Ketika pandemi bermula pada Maret 2020,
jumlah penduduk miskin meningkat jadi 26,42 juta jiwa dan tingkat kemiskinan
menjadi 9,78 persen.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Petani Miskin


Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut pandemi menyebabkan
berbagai sektor lumpuh. Hanya tujuh dari 17 sektor yang mencatatkan kinerja positif.
Dari catatan BPS, yang paling parah adalah sektor transportasi dan pergudangan yang
minus 15,04 persen. Lalu, diikuti sektor akomodasi dan makanan yang mencapai
negatif 10,22 persen. Dari segelintir sektor yang berhasil bergerak positif, salah satunya
adalah sektor pertanian yang tumbuh 1,71 persen. Meski tumbuh melambat
dibandingkan 2019, namun Suhariyanto menyebut koreksi bakal jauh lebih dalam jika
tidak ditopang oleh sektorpertanian.

Pasalnya, kontribusi sektor pertanian cukup besar terhadap perekonomian Indonesia.


Bayangkan, lanjutnya, di tengah lesunya ekspor Indonesia yang minus 2,61 persen
tahun lalu, ekspor sektor pertanian mampu mencetak pertumbuhan 14,03 persen.
Belum lagi besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor terkait. Ia mengatakan dari
total seluruh angkatan tenaga kerja, 29,8 persen di antaranya diserap oleh sektor
pertanian.Pertanian menjadi sektor penyelamat di tengah resesi ini harus mendapat
perhatian bersama. Tidak hanya berkonsentrasi pada output atau hasil pertanian saja,
tapi juga kesejahteraan para petani.Karena mirisnya petani menjadi kelompok paling
rentan. BPS menemukan mayoritas kelompok rumah tangga miskin menurut sumber
penghasilan utama berasal dari kelompok pertanian, yakni 46,3 persen. Sisanya,
berasal dari kelompok menganggur 15,02 persen, industri 6,58 persen, dan lainnya 32,1
persen. Tingkat kemiskinan yang masih terpusat di pedesaan menjadi salah satu faktor
pendorong kemiskinan di kalangan petani, mengingat mayoritas petani berada di
pelosok daerah.

Selama pandemi, pengangguran RI mengalami kenaikan sebanyak 2,67 juta orang.


Banyak di antaranya pulang ke kampung untuk menjadi petani karena tidak
menemukan pekerjaan di perkotaan. Hal ini tercermin dari data tenaga kerja sektor
pertanian yang mengalami kenaikan dari 27,53 persen pada 2019 menjadi 29,76 persen
pada 2020. Data temuan BPS per Agustus 2020. Suhariyanto mengatakan kenaikan ini
menjadi beban bagi sektor pertanian. Pasalnya, kontribusi pertanian terhadap PDB
hanya 13 persen, sementara harus menanggung hampir 30 persen dari total angkatan
kerja, hal ini akan membuat produktivitas pertanian menurun. Seringnya harga
komoditas pangan jatuh saat panen menjadi faktor yang berkontribusi pada rendahnya
tingkat kesejahteraan petani. Dia mencontohkan harga gabah atau beras yang
cenderung turun pada Maret-April atau saat panen. Di tengah rendahnya nilai tukar
petani yang diperparah dengan turunnya harga saat panen membuat petani kerap
menjerit karena merugi.Peran pemerintah adalah menjaga stabilitas harga agar meski

4
stok melimpah saat panen, namun harga tetap normal sehingga petani tak
menanggung rugi.

3.2 Penyebab Kemiskinan di Indonesia


kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial yang sulit diurai dan
kerap kali terjadi di negara negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan
dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kemiskinan
tersebut. Berikut adalah faktor-faktor penyebab kemiskinan:
A. Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi
Angka kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat mengakibatkan laju
pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi lebih besar. Sehingga, dapat
menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas untuk dapat
merekrut masyarakat yang membutuhkan pekerjaan demi mendapatkan gaji
agar dapat membeli kebutuhan pokoknya. Selain itu, apabila laju pertumbuhan
penduduk tinggi tetapi tidak sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Maka akan mengakibatkan angka kemiskinan semakin meningkat.
B. Masyarakat Pengangguran Meningkat
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan lapangan
kerja yang ada di suatu negara menjadi terbatas. Sehingga, angka
pengangguran di daerah tersebut akan meningkat. Semakin banyak
masyarakat yang pengangguran, maka angka kemiskinan pun akan meningkat.
C. Pendidikan yang Rendah
Individu yang memiliki pendidikan yang rendah, cenderung tidak
memiliki keterampilan, wawasan maupun pengetahuan yang memadai untuk
mendapatkan pekerjaan. Sehingga, masyarakat yang berpendidikan rendah
tidak dapat bersaing dengan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi di
dunia kerja maupun usaha. Hal inilah yang membuat masyarakat berpendidikan
rendah kalah saing dan membuat angka pengangguran serta kemiskinan
menjadi bertambah.
D. Terjadi Bencana Alam
Bencana alam dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kemiskinan
yang tidak dapat dihindari. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor maupun
tsunami dapat menimbulkan kerusakan pada infrastruktur serta kerusakan
psikologis masyarakat yang tertimpa bencana. Selain itu, bencana alam dapat
menjadi penyebab kemiskinan, karena masyarakat yang terdampak bencana
tersebut akan kehilangan harta bendanya
E. Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata
Distribusi pendapatan yang tidak merata dapat menyebabkan terjadinya
ketimpangan pada pola kepemilikan sumber daya. Umumnya, masyarakat yang
memiliki sumber daya terbatas serta rendah umumnya berada di bawah garis
kemiskinan. Selain lima faktor penyebab kemiskinan tersebut, beberapa ahli
berpendapat bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kepemilikan pribadi
maupun eksploitasi kaum pekerja. Beberapa ahli seperti Henry George, Karl
Marx berpendapat mengenai penyebab kemiskinan.
Menurut Henry George, penyebab utama dari kemiskinan adalah
kepemilikan pribadi serta monopoli yang dilakukan oleh individu atas tanah.
Pandangan George ini muncul, ketika kepemilikan tanah telah menjadi alat ukur
untuk melihat kekayaan pribadi seorang individu. Karl Marx berpendapat bahwa
penyebab kemiskinan adalah eksploitasi yang terjadi kepada para kaum
pekerja yang dilakukan oleh kaum kapitalisme. Sedangkan Robert Malthus

5
mengatakan bahwa penyebab kemiskinan adalah karena jumlah penduduk
yang cenderung lebih meningkat menurut deret ukur, namun produksi bahan
makanan hanya meningkat menurut deret hitung.

Gambar 1 perbandingan tingkat kemiskinan 2019-2022

Gambar 2.3

Garis Kemiskinan di Indonesia

Gambar 2 tingkat kemiskinan diIndonesia

6
Gambar 3 garis kemiskinan (per kapita per bulan)

3.3 Penyebab kemiskinan bagi petani di Indonesia


Sektor pertanian di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani. Sehingga,
kesejahteraan petani harus menjadi perhatian karena pertanian merupakan sektor
pendukung ketahanan pangan nasional. Strategi penanggulangan kemiskinan di
Indonesia didasarkan pada argumentasi bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, kemiskinan akan dapat berkurang melalui mekanisme efek tetesan ke bawah
(trickle down effect), namun program ini belum mencapai hasil yang diharapkan
(Astuti dan Musiyam, 2009). Banyak faktor yang mempengaruhi masih tingginya
angka kemiskinan, terutama pada petani. Faktor kultur dan struktural kerap kali
dilihat sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat (Hasibuan, 1993). Salah satu hal yang perlu dianalisis
adalah pola kehidupan petani. Pola tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kultur
dan struktural yang dapat menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
petani.
Sebagai negara yang mempunyai wilayah relatif luas dengan lahan pertanian
cukup menjanjikan, semestinya penduduk desa yang tinggal di perdesaan dapat
hidup makmur dan sejahtera. Akan tetapi pada kenyataannya belum berkondisi
demikian, karena sebagian besar masyarakat yang bermukim di perdesaan
khususnya para petani/buruh tani masih banyak yang Miskin (Warto, 2015). Saragih
(2017) mengatakan bahwa petani memang selalu identik dengan kemiskinan.
Todaro dan Smith (2011) juga membuat generalisasi valid tentang kemiskinan,
bahwa sebagian besar orang miskin hidup di daerah pedesaan, dan aktivitas utama
mereka berada pada sektor pertanian. Dua pertiga orang miskin menjalani

7
kehidupan dari pertanian subsisten, baik sebagai petani kecil atau sebagai buruh
tani berupah kecil.

Rata-Rata Pendapatan Bersih Sektor Pertanian di Indonesia

Februari 2020 Agustus 2020


Provinsi Kelompok Umur Jumlah Kelompok Umur Jumlah
15-24 25-54 55+ 15-24 25-54 55+
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 1 439,5 1 596,4 1 257,0 1 535,5 1 246,8 1 426,2 1 163,1 1 363,8
Sumatera 1 310,8 1 594,4 1 587,0 1 540,7 1 195,3 1 467,1 1 326,6 1 398,0
Utara
Sumatera 1 183,0 1 478,1 1 321,5 1 406,0 1 136,2 1 468,8 1 343,5 1 407,9
Barat
Riau 1 144,3 1 678,2 1 413,5 1 547,3 1 189,3 1 590,8 1 566,0 1 527,7
Jambi 1 447,4 1 716,2 1 092,9 1 582,5 1 291,4 1 514,8 1 279,1 1 452,6
Sumatera 935,0 1 201,5 1 101,9 1 142,1 1 252,0 1 302,5 951,8 1 242,7
Selatan
Bengkulu 1 214,6 1 451,7 876,3 1 349,8 986,5 1 304,9 1 061,0 1 226,4
Lampung 1 322,0 1 354,6 1 227,5 1 334,4 1 126,1 1 316,6 1 229,1 1 279,9
Kepulauan 1 680,0 1 639,5 909,0 1 556,4 1 003,1 1 688,8 1 404,1 1 564,6
Bangka
Belitung
Kepulauan 2 192,5 2 434,1 831,3 2 246,7 1 287,9 2 163,8 1 956,9 2 017,6
Riau
DKI Jakarta NA 2 266,3 1 902,4 2 116,4 1 504,5 1 873,4 1 764,8 1 826,7
Jawa Barat 1 185,1 1 562,9 1 208,8 1 454,1 1 206,9 1 430,1 1 138,0 1 341,1
Jawa Tengah 1 275,4 1 526,6 1 139,9 1 410,5 1 374,2 1 501,7 1 087,7 1 390,6
DI Yogyakarta 1 684,8 1 413,7 906,4 1 331,0 1 094,6 1 437,0 1 172,8 1 342,2
Jawa Timur 1 229,2 1 428,8 1 067,1 1 321,4 1 325,8 1 435,7 1 094,2 1 338,4
Banten 1 804,0 1 909,7 1 262,3 1 792,2 1 592,6 1 634,8 1 340,4 1 566,9
Bali 1 646,2 1 955,3 1 681,1 1 877,6 1 392,4 1 715,9 1 406,0 1 624,5
Nusa Tenggara 1 024,9 1 211,7 845,6 1 141,7 897,7 1 079,4 722,3 1 013,7
Barat
Nusa Tenggara 956,6 1 141,8 897,9 1 074,0 798,7 938,5 865,8 900,0
Timur
Kalimantan 1 687,2 1 673,4 1 456,7 1 660,1 1 328,7 1 573,5 1 461,8 1 524,4
Barat

8
Kalimantan 1 644,7 2 085,5 1 222,8 1 931,3 1 391,7 1 646,4 1 245,6 1 545,3
Tengah
Kalimantan 911,0 1 453,4 1 303,7 1 362,3 1 222,9 1 534,3 1 314,7 1 462,8
Selatan
Kalimantan 1 292,9 2 132,4 1 378,9 1 961,4 1 464,1 2 103,1 2 015,6 2 031,7
Timur
Kalimantan 1 331,3 1 564,6 2 141,0 1 552,8 1 238,4 1 627,8 1 585,2 1 543,1
Utara
Sulawesi Utara 1 355,4 1 804,0 1 684,1 1 738,4 1 476,8 1 887,5 1 711,8 1 806,4
Sulawesi 1 240,2 1 298,8 1 381,9 1 289,5 1 085,0 1 283,1 926,0 1 205,8
Tengah
Sulawesi 1 487,0 1 638,5 995,2 1 529,7 976,3 1 291,6 964,0 1 192,3
Selatan
Sulawesi 1 522,6 1 552,9 1 656,6 1 547,7 1 104,3 1 347,4 866,1 1 254,0
Tenggara
Gorontalo 852,1 1 373,2 1 050,4 1 255,7 1 040,7 1 132,7 1 001,2 1 101,4
Sulawesi Barat 1 232,2 1 166,8 542,5 1 168,7 933,5 1 165,3 827,8 1 083,0
Maluku 955,8 1 802,4 1 561,2 1 651,8 1 135,5 1 395,5 1 306,9 1 341,9
Maluku Utara 1 136,5 1 475,9 1 328,1 1 382,0 1 144,3 1 539,4 1 520,7 1 470,6
Papua Barat 2 475,4 2 883,8 2 100,7 2 786,0 1 494,6 1 984,6 2 661,4 1 962,4
Papua NA 1 819,5 2 453,2 1 829,1 1 494,6 2 244,7 2 187,2 2 137,4
Indonesia 1 277,9 1 544,4 1 177,9 1 443,0 1 226,7 1 456,7 1 160,4 1 371,7
tabel 1 rata-rata pendapatan Bersih Sektor Pertanian

Sumber ; BPS 2020

Dari data tersebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan petani Indonesia banyak
mengalami kemiskinan, diantaranya :
1. Kemampuan Investasi yang Rendah
Timbulnya masalah rendahnya kemampuan petani dalam berinvestasi
disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain: Rendahnya pendidikan yang
disandang oleh petani mempunyai kontribusi besar dalam masalah
penguasaan pengetahuan, skill dan teknologi. Pendidikan petani antara SDTT
(Sekolah Dasar Tidak Tamat) sampai SLTP, dan rata-rata mengenyam
pendidikan SD. penguasaan teknologi pertanian yang terbatas, pengetahuan
dan skill pertanian yang rendah, imperfect information, dan akses faktor
produksi pertanian yang rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa proses
produksi pertanian sangat mengandalkan kondisi cuaca, luas lahan yang
dimiliki dan ketergantungan terhadap pupuk pupuk kimia serta berbagaimacam
pertisida dan fungisida untuk memberantas hama.
2. Ketergantungan Petani
Masalah-masalah yang menjadi penyebab ketergantungan petani
antara lain: jiwa entrepreneur yang rendah, ketersediaan modal yang tidak
memadai, moral hazard, serta lemahnya dukungan kelembagaan pertanian.
Memang untuk membangun pertanian dibutuhkan mobilisasi rakyat perdesaan.
Mobilisasi rakyat pedesaan sendiri menuntut adanya struktur ekonomi yang
mendukung, misalnya prasarana pertanian, investasi dan sarana/prasarana
transportasi (Gulo, dkk; 2005). Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya moral

9
hazard dan lemahnya dukungan kelembagaan pertanian. Buruknya sistem
manajemen organisasi kelompok tani juga memperparah kondisi kelompok tani.
3. Ketergantungan Dana
Kurangnya modal membuat petani tidak bisa melakukan proses
produksi pertanian. Jika para petani tersebut memaksa untuk tetap berproduksi
maka mereka harus mengupayakan pengadaan biaya produksi. Oleh karena itu,
kebanyakan petani menempuhnya dengan jalan utang. Utang dapat mereka
ajukan ke bank, kepada ketua KUT atau kepada individu yang dianggap
mampu. Ketergantungan dana dialami baik oleh petani maupun oleh dinas
pertanian sebagai pendorong kemajuan pertanian dan kesejaheraan petani.
Kondisi petani yang miskin modal dan rendahnya skill enterpreneur membuat
keadaan petani pasif dan hanya menggantungkan pinjaman modal dari KUD
atau lembaga keuangan bank dan non-bank. Keterbatasan modal yang dimiliki
petani berdampak pada kemiskinan yang diderita petani. Modal sangat
diperlukan ketika seseorang bergerak di bidang pertanian. Mereka memerlukan
modal untuk berbagai kebutuhan proses bertani, mulai dari biaya tenaga kerja,
kebutuhan pupuk dan pestisida (ladang 0,25 ha membutuhkan biaya 1 juta
untuk sekali tanam), kebutuhan benih, biaya transportasi, dan lain lain.

3.4 Cara Mengatasi kemiskinan di Indonesia


1. Membuka peluang dan kesempatan berusaha bagi orang miskin untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan ekonomi.
2. Kebijakan dan program untuk memberdayakan kelompok miskin. Kemiskinan
memiliki sifat multidimensional,maka penanggulangannya tidak cukup hanya
dengan mengandalkan.
3. Kebijakan dan Program yang Melindungi Kelompok Miskin. Kelompok
masyarakat miskin sangat rentan terhadap goncangan internal (misalnya
kepala keluarga meninggal, jatuh sakit, kena PHK) maupun goncangan
eksternal (misalnya kehilangan pekerjaan, bencana alam, konflik sosial),
karena tidak memiliki ketahanan atau jaminan dalam menghadapi
goncangan‐goncangan tersebut.
4. Kebijakan dan Program untuk memutus pewarisan kemiskinan antar generasi;
hak anak dan peranan perempuan. Kemiskinan seringkali diwariskan dari
generasi ke generasi berikutnya. Karena itu, rantai pewarisan kemiskinan harus
diputus. Meningkatkan pendidikan dan peranan perempuan dalam keluarga
adalah salah satu kunci memutus rantai kemiskinan.
5. Kebijakan dan program penguatan otonomi desa. Otonomi desa dapat menjadi
ruang yang memungkinkan masyarakat desa dapat menanggulangi sendiri
kemiskinannya.
6. Integrasi Penyaluran Bansos
Di banyak tempat, berbagai bentuk Bantuan Sosial yang berbeda-beda jenis
dan jumlahnya telah menimbulkan ketegangan sosial di sejumlah daerah. Hal
ini diperparah dengan basis data Bantuan Sosial, khususnya Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS), yang digunakan oleh pemerintah daerah yang
belum mencakup masyarakat yang sebelumnya tidak terdata namun kondisi
ekonominya memburuk selama pandemi. Salah satu alternatif yang dapat
ditempuh pemerintah adalah menggandeng bank-bank pemerintah untuk
melakukan transfer Bantuan Sosial secara langsung melalui rekening khusus
untuk setiap penerima bantuan.
7. Subsidi Administered Prices

10
Mengurangi beban pengeluaran masyarakat khususnya masyarakat miskin dan
hampir miskin, terutama dengan menurunkan biaya-biaya yang dikontrol
pemerintah (administered prices). Di antaranya:
a. Menurunkan harga BBM yang menjadi salah satu komponen terbesar
pengeluaran penduduk miskin (5 persen untuk penduduk miskin di kota
dan 4 persen untuk penduduk miskin di desa). Meskipun penurunan
mobilitas orang saat ini berdampak pada berkurangnya penggunaan
BBM, BBM tetap berperan besar dalam mobilitas barang (logistik) yang
tetap sangat krusial perannya selama masa wabah.
b. Menambah jumlah rumah tangga penerima diskon pemotongan tarif
listrik sehingga mencakup minimal seluruh pelanggan 900 VA. Saat ini,
selain golongan R1/450VA (24 juta pelanggan) yang mendapatkan listrik
gratis selama tiga bulan, golongan rumah tangga R1/900VA yang
mendapat pemotongan 50 persen hanya sebanyak 7,2 juta pelanggan
dari total 22,1 juta.
c. Menurunkan harga LPG tiga kilogram yang kebanyakan dikonsumsi
oleh masyarakat menengah bawah. Ini juga sejalan dengan harga
propane dan butane yang menjadi bahan baku utama LPG yang turun
tajam. Oleh sebab itu, seiring dengan potensi penurunan realisasi
anggaran subsidi LPG tiga kilogram (Rp 50,6 triliun) tahun ini,
pemerintah memiliki cukup ruang untuk menurunkan harga bahan bakar
itu di kisaran Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per kg.
d. Memberikan diskon atau menggratiskan tarif air untuk rumah tangga
khususnya di daerah-daerah yang menerapkan PSBB. Banyak negara-
negara berkembang telah mengadopsi kebijakan ini, seperti Malaysia
dan Thailand.
e. Insentif Dibidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Meningkatkan insentif bagi petani, peternak, dan nelayan melalui skema
pembelian produk oleh pemerintah dan perbaikan jalur logistik hasil
pertanian, peternakan, dan perikanan perlu dilakukan mengingat sektor
tersebut terus berproduksi dan menghadapi minimnya serapan pasar.
Jika insentif di sektor ini tidak segera dan secara khusus diberikan,
maka mereka berpotensi menambah jumlah penduduk kemiskinan.
Sektor pertanian saat ini masih menjadi penyerap tenaga kerja
terbanyak hingga 34,58 juta orang atau 27,3 persen tenaga kerja
nasional per Agustus 2019.
f. Pengelolaan APBN Secara Cermat
Meningkatnya intervensi pemerintah untuk mengatasi pandemi tentunya
berdampak pada peningkatan anggaran belanja pemerintah. Meskipun
terdapat ruang untuk memperlebar defisit, pemerintah dapat
mengoptimalkan realokasi anggaran yang telah disusun dan
menerapkan beberapa kebijakan alternatif, meliputi:
1) Melakukan realokasi sebagian anggaran belanja modal dan
belanja barang APBN, dan melakukan pembagian beban
(burden sharing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dengan mengalihkan sebagian anggaran Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa, untuk dialokasikan menjadi
anggaran Bantuan Sosial. Pemerintah juga perlu melakukan
renegosiasi pembayaran utang luar negeri kepada kreditur
asing baik lembaga ataupun negara.
2) Melakukan realokasi anggaran penanganan Covid-19 senilai
Rp 150 triliun (dari total pembiayaan Rp 405 triliun) yang
semula diperuntukkan untuk mendukung Program Pemulihan

11
Ekonomi Nasional yang belum dijelaskan rinciannya, untuk
kegiatan anggaran social safety-net dan peningkatan
anggaran penanggulangan Covid-19.
3) Melakukan realokasi anggaran program Kartu Prakerja yang
digunakan untuk membayar program pelatihan senilai Rp
5,63 triliun, yang tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat
saat ini, khususnya angkatan kerja yang menganggur akibat
PHK. Lagi pula, kebanyakan materi yang ditawarkan dapat
diperoleh secara gratis di internet.

3.5 Cara Mengatasi kemiskinan Petani di Indonesia


1) Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN),
2) Pengembangan Kawasan dan Sentra Hortikultura,
3) Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan,
4) Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Tebu,
5) Fasilitasi Pengembangan Jarak Pagar,
6) Akselerasi Pengembangan Kapas,
7) Pemberdayaan Usaha Kelompok,
8) Restrukturisasi Perunggasan,
9) Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani Melalui PMUK,
10) Gerakan Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah/Beras (GP4GB)
11) Fasilitasi Alat Pasca Penen,
12) Pengelolaan Infrastruktur Pertanian,
13) Program Aksi Desa Mandiri Pangan,
14) Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPMLUEP),
15) Peningkatan Kualitas SDM Pertanian,
16) Penyusunan Kalender Tanam Dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim Global

12
BAB IV

KESIMPULAN
Kemiskinan dipahami sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat. Disamping kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum
terpenuhi, kondisi kemiskinan juga didukung oleh ketidakmampuan untuk memperoleh
kebebasan dalam memilih dan berpartisipasi. Dalam konteks masyarakat Indonesia
yang merupakan negara agraris, Faktor kemiskinan menyebabkan masalah
ketenagakerjaan pada masyarakat pedesaan yang sangat di dominasi oleh petani
adalah karena mata pencaharian yang homogen dan lahan pertanian yang sempit
serta kurangnya skill atau kemampuan lainnya yang dimiliki sehingga kesulitan untuk
mendapatkan penghasilan lainnya.
Berikut adalah faktor-faktor penyebab kemiskinan:
1) Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi
2) Masyarakat Pengangguran Meningkat
3) Pendidikan yang Rendah
4) Terjadi Bencana Alam
5) Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata
Sektor pertanian di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani. Sehingga,
kesejahteraan petani harus menjadi perhatian karena pertanian merupakan sektor
pendukung ketahanan pangan nasional. Strategi penanggulangan kemiskinan di
Indonesia didasarkan pada argumentasi bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, kemiskinan akan dapat berkurang melalui mekanisme efek tetesan ke bawah
(trickle down effect), namun program ini belum mencapai hasil yang diharapkan (Astuti
dan Musiyam, 2009). Banyak faktor yang mempengaruhi masih tingginya angka
kemiskinan, terutama pada petani. Ada beberapa factor yang menyebabkan petani
Indonesia banyak mengalami kemiskinan, diantaranya Kemampuan Investasi yang
Rendah, Ketergantungan Petani dan Ketergantungan Dana.

13
DAFTAR PUSTAKA

Oktavianti, Henny. 2007. Menelaah Kemiskinan di Indonesia Perspektif


Ekonomi Politik. Jurnal Ekonomi Terapan Indonesia, Vol.2, No. 2. Malang: BPFE
Universitas Brawi- jaya.

Agus Salim, G. B. (2013). FENOMENA KEMISKINAN PADA MASYARAKAT


PETANI SAWAH. Jurnal Sociologie, 53-59.

Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Kemiskinan Struk- tural di Indonesia: Menembus


Lapisan Bawah. Artikel bebas.

ITANG. (2015). FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN. Jurnal


Keislaman, Kemasyarakaan dan Kebudayaan, 1-30.

Gulo, dkk. 2005. Kebijakan dalam Upaya Me- nanggulangi Kemiskinan di Nias.
Jurnal Studi Pembangunan. edisi Oktober, Vol.1, No.1. USU.

Nainggolan. M.C. (2012). Analisis Kemiskinan Struktural Masyarakat Petani


(studi Kasus Dusun) Program Magister Ilmu Kesejahteraan Mayarakat, UI

Warto. (2015). Kondisi Kemiskinan Petani dan Upaya Penanggulangannya.


Jurnal PKS, 14(1), Hal. 20 – 29.

14
15

Anda mungkin juga menyukai