Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PROGRAM SIMANTRI TERHADAP PENGENTASAN

KEMISKINAN DI PROVINSI BALI


(Kemiskinan)

Dibuat unuk memenuhi syarat ujian akhir semester


Pengantar Ilmu Ekonomi

Disusun Oleh :

Ni Komang Tri Wulandari 1812531001


Ni Komang Yuli Yuniari 1812531002
Ni Luh Devi Damayanti 1812531003
Dewa Ayu Agung Intan Pinatih 1812531004
Ni Komang Kristina Damayanti 1812531005

Dosen Pengampu : Kadek Wiwin Dwi Wismayanti, SE.,MAP

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepatwaktu
sesuai dengan jadwal. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan paper ini sehingga dapat tersusun
dengan baik.

Paper yang berjudul “Implementasi Program Simantri terhadap Pengentasan


Kemiskinan di Provinsi Bali ” ini penulis susun berdasarkan pengetahuan yang penulis
peroleh dari berbagai sumber seperti buku dan media elektronik dangan harapan para
pembaca dapat memahami dengan mudah tentang hal yang penulis bahas di dalamnya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan paper ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari pada itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pembaca
untuk dijadikan sebagai bahan pedoman dalam menyusunan paper-paper berikutnya
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penulisan paper berikutnya. Akhir
kata penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 05 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...iii
BAB I (PENDAHULUAN) ……………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………2
BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
2.1 Kemiskinan ………………………………………………………………3
2.1.1 Bentuk Kemiskinan ………………………………………………..3
2.1.2 Jenis Kemiskinan …………………………………………………..4
2.1.3 Faktor yang Menyebabkan kemiskinan menurut Word Bank ……..5
2.1.4 Indikator Kemiskinan ……………………………………………...5
2.2 Simantri …………………………………………………………………...6
BAB III (Pembahasan) …………………………………………………………….7
3.1 Simantri …………………………………………………………………..7
3.1.1 Persentase Kemiskinan ……………………………………………7
3.1.2 Pelaksanaan Program Simantri …………………………………....8
3.1.3 Keterkaitan Program Simantri dengan Kemiskinan di Bali………10
3.1.4 Indikator Keberhasilan Simantri …………………………………10
BAB IV (Penutup) ………………………………………………………………..13
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………13
4.2 Saran ………...…………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di negara-negara dunia ketiga memiliki hubungan erat dengan
sejarah Marshall Plan yang dijalankan Amerika Serikat paska Perang Dunia II. Paska
Perang Dunia II telah melahirkan negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin (Negara Dunia Ketiga). Peran Amerika dalam Marshall Plan telah
mendorong perubahan untuk kebangkitan pasca perang dunia II. Amerika serikat
dalam memberikan bantuan untuk membangun kembali perekonomian negara-negara
Barat, telah menjadikan negara seperti Inggris, Prancis, dan Jerman mampu bangkit
dari keterpurukan. Namun pembangunan yang terjadi pada dunia ketiga tidak
memperbaiki pertumbuhan ekonomi pada negara-negara dunia ketiga,namun
terjadinya kemiskinan terhadap masyarakat dunia ketiga (Negara berkembang).
Seperti halnya Indonesia, pembangunan negara yang juga mendapat intervensi AS
dalam pelaksanaan Marshall Plan, sepenuhnya masih belum menemui hasil yang
memuaskan. Model pembangunan Indonesia yang juga dipengaruhi oleh model
pembangunan negara barat, telah menciptakan berbagai permasalahan baru.
Permasalahan itu misalnya kemiskinan, semakin lebarnya kesenjangan antara orang-
orang kaya dan miskin, masalah spasial dan perumahan, involusi pertanian,
meningkatnya konsumerisme, dan lunturnya nilai dan moral tradisional.
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk
memenuh standar hidup rata-rata masyarakat disuatu daerah. Kondisi masyarakat
yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam
memehuni standar hidup (Nugroho, 1995). Masalah kemiskinan adalah masalah
kompleks yang berkelanjutan yang akan merembet kesegala bidang kehidupan.
Bebagai kebijakan telah diterapkan oleh pemerintah guna menanggulangi masalah
yang berkelanjutan ini. Pada hakikatnya standar hidup di suatu masyarakat tidak
sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya
kebutuhan akan kesehatan akan maupun pendidikan. Kondidi ketidak mampuan
biasanya ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan pokok baik berupa sandang, pangan, dan papan.

1
Provinsi Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan angka kemiskinan
yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan Provinsi Bali memiliki struktur yang memiliki
struktur perekonomian yang unik dibandingkan dengan provinsi lainnya yang ada di
Indonesia. Bali dikenal dengan perekonomian yang bersumber dari sektor pariwisata,
sedangkan sektor lainnya hanya berperan sebagai sektor pendukung. Berdasarkan
dengan angka mencapai 4,25% pada pertengahan tahun 2017.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Bali guna
mengentaskan kemiskinan baik kebijakan dalam skala mikro dengan membuat
program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat maupun program
yang bersifat tidak langsung yang dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun
kabupaten atau kota. Dengan tingginya angka kemiskinan di Provinsi Bali berbagai
jenis program salah satunya yaitu simantri. Dengan disahkannya Peraturan Gubernur
Bali Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Keberlanjutan Program Simantri.
Simantri merupakan kegiatan integrasi pertanian yang difokuskan pada usaha
tanaman pangan, palajiwa dan hortikultur, peternakan, perkebunan, perikanan, dan
tanaman kehutanan pada suatu wilayah atau lokasi kegiatan. Simantri dapat pula
sebagai program yang digukanan model percontohan dalam percepatan alih teknologi
kepada masyarakat pedesaan yang diakselerasi sebelumnya melalui model prima tani.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana implementasi Program Simantri di Provinsi Bali?
1.3 Tujuan
Mengetahui implementasi Program Simantri di Provinsi Bali

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat disuatu daerah. Kondisi masyarakat
yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam
memehuni standar hidup (Nugroho, 1995).
Kemiskinan dalam artian luas dapat disimpulkan suatu kondisi ketidakmampuan
baik secara individu, keluarga, maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan
terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain.
Menurut Syaifuddin, kemiskinan sebagai gejala absolut dan sebagai gejala relatif.
Kemikinan sebagai gejala absolut memandang kemiskinan sebagai kondisi serba
kekuarangan materi hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sarana untuk
mendukung kehidupan sendiri.
Menurut Benyamin White, Kemiskinan merupakan perbedaan criteria tingkat
kesejahteraan masyarakat dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sedangkan
menurut John Freadman dalam konteks politik mendefinisikan kemiskinan sebagai
suatu ketidak samaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuatan sosial.
Dalam perspektif lain kemiskinan menurut Departemen Sosial dan Biro Pusat
Statistik mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam
memenuhi keutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002)
Jadi kemiskinan merupakan suatu keadaan masyarakat yang tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik papan, sandang, dan pangan dikarenakan oleh
pendapatan masyarakat yang rendah dan kebutuhan yang makin meningkat.
2.1.1 Bentuk Kemiskinan
Bedasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk
permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki empat bentuk. Adapun
bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004):
1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana pendapatan seseorang
atau sekelompok orang berada dibawah garis kemiskinan sehingga kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk

3
pangan,sandang,kesehatan,perumahan,dan pendidikan yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup.
2. Kemiskinan kultural
Kemiskinan relatif diartikan sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan
seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat
istiadat yang relative tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata
cara modern.
3. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relative diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi
karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau
keseluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan
pendapatan atau ketinpangan standar kesejahteraan
4. Kemiskinan struktural
Kemiskinan structural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena
rendahmya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada
suatu tatanansosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung
adanya kebebasan kemiskinan.
2.1.2 Jenis Kemiskinan
Adapun jenis – jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah :
1. Kemiskinan alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat
adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan prasarana
umum dan keadaan tanah yang kurang subur
2. Kemiskinan buatan
Kemiskinan buatan adaalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem
modernisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak
memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan
fasilitas ekonomi secara merata.
Kedua jenis kemiskinan seringkali masih dikaitkan dengan konsep
pembangunan yang secjak lama sudah dijalankan di negara –negara
berkembang pada decade 1970 an dan 1980 an (Jarnasy,2004:8).

4
2.1.3 Faktor yang Menyebabkan kemiskinan menurut Word Bank
Menurut Bank Dunia mengklasifikasikan beberapa faktor yang
menyebabkan kemiskinan, yaitu:
a. Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.
b. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana.
c. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.
d. Adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem
yang kurang mendukung.
e. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor
ekonomi (ekonomi tradisional vs ekonomi modern)
f. Rendahnya produktifitas dan tingkat pembentukan modal dalam
masyarakat.
g. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola
sumber daya alam dan lingkungannya.
h. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik.
i. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan
lingkungan
2.1.4 Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinana berdasarkan dengan Pusat Statistika sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan)
b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi)
c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tidak adanya infestasi untuk
pendidikan dan keluarga)
d. Kerentanan terhadap guncangan yang bersifat terhadap individual
maupun kelompok.
e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
f. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
g. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencarian yang
berkesinambungan.

5
h. Ketidakmamapuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental .
i. Ketidakmampuan dan ketergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita
korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal, dan
terpencil)
2.2 SIMANTRI
Simantri merupakan kepanjangan dari Sistem Pertanian Terintegrasi. Simantri
merupakan upaya untuk menciptakan teknologi pertanian karena sebagai
pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada
masyarakat pedesaan. Simantri mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan
sektor pendukungnya sesuai dengan potensi masing-masing wilayah dengan
mengoptimalkan sumber daya local yang ada (Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
2010). Kegiatan utama simantri ini berfokus pada budidaya tanaman dan ternak,
limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau
dan limbah ternak (faces dan urine) diolah menjadi biogas, biourine, pupuk
organikdan bio pestisida (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2010).
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 29 tahun 2010 mengenai Program
Simantri bahwa program/kegiatan pengembangan usaha sistem pertanian terintegrasi
(SIMANTRI) dilaksanakan dalam rangka pemberdayaan petani, peternak,
perkebunan, dan nelayan melalui kegiatan yang terintegrasi baik antara sub sektor
maupun antar sub sistem dalam agribisnis. Selain itu Gubernur bali menginginkan
Bali menjadi pulau organik. Bali organik merupakan program pemerintah Daerah Bali
dengan melaksanakan pembangunan pertanian dengan input sarana produksi pupuk
mengutamakan pemanfaatan pupuk organik, sehingga hasil produksi pertanian
maupun pangan lainnya adalah hasil produksi organik.
Program simantri dilakukan utuk mengembangkan inovasi dengan tiga kunci
utama, yaitu pengembangan, pemantapan, dan pengutuhan. Kegiatan integrasi
dilaksanakan berorientasi kepada uasha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan
mampu menghasilkan 4F, yaitu FOOD, FEED, FERTILIZER, dan FUEL. Program
Simantri harus dilakukan sesuai dengan konsep sehingga nantinya keberhasilan dari
simantri dapat berjalan secara efektif.

6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 SIMANTRI
3.1.1 Persentase Kemiskinan
Menurut data Bappeda Litbang Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik (BPS )
Provinsi Bali terjadi peningkatan persentase penduduk miskin di provinsi Bali pada
Maret 2017 dibandingkan dengan September 2016. Tingkat kemiskinan pada Maret
2017 mencapai 4,25 persen, naik 0,10 poin dibandingkan kondisi pada bulan September
2016 yang mencapai 4,15 persen. Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2017
mencapai 180,13 ribu orang, dengan komposisi 96,89 ribu orang di daerah perkotaan
dan 83,23 ribu orang di daerah perdesaan.
Garis kemiskinan Bali pada Maret 2017 mengalami peningkatan sebesar 4,33
persen, dari Rp 346.398, data pada September 2016 menjadi Rp 361.387,- pada Maret
2017. Garis kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama
mengalami peningkatan. Daerah perkotaan mengalami peningkatan garis kemiskinan
sebesar 3,69 persen, sedangkan di perdesaan mengalami peningkatan sebesar 5,28
persen. Jumlah penduduk miskin di Bali 6,17% (208.106 jiwa) yg sebagian besar (>
70% berdomisili di perdesaan dengan mata pencaharian petani). Peranan komoditas
makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditas nonmakanan terhadap pembentukan
garis kemiskinan di Bali pada Maret 2017.
Komoditas makanan memberi sumbangan sebesar 69,15 persen, sedangkan
komoditas non makanan hanya sebesar 30,85 persen.ndeks kedalaman dan keparahan
kemiskinan di Bali Maret 2017 sedikit mengalami peningkatan, masing-masing sebesar
0,153 poin untuk kedalaman dan 0,053 poin untuk keparahan jika dibandingkan kondisi
September 2016.Sepuluh komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai
Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan cenderung sama, diantaranya adalah
beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, cabe rawit, bawang merah,
kopi bubuk dan instan, kue basah, gula pasir, dan roti untuk perkotaan, mie instan untuk
pedesaan.Lima komoditas bukan makanan yang paling berpengaruh besar terhadap nilai
Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan diantaranya biaya perumahan,
bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik, dan pendidikan untuk perkotaan, kayu
bakar untuk pedesaan. Ketimpangan pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan

7
di daerah perkotaan dari 0,378 pada September 2016 menjadi 0,382 pada Maret 2017,
namun di daerah pedesaan mengalami penurunan dari 0,335 pada September 2016
menjadi 0,325 pada Maret 2017.

3.1.2 Pelaksanaan Program Simantri


Latar belakang Program Simantri :
1. Jumlah penduduk miskin di Bali 6,17% (208.106 jiwa) yg sebagian besar (> 70%
berdomisili di perdesaan dengan mata pencaharian petani)
2. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani: kurangnya akses terhadap sumber
permodalan, teknologi dan pasar.
3. Pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung/tidak
langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.
4. Konsep pembangunan agribisnis perdesaan selama ini masih bersifat parsial, tidak
fokus dan tak terjaga kontinyuitasnya.

Kondisi dan Permasalahan yang Bersifat Khusus dalam Pengembangan Usaha


Pertanian di Perdesaan :
1. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan usaha tani belum optimal dimana intensitas
tanam tanaman pangan rata-rata < 200 persen , hal ini terutama karena
keterbatasan irigasi dan juga permodalan usahatani.
2. Kegiatan usahatani belum dilaksanakan secara intensif sehingga produktivitas
masih relatif rendah (belum optimal sesuai potensi hasil).
3. Keterbatasan kemampuan SDM karena belum intensifnya pembinaan dan
pendampingan.
4. Budidaya ternak masih konvensional dan dalam skala kecil, serta pemberian
pakan belum proporsional sehingga produksi ternak belum optimal.
5. Limbah ternak (padat dan cair) belum dikelola/diproses dengan baik untuk pupuk
yang bermutu dan juga untuk biogas.
6. Limbah tanaman yang dapat dipergunakan sebagai pakan ternak juga belum
dikelola/diproses dengan baik menjadi pakan bermutu dan tahan simpan untuk
kebutuhan pada musim kemarau.
7. Terbatasnya infrastruktur khususnya jalan usahatani, bangunan konservasi air dan
infrastruktur lainnya.

8
8. Belum berkembangnya kegiatan pengolahan hasil pertanian dan kendala dalam
pemasaran hasil khususnya pada musim panen raya.
Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam
mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model
percontohandalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan.
Sasaran SIMANTRI :
1. Peningkatan luas tanam, populasi ternak, perikanan dan kualitas hasil.
2. Tersedianya pakan ternak berkualitas sepanjang tahun.
3. Tersedianya pupuk dan pestisida organik serta bio gas.
4. Berkembangnya diversifikasi usaha, lembaga usaha ekonomi dan infrastruktur di
perdesaan.
Simantri mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya
baik secara vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-masing wilayah dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Kegiatan integrasi yang
dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan
menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan utama adalah
mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah
untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces,
urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida.
Maksud dan Kegiatan Simantri :
1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan
berwawasan agribisnis.
2. Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran,
mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (clean and
green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara.
3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit
pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas .
4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan
pendapatan petani pelaksana, minimal 2 (dua) kali lipat dalam 4 – 5 tahun ke
depan.

9
Kriteria Lokasi Kegiatan Simantri :
1. Adalah desa yang memiliki potensi pertanian dan memiliki komoditi unggulan
sebagai titik ungkit.
2. Terdapat Gapoktan yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi.
3. Dapat dilaksanakan pada desa dengan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
memiliki SDM dan potensi untuk pengembangan agribisnis.
Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam
mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model
percontohandalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan.
3.1.3 Keterkaitan Program SIMANTRI dengan Kemiskinan di Provinsi Bali
Pemerintah Provinsi Bali sudah mencanangkan program Sistem Pertanian
Terintegrasi (SIMANTRI) pada tahun 2009 dan sudah berjalan hingga sekarang,
merupakan program Gubernur Bali di dalam mengatasi masalah-masalah di pedesaan
terutama masalah kemiskinan yang bertujuan menciptakan kesempatan kerja dan
meningkatkan pendapatan. Adapun daerah yang menjadi sasaran kegiatan SIMANTRI
yaitu Tabanan, Singaraja, Gianyar, Jembrana, Badung, Bangli dan Karangasem.
Pengembangan pertanian dengan program SIMANTRI ini bertujuan mendukung
berkembambangnya diversifikasi usaha tani secara terpadu terhadap potensi lokal,
meningkatkan pendapatan sebagai salah satu penunjang program pemerintah
mengentaskan kemiskinan, mengintegrasi usahatani tanaman pangan dan ternak, serta
merintis pengembangan pertanian terintegrasi secara berkelanjutan untuk meningkatakan
pendapatan. Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam
mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model
percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan. Simantri
mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya baik secara
vertikal maupun horizontal sesuai potensi masing-masing wilayah dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada.
3.1.4 Indikator Keberhasilan SIMANTRI
1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun petani.
2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian
dan industri rumah tangga.
3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani

10
4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi
usaha tani (pupuk, pakan, biogas, bio urine, bio pestisida diproduksi sendiri = in
situ)
5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic.
6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan.
7. Peningkatan pendapatan petani (minimal 2 kali lipat).
Paket Kegiatan SIMANTRI :
1. Pengembangan komoditi tanaman pangan, peternakan, perikanan dan
intensifikasi perkebunan sesuai potensi wilayah.
2. Pengembangan ternak sapi atau kambing dan kandang koloni (untuk 20 ekor sapi
dan atau 40 ekor kambing).
3. Bangunan instalasi bio gas 2 unit; kapasitas 11m3 sebanyak 1 unit dan kapasitas
5 m3 1 unit dilengkapi dengan kompor gas (kompor untuk biogas).
4. Bangunan instalasi bio urine sebanyak 1 unit.
5. Bangunan pengolah kompos dan pengolah pakan masing-masing sebanyak 1 unit.
6. Pengembangan tanaman kehutanan sesuai kondisi dan potensi masing-masing
wilayah.
Pembiayaan SIMANTRI tahun 2009 dan 2010 :
1. Pembiayaan Simantri bersumber dari dana Bansos APBD Provinsi Bali.
2. Tahun 2009 untuk 10 unit keg. Simantri dianggarkan Rp.2.120.000.000,- berupa
bansos untuk keg.fisik Rp.2.000.000.000,- dan Rp. 120.000.000,- berupa biaya
langsung untuk keg. Operasional.
3. Tahun 2010 untuk 40 unit keg. Simantri dianggarkan Rp.10.365.252.164,- berupa
bansos Rp.8.000.000.000,- untuk keg. fisik dan Rp.2.365.262.164,- berupa biaya
langsung untuk biaya operasional.
Keberlanjutan SIMANTRI tahun 2009 dan 2010, Pembiayaan kegiatan Simantri
setelah tahun pertama (I) untuk keberlanjutannya sampai dengan tahun keempat dan
kelima diharapkan dari :
1. Sharing kegiatan / pembiayaan SKPD terkait di Provinsi
2. Coorporate Social Responsibility (CSR) dan peran Pemerintah Kabupaten / Kota.
3. MoU pelaksanaan Simantri antara Gubernur Bali dengan Bupati / Walikota se-
Bali.

11
4. Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 29 Tahun 2010 tentang Keberlanjutan
Program Simantri.
Rencana Kegiatan SIMANTRI tahun 2011 antara lain :
1. Pengembangan kegiatan pada lokasi tahun 2009 dan tahun 2010 dengan alokasi
kegiatan lingkup pertanian di lokasi Poktan lain pada Gapoktan yang
bersangkutan
2. Pemantapan kegiatan tahun 2009 dan 2010 melalui alokasi kegiatan pendukung
oleh SKPD terkait pada Gapoktan yang bersangkutan (termasuk bantuan pabrik
mini pengolahan kompos di lokasi Simantri).
3. Pengutuhan kegiatan tahun 2009 dan 2010 pada Gapoktan yang bersangkutan.
4. Pengembangan kegiatan pada Gapoktan/ Desa di Kabupaten/Kota se Bali
(direncanakan sebanyak 100 unit Simantri).
5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic.
Tugas-tugas SKPD sebagai Motivator Kegiatan Simantri :
1. Memberikan motivasi dan pembinaan untuk pengembangan dan keberlanjutan
kegiatan Simantri berkoordinasi dengan PPL, Petugas Pendamping dan Tim
Teknis Simantri Kab./ Kota
2. Identifikasi dan pemecahan masalah pada lokasi Simantri berkoordinasi dengan
Tim Koordinasi Provinsi.
3. Memfasilitasi untuk adanya dukungan kegiatan dan pembiayaan dalam
pengembangan kegiatan Simantri berkoordinasi dengan SKPD terkait (Prov dan
Kab./Kota) dan Swasta/donatur (CSR).
4. Jika memungkinkan memfasilitasi Gapoktan pada lokasi Simantri berupa bantuan
pembiayaan/kegiatan sesuai tupoksi dan ketersediaan anggaran/kegiatan pada
SKPD motivator

12
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya tidak meratanya pembangunan di setiap daerah, tidak meratanya
pendapatan di setiap daerah , terbatasnya kesediaan pangan, dll. Salah satu program
pemerintah Bali untuk meminimalisir angka kemiskinan di bali adalah dengan
diberlakukannya program Simantri. Program Simantri ini sudah dilaksanakan sejak
tahun 2009. Sepanjang pelaksanaanya Program Simantri ini memberikan dampak
yang positif bagi kemajuan perekonomian di bali khususnya di kawasan pedesaan.
Dengan adanya program ini masyarakat bisa melatih kewirausahaan serta dapat
meningkatkan hasil pertanian, perkebunan , peternakan, dll yang mereka miliki.
4.2 Saran
Simantri memang memberikan dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat
di bali , namun perlu juga adanya peningkatan efektifitas pelaksanaan program ini
karena seperti yang diketahui masih banyak kendala – kendala yang dihadapi
masyarakat dalam hal ini. Salah satunya yaitu kurangnya pendamping di setiap
Gapoktan serta kurangnya pelatihan wirausaha yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat dalam pelaksanaan program simantri ini

13
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (n.d.) .jumlah penduduk miskin provinsi
Bali menurut Kabupaten/kota, 2002-2017. Diakses pada 5 november 2018.
https://bali.bps.go.id/dynamictable/2018/02/14/228/jumlah-penduduk-miskin-
provinsi-bali-menurut-kabupaten-kota-2001-2016.html
birohumas.baliprov.go.id.SIMANTRI.Diakses pada 11 Desember 2018
http://www.birohumas.baliprov.go.id/index.php/fasilitas/16/SIMANTRI

14

Anda mungkin juga menyukai