DISUSUN OLEH:
Puji dan Syukur saya sampaikan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat dan hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
penelitian dengan judul “Gejala Sosial Kemiskinan”. Dalam pembuatan makalah
ini meskipun banyak hambatan yang saya alami, akan tetapi saya berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zufahmi, S. Pd.
Selaku guru pembimbing mata Pelajaran sosiologi yang telah memberikan
kepercayaan kepada saya untuk Menyusun makalah ini. Saya jugamengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas arahan yang sudah diberikan oleh Bapak
dalam pembelajaran pada mata Pelajaran sosiologi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam terciptanya
makalah ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan makalah ini, agar kami bisa menyempurnakan makalah
ini untuk ke depannya bisa lebih baik lagi dari sisi makalah maupun keterampilan
dalam bacaan, isi, dan tulisan yang tercantum dalam makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 15
LAMPIRAN ............................................................................................. 16
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
BAB I PENDAHULUAN
1
Kemiskinan tidak hanya merujuk pada keterbatasan ekonomi, tetapi juga
mencakup ketidakmampuan memenuhi hak dasar seperti pendidikan, kesehatan,
dan pengalaman perlakuan yang adil dan bermartabat dalam kehidupan. Tantangan
kemiskinan di Indonesia terjadi baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan,
dengan jumlah penduduk miskin yang lebih besar di pedesaan daripada di
perkotaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 26,16 juta orang, dengan 14,34 juta orang tinggal di pedesaan
dan 11,82 juta di perkotaan.
Masalah utama yang dihadapi oleh banyak negara, terutama di dunia
berkembang, adalah kemiskinan. Kemiskinan merujuk pada kondisi di mana
seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, obat-
obatan, dan tempat tinggal (Hardinandar, 2019). Salah satu parameter penting
dalam mengevaluasi kemajuan pembangunan suatu daerah dari segi sosial dan
ekonomi adalah tingkat kemiskinan (Oktaviana et al., 2021).
Grafik kemiskinan di Indonesia menunjukkan korelasi dengan tingkat
kemiskinan di Jawa Timur. Meskipun begitu, tingkat kemiskinan di Jawa Timur
masih melampaui rata-rata kemiskinan di seluruh Indonesia, menjadi perhatian
khusus karena Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Menurut data BPS Indonesia (2021), angka kemiskinan rata-rata
di Jawa Timur menempatkannya pada peringkat ke-15 dari total 34 provinsi di
Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) memulai penghitungan jumlah dan persentase
penduduk miskin pada tahun 1984, mencakup periode 1976-1981 dengan
menggunakan data modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Sejak itu, BPS secara reguler merilis data jumlah dan persentase penduduk miskin
setiap tiga tahun. Hingga tahun 1987, informasi tentang penduduk miskin hanya
tersedia pada tingkat nasional dengan pemisahan antara daerah perkotaan dan
perdesaan. Pada tahun 1990, data mengenai penduduk miskin sudah dapat disajikan
hingga tingkat provinsi, meskipun beberapa provinsi masih digabung, seperti
Provinsi Jambi, Bengkulu, Timor Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. Mulai tahun 1993, data
mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin telah tersedia untuk seluruh
2
provinsi. Selanjutnya, sejak tahun 2002, BPS menyajikan data dan
informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota.
3
BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
mengenai jumlah dan persentase penduduk miskin telah tersedia untuk
seluruh provinsi. Selanjutnya, sejak tahun 2002, BPS menyajikan data dan
informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota.
Menurunkan tingkat kemiskinan merupakan tujuan utama bagi negara-
negara di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang mengalami
perkembangan, termasuk Indonesia (Ramdani, 2015). Girsang (2011) mencatat
bahwa mengurangi angka kemiskinan bukanlah tugas yang mudah, memerlukan
waktu yang cukup lama, dan secara umum, di banyak negara, tingkat kemiskinan
hanya turun kurang dari 2 persen setiap tahunnya. Proses pengurangan kemiskinan
harus dilakukan secara terencana, berkelanjutan, dan bertahap, serta memerlukan
kerjasama lintas sektor dari tingkat lokal hingga internasional.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkategorikan masyarakat
miskin dan mengidentifikasi penyebab kemiskinan, namun tantangan tetap ada.
Purnomo (2021) menyoroti bahwa kemiskinan bersifat multidimensional dan
dipengaruhi oleh berbagai kondisi. Selain itu, ketidakakuratan data mengenai
masyarakat miskin menjadi kendala serius dalam merumuskan kebijakan yang
efektif.
Gambar 3. 1 Persentase Kemiskinan di Indonesia Tahun 2013-2020
5
Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Operasional Sekolah, dan Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. Meskipun berbagai kebijakan tersebut
telah diimplementasikan, hasilnya belum mencapai optimal (Solikatun et al., 2014).
Dalam upaya menurunkan dan mengatasi tingkat kemiskinan, penting untuk
melakukan tindakan bersama secara terinci, melibatkan berbagai faktor yang
memengaruhi kemiskinan. Pendekatan ini diperlukan agar dapat secara langsung
menargetkan faktor-faktor yang erat kaitannya dengan kemiskinan (Annur, 2013).
6
meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program kebijakan
pendidikan untuk masyarakat tidak mampu.
Selain aspek pendidikan, faktor lain yang diyakini memiliki dampak
signifikan pada kemiskinan dan berperan sebagai elemen kunci dalam memperkuat
modal manusia adalah kesehatan. Kesehatan dianggap sebagai salah satu faktor
terbesar yang terkait dengan keberlangsungan kemiskinan. Investasi dalam
kesehatan dianggap sebagai langkah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
sumber daya manusia, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat secara
keseluruhan. Kehidupan dalam kondisi kemiskinan dapat mengakibatkan
lingkungan yang tidak sehat dan kurang pengetahuan tentang kesehatan,
meningkatkan kerentanan masyarakat miskin terhadap penyakit (Suryawati, 2005).
Dampak kemiskinan ini dapat memperburuk situasi ketika masyarakat miskin yang
sudah terkena penyakit sulit membayar biaya perawatan karena lebih
memprioritaskan kebutuhan harian daripada kesehatan, sehingga dapat mengurangi
produktivitas dan pendapatan mereka (Pribakti, 2018).
Untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik dan memadai, diperlukan
fasilitas kesehatan dan sanitasi yang baik dan layak. Sanitasi menjadi faktor penting
dalam konteks kemiskinan karena berdampak pada lingkungan yang pada
gilirannya memengaruhi kesehatan (Raharyanti, 2013). World Health Organisation
(2004) mengungkapkan bahwa sanitasi yang buruk dapat mengurangi kesejahteraan
manusia, dampaknya meliputi perkembangan sosial dan ekonomi serta pendidikan.
Meski demikian, pembangunan sanitasi di Indonesia masih terkendala oleh
pendapatan masyarakat yang rendah, di mana prioritas kebutuhan dasar lebih
mendapat perhatian daripada sanitasi. Oleh karena itu, upaya perbaikan sanitasi
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kondisi lingkungan,
serta berkontribusi pada indikator seperti harapan hidup, tingkat kematian bayi, dan
angka penyakit yang dipengaruhi oleh kualitas air (Raharyanti, 2013).
Jumlah anggota keluarga juga menjadi faktor yang berpengaruh pada
tingkat kemiskinan. Semakin banyak anggota keluarga, kondisi keuangan rumah
tangga cenderung semakin sulit (Sa’diyah & Arianti, 2012). Ini disebabkan oleh
beban biaya hidup yang meningkat dan tidak sebanding dengan pendapatan yang
diperoleh. Mantra (2003) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga melibatkan
7
semua individu yang tinggal dalam satu rumah tangga dan berkaitan dengan
kelompok penduduk yang termasuk dalam anggota tenaga kerja. Jumlah anggota
keluarga yang banyak menyebabkan peningkatan pengeluaran, sehingga keluarga
miskin sulit untuk menabung. Kondisi ini kemudian berdampak pada tingkat
pendidikan, kesehatan, dan sanitasi, mempengaruhi produktivitas, dan menurunkan
kualitas sumber daya manusia (Ishartono & Raharjo, 2016).
Dalam perspektif masyarakat miskin, jumlah anggota keluarga yang banyak
dianggap sebagai indikator penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga
(Suprianto et al., 2018). Rivani (2003) mencatat bahwa banyaknya tanggungan
keluarga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti jumlah anak yang berlebihan,
keberadaan anggota keluarga yang sudah lanjut usia, serta kesulitan dalam mencari
pekerjaan bagi anggota yang sudah lanjut usia. Rumah tangga miskin cenderung
memiliki jumlah anggota keluarga lebih banyak dibandingkan dengan rumah
tangga yang tidak miskin. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh jumlah fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan,
sanitasi, dan jumlah anggota rumah tangga terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia pada periode 2013-2020.
8
BAB III
BAB III METODELOGI PENELITIAN
9
ini digunakan untuk meneliti sampel tertentu dan mencapai hipotesis yang
telah ditetapkan. Lokasi penelitian mencakup seluruh 34 Provinsi di Indonesia.
Data yang digunakan berasal dari periode 2013-2020 dan bersumber dari Badan
Pusat Statistik Provinsi di Indonesia. Serta digunakan metode studi Pustaka dan
dokumentasi dalam proses pengumpulan dalam penelitian yang telah dilakukan.
10
BAB IV
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
12
menyatakan bahwa kesehatan tidak memengaruhi kemiskinan karena
kualitas kesehatan masyarakat yang baik dan ketidakberpengaruhannya terhadap
pekerjaan.
Dalam hal sanitasi, variabel ini memiliki dampak negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada periode 2013-2020. Temuan ini
mendukung hipotesis ketiga dan penelitian sebelumnya, seperti Mayasari et al.
(2018), yang menunjukkan bahwa peningkatan akses sanitasi dapat mengurangi
tingkat kemiskinan. Penelitian ini juga konsisten dengan Millenium Development
Goals (MDGs), yang menegaskan bahwa sanitasi dapat mengurangi kemiskinan.
Variabel Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, meskipun memiliki
koefisien negatif, tidak berpengaruh pada tingkat kemiskinan di Indonesia dari
tahun 2013 hingga 2020, dengan probabilitas lebih dari tingkat alfa 5%. Temuan ini
tidak sesuai dengan hipotesis penelitian sebelumnya, seperti Hanum (2018) dan
Astuti (2018). Penelitian ini sejalan dengan Humaidi et al. (2020) dan Kurniawan
(2017), yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga tidak memengaruhi
kemiskinan karena keberadaan kepala keluarga yang mencari pendapatan
tambahan.
Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan wawasan yang berharga
tentang faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia,
memberikan dasar untuk kebijakan yang lebih efektif dalam mengatasi masalah
kemiskinan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu metrik yang terdiri dari
tiga indikator komposit, yaitu lama hidup, pendidikan, dan standar hidup yang
diukur melalui pengeluaran perkapita yang disesuaikan dengan paritas daya beli.
Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan dianggap mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin meningkat pula
pengetahuan dan keterampilannya, yang pada gilirannya mendorong peningkatan
produktivitas kerja. Produktivitas yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan dan
mengurangi kemiskinan, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena
perusahaan dapat memberikan gaji lebih tinggi kepada karyawan yang produktif.
12
Dalam sektor informal, seperti pertanian, peningkatan keterampilan tenaga
kerja dapat efisien dalam meningkatkan hasil produksi. Individu yang memiliki
produktivitas tinggi akan mencapai kesejahteraan yang lebih baik melalui
peningkatan pendapatan dan konsumsi. Faktor rendahnya produktivitas pada
kelompok miskin dapat disebabkan oleh keterbatasan akses mereka terhadap
pendidikan.
Pembangunan manusia di Indonesia diartikan sebagai upaya untuk
mengurangi tingkat kemiskinan, dengan investasi pada pendidikan dan kesehatan
memberikan dampak yang lebih signifikan pada penduduk miskin. Fasilitas
pendidikan dan kesehatan menjadi aset utama bagi penduduk miskin, membantu
meningkatkan produktivitas, dan akhirnya meningkatkan pendapatan mereka.
Pengaruh inflasi terhadap kemiskinan adalah isu yang signifikan. Inflasi,
yang mencerminkan kenaikan terus-menerus harga barang, mempengaruhi
stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi dapat mengganggu
perekonomian dan menurunkan nilai mata uang, sementara inflasi yang terlalu
rendah dapat menekan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Keynes
menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonominya, menciptakan persaingan untuk mendapatkan bagian
lebih besar dari sumber daya yang tersedia dan menghasilkan kesenjangan inflasi.
13
BAB V
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kemiskinan tidak hanya merujuk pada keterbatasan ekonomi, tetapi
juga mencakup ketidakmampuan memenuhi hak dasar seperti pendidikan,
kesehatan, dan pengalaman perlakuan yang adil dan bermartabat dalam kehidupan.
Tantangan kemiskinan di Indonesia terjadi baik di wilayah pedesaan maupun
perkotaan, dengan jumlah penduduk miskin yang lebih besar di pedesaan daripada
di perkotaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin
di Indonesia mencapai 26,16 juta orang, dengan 14,34 juta orang tinggal di
pedesaan dan 11,82 juta di perkotaan.
Terdapat sejumlah faktor yang berkontribusi pada kemiskinan, dan salah
satu penyebab utama adalah rendahnya tingkat pendidikan. Pendidikan dianggap
sebagai jalur kunci bagi kemajuan suatu negara, terkait erat dengan karakter
pembangunan dan pertahanan masyarakat dalam suatu bangsa. Tingkat pendidikan
yang tinggi dianggap krusial untuk mencapai kesejahteraan, karena pendidikan
rendah dapat membatasi kemampuan individu dalam mengembangkan diri dan
bersaing di dunia kerja, di mana tingkat pendidikan umumnya menjadi prioritas
utama.
5.2 Saran
Untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan analisis kemiskinan,
dapat diperluas cakupannya dengan mempertimbangkan wilayah yang lebih luas.
Analisis dapat dilakukan menggunakan metode multidimensional scaling atau
pendekatan analisis multivariat lainnya. Bagi peneliti yang baru menggunakan
program R, disarankan untuk mengunduh fungsi pendukung sebelumnya untuk
memastikan ketersediaan fungsi-fungsi yang diperlukan, terutama dalam konteks
analisis multidimensional scaling. Proses pengunduhan fungsi dapat dilakukan
melalui menu packages, kemudian pilih install package(s).
14
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, F., Aminiah, N. & Handono, P., 2018. Data dan Informasi Kemiskinan
Kabupaten/Kota Tahun 2018. s.l.:s.n.
Sarbaini, Zukrianto & Nazaruddin, 2022. Pengaruh Tingkat Kemiskinan Terhadap
Pembangunan Rumah Layak Huni di Provinsi Riau Menggunakan Metode
Analisis Regresi Sederhana. journal Teknologi dan Manajemen Industri
Terapan, 1(3), pp. 131-136.
15
LAMPIRAN
16