Dosen Pengampu
Dr. Wahyu Hidayat Riyanto, MM
Anggota Kelompok 11
Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
2021/2022
Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan
kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan denagn lancar. Sholawat serta
salam juga kami ucapan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai ungkapan
rasa hormat dan tawadlu kami terhadap beliau.
Makalah ini kami sajikan berdasarkan pemikiran serta kajian yang kami lakukan
untuk memenuhi penugasan mata kuliah Perekonomian Indonesia. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan guna kemajuan makalah selanjutnya agar lebih baik lagi. Selanjutnya, kami
memiliki harapan makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Kemiskinan dan Kesenjangan 3
B. Penyebab Kemiskinan dan Kesenjangan 3
C. Jenis – Jenis Kemiskinan dan Kesenjangan 6
D. Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan 7
E. Dampak Kemiskinan Bagi Indonesia dan Ekonomi Nasional 9
F. Laju Perkembangan Kemiskinan dan Kesenjangan Daerah Bali …………………..10
G. Solusi Menyelesaikan Kemiskinan dan Kesenjangan ……………………………...13
BAB III
PENUTUP 15
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….15
B. Saran 15
C .Tujuan Penulisan
Dari perumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan
yang diantaranya sebagai berikut :
3. Kemiskinan kultural
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terbentuk karena kebiasaan masyarakat
yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-nilai yang diusung, pemikiran, maupun cara
kerja. Contoh kemiskinan kultural yang banyak terjadi di masyarakat sebagai berikut:
1. Malas
2. Etos kerja yang rendah
3. Mudah menyerah pada nasib
4. Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
1. Kurva Lorenz
Cara umum yang lain melihat penghasilan pribadi adalah dengan membuat apa yang
dinamakan dengan Kurva Lorenz. Jumlah penerimaan penghasilan ditempatkan diatas
sumbu horizontal sedangkan sumbu vertikal menggambarkan bagian jumlah penghasilan
yang diterima oleh masing-masing persentase populasi. Kedua sumbu tersebut
Koefisien Gini adalah persamaan ukuran ketimpangan dan bisa berbeda-beda dari nol
yang mengindikasikan suatu kemerataan sempurna (perfect equality) sampai satu yang
berarti suatu ketimpangan total (perfect inequality) dalam distribusi pendapatan dan
pengeluaran. Adapun kriteria ketimpangan pendapatan berdasarkan Koefisien Gini adalah :
1. Lebih dari 0,5 adalah berat.
2. Antara 0,35 dan 0,5 adalah sedang.
3. Kurang dari 0,35 adalah ringan.
Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan perlu pula membagi penduduk
dalam kelompok-kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok penduduk dengan pendapatan tinggi yang merupakan 20% dari jumlah
penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB.
2. Kelompok penduduk dengan pendapatan menengah yang merupakan 40% dari
jumlah penduduk yang menerima pendapatan nasional/regional/PDRB.
Total perekonomian Bali pada tahun 2021 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp 219,80
triliun. Atau jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali
tersebut tercatat sebesar Rp 143,87 triliun.
Dengan besaran tersebut, ekonomi Bali triwulan IV-2021 tercatat tumbuh 4,52
persen jika dibandingkan dengan capaian triwulan III-2021 (q-to-q). Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi tercatat pada lapangan usaha Kategori C (Industri Pengolahan)
sebesar 17,71 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat
pada Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 27,72 persen.
Struktur ekonomi Bali dari sisi produksi, pada tahun 2021 masih didominasi oleh
Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) yang tercatat berkontribusi
Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2020 tercatat sekitar 165,19 ribu
orang. Bertambah sekitar 8,3 ribu orang dibandingkan jumlah penduduk miskin pada
September 2019 yang tercatat sekitar 156,91 ribu orang.
Selama periode September 2019 – Maret 2020, persentase penduduk miskin di
daerah perkotaan tercatat mengalami peningkatan, dari 3,04 persen pada September
2019 menjadi 3,33 persen pada Maret 2020. Sebaliknya, persentase penduduk miskin di
daerah perdesaan mengalami penurunan dari 4,86 persen pada September 2019 menjadi
4,78 persen pada Maret 2020.
Garis kemiskinan tercatat naik sekitar 4,10 persen, dari Rp 412.906,00 per kapita
per bulan pada September 2019 menjadi Rp 429.834,00 per kapita per bulan pada Maret
2020.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Bali pada Maret 2020 tercatat sebesar 0,524,
naik sebesar 0,02 poin dibandingkan September 2019. Sedangkan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) tidak mengalami perubahan dibanding September 2019 yang tercatat
B.Saran