Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA
(MASALAH KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN)

Dosenpengampuh:
Agustinus Fangohoy,SE.,M.Si

Disusunoleh :
Sooyatul hajar (202061201033)
Rahma Wati Sri Wulandari (202061201059)
Yosi kriswanto irjanri paca (202061201091)
Selvina Ruvina Dengga (202061201147)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2022
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh.Segalapujidansyukurkehadirat Allah SWT


atasberkah,Rahmatdanhidayah-Nya yang senantiasa di limpahkankepada kami sehingga kami
dapatmenyelesaikanmakalahini.
Dalamkesempatanini ,kamiinginmengucapkanterimakasihkepadaDosenpengampumatakuliah
“PEREKONOMIAN INDONESIA“yangtelahmemberikantugasinikepada kami
sehinggadapatmenambahpengetahuandanwawasa kami.
Adapuntujuandaripenulisanmakalahiniadalahuntukmemenuhitugaspadamatakuliah
“PEREKONOMIAN INDONESIA”
Kami menyadaribahwapenyusunanmakalahinijauhdari kata
sempurna.Olehkarenaitu,kamimengharapkankritikdan saran yang bersifatmembangun.
Kritikdan saran yang membangunakan kami nantikan demi kesempurnaanmakalahini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Masalah penduduk dan pembangunan ekonomi....................................................................3
B. Konsep dan definisi ketenagakerjaan angkatan kerja di Indonesia.....................................5
C. Tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran,jenis pekerjaan dan
tingkat upah ......................................................................................................................................7
D.kebijakan upah minimum dan kebijakan dibidang ketenagakerjaan…………………………………..

BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Di dalam perekonomian suatu negara penduduk Berfungsi ganda. Dalam konteks pasar
mereka berada di Sisi permintaan dan sisi penawaran. Di sisi permintaan Mereka berdiri
sebagai konsumen dan pada sisi penawaran Mereka berdiri sebagai produsen atau sebagai
tenagaKerja. Sedangkan dalam konteks pembangunan, pandangan Mengenai penduduk
terpecah menjadi dua. Ada yang Beranggapan sebagai penghambat pembangunan dan ada
pula Yang beranggapan sebagai pemacu pembangunan.. Penduduk dipandang sebagai
penghambat pembangunan Karena keberadaan mereka dalam jumlah besar dan Pertumbuhan
yang sangat tinggi dinilai hanya menambah Beban pembangunan karena dianggap bisa
mengurangi Pendapatan per kapita dan banyak menimbulkan masalah Kependudukan seperti
masalah ketenagakerjaan, Kriminalitas, sosial dan sebagainya. Sementara itu Penduduk
dipandang sebagai pemacu pembangunan karena Kegiatan mereka dalam berproduksi dan
berkonsumsi Menimbulkan kegiatan perekonomian yang hidup dan Semarak. Pada jaman
globalisasi seperti sekarang ini di Mana migrasi internasional semakin sangat mudah
Berlangsung menjadikan asumsi tentang batas maksimum Atau jumlah ideal penduduk
menjadi tidak relevan. Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan Sesungguhnya
tidak terlalu berhubungan dengan aspekJumlah penduduk melainkan lebih terkait dengan
Variabel-variabel lain kependudukan dan karakteristik Penduduk yang bersangkutan.
Variabel-variabel lain itu Misalnya penyebarannya, komposisi pendudukan, kepadatan Dan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang Dimaksud adalah tingkat pendapatan,
kesehatan dan Pendidikan. Satu hal yang penting bahwa masalah Kependudukan
mengakibatkan timbulnya permasalahan-Permasalahan yang sifatnya lebih kompleks dalam
Pembangunan nasional, terutama kaitannya dengan masalah Ketenagakerjaan dan masalah
ketenagakerjaan ini sudah Pasti tidak akan dapat lepas dari masalah pengupahan. Apalagi bila
dikaitkan dengan kualitas tenaga kerjayang tersedia dan kemampuan penyerapan lowongan
Pekerjaan terhadap tenaga kerja yang membutuhkan Sangatlah tidak seimbang.
B.Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa masalah penduduk dan pembangunan ekonomi
2. Apa konsep dan definisi ketenagakerjaan, angkatan kerja di Indonesia
3. Bagaimana tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran,jenis pekerjaan
dan tingkat upah
4. Bagaimana kebijakan upah minimum dan kebijakan dibidang ketenagakerjaan

C.Tujuan
Dari rumusan masalah diatas memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. untuk mengetahui masalah apa saja di dalam kependudukan dan pembangunan ekonomi
2. Untuk mengetahui konsep dan definisi ketenagakerjaan, angkatan kerja di Indonesia
3. Untuk mengetahui tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran, jenis
pekerjaan dan tingkat upah
4. Untuk mengetahui tentang kebijakan upah minimum dan kebijakan dibidang
ketenagakerjaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah penduduk dan pembangunan ekonomi


Pada umumnya di Negara yang sedang berkembang perkembangan penduduk sangat tinggi
tingkat kecepatan perkembangannya dan besar jumlahnya.
Yang dimaksud dengan masalah penduduk adalah :
Masalah perkembangan penduduk sangat besar si nagara berkembang
Pertambangan penduduk menimbulkan :
 Jumlah pengangguran tinggi
 Jumlah tenaga kerja bertambah
 Perpindahan penduduk dari desa ke kota
 Pengangguran dikota besar bertambah
 Tingkat kemiskinan meningkat

Dinegara berkembang laju pertambahan penduduk merupakan masalah pembangunan yang


utama dan sukar diatasi, para ahli menyarankan masalah pertambahan penduduk dinegara
berkembang harus segera diatasi untuk dapat mempercepat laju perkembangan ekonomi,
yaitu dengan program menekan laju pertambahan penduduk.Tetapi usaha menekan laju
pertambahan penduduk menghadapai beberapa masalah, seperti:
- Ekonomi
- Sosial budaya
- Keagamaan
- Politik dan
- Psikologi
Masalah tersebut yang menghambat usaha menekan pertambahan penduduk dalam waktu
yang singkat.
Faktor Yang Mempercepat Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di dunia yang jumlahnya besar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak pada masa sekarangDalam satu abad
jumlah penduduk dunia berkembang dari 1,6 miliar menjadi 6 miliar.Perkiraan tahun
2005 mencapai 6.420 juta
2. Tingakat pertambahan penduduk yang relatif sangat pesat dewasa iniDari penelitian
B. Berelson tahun 1650 -1750 laju pertambahan penduduk dunia 0,3 %, tahan 1960-
an laju rata-rata 2 %.Pada negara berpendapatan rendah (LIC – low income countries)
periode 1976 – 2000 laju mencapai 1,4 miliar, dan dalam proporsi penduduk dunia
mencapai 60,4 %, untuk MIC – middle income countries = 23.9 % dan untuk HIC –
High income countries = 15.7 %Faktor Yang Menimbulkan Tingkat perkembangan
Penduduk Yang Cepat.
P. Bairoch membedakan perkembangan penduduk pada negara berkembang dalam tiga tahap,
yaitu :
1. Periode 1900 – 1920 tingkat perkembangan penduduk lambat
2. Periode 1920 – 1950 Penurunan tingkat kematian
3. Periode 1950 – 1970 bertambah laju penduduk

Dari tahapan tersebut dapat disimpulkan :


Bahwa perkembangan penduduk sangat pesat dinegara berkembang disebabkan noleh
penurunan tingkat kematian dengan tidak diikuti oleh penurunan angka kelahiran dan
kematian, dan perpindahan penduduk dari negara lain secara alamiah.
Transisi Demografi
Perkembangan penduduk dinegara maju dan berkembang menunjukan perubahan keadaaan
perkembangan penduduk atau transisi demografi..
Transisi demografi dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap 1
Perkembangan penduduk masih rendah dengan tingkat kelahiran ini, negara maju
pada periode 1800 – 1850 dan untuk negara berkembang 1800 - 1950
2. Tahap 2
Tingkat kematian menurun tetapi tingkat kelahiran masih tetap tinggi, maka tingkat
pertambahan penduduk semakin besar.Negara maju pada periode 1850 – 1910 dan
negara berkembang 1950 - 1970
3. Tahap 3
Pada negara maju tingkat kematian penurun dan tingkat kelahiran juga menurun,
maka laju pertambahan penduduk mencapai tingkat yang rendah, periode 1910 - 1970
Pada negara berkembang, pada tahap 3 dibedakan kedalam dua keadaan, yaitu :
a. Keadaan kasus (a)
Tingkat kematian tidak mengalami penurunan dan tingkat kelahiran juga tidak
mengalam perubahan, jadi laju penduduk tidak berubah.
b. Keadaan kasus (b)
Tingkat kematian mengalami penurunan dan kelahiran juga menurun, tetapi lebih
tinggi dari penurunan tingkat kematian, jadi tingkat pertambahan penduduk
mengalami proses penurunan.
Pada dasawarsa dewasa ini perkembangan penduduk yang cepat dan jumlahnya yang sangat
besar, telah membawa damapak terhadap :
1. Struktur penduduk yang berat sebelah
2. Pengangguran yang semakin serius
3. Arus urbanisasi yang tinggi
Struktur penduduk
Perkembangan penduduk yang semakin cepat menyebabkan :
a. Proporsi penduduk belum dewasa bertambah tinggi
b. Jumlah anggotan keluraga bertambah besar

Kondisi Negara Maju Negara Berkembang


Bawah 15 Th 25 – 30 % 40 – 45 %
Produktif 55 – 60 % 50 – 55 %
Jumlah anggota 1x 1,5 x

Masalah Pengangguran
Taksiran dari Boiroch, jumlah tenaga kerja di Negara berkembang dari 0, 8 % pada tahun
1950 naik manjadi 1,7 % pada tahun 1970, di Negara maju berkisar 0,7 %.
Perkiraan tingkat pertambahan tenaga kerja pada periode tahun 2000, Negara maju 0,9 % dan
Negara berkembang 2,6 – 2,8 %.
Secara umum di Negara berkembang :
1. Laju perekonomian masih rendah
2. Tidak mencukupi lapangan kerja
3. Bersifat pada sektor pertanian
4. Terdapat pengangguran terbuka dan terselubung.

Arus urbanisasi
Pembangunan ekonomi yang belum merata disetiap wilayah dan pertambahan penduduk yang
tinggi, ini menyebabkan timbul masalah lain, yaitu migrasi penduduk desa ke kota.
Migrasi menimbulkan beberapa masalah, seperti
1. Tingkat pengangguran penuh dan terselebung meningkat
2. Masalah kongesti – kesesakan
3. Penyerobotan tanah
4. Pembangunan rumah liar
5. Perumahan yang kurang memadai – slumps
6. Kriminalitas, dll

Urbanisasi di negara maju


Migrasi penduduk di negara maju memunculkan pertumbuhan ekonomi yang harmonis atau
saling menguntungkan ;
Kegiatan ekonomi dikota umumnya :
a. Kegiatan bidang industri
b. Pemerintahanl
c. Pengangkutan
d. Badan keuangan
e. Perdagangan.
Kegiatan tersebut membutuhkan tenaga kerja. Di negara maju jumlah perpindahan tenaga
kerja dari sektor pertaniann ke sektor industri, jumlhanya sam besar dengan kebutuhan tenaga
kerja yang diperlukan oleh perkembangan kegiatan ekonomi di kota.
Urbanisasi di negara berkembang
Pada umumnya migrasi yang terjadi berlebihan, jadi pertumbuhan penduduk di kota sangat
cepat, di kota-kota negara berkembang mencapai antar 4 – 7 %, tidak diimbangi dengan
perkembangak kegiatan ekonomi di kota.
Untuk tahun 2000 tingkat urbanisasi di negara berkembang mencapai 42,6 %.
Urbanisasi menimbulkan :
1. pengangguran terbuka
2. Pengangguran terselubung
Dua hal ini yang mempertparah tingkat pengangguran dalam suatu negara berkembang.
Jadi masalah pengangguran di kota – kota besar di negara berkembang merupakan masalah
yang harus diatasi agar laju perkembangan ekonomi dapat dipercepat.
Kemiskinan dan keterbelakangan
Masalah ini banyak muncul di negara berkembang, termasuk Indonesia. Kemiskinan, hingga
keterbelakangan seperti satu paket yang sulit diputus.Keadaan seperti itu sering dialami
keluarga miskin yang menempati kantong-kantong pemukiman atau daerah terpencil yang
belum terjamah oleh kebijakan pembangunan.Mayoritas masyarakatnya berpendidikan
rendah yang berakibat pada hadirnya generasi bodoh dan terbelakang.
Ketimpangan hasil pembangunan
Sekalipun pendapatan nasional dan pendapatan perkapita tinggi, bukan berarti kemakmuran
masyarakat ikut naik. Sebab, bisa jadi pendapatan tersebut hanya beredar di antara segelintir
orang atau golongan tertentu.Hal seperti itu menyebabkan ketimpangan dalam masyarakat.
Ketimpangan dapat dipicu oleh tidak meratanya pendapatan spasial, tidak meratanya
pendapatan nasional, tidak meratanya pendapatan regional, dan kesenjangan sosial.

B. Konsep dan definisi ketenagakerjaan angkatan kerja di Indonesia


Angkatan Kerja
Membicarakan angkatan kerja, sebenarnya berhubungan erat dengan jumlah penduduk.
Ukuran besar-kecilnya angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah
penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Definisi angkatan kerja adalah penduduk yang
sudah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja, belum bekerja, atau sedang mencari
pekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah Indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia
kerja adalah mereka yang berusia minimal 15 tahun sampai 65 tahun. Namun, tidak semua
penduduk yang memasuki usia tadi disebut angkatan kerja. Sebab penduduk yang tidak aktif
dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok angkatan kerja, seperti ibu rumah
tangga, pelajar, dan mahasiswa, serta penerima pendapatan (pensiunan). Pembagian usia
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Selain jumlah penduduk, pertumbuhan angkatan
kerja dipengaruhi pula oleh struktur penduduk berdasarkan: jenis kelamin, usia penduduk,
dan tingkat pendidikan. Makin banyak komposisi jumlah penduduklaki -laki dalam suatu
negara, semakin tinggi pula angkatan kerja di negara itu. Mengapa? Karena ibu rumah tangga
tidak digolongkan sebagai tenaga kerja. Sementara, usia penduduk berpengaruh pada jumlah
angkatan kerja dalam suatu negara. Semakin besar jumlah penduduk yang berusia produktif,
maka semakin tinggi pula angkatan kerjanya. Selanjutnya, semakin rendah tingkat pendidikan
penduduk suatu negara, maka akan makin rendah pula angkatan kerjanya, sebab saat ini
tingkat pendidikan adalah salah satu syarat untuk memasuki dunia kerja. Berkaitan dengan
syarat memasuki dunia kerja, selain tingkat pendidikan terdapat kriteria lain yang ditetapkan
oleh perusahaan atau instansi dalam menerima calon tenaga kerja, seperti:
1. Jenis penseperti
2. Keahlian khusus
3. Pengalaman kerja
Te
4. Kesehatan
5. Sikap dan kejujuran.
Tenaga Kerja

naga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja atau
aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja
adalah faktor produksi yang sangat penting bagi setiap negara, di samping faktor alam dan
faktor modal. Dikatakan demikian, sebab walaupun suatu negara mempunyai sumber daya
alam dan modal yang besar, dia tetap membutuhkan tenaga kerja sebagai salah satu faktor
produksinya. Tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam yang merupa- kan faktor produksi
tidak hanya berperan penting dalam peningkatan jumlah produksi, tetapi juga dapat
mendorong naiknya pendapatan nasional. Tingginya pendapatan nasional memungkinkan
terbentuknya tabungan, baik tabungan masya- rakat, tabungan perusahaan, atau tabungan
pemerintah. Tabungan adalah sumber investasi untuk perluasan usaha, sehingga akan
membuka lapangan kerja baru. Banyaknya angkatan kerja yang terserap pada lapangan
pekerjaan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan tenaga
kerja sangat erat kaitannya dengan produktivitas kerja. Jika kesejahteraan tenaga kerja baik,
maka produktivitasnya akan meningkat. Sebab pekerja akan dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya, sehingga tenaga dan pikirannya akan terfokus pada pekerjaannya. Di lain
pihak, kesejahteraan tenaga kerja harus diimbangi dengan peningkatan kualitas tenaga kerja
itu sendiri. Hal itu perlu dilakukan sebab dengan kualitas tenaga kerja yang rendah
peningkatan produktivitas akan sulit dicapai akibatnya pendapatan pekerja pun akan sulit
untuk ditingkatkan lagi. Berkaitan dengan itu, peningkatan kualitas tenaga kerja dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pelatihan Tenaga Kerja Pelatihan tenaga kerja adalah
keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan
kompetensi, produkti- vitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan
keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pemagangan
Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu
antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung. Pemagangan itu di
bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/ buruh yang sudah berpengalaman
dalam proses produksi barang/jasa di perusahaan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Perbaikan Gizi dan Kesehatan Agar dapat
mendukung ketahanan fisik dalam bekerja dan meningkatkan kecerdasan tenaga kerja dalam
menerima pengetahuan baru dan meningkatkan semangat kerja, maka diperlukan peningkatan
gizi dan kesehatan bagi pekerja. 

C. Tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran,jenis pekerjaan,dan


tngkat upah
Tingkat partisipasi angkatan kerja dan jenis pekerjaan
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2021 sebanyak 140,15 juta orang, naik 1,93 juta orang
dibanding Agustus 2020. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,03
persen poin. Penduduk yang bekerja sebanyak 131,05 juta orang, naik sebanyak 2,60 juta
orang dari Agustus 2020. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase
terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan (0,65 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan
yang mengalami penurunan terbesar yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (1,43
persen poin).Sebanyak 77,91 juta orang (59,45 persen) bekerja pada kegiatan informal, turun
1,02 persen poin dibanding Agustus 2020. Persentase pekerja paruh waktu naik sebesar 1,03
persen poin, sementara persentase setengah pengangguran turun 1,48 persen poin
dibandingkan Agustus 2020. Jumlah pekerja komuter pada Agustus 2021 sebanyak 7,34 juta
orang, naik sebesar 330 ribu orang dibanding Agustus 2020.
Tingkat pengangguran
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2021 sebesar 6,49 persen, turun 0,58 persen
poin dibandingkan dengan Agustus 2020. Terdapat 21,32 juta orang (10,32 persen penduduk
usia kerja) yang terdampak COVID-19. Terdiri dari pengangguran karena COVID-19 (1,82
juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 (700 ribu orang), sementara
tidak bekerja karena COVID-19 (1,39 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami
pengurangan jam kerja karena COVID-19 (17,41 juta orang).
Tingkat upah
Beberapa temuan penting antara lain, hasil analisa dengan menggunakan metode panel data
terbukti bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
dan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara signifikan dan berkorelasi positif mempengaruhi
besaran Upah Minimum Propinsi di Indonesia; Atas dasar penghitungan dengan
menggunakan data hasil survei struktur upah BPS (2006-2008) menunjukkan bahwa secara
rata-rata tingkat upah pekerja pada sektor pertambangan jauh di atas tingkat rata-rata upah
pekerja pada sektor perhotelan dan industri pengolahan, dengan peningkatan rata-rata tingkat
upah sektor pertambangan jauh melebihi kedua sektor lainnya, sehingga pada tahun 2008
hampir tiga kali lipat dari rata-rata upah pekerja di sektor industri; Differensiasi upah antar
gender tidak terjadi pada semua sektor industri dan tidak di semua posisi jabatan/pekerjaan.
Pada posisi tertentu di sektor tertentu rata-rata upah laki-laki lebih tinggi dari pada upah
perempuan, namun sebaliknya di posisi lain pada sektor yang lainnya rata-rata upah
perempuan jauh lebih tinggi daripada upah laki-laki. Bila besaran upah yang diterima paralel
dengan produktivitas kerja, maka baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat
produktivitas yang bervariasi tergantung posisi jabatan/pekerjaan dan sektor usaha yang
didudukinya. Produktivitas tenaga kerja merupakan produktivitas parsial dalam suatu
industri, namun dari tingkat produktivitas yang ada, perusahaan/industri yang menggunakan
labour intensif mempunyai tingkat produktivitas yang lebih rendah daripada
perusahaan/industri yang capital intensif. Tingkat produktivitas, inflasi, pengangguran dan
upah tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan kenaikan
upah di Indonesia. Namun demikian, nampak bahwa tingkat pengangguran tidak signifikan
secara statistik. Tingginya pengangguran tidak mampu menurunkan upah pada tingkat
tertentu, meskipun secara teoritis tingkat pengangguran berpengaruh secara negatif.
Produktivitas mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan pergerakan tingkat upah di
Indonesia, dengan nilai elastisitas produktivitas terhadap upah sebesar 0,820.
D. Kebijakan upah minimum dan kebijakan dibidang ketenagakerjaan
Kebijakan upah minimum
Menurut Undang Undang No 13 tahun 2003 disebutkan bahwa upah minimum hanya
ditujukan bagi pekerja dengan masa kerja 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) tahun. Dari definisi
tersebut, terdapat dua unsur penting dari upah minimum (Sumarsono, 2003) yaitu adalah:
a) Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh pada waktu
pertama kali dia diterima bekerja.
b) Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh secara minimal
yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan keperluan rumah tangga.
Sumarsono (2003) mengemukakan pula bahwa upah merupakan sumber utama penghasilan
seorang pekerja, sehingga upah harus cukup memenuhi kebutuhan pekerja dan keluarganya
dengan wajar. Batas kewajaran tersebut dalam Kebijakan Upah Minimum di Indonesia dapat
dinilai dan diukur dengan kebutuhan hidup minimum (KHM) atau seringkali saat ini disebut
dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Namun kenyataannya justru menunjukkan bahwa hanya sedikit perusaha yang secara sadar
dan sukarela terus menerus berusaha meningkatkan penghidupan karyawannya, terutama
pekerja golongan yang paling rendah. Di pihak lain, karyawan melalui serikat pekerja
dan/atau dengan mengundang pemerintah selalu menuntut kenaikan upah. Tuntutan seperti
itu yang tidak disertai dengan peningkatan produktivitas kerja akan mendorong pengusaha
untuk : (a) mengurangi penggunaan tenaga kerja dengan menurunkan produksi ; (b)
menggunakan teknologi yang lebih padat modal ; dan/atau (c) menaikkan harga jual barang
yang kemudian justru akan mendorong inflasi (Sumarsono, 2003).

Prinsip-Prinsip Dalam Penetapan Kebijakan Upah Minimum di Indonesia


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1999, paling tidak ada sepuluh
prinsip-prinsip yang harus ditaati dalam penetapan kebijakan upah minimum di Indonesia.
(1) Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap.
(2) Upah minimum wajib dibayar kepada bekerja secara bulanan atau dengan kesepakatan
antara pekerja dan pengusaha misalnya untuk upah mingguan atau upah dua mingguan.
(3) Besarnya upah pekerja yang berstatus tetap, tidak tetap, atau dalam masa percobaan
adalah serendah-rendahnya sebesar upah minimum.
(4) Upah minimum hanya berlaku untuk pekerja yang bekerja dibawah satu tahun.
(5) Peninjauan upah dilakukan atas kesepakatan antara pekerja/serikat pekerja dan
pengusaha.
(6) Pekerja dengan sistem borongan atau dengan satuan hasil serendah rendahnya adalah
sebesar upah minimum untuk upah bulanannya.
(7) Upah pekerja harian lepas ditetapkan secara bulanan berdasar hari kehadiran (dengan
pro rata basis).
(8) Perusahaan yang telah memberikan upah diatas upah minimum tidak diperbolehkan
menurunkan upah.
(9) Dengan kenaikan upah minimum, pekerja diwajibkan untuk memelihara prestasi kerja
(produktivitas) yang ukurannya dirumuskan bersama antara pekerja dan pengusaha.
(10) Pengusaha yang tidak mampu menerapkan kebijakan upah minimum untuk pekerja
diijinkan untuk melakukan penangguhan sementara kepada pemerintah atau pejabat yang
ditunjuk.
Selanjutnya dengan adanya otonomi daerah pemerintah mengatur kebijakan
ketenagakerjaannya, termasuk didalamnya kebijakan upah minimum di dalam Undang
Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang isinya antara lain:
(1) Pemerintah menetapkan upah berdasarkan kebutuhan hidup layak(KHL) dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga Upah minimum
diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.
(2) Upah Minimum dapat diterapkan: (a) berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;
(b) berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum
sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta pembagiannya
menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk kabupaten/kota, provinsi, beberapa
provinsi atau nasional dan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah
yang bersangkutan.
(3) Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
(4) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.Bagi pengusaha
yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan.
Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu
dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah
minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila penangguhan tersebut
berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang
berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum
yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan.

Kebijakan dibidang ketenagakerjaan


Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah memaparkan upaya pemerintah dalam menangani
dampak pandemi Covid-19 di sektor ketenagakerjaan di forum International Labour
Organization (ILO).“Selama ini pemerintah telah bekerjasama dengan pekerja dan pengusaha
dalam menangani dampak pandemi. Namun, dukungan signifikan dari ILO tetap dibutuhkan
untuk mendukung apa yang kami lakukan dalam menangani dampak pandemi ini, Ida
menjelaskan dalam upaya membangun dunia kerja terdampak Covid-19, Pemerintah
Indonesia telah menerapkan 8 kebijakan utama, mulai dari stimulus ekonomi untuk bisnis
hingga program tunjangan bagi pekerja yang diberhentikan.Program ini dilakukan untuk
memfasilitasi 56 juta pekerja formal hingga jaring pengaman sosial bagi lebih dari 70 juta
pekerja informal. Selain itu, Indonesia telah merevitalisasi UU Ketenagakerjaan melalui
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja untuk menciptakan lebih banyak
lapangan kerja dan meningkatkan investasi asing dan domestik.

Menurutnya, dari berbagai kebijakan yang telah dilakukan, ada 3 pilar penting untuk
menavigasi masa depan kerja global.

1. Investasi di bidang utama pekerjaan yang layak dan berkelanjutan.


Ia menekankan konsep pembelajaran seumur hidup harus menjadi bagian integral dari
masyarakat dan investasi swasta untuk mengurangi kesenjangan keterampilan. Apalagi,
keterampilan menjadi hal wajib dalam menghadapi dunia ketenagakerjaan yang semakin
dinamis. Dalam upaya mengurangi kesenjangan keterampilan, Pemerintah Indonesia telah
melibatkan dunia usaha dan masyarakat dalam merevitalisasi pusat pelatihan pekerja dan
mempersiapkan kemampuan kerja para pekerja yang memenuhi kebutuhan industri,”
katanya.Selain mengurangi kesenjangan keterampilan, investasi lain yang penting yakni
memperkuat pembangunan ekonomi pedesaan melalui penyediaan dana desa. “Kami juga
telah mengembangkan Desa Migran Produktif [Desmigratif] yang bertujuan meningkatkan
kemandirian ekonomi dan standar hidup bagi mantan para pekerja migran dan keluarganya,”
ujarnya.

2. Sosial yang inovatif tentang isu-isu yang lebih luas di dunia kerja.
Ida mengatakan Indonesia terus memperkuat institusi atau lembaga ketenagakerjaan, seperti
memperkuat dialog sosial melalui Badan Kerjasama Tripartit, baik di tingkat nasional
maupun daerah. “Oleh karena itu, pendekatan yang harus dilakukan tidak boleh
diseragamkan atau satu ukuran untuk semua dalam pengorganisasian dialog sosial, melainkan
harus berdasarkan keadaan nasional masing-masing.

3. Menciptakan kerja sama multilateral antarnegara untuk mempromosikan agenda yang


berpusat pada manusia di tingkat internasional.
Ia menyatakan Indonesia menyambut baik draf dokumen hasil Konferensi Panggilan Global
untuk bertindak dalam pemulihan yang berpusat pada manusia dari krisis Covid-1
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah penduduk sebenarnya sangat komplex, banyak sekali aspek yang mencakup
didalamnya seperti : jumlah pengangguran yang semakin lama semakin serius, urbanisasi dan
sebagainya. Ada 3 ciri yang menandai perkembangan dan permasalahan kependudukan
indpnesia saat ini. Yaitu laju pertumbuhan penduduk yang masih perlu di turunkan,
peyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbang,serta kualitas kehidupan penduduk
yang perlu ditingkatkan. Untuk itu pemerintah juga harus lebih meningkatkan dan
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran semakin berkurang.

Anda mungkin juga menyukai