Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN DI

INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Individu mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampuh: Dra. Muslimat, M.Hum.

Disusun Oleh:

Rias Rama Sari (A031231090)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Indonesia”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan inspirasi untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................................
D. Manfaat Pembahasan................................................................................................................
BAB II.....................................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................................
A. Pertumbuhan Ekonomi..............................................................................................................
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi.............................................................................................
2. Teori Pertumbuhan................................................................................................................
B. Kemiskinan.................................................................................................................................
C. Penyebab Kemiskinan................................................................................................................
D. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan.............................................................
BAB III....................................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan kemiskinan dialami oleh berbagai negara di belahan dunia,


negara maju dan negara berkembang. Kemiskinan diartikan sebagai persoalan dimana
masyarakat tidak mampu melengkapi kebutuhannya. Indonesia adalah Negara yang
sedang mengalami persoalan kemiskinan sejak dulu. Permasalahan kemiskinan
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penghasilan masyarakat, pengangguran,
pendidikan, lokasi, geografis, gender dan lokasi lingkungan.

Di hampir semua negara berkembang, standar hidup sebagian besar


penduduknya cenderung sangat rendah, tidak hanya jika dibandingkan dengan standar
hidup orang–orang di negara kaya, namun juga dengan golongan elit di negara
mereka sendiri. Standar hidup yang rendah tersebut terwujud salah satunya dalam
bentuk tingkat pendapatan yang sangat rendah atau kemiskinan (Todaro, 2006).

Pertumbuhan ekonomi diyakini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


penurunan jumlah kemiskinan. Namun demikian pengaruh tersebut dapat saja berbeda
antara negara yang satu dengan negara lainnya. Keadaan distribusi pendapatan,
jumlah penduduk, urbanisasi memiliki kaitan penting dalam menentukan pengaruh
yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dengan penurunan jumlah kemiskinan
(Hasan dan Quibria, 2002).

B. Rumusan masalah

1. Apa Itu Pertumbuhan Ekonomi?


2. Apa Itu Kemiskinan?
3. Apa Penyebab Kemiskinan?
4. Apa Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui Apa Itu Pertumbuhan Ekonomi.

1
2. Mengetahui Apa Itu Kemiskinan.
3. Mengetahui Apa Penyebab Dari Kemiskinan.
4. Mengetahui Apa Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan.

D. Manfaat Pembahasan

1. Memberikan informasi terhadap pertumbugan ekonomi di Indonesia


2. Memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai pertumbuhan ekonomi dan
kemiskinan.
3. Memberikan solusi tentang ketimpangan ekonomi yang ada di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Selanjutnya, perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluru balas
jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada
tahun sebelumnya.
Dengan kata lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila
pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil
masyrakat pada tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan lebih besar dari pada
pendpatan riil masyrakat pada tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan untk
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) riil.

2. Teori Pertumbuhan

-Teori Pertumbuhan Pembangunan Lewis


Teori ini memusatkan perhatiannya pada transformasi struktural suatu
perekonomian subsistem yang dirumuskan oleh W. Arthur Lewis pada dekade 1950an
yang kemudian dikembangkan oleh John Fei dan Gustav Ranis. Model dua sektor ini
diakui sebagai teori umum yang membahas proses pembangunan di negara ‐negara
dunia ketiga yang mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja selama dekade
1960an dan awal dekade 1970an.
Menurut teori pembangunan ini, perekonomian yang terdiri dari dua sektor,
yaitu: pertama sektor tradisional,yaitu sektor pedesaan subsistem yang kelebihan
penduduk yang ditandai oleh produktivitas marjinal tenaga kerja sama degan nol. Hal
ini memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja sebagai
suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut ditarik dari sektor pertanian,

3
maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya, dan kedua, sektor industri perkotaan
modern yang tingkat produktivitasnya tinggi.

‐Teori Pertumbuhan Neoklasik Model

Pertumbuhan neoklasik Sollow merupakan pilar yang sangat memberikan


kontribusi terhadap teori pertumbuhan neoklasik. Model pertumbuhan Sollow ini
berpegang pada konsep skala hasil yng terus berkurang dari input tenaga kerja dan
modal jika keduanya dianalisis secara terpisah. Kemajuan teknologi ditetapkan
sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang. Tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Sollow diasumsikan bersifat
eksogen atau tidak dipengaruhi faktor‐faktor lain.

‐Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen dijelaskan melalui model pertumbuhan endogen menurut


Roomer. Model ini mengkaji akibat teknologi yang mungkin terbagi dalam proses
industrialisasi. Model ini dimulai dengan mengasumsikan bahwa proses
pertumbuhan berasal dari tingkat perusahaan atau industri.

B. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk


memenuhi standar hidup rata–rata masyarakat di suatu daerah. Fenomena seperti ini
biasa terjadi dikarenakan rendahnya pendapatan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokok baik papan, sandang, maupun pangan dan juga rendahnya kualitas
sumber daya manusia itu sendiri. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan
berdampak pada berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata–rata
seperti standar kesehatan dan standar pendidikan.
Masalah kemiskinan sering terjadi di negara berkembang yang memiliki
tingkat jumlah penduduk yang tinggi sehingga terjadi ketidakmerataan kesejahteraan
masyarakat yang dapat memicu ketimpangan sosial. Masalah kemiskinan yang terjadi
antar suatu daerah dengan daerah lain pasti berbeda. Faktor–faktor yang menjadi
penyebab kemiskinan meliputi faktor ekonomi, faktor sosial, faktor struktural
(politik), dan lain–lain. Kemiskinan identik dengan negara yang sedang berkembang,

4
dimana permasalahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengakibatkan
negara sedang berkembang sulit untuk maju.

Definisi Kemiskinan menurut para ahli atau lembaga internasional beragam di


mana menurut Basri, kemiskinan sebagai akibat dari ketiadaan demokrasi, yang
mencerminkan hubungan kekuasaan yang menghilangkan kemampuan warga untuk
memutuskan masalah yang menjadi perhatian mereka sendiri, sehingga mayoritas
penduduk kurang memperoleh alat‐alat produksi (lahan dan teknologi) dan sumber
daya (pendidikan, dana/kredit, dan akses pasar)3 .
Sementara itu, menurut BPS (Badan Pusat Statistik), kemiskinan adalah
ketidak‐mampuan penduduk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang
meliputi kebutuhan pangan maupun non‐pangan. Maksud dari definisi tersebut adalah
membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskian (GK) atau
jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan.
Berbeda dengan BPS, menurut Cahyat (2004), Badan Koordinasi Keluarga
Berencana (BKKBN) melihat definisi kemiskinan dari sisi kesejahteraan
dibandingkan dari sisi kemiskinan yakni ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
dan kebutuhan sosial psikologis4 . United Nation Development Program (UNDP)
dalam Cahyat (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk
memperluas pilihan‐pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak
adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan publik sebagai salah satu indikator
kemiskinan .

C. Penyebab Kemiskinan

Sharp et.al. (1996) dalam Kuncoro (2006) mencoba mengidentifikasikan


penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi:
1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia.
Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berdampak pada produktivitas yang
rendah, dan kemudian mengakibatkan upah yang diterima juga rendah.

5
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib
yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab
kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of
poverty). Teori ini ditemukan oleh Ragnar Nurkse, yang mengatakan: “a poor
country is poor because it is poor” (negara miskin itu miskin karena dia miskin).
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi
pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada
keterbelakangan, dan seterusnya.

D. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan adalah hubungan


yang kompleks dan kontroversional. Secara umum, pertumbuhan ekonomi adalah
prakondisi bagi pengurangan kemiskinan. Namun ini tidaklah cukup, berbagai studi
telah mencoba menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan
yang secara metodologi dapat dikelompokkan menjadi dua (Berardi dan Marzo,
2015). Kelompok pertama berfokus pada hubungan anatara kemiskinan, pertumbuhan
pendapatan dan distribusi pendapatan.
Penelitian ini merupakan bentuk dari hubungan kemiskinan dengan
perekonomian secara mikro dimana pertumbuhan pendapatan dan distribusi
pendapatan menjadi indikator dari perekonomian mikro, sedangkan kelompok kedua
berfokus pada elastisitas kemiskinan terhadap PDB yang merupakan indikator dari
perekonomian secara makro. Dalam hal ini, struktur ekonomi adalah elemen penting
yang menentukan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan. Dalam
penelitian ini penulis merujuk pada jenis penelitian kedua yaitu berfokus pada
pengaruh struktur PDB terhadap tingkat kemiskinan. Hubungan pertumbuhan
ekonomi pada level sektoral dengan kemiskinan telah diteliti antara lain oleh Siregar
dan Wahyuniarti (2007), Sobia dkk (2013), Zaman dkk (2014), Berardi dan Marzo
(2015), dan Hasan dan Quibria (2002).
Siregar dan Wahyuniarti (2007) menemukan bahwa sumbangan sektor industri
dan pertanian dapat mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Lebih jauh

6
ditemukan pula bahwa dampak sumbangan sektor industri terhadap penurunan jumlah
kemiskinan lebih besar 2,6 kali daripada dampak sumbangan sektor pertanian yang
mengindikasikan bahwa industrialisasi yang dilaksanakan secara tepat dapat menjadi
alternatif yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan. Selain itu variabel
pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan serta relatif besar pengaruhnya
terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Rose, dkk (2013) menemukan bahwa
kemiskinan di Pakistan lebih dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan di sektor industri,
daripada pertumbuhan di sektor pertanian. Hal ini terjadi karena kemampuan sektor
industri untuk menyerap tenaga kerja yang tidak terampil. Sektor pertanian sebetulnya
masih memberikan manfaat bagi pengurangan kemiskinan, namun pengaruhnya tidak
lagi signifikan. Sementara itu, pertumbuhan sektor jasa justru menyebabkan
peningkatan kemiskinan oleh karena sektor ini tidak menyerap tenaga kerja yang
tidak terampil.
Berardi dan Marzo (2015) membuktikan bahwa sektor yang lebih
mempengaruhi kemiskinan di Afrika adalah sektor yang berpihak pada potensi
masyarakat miskin (pro–poor potential). Contoh dari sektor yang dimaksud adalah
sektor pertanian dimana peningkatan pada sektor pertanian akan meningkatkan
sektor–sektor barang dan jasa sehingga meningkatkan permintaan tenaga kerja yang
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bila pertumbuhan
terkonsentrasi di sektor–sektor yang tidak berpihak pada potensi masyarakat miskin,
maka perlu dikompensasi dengan kebijakan–kebijakan yang bersifat terdistribusi.
Hasan dan Quibria (2002) menemukan hubungan kuat antara pertumbuhan
dengan kemiskinan di Asia bagian Barat. Hubungan ini terutama dikendalikan oleh
pertumbuhan sektor industri. Hal ini berlawanan dengan yang terjadi di Amerika
Latin, Asia bagian Selatan, dan Sub–Saharan Africa, di mana sektor pertanian adalah
sektor yang paling kuat peranannya dalam pengurangan kemiskinan. Upaya–upaya
memperbaiki kebijakan dan ke-lembagaan sangat dibutuhkan agar dapat
memanfaatkan keunggulan komparatif di industri padat karya agar dapat menekan
kemiskinan.
Zaman, dkk (2014) menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
instrumen anti kemiskinan yang paling dominan. Penurunan kemiskinan yang cepat di
Pakistan disebabkan oleh tingginya pertumbuhan sektor–sektor penghasil komoditas
dan berkurangnya ketimpangan di perkotaan. Hal tersebut ditemukan melalui
perhitungan menggunakan pro–poor growth index di tingkat sektoral. dalam

7
perhitungan memang ditemukan adanya sektor yang merupakan sektor anti
kemiskinan dan ada juga yang tidak, namun secara menyeluruh pro–poor growth
index menunjukkan secara keseluruhan pertumbuhan sektoral memiliki pengaruh
negatif terhadap kemiskinan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi dan lintas sektoral yang


dipengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan, seperti: tingkat pendapatan,
kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan
kondisi lingkungan.
Kemiskinan dapat menunjukkan pada kondisi individu, kelompok, maupun
situasi kolektif masyarakat. Kemiskinan yang bersifat massal dan parah pada
umumnya terdapat di negara berkembang, namun terdapat bukti bahwa kemiskinan
juga terjadi di negara maju. Di negara berkembang, kemiskinan sangat terkait dengan
aspek struktural. Misalnya, akibat sistem ekonomi yang tidak adil, praktek KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), diskriminasi sosial, tidak adanya jaminan sosial,
dan sebaginya..

9
DAFTAR PUSTAKA

Ari Mulianta G, dan Rasbi. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat


Kemiskinan di Indonsia”. Jurnal Ekonomi dan Keijakan Publik. Vol.2,No.1,
Desember 2010
Rosidatul Halim N, dan Indah Yuliana. “Pengaruh Pertumbuhan EkonomiTerhadap
Tingkat Kemiskinan Dengan Pengangguran Sebagai Mediasi di Probolinggo”. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol.5, No.6,Januari 2023

10

Anda mungkin juga menyukai