Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH EKONOMI WILAYAH


HAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah yang di ampu oleh

Ibu Siska Amelia, ST. MT

Disusun Oleh :
Tri Wahyudi Ramadhan (1970241024)

Dosen Pengampu :
Siska Amelia, ST. MT

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari
keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul “Hambatan


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” ini dapat di selesaikan. Saya menyadari sepenuh hati bahwa
masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.

Saya mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi saya dalam
pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan saya agar lebih
meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Jakarta, …. Februari 2021


Penulis,

(Tri Wahyudi Ramadhan)


DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……..…………………..…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah .…………………………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan ...……………………………………………………………………………………………….2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi Regional………...…………………………………………………………3
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi………………………………………………………………………..4
2.2 Sistem dan Karakteristik Perekonomian Indonesia...…………………………………………….6

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Masalah dan Hambatan Pertumbuhan Ekonomi ...….…………………………………………...8
3.2 Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi ..………….………………………………………….12
3.3 Penduduk, Tenaga Kerja, Upah …………………………………………………………………..13

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………….15

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah gambaran dari kebijakan pembangunan ekonomi


bagi suatu negara. Naik turunnya perekonomian menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi bertambah dan
kemakmuran meningkat. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang terbentuk
dari berbagai macam sektor ekonomi yang tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan
yang terjadi (Zulfahmi, 2010). Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan
suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya dengan kemampuan suatu negara
untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini
disebabkan oleh pertambahan factor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya
(Rosmalia, 2014).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu indikator untuk menilai
keberhasilan pembangunan suatu negara dan menjadi sasaran utama pembangunan bagi
negara berkembang. Pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian
tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi bagi penduduknya. Dalam usaha untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terdapat berbagai hambatan khususnya pada negara yang
sedang berkembang. Hambatan yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang
adalah dalam hal pendanaan untuk melakukan pembangunan. Hambatan itulah yang juga dialami
oleh Indonesia dalam usahanya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Julfiansyah, 2014).

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya
manusia. Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun
penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar
jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk menambah
produksi. Namun di sisi lain, akibat buruk dari penambahan penduduk yang tidak diimbangi oleh
kesempatan kerja akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan peningkatan
kesejahteraan (Purwanggono, 2015).

1
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam usaha untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi selain terdapat dampak dalam pertumbuhan ekonomi baik secara positif ataupun negatif
terdapat pula hambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk
mengambil tema “Hambatan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” dalam bentuk makalah sesuai
dengan tugas yang diberikan oleh ibu Siska Amelia, ST. MT dalam mata kuliah Ekonomi Wilayah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja masalah dan hambatan pertumbuhan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia?
2. Hal apa saja yang melatarbelakangi pertumbuhan ekonomi?
3. Bagaimana pengaruh penduduk, tenaga kerja, dan upah dalam pertumbuhan ekonomi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah dan hambatan pertumbuhan ekonomi yang dihadapi oleh
Indonesia.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong pertumbuhan.
3. Untuk meninjau kesejahteraan rakyat dari segi sistem ekonominya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi Regional (Wilayah)

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi


di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut.
Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai rill, artinya diukur dalam harga konstan.
Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah
tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang
mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah (Richardson, 1991: 125).

Menurut Sirojuzilam (2008:26) perbedaan pokok antara analisis pertumbuhan


perekonomian nasional dan analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang dititikberatkan
dalam analisis tersebut belakangan adalah perpindahan faktor (factors movement). Kemungkinan
masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
daerah akan lebih cepat apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan
memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam
melakukan kegiatan produksi dan perdagangan.

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dari suatu
sub sistem spasial suatu bangsa atau negara dan juga dapat diartikan sebagai peningkatan
kemakmuran suatu wilayah. Pertumbuhan yang terjadi dapat ditinjau dari peningkatan produksi
sejumlah komoditas yang diperoleh suatu wilayah.Adapun macam-macam teori pertumbuhan
wilayah adalah sebagai berikut (Tarigan, 2004:47):

1. Teori Ekonomi Klasik, sistim ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa
ekonomi dalan kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai
posisi stationer (stationary state). Teori ini membahas tentang kebebasan seluas luasnya
dalam menentukan kegiatan ekonomi yang dirasa paling baik dilakukan.

2. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional, faktor-faktor produksi atau hasil produksi yang
berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah
kebocoran–kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi

3
membantu dalam menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di
daerah tersebut.. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang yang diserap oleh
kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat menyeimbangkannya.

3. Teori pertumbuhan Neo-klasik, teori ini sering disebut dengan teori SolowSwan yang
menyatakan bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan
sehingga pemerintah tidak perlu terlalu mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya
sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Suatu daerah akan mengimpor modal jika
tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal.

4. Teori Jalur Tepat (Turnpike), setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditi apa yang
memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan secara cepat, baik karena potensi alam
maupun sektor potensi itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Teori
pertumbuhan ekonomi wilayah lebih mengacu pada sektor regional ada dua, yaitu (Tarigan,
2004:53):

a. Teori Basis Ekspor Richardson, teori ini membagi kegiatan produksi atau jenis pekerjaan
yang terdapat didalam suatu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan servis
(pelayanan). Kegiatan basis adalah kegiatan untuk yang bersifat exogenous artinya tidak
terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainya. Sektor non basis adalah kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Jadi pertumbuhan bergantung pada kondisi
perekonomian wilayah secara keseluruhan dan dapat dilihat dari sisi produksi dan sisi
pengeluaran.

b. Model Pertumbuhan Interregional, model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor yaitu
dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen, dan daerah yang bersangkutan
membahas daerahnya sendiri tanpa membahas dampak daerah lain. Dalam analisisnya
memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model
interregional.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Dalam melaksanakan pembangunan, diperlukan suatu landasan teori yang bisa


menjelaskan korelasi antara fakta-fakta yang diamati sehingga dapat dijadikan kerangka
orientasi untuk analisis dan membuat ramalan terhadap gejala-gejala baru yang diperkirakan
akan terjadi.

4
1. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)

Di kota-kota besar terdapat banyak sekali permasalahan, mulai dari pemukiman padat
dan kumuh, kemacetan lalu-lintas, infrastruktur perkotaan yang buruk, dan lain sebagainya.
Sementara di daerah hinterland terdapat kesulitan untuk menciptakan investasi, dan juga
kesulitan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal. Munculah sebuah konsep
untuk membangun pusat-pusat pertumbuhan baru (new growth poles) yang berfungsi sebagai
pusat-pusat pembangunan perantara (intermediate growth points).

Dan juga mempersiapkan pembangunan wilayah-wilayah penerima migrasi (disebabkan


wilayah-wilayah perkotaan memiliki keterbatasan untuk menampungnya). Dalam rangka
pembangunan dan pengembangan sebuah pusat pertumbuhan secara baik dan terarah,
diperlukan beberapa tahapan dan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lainnya

Ciri-ciri Growth Pole :

Suatu area dapat dikatakan sebagai pusat pertumbuhan apabila memiliki 4 (empat) ciri:

1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan

2. Adanya efek pengganda (multiplier effect)

3. Adanya konsentrasi geografis

4. Bersifat mendorong pertumbuhan wilayah di belakangnya

5
Adapun langkah untuk menetapkan lokasi pusat pertumbuhan yaitu:

1) Menetapkan lokasi pusat pertumbuhan dengan memperhatikan berbagai keuntungan


lokasi yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Dalam hal ini perhatian awal harus
ditujukan pada ketersediaan jaringan jalan yang dapat menjangkau seluruh wilayah
jangkauan
2) Meneliti potensi ekonomi wilayah terkait komoditi unggulan yang sudah dimiliki dan atau
potensial untuk dikembangkan.
3) Meneliti keterkaitan hubungan imput-output dari masing masing kegiatan (industry) yang
potensial untuk dikembangkan pada pusat pertumbuhan tersebut
4) Menentukan jenis sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengembangkan pusat
pertumbuhan yang bersangkutan
5) Membentuk suatu organisasi yang akan mengelola dan mengkoordinir pusat
pertumbuhan tersebut (misalnya kompleks industri)

2.2 Sistem dan Karakteristik Perekonomian Indonesia

A. Sistem Perekonomian Indonesia

1) Landasan idiil Pancasila, dasar politik perekonomian ini diatur dalam UUD 1945
pasal 33 yang berbunyi :
➢ Berketuhanan yang memiliki arti bahwa seluruh kegiatan ekonomi harus
memperhatikan peraturan dan ajaran agama yang dianut.
➢ Berperikemanusiaan yang artinya bahwa seluruh kegiatan ekonomi harus selalu
memperhatikan kepentingan manusia dan tidak menyusahkan satu sama lain.
➢ Berprinsip persatuan, yang memiliki arti bahwa seluruh kegiatan ekonomi harus
menjamin adanya persatuan dan tidak menimbulkan perpecahan antar bangsa.
➢ Berkeadilan sosial yang memiliki arti bahwa kegiatan ekonomi dan apa yang
dihasilkan didalamnya harus dikelola dan dimanfaatkan secara adil dan merata
bagi seluruh rakyat indonesia.

2) Landasan Konstitusional Sistem Perekonomian Indonesia yang menjadi Landasan


Konstitusional perekonomian Indonesia adalah UUD 1945 pasal 33 ayat 1,2 dan 3
yang isinya adalah sebagai berikut:

a) Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama yang berdasarkan


atas azas kekeluargaan

6
b) Cabang-cabang produksi yang terpenting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

3) Landasan Operasional Sistem Perekonomian Indonesia yang menjadi Landasan


operasional Sistem Perekonomian Indonesia adalah GBHN. Menurut TAP MPR
No. 11/MPR/1993 tentang GBHN, sudah ditetapkan jika dalam sistem demokrasi
ekonomi Indonesia, tidak dibenarkan munculnya ciri-ciri negatif.

a) Sistem Free Fight Liberalism (persaingan bebas ala liberal), yakni adanya
persaingan bebas yang dapat mematikan usaha masyarakat kelas bawah.
b) Sistem Etatisme, yakni penguasaan kegiatan ekonomi yang sepenuhnya oleh
negara / pemerintah, sehingga tidak berakibat mematikan kemampuan
ekonomi masyarakat
c) Monopoli, yakni munculnya pemusatan kekuatan ekonomi yang mengakibatkan
masyarakat umum mengalami kerugian.Semoga informasi tentang landasan
ekonomi indonesia diatas dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua.

B. Karakteristik Sistem Ekonomi Indonesia

1. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan bersama (gotong royong) dengan


yang mengedepankan hubungan kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang bersifat strategis dan merupakan hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
3. Alasan pemerintah menguasai produksi barang-barang stategis baik yang ada di
tanah air Indonesia adalah semata-mata untuk kemakmuran rakyat.
4. Indonesia menggunakan sistem ekonomi campuran disebut juga sistem ekonomi
pancasila.
5. Kegiatan ekonomi yang dilakukan juga harus memiliki prinsip berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
6. Pemerintah juga mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh swasta secara umum,
agar terhindar dari praktik kecurangan seperti penipuan, praktik monopoli yang
merugikan, serta mafia perdagangan. Tujuannya, agar tercipta keadilan di tengah-
tengah masyarakat.

7
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Masalah dan Hambatan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Dalam satu tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu berada di sekitar angka
lima persen. Meski ini merupakan hal yang baik, besaran pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih
rendah dari target pemerintah yang mencapai tujuh persen.

A. Kemiskinan

Ada beberapa faktor penyebab kemiskinan, Secara sosio ekonomis, terdapat dua bentuk
kemiskinan, yaitu :

1. Kemiskinan absolut adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat
pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum, kebutuhan hidup minimum antara lain diukur dengan
kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP per kapita,
pengeluaran konsumsi dan lain-lain.

2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara suatu
tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya. Contohnya, seseorang yang tergolong
kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa
yang lain.

Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor
penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Yaitu terdiri dari:

1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin.

2. Kemiskinan kuktural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang
disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup
berkecukupan dan tidak merasa kekurangan.

3. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia
seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi
dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok
masyarakat tertentu.

8
B. Ketimpangan

Untuk mengukur ketimpangan : memperlihatkan persebaran pendapatan masyarakat dalam


suatu wilayah

0≤G≥1

• Mendekati 0 menuju pembangunan yang merata (0 = complete equality)


• Mendekati 1 terjadi disparitas (1 = complete inequality)
• GR: 0 < 0,3 relatif merata
• GR: 0,3 – 0,4 relatif sedang
• GR: > 0,4 relatif tinggi

9
C. Pengangguran

Ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah klasik. Di satu sisi kelebihan angkatan


kerja dan di sisi lain kesulitan mencari tenaga kerja yang trampil dan produktif. Pengangguran
menjadi beban tenaga kerja produktif. Bila tingkat ketergantungan semakin besar akan
berdampak persoalan sosial, politik, dan meningkatnya kriminalitas. Tingkat produksi menurun,
pertumbuhan ekonomi melambat dan tingkat kesejahteraan masyarakat turun.

D. Inflasi

Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga mengalami kenaikan terus
menerus. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja,
tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.

Kemudian ada perbedaan pencapaian dari target ini karena beberapa hal. Survei terbaru
yang dikeluarkan AT Kearney mengungkap, menurunnya harga komoditas dan perlambatan
ekonomi di China menjadi faktor yang berpengaruh pada hal tersebut. Selain itu, ada juga tujuh
faktor lain yang AT kearney nilai bisa memiliki pengaruh pada perhambatan ekonomi Indonesia.
Apa saja? Berikut ulasannya dilansir dari survei AT Kearney seperti dikutip Selasa (20/3/2018) :

10
1. Produktivitas tenaga kerja mengungguli peningkatan biaya tenaga kerja

Indonesia telah menjadi salah satu tempat manufaktur berbiaya rendah yang paling populer
di Asia. Namun, industri ini sekarang menghadapi masalah produktivitas yang serius dan
kehilangan posisinya di pasar global. Selama satu dekade terakhir, produktivitas tenaga kerja
meningkat 47 persen, tetapi karena biaya tenaga kerja telah melonjak 55 persen, produktivitas
belum membaik berdasarkan biaya tenaga kerja

2. Produktivitas modal

Analisis AT Kearney menunjukkan sebagian besar perusahaan di Indonesia melihat tingkat


pengembalian investasi yang lebih tinggi daripada rata-rata global berkat marjin keuntungan yang
lebih tinggi. Namun, sebagian besar sektor menghadapi masalah dengan perputaran modal.

3. Adaptasi teknologi

Meskipun orang Indonesia aktif di media sosial dan lebih dari 50 juta orang menggunakan
ponsel cerdas, industri di Indonesia menggunakan teknologi yang lebih sedikit daripada negara
lain. Indonesia hanya menghabiskan 0,3 persen dari PDB untuk R & D sementara Korea dan
Israel menghabiskan sekitar 4 persen. Suasana pemandangan Ibukota terlihat dari kawasan
Sudirman, Jakarta, Sabtu (14/1). Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dapat tercapai
dengan strategi meningkatkan pertumbuhan baik secara nasional maupun daerah.
(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

4. Pengembangan Infrastruktur

Sebagai kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.000 pulau dan panjang perbatasan
lebih dari dari 5.000 kilometer, Secara keseluruhan, Indonesia selalu menghadapi tantangan
infrastruktur. Meski Jakarta sekarang terlihat seperti kota modern, infrastruktur nasional masih
terbelakang. Padahal, saat melihat formasi bruto per kapita sejak 1960, Indonesia 19 kali lebih
rendah dari Jepang.

5. Besaran ekspor yang semakin sedikit

Pada 2000, Indonesia merupakan salah satu eksportir bersih terkemuka di dunia berkat
sumber daya alam yang melimpah. Namun hal ini tidak lagi bisa dilakukan. Nilai perdagangan
negara (jumlah ekspor dan impor) jika dihitung dari PDB RI telah turun secara signifikan.
Indonesia pun sekarang memiliki jumlah ekspor impor terendah di antara negara-negara ASEAN.

11
6. Kestabilan finansial

Stabilitas keuangan sangat penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam kebijakan fiskal dan manajemennya
sebagaimana disaksikan oleh peningkatan sovereign rating serta peningkatan yield obligasi
pemerintah.

7. Kurangnya sumber daya manusia berkualitas

Meski memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, Indonesia masih kekurangan sumber daya
manusia berkualitas. Meski negara ini memiliki sumber daya manusia yang melimpah, riset
menemukan adanya kesenjangan keterampilan yang signifikan. Dua pertiga dari perusahaan
yang disurvei mengatakan menemukan karyawan berkualitas untuk posisi profesional dan
manajerial merupakan pekejaan sulit atau sangat sulit. Hal ini juga dialami sama oleh pengusaha
manufaktur.

2.2 Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi yaitu:

1. Faktor Sumber Daya Manusia, Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh
mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2. Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada
sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian,
sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi,
apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola
sumber daya alam yang tersedia.

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian
pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.

12
4. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan.

5. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat
penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-
barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

2.3 Penduduk, Tenaga Kerja, dan Tingkat Upah (Kesejahteraan)

A. Penduduk

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua: yang
pertama, Orang yang tinggal di daerah tersebut. Kedua, Orang yang secara hukum berhak tinggal
di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ.
Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, apalagi jika pertumbuhan
penduduk yang terjadi di indonesia, yang cenderung berdampak negative.

hal ini di sebabkan karena tidak di imbangi oleh lapangan pekerjaan yang tersedia,
sehingga menimbulkan pengangguran dimana-mana, apalagi di perparah dengan pemusatan-
pemusatan lapangan kerja yang cenderung berada di daerah kota-kota besar seperti di Jakarta
dan sekitarnya. Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang
dulunya serba kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan mulai berbondong-
bondong pindah ke kota khususnya kota Jakarta

B. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga
kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu
bekerja disebut sebagai tenaga kerja.

13
Kesempatan kerja (Tenaga Kerja) Untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja yang
terlibat dalam dunia kerja maka perlu dilakukan perluasan kesempatan kerja. Dengan meluasnya
kesempatan kerja berarti semakin banyak tenaga kerja yang dapat bekerja dan mendapatkan
penghasilan. Perluasan akan kesempatan kerja selain akan memberikan pendapatan sekaligus
akan mengurangi tingkat kemiskinan dan mengurangi kesenjangan atas lapisan masyarakat.
Sebaliknya jumlah angkatan kerja yang tinggi bila tidak diikuti dengan perluasan kesempatan
kerja, otomatis akan menjadi beban bagi pembangunan. Sehingga yang terjadi yaitu peningkatan
angka pengangguran, yang juga akan berpengaruh terhadap pendapatan per kapita suatu
masyarakat.

C. Tingkat Upah

Tingkat Upah adalah wage rate yaitu jumlah upah yang dibayarkan berdasarkan satuan
ukuran kerja, misalnya satuan waktu, seperti harian, mingguan, atau satuan hasil, seperti
pengapuran dinding per m2, penggalian tanah per m3, dan menjahit baju per potong. Menurut
Nakamura, dkk (1979), ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi upah yang diterima
pekerja, yaitu: 1) Karakteristik individu. 2) Karakteristik dari pasar tenaga kerja. Penelitian pada
tingkat mikro, umumnya berfokus pada faktor karakteristik individu, sedangkan pada tingkat
makro lebih memperhatikan hubungan karakteristik pasar kerja terhadap tingkat upah.

Penelitian faktor yang mempengaruhi upah telah dilakukan di beberapa daerah di


Indonesia. Tarmizi (1991), dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat pendidikan formal dan
masa kerja berpengaruh terhadap tingkat upah yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan
dan semakin lama masa kerja, maka semakin tinggi rata-rata upah yang diterima. Pada tingkat
pendidikan SD dengan masa kerja kurang dari tiga tahun, upah yang diterima sebesar Rp 59.600
sedangkan dengan masa kerja lebih tiga tahun sebesar Rp 69.700. Selanjutnya pada tingkat
pendidikan SMTA dengan masa kerja kurang dari tiga tahun, rata-rata upah adalah Rp 70.700
sedangkan dengan masa kerja lebih tiga tahun mendapatkan upah Rp 72.300. Faktor yang
mempengaruhi tingkat upah, yaitu :

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

2. Organisasi buruh

3. Kemampuan untuk membayai

4. Produktivitas

5. Biaya hidup

6. Pemerintah

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persoalan-persoalan ekonomi pada hakekatnya adalah masalah transformasi atau


pengolahan alat-alat/sumber pemenuh/pemuas kebutuhan, yang berupa faktor- faktor produksi
yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan keterampilan (skill) menjadi barang dan jasa.
Seperti yang kita ketahui bahwa yang menentukan bentuk suatu sistem ekonomi kecuali dasar
falsafah negara yang dijunjung tinggi, maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga,
khususnya lembaga ekonomi yang menjadi perwujudan atau realisasi falsafah tersebut.
Pergulatan pemikiran tentang sistim ekonomi apa yang sebaiknya di diterapkan Indonesia telah
dimulai sejak Indonesia belum mencapai kemerdekaannya. Sampai sekarang pergulatan
pemikiran tersebut masih terus berlangsung, hal ini tecermin dari perkembangan pemikiran
tentang sistem ekonomi pancasila SEP. Landasan Sistem Ekonomi Indonesia, yaitu :

a) Secara normatif landasan idiil sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.
Dari butir-butir di atas, keadilan menjadi sangat utama di dalam sistem ekonomi Indonesia.
Keadilan merupakan titik-tolak, proses dan tujuan sekaligus.
b) Pasal 33 UUD 1945 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi Indonesia yang
berdasar Pancasila, dengan kelengkapannya, yaitu Pasal-pasal 18, 23, 27 (ayat 2) dan 34.
c) Berdasarkan TAP MPRS XXIII/1966, ditetapkanlah butir-butir Demokrasi Ekonomi (kemudian
menjadi ketentuan dalam GBHN 1973, 1978, 1983, 1988), yang meliputi penegasan
berlakunya Pasal-Pasal 33, 34, 27 (ayat 2), 23 dan butir-butir yang berasal dari Pasal-Pasal
UUDS tentang hak milik yuang berfungsi sosial dan kebebasan memilih jenis pekerjaan.
d) Dalam GBHN 1993 butir-butir Demokrasi Ekonomi ditambah dengan unsur Pasal 18 UUD
1945. Dalam GBHN 1998 dan GBHN 1999, butir-butir Demokrasi Ekonomi tidak disebut lagi
dan diperkirakan dikembalikan ke dalam Pasal-Pasal asli UUD 1945.

Landasan normatif-imperatif ini mengandung tuntunan etik dan moral luhur, yang
menempatkan rakyat pada posisi mulianya, rakyat sebagai pemegang kedaulatan, rakyat
sebagai ummat yang dimuliakan Tuhan, yang hidup dalam persaudaraan satu sama lain, saling
tolong-menolong dan bergotong-royong.

15
Daftar Pustaka

Henry, Faizal Nor. Investasi. Jakarta: Indeks,2009.


http://nesaci.com/teori-dan-pengertian-kependudukan/
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2116243-faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-
upah/
http://hardiani.wordpress.com/2008/08/17/upah/
http://nurullitakiki.blogspot.com/2012/05/sistem-ekonomi-indonesia.html#!/2012/05/sistem-
ekonomi-indonesia.html
http://tantitrisetianingsih.blogspot.com/2012/04/struktur-produksi-distribusi-pendapatan.html
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3391752/7-faktor-bisa-hambat-pertumbuhan-ekonomi-ri-
apa-saja
Mubyarto. Ekonomi Pancasila, Landasan Pikir dan Misi Pendirian Pusat Studi Ekonomi Pancasila
UGM. BPFE UGM, 2002.
Sigit Wanarno dan Sujana Ismaya. Kamus Besar Ekonomi. Bandung: Pustaka Grafika,2007.
Tambunan, Tulus.Perekonomian Indonesia, Kajian Teorotis dan Analisis Empiris. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.

``
16

Anda mungkin juga menyukai