Anda di halaman 1dari 17

Pertumbuhan ekonomi dalam prespektif islam

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:

EKONOMI MAKRO

Dosen Pengampu:

Moh Arifin, S.EI,.

Oleh:

Rian Sauki NIM (202012131003)

Homsin NIM (202012131111)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

JURUSAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH

SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Suatu perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan akan
perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang dicapai
pada masa sebelumnya. Menurut Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses
kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan
demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi
pendapatan.
Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Ekonomi Islam
bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang
tidak lepas dari syariat Allah. Menurut agama Islam kegiatan ekonomi merupakan bagian
dari kehidupan yang menyeluruh, dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari alquran
dan hadits yang diaplikasikan pada hubungan kepada Allah dan kepada manusia secara
bersamaan. Nilai-nilai inilah yang menjadi sumber ekonomi Islam. Sehingga kegiatan
ekonomi terikat oleh nilai-nilai keislaman, termasuk dalam memenuhi kebutuhan.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian pertumbuhan perekonomian?
2. Tujuan pembangunan ekonomi?
3. Konsep pembangunan ekonomi?
C. Tujuan masalah
1. Memahami maksud pertumbuhan perekonomian
2. Mengerti tujuan dari pembangunan ekonomi
3. Mengerti konsep pembangunan ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan


dalam suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya
pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output
dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek.

Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di kelompokan menjadi dua,
yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern. Pada teori
pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas
mekanisme pasar bebas. Teori ini merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom
klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo.

Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan ekonomi
modern, teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi pertumbuhan
ekonomi. Semakin tinggi investasi maka akan semakin baik perekonomian, investasi tidak
hanya memiliki pengaruh terhadap permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran
agregat. melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih
panjang investasi akan menambah stok kapital.1

1. Pengertian pertumbuhan ekonomi

1
Ahmad Ma’aruf dan Latri Wihastuti, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan Prospeknya, Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9, Nomor 1, April 2008, hlm. 44-45.
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk
mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB)
maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.2

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka


panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu
saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada
perubahan atau perkembangan itu sendiri.3

Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup


perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi
pada umunya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan
riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
sistem kelembagaan.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang


terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan pendapatan
perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang dan yang terakhir perbaikan
sistem kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan
budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek perbaikan dibidang organisasi
(institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal formal maupun informal. 4 Dalam hal
Ini, berarti pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan
demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang
terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.

2
Rahardjo Adisasmita, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan wilayah,
cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,2013, hlm. 4.
3
Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakrta, 1999, hlm
1.
4
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999, hlm. 12.
Dari berbagai teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasik,
dari Solow, dan teori endogen oleh Romer, bahwasanya terdapat tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi.5 Ketiganya adalah :

a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
b) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akan memperbanyak jumlah
angkatan kerja.
c) Kemajuan teknologi

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu


mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability)6

1. Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan ditentukan sampai


dimana kelangkaan sumber daya dapat terjadi atas sumber daya manusia, peralatan,
dan sumber daya alam dapat dialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan kegiatan produktif.
2. . Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam pencapaian pada
tujuan yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan maka tidak boleh terfokus hanya
pada satu daerah saja sehingga manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan dapat
dinikmati semua pihak dengan adanya pemerataan.
3. Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan, pembangunan daerah
harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya baik yang
ditransaksikan melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak
melampaui kapasitas kemampuan produksi.

Pembangunan daerah dan pembangunan sektoral perlu selalu dilaksanakan


dengan selaras, sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung didaerah-daerah,
benar-benar dengan potensi dan prioritas daerah. Untuk keseluruhan pembangunan,
daerah juga benar-benar merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan keamanan didalam mewujudkan tujuan nasional.
5
Michael Todaro, Pembangunan Ekonomi Di dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2000, hlm. 92.
6
Fitrah afrizal, Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011,Makasar,hlm.12.
2. PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM ISLAM

Dalam kajian ekonomi islam, persoalan pertumbuhan ekonomi telah menjadi


perhatian para ahli dalam wacana pemikiran ekonomi Islamklasik. 7 Pembahasan ini
diantaranya berangkat dari firman Allah Swt. surat Hud ayat 61: “Dia yang telah
menjadikan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya”. Artinya, bahwa Allah
Swt. menjadikan kita sebagai wakil untuk memakmurkan bumi. Terminologi
‘pemakmuran bumi’ ini mengandung pemahaman tentang pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana yang dikatakan Ali bin Abi Thalib kepada seorang gubernurnya di Mesir:
“Hendaklah kamu memperhatikan pemakmuran bumi dengan perhatian yang lebih besar
dari pada orientasi pemungutan pajak, karena pajak sendiri hanya dapat dioptimalkan
dengan pemakmuran bumi. Barang siapa yang memungut pajak tanpa memperhatikan
pemakmuran bumi, negara tersebut akan hancur.”8

Islam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan yang terus-


menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu memberikan konstribusi bagi
kesejahteraan manusia.9 Dengan demikian, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam
merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor produksi tidak
dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut misalnya memasukkan
barang-barang yang terbukti memberikan efek buruk dan membahayakan manusia.

Lebih dari itu, perubahan ekonomi merupakan aktivitas menyeluruh dalam bidang
produksi yang berkaitan erat dengan keadilan distribusi. Pertumbuhan mencakup sisi yang
lebih luas untuk pertumbuhan dan kemajuan aspek materil dan spiritual manusia. Dengan
kata lain, pendekatan ini bukan hanya persoalan ekonomi kehidupan manusia saja, akan
tetapi mencakup aspek hukum, sosial, politik dan budaya. Dalam pengertian ini, tujuan
pertumbuhan ekonomi adalah untuk memajukan dasar-dasar keadilan sosial, kesamaan,
Haka Asasi Manusia (HAM) dan martabat manusia.10 Dengan demikian, pembangunan
ekonomi menurut Islam bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan

7
Hal ini bisa dilihat dalam pemikiran-pemikiran ilmuwan muslim klasik, seperti Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, At-Tusi,
Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim dan lain-lain. Penjelasan tentang pemikiran ekonomi para ulama tersebut, lihat Aidit
Ghazali, Islamic Thinkers on Economics, Administration and Transactions (Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1991)
8
Al-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, hlm. 282– 283.
9
Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Development in Islam (Malaysia: Pelanduk Publication, 1991), 5–6.
10
Alvi dan Al-Raubaie, “Strategi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkesinambungan dalam Persepsi Islam,” 90.
kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga
kesejahteraan akhirat. Keduanya menurut Islam menyatu secara integral.

B. TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Tujuan pembangunan ekonomi yaitu, peningkatan ketersediaan serta perluasan


distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup pokok, peningkatan standar hidup,
dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi semua lapisan masyarakat.
Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat dari seberapa besar
pertumbuhan Product Domestic Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu
negara dapat dilakukan dengan mendorong peningkatan pertumbuhan pada sektor
industri. Hal ini karena Industrialisasi merupakan mesin penggerak pertumbuhan
ekonomi.

Sektor Industri pengolahan merupakan industri yang dapat diperhitungkan dalam


meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada umumnya negaranegara
berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah
perekonomian, dengan asumsi bahwa sektor industri dapat memimpin sektor sektor
perekonomian lainnya menuju pembangunan ekonomi. Begitu juga dengan Indonesia,
sektor industri dipersiapkan agar mampu menjadi penggerak dan memimpin (the leading
sector) terhadap perkembangan sektor perekonomian lainnya.

Industri mempunyai dua pengertian secara luas dan sempit. Dalam pengertian secara
luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat
produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri pengolahan adalah suatu
kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan
jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri
mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-
peruasahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan
penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat
kegiatan produktif yang mengolah barang mentah mejadi barang setengah jadi atau
barang jadi.

Semua negara yang ada di dunia ini, baik negara maju maupun negara sedang
berkembang selalu melaksanakan pembangunan ekonomi. Tujuan negara-negara tersebut
mengadakan pembangunan ekonomi pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:

a. menaikkan produktivitas,

b. menaikkan pendapatan per kapita.

Namun, bagi negara sedang berkembang, tujuan dari pembangunan ekonomi pada
prinsipnya dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya sehingga setaraf dengan
tingkat hidup negara maju.

1. Manfaat pembangunan ekonomi

Ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat maupun perekonomian
saat terjadinya pembangunan ekonomi pada suatu masyarakat atau negara, antara lain:

a. output atau kekayaan suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah


b. kebahagiaan penduduk akan bertambah, karena pembangunan ekonomi dapat
menambah kesempatan untuk mengadakan pilihan yang lebih luas
c. memberikan kesempatan kepada manusia yang lebih besar untuk memanfaatkan
alam sekitarnya
d. memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih kesenangan yang lebih
luas
e. dengan terjadinya pembangunan ekonomi, akan tersedia lebih banyak jasa yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia
f. pembangunan ekonomi akan mengurangi jurang perbedaan antara negara-negara
yang sedang berkembang dengan negara-negara yang sudah maju
2. Kerugian pembangunan ekonomi
Untuk mengetahui kerugian terjadinya pembangunan ekonomi, terlebih dahulu Anda
pahami bahwa salah satu syarat dilaksanakannya pembangunan ekonomi adalah
semangat ekonomis. Artinya pelaksanaan pembangunan ekonomi harus berlandaskan
tindakan-tindakan ekonomis. Tindakan ekonomis merupakan tindakan yang berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi. Manusia harus selalu berusaha untuk menggunakan
kesempatan dan faktorfaktor produksi seefisien mungkin. Ia harus berusaha
mendapatkan manfaat yang lebih besar dari pengorbanan. Dengan kata lain,
pembangunan ekonomi akan berhasil dengan baik, apabila setiap orang dalam
melakukan kegiatan ekonominya selalu berdasarkan prinsip ekonomi.
Apabila kita lihat kembali bahwa salah satu indikator dari pembangunan ekonomi
adalah tingkat pendapatan yang meningkat. Tingkat pendapatan yang tinggi dapat
dicapai apabila seseorang bekerja secara efisien atau bekerja berdasarkan prinsip
ekonomi.
Dengan demikian, pembangunan ekonomi akan mendorong seseorang berpikir
dan bertindak ekonomis. Dampak dari tindakan ekonomis akan menjadikan manusia
menjadi materialistis dan mementingkan diri sendiri. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kerugian-kerugian dari pembangunan ekonomi adalah:
a. mendorong seseorang untuk berpikir maupun bertindak lebih mementingkan diri
sendiri
b. mendorong seseorang lebih bersifat materialistis
c. sifat hidup gotong royong yang pada umumnya terdapat di negara-negara sedang
berkembang semakin berkurang
d. sifat kekeluargaan dan hubungan keluarga semakin berkurang

1. Tujuan pembangunan dalam islam

teori ekonomi konvensional setidaknya memperkenalkan dua hal fundamental


berkaitan dengan tujuan pembangunan ekonomi. Pertama memperbaiki tingkat
pendapatan rill individu. Kdua, menegakkan keadilan distribusi pendapatan. Dua tujuan
tersebut menjadi fokus pembicaraan di kalangan penulis muslim. Namun sebagian
mereka menambahkan tujuan lain yang mnejadi karakteristik masyarakat muslim.
Quhaf misalnya, mangatakan tujuan pembangunan ekonomi untu membentuk iklim
yang kondusif bagi keagungan nilai-nilai islam dalam suatu masyarakat yang sejahtera
secara material.11 Dengan dimikian, pembangunan ekonomi yang memiliki
karakteristik islami harus dapat meningkatkan komitmen umat islam terhadap
agamanya. Al-Rubi mengkolerasikan pembangunan ekonomi dengan kewajiban-
kewajiban keagamaan. Menurutnya, tujuan pembanguna ekonomi mewujudkan
kesejahteraan sehingga setiap individu dapat melaksanakan dan komitmen terhadap
ajaran agama mereka.12 Sedangkan menurut yusuf, tujuan pembanguna ekonomi untuk
merubah masyarakat sehingga mandapat ridha allah.13

Di antara tujuan pembangunan ekonomi yang sering di sebutkan dalam karya-


karya kontemporer adalah untuk memenuhi kebutuhan yang memadai (al-had al-
kifayah) bagi setiap masyarakat muslim. Asas mendasari ide al-had al-kifayah tersebut
secara inplisit terdapat dalam beberapa hadis nabi tentang zakat. Al-fanjari boleh
dikatakan seorang penulis yang paling banyak menghubungkan konsep al-had al-
kifayah dengan pembangunan ekonomi.14 Namun sebagian besar penulis melihat perlu
membedakan antara haddul al-kifayah dengan haddul al-kafaf karena islam
mewajibkan kita untuk memenuhi haddul al-kifayah. Berbeda dengan sistem ekonomi
lain yang hanya memenuhi haddu al-kafaf.

C. KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI

Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan
interaksi dari berbagai kelompok variabel, antara lain sumber daya manusia, sumber daya
alam, modal, teknologi dan lain-lain. Indonesia sebagai sebuah negara dimana pembangunan
nasionalnya pada hakikatnya memiliki salah satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan
umum.

11
Al-qiro, istid’radh, h.356.
12
Mahmud Al-Rubi. 1984. Al-Minhaj al-islami fi al-tanmiyah al-iqtisodiyah wa al-ijtima’iyah dalam majallat al-
dirasat al-tijariyah wa al-islamiyah (Markaz solih Abdullah Kamilli al-dirasat al-tijariyah wa al-islamiyah), nomor
3,tahun ke satu juli 1984, h. 31.
13
Yusuf, Iistirotijiyah, h. 221.
14
Muhammad Syauqi Al-Fanjari. Tt. Al-Islam wa al-musykillah al-iqtisodiya, (maktabah al-anglo al-misriyah), h. 81,
dan Al-Mazhab al-iqtisodi fi al-islam, (jeddah:buhus Mukhtarahmin al-Mu’tamar al’alami al-awwal li al-iqtisod al-
islami, (jeddah:Markaz abhas al-iqtisod al-islami), h. 100.
Adanya pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan ekonomi di
mana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat terkait dengan tumbuh dan
berkembangnya usaha ekonomi. Penduduk disatu pihak dapat menjadi pelaku atau sumber
daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat menjadi sasaran atau konsumen bagi produk
yang dihasilkan. Kondisi-kondisi kependudukan, data dan informasi kependudukan akan
sangat berguna dalam memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja akan terserap serta
kualifikasi tertentu yang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk
memproduksi barang atau jasa. Di pihak lain pengetahuan tentang struktur penduduk dan
kondisi sosial ekonomi pada wilayah tertentu, akan sangat bermanfaat dalam
memperhitungkan berapa banyak penduduk yang dapat memanfaatkan peluang dan hasil
pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar bagi suatu produk usaha tertentu.15

Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan


mendasar atas struktursosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan
pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah
menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya, akan tetapi diikuti dengan
pemberantasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan
kerja, pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan
kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan
penyegaran kehidupan budaya.16

Pembangunan ekonomi merupakan cara bagi suatu negara untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan ekonomi dilakukan secara
berkesinambungan dan terencana untuk dapat menciptakan kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya. Program yang sebaiknya dijalankan oleh suatu negara adalah dengan
pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga dapat dijadikan program
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

1. Pembangunan ekonomi dalam islam


Berlangsungnya ekonomi pembangunan dunia ditandai dengan kemajuan sains
dan teknologi share sektor perdagangan dan transfortasi yang penuh dengan kompetisi
15
Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, jilid 2 (Jakarta: Erlangga: 2003), hal. 64.
16
Lia Amalia, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: Graha Ilmu: 2007), hal. 1
dan lokomotifnya yang dibangun adalah lingkaran kapitalis (liberalisme).17 Sistem ini
menjadi popoler dengan keyakinan yang kuat dan mendewakan liberalisasi sebagai
tulang punggung pembangunan ekonomi. Namun, dalam perjalanannya sistem ini gagal
menciptakan pemerataan dan keadilam pembangunan dan hanya menyisahkan
ketimpangan yang semakin mendalam antar individu, kelompok, antar sektor
perekonomian, antar wilayah bahkan antar negara khususnya negara maju dan NSB
(negara sedang berkembang).
Akibatnya, kemiskinan dan pengangguran berkepanjangan, kemelaratan dan
ekspoitasi sumber daya alam praktis amat merugikan Negara Sedang Berkembang atau
kelompok yang lemah. Karena itu keadilan dan kemakmuran untuk penduduk bumi
tidak akan pernah terwujud selama tidak ada perubahan yang mendasar terutama
kekebasan pasar sebagai sumber kedaulatan yang mengatur perekonomian dunia.
Sementara itu Negara Sedang Berkembang mengalami kesulitan untuk membebaskan
diri dari ketidakberdayaan, yang berimplikasi terhadap sumberdaya menusia yang amat
rendah, kesejangan sosial, kemiskinan dan pengangguran yang tidak kunjung padam
dan luput dari perhatian dunia.18 Dari 57 negara di dunia yang diukur dengan
menggunakan data Tingkat Kenaikan Pendapatan per Kapita dunia,19 dan indeks
Tingkat Konsumsi per Kapita menurut indikator non moneter tahun 1950-1999
menunjukkan perbedaan dan perubahan ketimpangan amat signifikan.20
Dalam Islam, konsep pembangunan ekonomi mendapat perhatian khusus. Betapa
tidak, al-Qur’an memberikan perhatian serius terhadap usaha memperbaiki nasib suatu
kaum yang hanya bisa ditentukan melalui kerja keras serta menghilangkan sifat malas
(fakir) seperti diisyaratkan dalam QS 63: 9-10.21 Selain ayat tersebut, al- Qur’an juga
mengungkapkan terhadap kinerja nabi Ibrahim as dalam membangun Ka’bah dan
regulasi yang telah membumi seantero jagat raya dan kemudian dilanjutkan oleh nabi
Muhammad saw.22 Sejak 14 abad silam, efek regulasi Mekah (Ka’bah) telah

17
Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Pembangunan Perspektif Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.1
18
M. Umar Chapra, Islam dan pembangunan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 64.
19
Agus Maddison, Monitoring the World Economy, OECD Paris dalam Sadono Sukirno, op.cit., h. 40.
20
W. Beckarman, International Comparition of Real Income, Development Centre of thr OECD dalam Sadono
Sukirno, op.cit., h. 72.
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya ( Bandung: SYGMA, 2007), h. 553.
22
Nabi Ibrahim meletakkan dasar spritual pembangunan manusia sebagaimana diabadikan Allah dalam QS Ibrahim
(14). Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h, 255-261.
membuktikan pertumbuhan pembangunan tidak sekedar dinikmati oleh masyarakat
Mekah, melainkan seluruh negara yang memiliki akses ekonomi bidang teknologi,
transfortasi termasuk kinerja perbankan dan pelayanan jasa non perbankan lainnya
turut andil pada posisi penawaran yang tinggi.
Kebijakan nabi Muhammad saw dapat ditelusiri melalui sejarah perjalanan dari
Mekah ke Madinah (hijrah) dan mempersaudarakan penduduk asli Madinah dengan
imigran yang mendampingi nabi saw. Implikasi dari kedua kebijakan ini telah
membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi awal peperintahan Madinah mulai
mengalami perubahan, meskipun terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan itu
disebabkan antara lain keterbatasan lahan pertanian dan masalah politik perluasan
kekuasaan dan pembangunan infrastruktur belum mengalami pertumbuhan signifikan,
di samping itu gangguan keamanan masyarakat Madinah seringkali memicu terjadinya
peperangan.23
Kebijakan fiskal yang dilakukan nabi Muhammad saw pada abad ke- 7 M,
merupakan model baru dalam bidang keuangan negara. Seluruh kekayaan negara
disimpang dan dikeluarga sesuai kebutuhan.24 Instrumen kebijakan fiskal dimaksudkan
untuk meningkatkan pendapatan nasional dan tingkat partisipasi kerja (agregate
demand) sehingga semua lahan pertanian di Madinah dimanfaatkan maksimun. Sektor
pertanian difokuskan pada usaha muȡarabah, muzara’ah, dan musaqah, sehingga tidak
mengherankan jika penarikan share sektor pajak pertanian cukup signifikan misalnya
kharaj, khum jizyah, zakat dan ghanimah diserahkan kepada negara atas dasar
kesadaran spiritual – iman, dan taqwa.
Dalam Islam, kemiskinan seringkali diakui sebagai nasib yang menimpa, namun
tidak berarti membenarkan dan membiarkan diri untuk hidup miskin. Tidak jarang,
akibat kemiskinan manusia terjerat dengan berbagai perbuatan dan berakhir dengan
kekufuran, dan hal itu sudah diingatkan oleh nabi Muhammad Saw.
Dalam berbagai implementasi ekonomi pembangunan selama ini diterapkan oleh
banyak negara, kemiskinan penduduk, pengangguran dan ketimpangan distribusi
pendapatan merupakan masalah besar yang belum pernah berhasil di atasi secara
memuaskan, terutama di negara sedang berkembang. Sebaliknya, dalam penerapan
23
K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern (Cet. 4; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), h. 61 dan 71.
24
Kadim As-Sadr, Fiscal Policiesin Aerly Islam, dalam Euis Amalia, op.cit., h. 78-80
ekonomi Islam, pernah tercatat, bahwa ada sebuah negara paling makmur di Timur
Tengah pada tahun 100 hijriah, di bawah pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz,
sehingga hampir tidak ada yang mau menerima zakat, lantaran penduduknya sudah
sejahtera (berkecukupan secara ekonomi).
Nampaknya sejarah membuktikan, bahwa sebuah negara akan menjadi makmur,
dengan jumlah penduduk miskin paling rendah, bila pemerintah yang berkuasa berhati
mulia, beriman dan bertakwa dan menerapkan pola hidup sederhana bagi pejabatnya,
dengan mengembalikan kekayaan negara (input, pendapatan) berimbang bahkan
cenderung lebih besar dalam belanja modal kepada rakyat yang dipimpin. Pada sisi
lain, pemilik modal menitipkan kekayaan untuk mendorong pertumbuhan
pembangunan umat, dan zakat produktif,25 infaq dan sadakah. Demikian halnya dengan
sumber yang menyangkut hajat hidup orang banyak dioleh dengan sebaik-baiknya.
Inilah salah satu contoh negara dunia yang pernah menerapkan ekonomi pembangunan
Islami dengan lima pilar utama yaitu:
 Penguasa yang tidak serakah, menganut pola hidup sederhana, tidak kikir dan
juga tidak boros (iqtisyadi) demikian juga rakyatnya.
 Kesadaran dan keikhlasan setiap warganegara melaksanakan perintah Allah
melalui zakat, infak, wakaf dan sedekah dan penerimanya semakin sedikit karena
malu (budaya malu dan takut terhadap hinaan Allah di dunia dan akherat)
 Mengelola Bazda-Baznas secara tepat sehingga distribusi sosial tepat waktu,
sasaran, dan jumlah (trasparan, asas manfaat).
 Pengelolaan sumber kekayaan alam oleh negara untuk perbaikan taraf hidup
masyarakat seutuhnya, dan menghilangkan sifat- sifat pejabat yang rakus (tamak).
 Pengawasan dan keadilan hukum terhadap pelaku perusakan darat dan laut
ditindak, dan jaminan negara terhadap raknyatnya sudah seharusnya bukan
sebagaimana adanya.

25
Paradigma zakat selama ini menggunakan terminologi fitrah (konsumsi lebaran) dan terkesan pasif, dan sulit
dirubah menjadi zakat dalam terminologi annamā, “tumbuh, berkembang, dan berputar pada orang lain. Ini bukti
ijtihad Umar bin Khatab mampu merubah wajah Madinah menjadi Model Pertanian Modern pada masanya, lalu
Umar bin Abdul Azis melanjutkan pada kebijakan pada masa pemerintahannya. Distribusi pendapatan negara
hanya pada orang-orang yang tidak bisa bekerja, sisanya tidak diberikan bahkan diberi waktu untuk masing-
masing mustahiq mengeluarkan zakat pada tahun berikut, jika tidak diusir dari negaranya sendiri.
Implikasi dari lima dasar di atas, jika baik, maka akan berdampak pada
pemeliharaan dan perbaikan maqāsyid syarî’ah (kemaslahatan manusia). Namun jika
tidak baik, maka akan berdampak negatif juga pada maqāsyid syarî’ah dan harapan
kebahagian akherat dipastikan tidak terwujud karena tidak berjumpa dengan tuhan-
Nya. Dengan demikian, konsep pembangunan dalam Islam sebetulnya cukup
sederhana, karena tidak menganggungkan kepemilikan individu, dan menafikan
kepemilikan kolektif dengan motor menggeraknya “spitual” karena Allah. Bukan
pula seperti kapitalis, sosialis, dan komunis yang mengagung- agungkan kekayaan
individu dan mengabaikan kepemilikat kolektif dari sisi manfaat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
dalam suatu perekonomian, Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik
selama periode tertentu. Sedangkan dalam Islam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai perkembangan yang terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang
mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia.
Dan tujuan dari ekonomi itu peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi
berbagai macam barang kebutuhan hidup pokok, peningkatan standar hidup, dan
perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi semua lapisan masyarakat.

Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan
interaksi dari berbagai kelompok variabel, antara lain sumber daya manusia, sumber daya
alam, modal, teknologi dan lain-lain. Indonesia sebagai sebuah negara dimana
pembangunan nasionalnya pada hakikatnya memiliki salah satu tujuan yaitu memajukan
kesejahteraan umum.

daftar pustaka

Ahmad Ma’aruf dan Latri Wihastuti, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan
Prospeknya, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9, Nomor 1, April 2008.
Rahardjo Adisasmita, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dan
Pertumbuhan wilayah, cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,2013.
Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE,
Yogyakrta, 1999.
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999.
Michael Todaro, Pembangunan Ekonomi Di dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2000.
Fitrah afrizal, Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja
Terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011.
Hal ini bisa dilihat dalam pemikiran-pemikiran ilmuwan muslim klasik, seperti Al-Ghazali, Ibnu
Khaldun, At-Tusi, Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim dan lain-lain. Penjelasan tentang pemikiran
ekonomi para ulama tersebut, lihat Aidit Ghazali, Islamic Thinkers on Economics,
Administration and Transactions. Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1991
Al-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan.
Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Development in Islam Malaysia: Pelanduk
Publication, 1991.
Alvi dan Al-Raubaie, “Strategi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkesinambungan dalam Persepsi
Islam.
Mahmud Al-Rubi. 1984. Al-Minhaj al-islami fi al-tanmiyah al-iqtisodiyah wa al-ijtima’iyah
dalam majallat al-dirasat al-tijariyah wa al-islamiyah Markaz solih Abdullah Kamilli al-dirasat
al-tijariyah wa al-islamiyah.nomor 3,tahun ke satu juli 1984.
Muhammad Syauqi Al-Fanjari. Tt. Al-Islam wa al-musykillah al-iqtisodiya, maktabah al-anglo
al-misriyah.dan Al-Mazhab al-iqtisodi fi al-islam, (jeddah:buhus Mukhtarahmin al-Mu’tamar
al’alami al-awwal li al-iqtisod al-islami, jeddah:Markaz abhas al-iqtisod al-islami.
Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, jilid 2 Jakarta: Erlangga: 2003.
Lia Amalia, Ekonomi Pembangunan Yogyakarta: Graha Ilmu: 2007.
Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Pembangunan Perspektif Islam Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
M. Umar Chapra, Islam dan pembangunan Ekonomi Jakarta: Gema Insani, 2000.
Agus Maddison, Monitoring the World Economy, OECD Paris dalam Sadono Sukirno, op.cit.
W. Beckarman, International Comparition of Real Income, Development Centre of thr OECD
dalam Sadono Sukirno, op.cit.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Bandung: SYGMA, 2007.
Nabi Ibrahim meletakkan dasar spritual pembangunan manusia sebagaimana diabadikan Allah
dalam QS Ibrahim (14). Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah.
K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern Cet. 4; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.
Kadim As-Sadr, Fiscal Policiesin Aerly Islam, dalam Euis Amalia, op.cit.

Anda mungkin juga menyukai