Anda di halaman 1dari 15

Ganjil

EKONOMI MAKRO II

DISUSUN OLEH:

Nama : NURIS ZULLQAIDAH NURUL HAQ MENTANG


Nim : B1A120153
Kelas : B

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Abstrak:

Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu


negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian 2
perekonomian bangsa tersebut. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang,
pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasional.
Ada indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan salah satunya
pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan
ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam


menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan
jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena
dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian 2 perekonomian
bangsa tersebut. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pembangunan
ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasional. Ada indikator
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan salah satunya pertumbuhan
ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara


secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu
perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan akan perkembangannya apabila
tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa sebelumnya.
Menurut Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi
yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang
terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah
satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya
pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun
terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode
lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu
mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah
barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi berkembang. Disamping itu tenaga
kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan
pendidikan menambah keterampilan mereka.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh
tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Kedua, selama keinginan dan
kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih
banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha
menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan
(income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.

Pertumbuhan Ekonomi menyebabkan produksi barang dan jasa semakin meningkat.Hal


ini akan menyebabkan perubahan masyarakat dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi yang sangat pesat dialami pada abad ke dua, hal ini lebih pesat dibandingkan
abad sebelumnya. Namun pertumbuhan ekonomi dari suatu negara berbeda dengan
negara lain. Terutama negara yang berkembang seperti di Indonesia perkembangan
ekonominya belum mengalami peningkatan. Hal tersebut menyebabkan banyaknya
pengangguran yang belum dapat mendapatkan pekerjaan yang layak.

1.2 Tujuan

Mengetahui tentang pertumbuhan ekonomi di Negara Indonesia, mulai dari teori dasar
prtumbuhan, kebijakan yang dijalankan di Negara Indonesia, dan solusi terbaik bagi
pertumbuhan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

1.Teori Dasar Pertumbuhan Ekonomi

.Menurut Sukirno (2011) pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan


kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau
PNB rill. Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang
berlaku di berbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah kekayaan sumber alam dan
tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-barang modal yang tersedia, tingkat
teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat. Beberapa teori telah
dikemukakan yang menerangkan hubungan diantara faktor produksi dengan pertumbuhan
ekonomi. Pandangan teori-teori tersebut diringkas sebagai berikut:

i.Teori Klasik: Menekankan tentang pentingnya faktor-faktor produksi dalam menaikkan


pendapatan nasional dan mewujudkan pertumbuhan. Akan tetapi yang terutama
diperhatikan adalah peranan tenaga kerja. Menurut mereka tenaga kerja yang berlebihan
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Teori Klasik adalah beberapa teori yang
diungkapkan oleh para ekonom mengenai pertumbuhan ekonomi dari sudut pandang
pertambahan penduduk.
1. Adam Smith, “perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika ada pertambahan
penduduk” yang memperluas pasar dan mendorong spesialisasi.
2. David Ricardo, kebalikan dari Adam Smith, David Ricardo berpendapat bahwa
“pertumbuhan penduduk yang semakin besar akan menghasilkan tenaga kerja yang
banyak, sehingga upah menurun dan perekonomian menjadi stagnan”.
3.Thomas Robert Malthus, menurut Malthus “pertumbuhan penduduk yang besar akan
menyebabkan krisis pangan, sehingga akan terjadi kelangkaan makanan”.

Teori Schumpeter: Menekankan tentang peranan usahawan yang akan melakukan


inovasi dan investasi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, yang mana kemajuan
teknologi sangat ditentukan oleh jiwa kewirausahaan masyarakat yang mampu melihat
peluang untuk membuka usaha baru maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan
pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk
menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya. Menurut Schumpeter
“pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan”

Teori Harrod-Domar dan Rostow: Mewujudkan peranan investasi sebagai faktor yang
menimbulkan pertambahan pengeluaran agregat. Teori ini pada dasarnya menekankan
peranan segi permintaan dalam mewujudkan pertumbuhan. Menurut Harrod-Domar,
“perlu adanya pembentukan modal atau investasi untuk mencapai pertumbuhan Ekonomi
yang teguh (steady growth).Semakin banyak modal maka produksi barang dan jasa juga
makin banyak. Jadi menurut teori ini, ada syarat agar perekonomian negara dapat
berkembang secara jangka panjang. Harrord-Domar Teori Rostow menjelaskan bahwa
ada tahap-tahap yang dilewati suatu negara dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan memperkuat tabungan
nasional. Teori ini diperjelas lagi dengan teori Harord-Domar yang menyebutkan bahwa
semakin banyak porsi PDB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa tingkat
tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Teori Robert Solow: Teori ini menjelaskan bagaimana tingkat tabungan dan investasi,
pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output
perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw:2000). Menurut Solow,
dalam jangka panjang tingkat tabungan dapat menentukan modal dalam proses produksi.
Artinya, “semakin tinggi tingkat tabungan, semakin tinggi pula modal dan output yang
dihasilkan” Solow juga berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah rangkaian
kegiatan denga 4 faktor utama yaitu manusia, teknologi modern dan hasil (output).

Teori Neo-Klasik: Melalui kajian empirikal teori ini menunjukkan bahwa perkembangan
teknologi dan peningkatan kemahiran masyarakat merupakan faktor yang terpenting yang
mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

Teori Pertumbuhan Endogen Teori-teori selanjutnya adalah teori pengembangan model


Solow. Diantaranya teori pertumbuhan endogen yang berusaha menjelaskan bahwa
sumber-sumber pertumbuhan adalah peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas.
Modal dalam hal ini tidak hanya dalam sifat fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik
berupa ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi ini akan
mengembangkan inovasi sehingga meningkatkan produktivitas dan berujung pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Teori Transformasi Struktural, Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat
negara-negara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dengan cara mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor
pertanian yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang
lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipeloperi oleh W. Arthur Lewis.

Menurut Wijono (2005), pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses


kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga
hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan
perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per
kapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sehingga jangka
panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu
yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generating). Pertumbuhan ekonomi
juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jangka
panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju
pertumbuhan penduduk dan apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau
tidak.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan


kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi (Tambunan, 2001).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kata
lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat
pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun
sebelumnya. Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah
penambahan Produk Domestik Bruto (PDB), yang berarti peningkatan Pendapatan
Nasional/PN.

2.Kebijakan Pemerintah Indonesia

a. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan pemerintah sehubungan dengan tingkat pembelian
pemerintah, transfer, dan struktur pajak. Kebijakan Fiskal juga dapat dipahami sebagai
kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah melalui merubah-ubah (menaikkan
atau menurunkan) penerimaan negara dan atau pengeluaran negara dalam rangka
mencapai tujuan teretentu. Ruang lingkup kebijakan yaitu pada sektor pengeluaran
pemerintah dan penerimaan pajak sehingga disebut juga kebijakan anggaran. Secara
umum tujuan dari kebijakan fiskal yang ingin dicapai antara lain: peningkatan pendapatan
nasional, peningkatan kesempatan kerja, penurunan laju inflasi, penurunan defisit neraca
pembayaran internasional.

Kebijakan Fiskal merupakan tindakan yang diambil oleh Pemerintah dalam bidang
perpajakan dan anggaran belanja negara dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran
agregat ekonomi. Kebijakan fiskal dapat berupa kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan
fiskal kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan fiskal yang bertujuan
meningkatkan output perekonomian. Sebaliknya, kebijakan fiskal kontraktif bertujuan
mengurangi output perekonomian. Oleh karena itu, kebijakan fiskal juga merupakan
instrumen stabilisasi pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan output perekenomian menurut Solow


dipengaruhi oleh tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi. Tabungan
merupakan instrumen yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan
belanja negara mempengaruhi tabungan nasional). Secara tidak langusung kebijakan
fiskal ikut mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi. Keputusan-keputusan
pemerintah mengenai kebijakan fiskal yang ditempuh suatu negara dapat mengubah
ouput dalam perekonomian, baik bertambah maupun berkurang.

Penurunan pajak T maupun peningkatan belanja G memiliki multiplier effect (efek


penggandaan) terhadap pendapatan (ouput perekonomian) suatu negara. Alasannya ialah
pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi. Kenaikan belanja
pemerintah menyebabkan meningkatnya pendapatan, kemudian meningkatkan konsumsi,
yang selanjutnya meningkatkan pendapatan, kemudian meningkatkan konsumsi dan
seterusnya. Di Indonesia, APBN sebagai instrumen utama kebijakan fiskal memainkan
peranan penting mendorong pencapaian target-target pembangunan yang telah ditetapkan.
Peranan tersebut sejalan dengan salah satu fungsi APBN sebagai alat menjaga stabilitas
dan akselerasi kinerja ekonomi. Untuk itu, kebijakan fiskal senantiasa diarahkan untuk
tercapainya pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan,
namun dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Penting untuk diketahui bahwa kebijakan fiskal memiliki dua macam aspek di
dalamnya, yaitu aspek kualitatif dan aspek kuantitatif. Untuk aspek kualitatif, hal hal
yang menjadi pembahasannya adalah jenis jenis pajak, segala jenis pembayaran dan
subsidi. Sedangkan untuk aspek Kuantitatif, hal hal yang menjadi pembahasan adalah
segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan jumlah uang yang harus ditarik dan
dibelanjakan. Kebijakan Fiskal memiliki tujuan yang sangat kompleks, yaitu untuk
mrncapai sebuah perekonomian atau sistem ekonomi yang makmur dan sejahtera. Selain
itu, kebijakan fiskal juga bertujuan untuk menentukan arah dan tujuan, bidikan, prioritas
pembangunan bangsa atau pembangunan nasional dan tentunya menghasilkan sebuah
pertumbuhan ekonomi secara maksimal. Adapun tujuan-tujuan kebijakan Fiskal yaitu :

1. Mencegah dan mengurangi tingkat pengangguran. Dengan adanya kebijakan


fiskal, maka diharapkan masalah pengangguran dapat diatasi
2. Mempertahankan stabilitas harga pasar agar tidak mengalami penurunan dan
lonjakan yang tinggi. Karena penurunan dan lonjakan harga pasar yang tinggi
akan berakibat fatal bagi perekonomian negara.
3. Memacu pertumbuhan ekonomi negara, karena pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu hal mutlak yang harus di upayakan oleh pemerintah.
Pemerintah menerapkan kebijakan fiskal untuk mencari sebuah inovasi baru yang
mampu berkontribusi dalam kemajuan perekonomian negara.
4. Mendorong laju investasi, karena investasi merupakan salah satu tran saksi dalam
dunia ekonomi yang memiliki prospek besar. Oleh karena itu, kebijakan fiskal
bertujuan untuk mendorong agar kegiatan investasi ini terus bertambah agar
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai pebangunan nasional dan lain sebagainya.
5. Untuk mewujudkan keadilan sosial.

Adapun Fungsi Kebijakan Fiskal yaitu :

1. Mengoptimalkan penggunaan SDA dan SDM, karena sumber daya merupakan


salah satu komponen penting yang harus ada dalam sebuah negara. Kebijakan
fiskal berfungsi untuk menyeimbangkan antara SDA yang ada dengan SDM yang
ada
2. Mengoptimalkan kegiatan investasi. Investasi merupakan salah satu kegiatan
yang dapat mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan negara. Kehadiran
kebijakan fiskal berfungsi untuk membuka seluas luasnya peluang bagi para
pemilik modal untuk menginvestasikan modalnya.

Di Indonesia sektor pemerintah memiliki peranan besar dalam sejarah perekonomian.


Peran tersebut dituangkan pemerintah dalam bentuk pelaksanaan kebijakan fiskal untuk
mencapai tujuan utama pembangunan berupa pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
mengurangi pengangguran dan mengendalikan inflasi. Kebijakan fiskal yang dijalankan
pemerintah Indonesia memiliki dua instrumen utama yaitu perpajakan dan pengeluaran.  
Pengeluaran pemerintah sebagai salah satu instrumen penting kebijakan fiskal diharapkan
mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah mengoptimalkan peran tersebut dengan meningkatkan pengeluaran (share)
terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Secara riil pengeluaran pemerintah juga
meningkat sejalan dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Peran pemerintah
dalam perekonomian ditunjukan oleh pengeluaran untuk bidang ekonomi dalam
persentase dari total pengeluaran cenderung meningkat.

b. Kebijakan Moneter
Teori standar makroekonomi menyatakan bahwa kebijakan moneter sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan moneter memiliki efek yang merata secara
nasional, hal ini dalam praktek sering kali tidak terjadi. Suatu negara pada umumnya
memiliki karakteristik daerah yang berbeda sehingga efek kebijakan moneter tidak selalu
seragam dan cenderung memiliki efek yang berbeda antar daerah.

Secara teori kebiajakan moneter memang tidak dapat dijalankan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kinerja suatu specific region hal ini menyebabkan kebijakan
moneter tidak seekfektif kebijakan fiskal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah, akan tetapi analisis efek dari kebijakan moneter dan variabel didaerah yang
mempengaruhinya penting untuk melihat seberapa besar efektivitas kebijakan moneter
mempengaruhi pertumbuhan daerah tersebut, dengan ditentukannya variabel yang paling
mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter pada tiap daerah di indonesia, maka
pertumbuhan daerah tersebut dapat diarahkan dengan stimulus kebijakan fiskal untuk
mendorong pertumbuhan pada variabel yang paling berpengaruh tersebut, sehingga
kebijakan moneter dapat terdistribusi secara merata efeknya dan hal ini akan
memudahkan bank sentral dalam menjalankan fungsinya dalam stabilitas moneter di
Indonesia.

3.Data Pertumbuhan Ekonomi


Tahun 2011 - 2018
Momentum pemulihan ekonomi Indonesia berlanjut pada 2018. Pertumbuhan ekonomi
2018 tercatat 5,17%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya
sebesar 5,07% (Grafik 2.1) dan merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Secara
umum, kinerja tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia tetap solid, mengingat
pada saat bersamaan pertumbuhan ekonomi dunia 2018 dalam tren melambat dan
ketidakpastian global sedang meningkat.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018 tidak terlepas dari dampak positif bauran
kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam merespons
ketidakpastian global. Satu sisi, respons kebijakan moneter yang pre-emptive, front
loading, dan ahead of the curve untuk menjaga stabilitas perekonomian, khususnya nilai
tukar, serta komitmen pemerintah untuk menjaga prospek kesinambungan fiskal,
memberikan keyakinan pelaku ekonomi untuk melakukan ekspansi usaha. Sisi lain, arah
kebijakan yang akomodatif dari kebijakan fiskal pusat-daerah, termasuk belanja proyek
infrastruktur, kebijakan pendalaman pasar keuangan, kebijakan makroprudensial,
kebijakan sistem pembayaran, dan kebijakan struktural memberikan stimulus bagi
kegiatan ekonomi. Implementasi kebijakan tersebut pada gilirannya mendorong
berlanjutnya kegiatan berusaha dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat pada 2018 banyak ditopang oleh
permintaan domestik. Pertumbuhan konsumsi dan investasi meningkat didukung
pendapatan yang membaik, keberlanjutan pembangunan proyek infrastruktur, serta daya
beli yang terjaga sejalan dengan tekanan inflasi yang rendah. Beberapa kegiatan lain juga
memengaruhi pengeluaran penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada), kegiatan
berskala internasional, seperti di Asian Games dan pertemuan tahunan International
Monetary FundWorld Bank (IMF-WB) dan aktivitas persiapan pemilihan umum
(Pemilu). Sementara itu, peran ekspor neto menurun dipengaruhi kinerja ekspor yang
melambat seiring pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, di tengah impor yang
tumbuh tinggi sejalan dengan kenaikan permintaan domestik.
Ekspansi perekonomian dari sisi lapangan usaha dipengaruhi oleh sektor sekunder dan
sektor tersier. Sejalan dengan konsumsi dan aktivitas impor barang yang tumbuh kuat,
kinerja lapangan usaha (LU) perdagangan besar dan eceran tumbuh tinggi. Peningkatan
belanja pemerintah termasuk belanja yang terkait anggaran pendidikan mendorong
pertumbuhan LU jasa administrasi pemerintahan dan LU jasa pendidikan. Kinerja LU
konstruksi juga tumbuh kuat sejalan dengan percepatan penyelesaian pembangunan
proyek infrastruktur yang telah memasuki tahap akhir. Sementara itu, kinerja LU industri
pengolahan sebagai sektor dengan pangsa terbesar terhadap produk domestik bruto
(PDB), tumbuh stabil pada 2018. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi menguat di
hampir seluruh wilayah. Perekonomian Jawa dan Sumatera tumbuh membaik, bahkan
Maluku-Papua (Mapua) tumbuh lebih tinggi. Permintaan domestik yang kuat menjadi
mesin utama pertumbuhan Jawa dan Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Jawa yang kuat
juga ditopang oleh membaiknya ekspor seiring dengan meningkatnya kinerja LU industri
pengolahan. Perekonomian Mapua yang tumbuh tinggi dipengaruhi peningkatan kinerja
ekspor tambang yang signifikan. Berbeda dengan kinerja ekspor di Mapua,
perkembangan ekspor tambang di Kalimantan dan Bali-Nusa Tenggara (Bali-Nusra)
menurun, sehingga berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang melambat di kedua
wilayah ini. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi lebih
dipengaruhi oleh melambatnya investasi.

Keberlanjutan pemulihan ekonomi berpengaruh positif pada perbaikan kualitas


pertumbuhan ekonomi. Berbagai indikator kesejahteraan masyarakat seperti tingkat
pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan kembali menurun pada 2018.
Perkembangan positif pasar ketenagakerjaan tercermin pada penurunan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) yang disertai dengan perbaikan tingkat partisipasi angkatan
kerja (TPAK). Tingkat kemiskinan pada 2018 melanjutkan tren penurunan dan bahkan
berada pada level terendah semenjak krisis ekonomi 1998. Indikator ketimpangan juga
menunjukkan penurunan yang dipengaruhi oleh berbagai upaya pemerintah untuk
menjaga daya beli dan pengeluaran pada masyarakat kelompok bawah di tengah daya beli
dan pengeluaran kelompok 20% teratas yang menurun.
Permintaan Domestik Meningkat
Permintaan domestik yang kuat banyak berperan dalam memengaruhi ekspansi
pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018. Permintaan domestik pada 2018 bertumbuh
sebesar 5,62%, tertinggi sejak 2012,
didorong pengeluaran konsumsi baik rumah tangga (RT), lembaga nonprofit yang
melayani rumah tangga (LNPRT) maupun Pemerintah. Selain itu, pertumbuhan
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tinggi, ditopang investasi nonbangunan
dan investasi bangunan, juga berkontribusi pada kenaikan permintaan domestik.
Pemintaan domestik yang kuat pada gilirannya dapat memitigasi kontribusi sektor
eksternal yang pada 2018 secara neto tercatat negatif akibat kinerja ekspor yang
melambat dan impor yang tinggi (Tabel 2.1).

Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,51%, Tahun 2021 Kuartal III

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,51%
secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2021. Pertumbuhan ini di bawah
proyeksi Sri Mulyani yang sebesar 4,5%.(Baca: DKI Jakarta Sumbang Ekonomi Terbesar
pada Kuartal II-2021)Selain itu, ekonomi Indonesia melambat dari 7,07% (yoy) pada
kuartal sebelumnya. Namun, lebih tinggi dari kuartal III 2020 yang mengalami kontraksi
3,49% (yoy).BPS menyebutkan, sektor industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan
perdagangan memiliki andil terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor ini
menyumbangkan 66,42% dari total PDB Indonesia pada kuartal III 2021.Sementara dari
sisi pengeluaran, 83,54% disumbangkan dari konsumsi rumah tangga dan investasi. BPS
mencatat seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan positif.Konsumsi
rumah tangga tumbuh 1,03% (yoy). Angka ini melambat dari kuartal sebelumnya yang
sebesar 5,96% (yoy), tetapi lebih tinggi dari kuartal III 2020 yang sebesar -4,05% (yoy).
Hal yang sama terjadi pada komponen investasi. Ini tercermin dari Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3,74% (yoy). Lebih tinggi dari kuartal III 2020 yang sebesar
-6,48% (yoy) dan melambat dari kuartal II 2021 yang sebesar 7,54% (yoy).Adapun, laju
pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 0,66% (yoy). Angka ini melambat dari kuartal
II 2021 yang sebesar 8,03% (yoy) dan kuartal III 2020 yang sebesar 9,76% (yoy).Dari sisi
perdagangan, impor dan ekspor mengalami pertumbuhan tertinggi di antara komponen
lainnya. Pertumbuhan impor sebesar 30,11% (yoy), melambat dari kuartal II 2021 yang
sebesar 31,72% (yoy) dan naik dari kuartal III 2020 yang sebesar -23%
(yoy).Pertumbuhan ekspor barang dan jasa sebesar 29,16% (yoy). Angka ini melambat
dari kuartal II 2021 yang sebesar 31,98% (yoy) dan naik dari kuartal III 2020 yang
sebesar -11,66% (yoy).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada


kuartal ketiga tahun 2021 menjadi 4,5%. Kinerja perekonomian terus menagalami
perbaikan sehingga memberikan optimisme pemulihan ekonomi seiring keberhasilan
penangan covid 19 dan berbagai program perlindungan sosial untuk melindungi
masyarakat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada tahun 2021
diperkirakan tumbuh sekitar 4%. Kinerja perekonomian di kuartal keempat berpotensi
rebound dan didukung dari rebalancing dari berbagai kegiatan ekonomi.

4.Rumus Solusi Kebijakan

Solusi yaitu Kebijakan Fiskal

Solusi kebijakan terbaik menurut saya yaitu kebijakan Fiskal, karena kebijakan fiscal
merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan keseimbangan makro ekonomi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi sisi permintaan agregat suatu
perekonomian dalam jangka pendek. Selain itu, kebijakan ini dapat pula mempengaruhi
sisi penawaran yang sifatnya lebih berjangka panjang, melalui peningkatan kapasitas
perekonomian. Dalam pengelolaan stabilitas makro ekonomi, kebijakan fiskal akan
berinteraksi dengan kebijakan moneter.Besarnya pengeluaran pemerintah yang
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki batas tertentu
Pengeluaran pemerintah akan mendukung pertumbuhan ekonomi apabila pemerintah
mampu menciptakan kondisi di mana besarnya share pengeluaran pemerintah terhadap
tingkat output seluruhnya dapat digunakan untuk menyediakan barang publik yang
digunakan sebagai input produksi yang kompetitif.

Kebijakan fiscal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor
public. Kebijakan fiscal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk
mengatur mobilisasi dana domestic, dengan instrument utamanya perpajakan. Di Negara
sedang berkembang seperti Indonesia, kebijakan moneterdan kebijakan luar negeri belum
berjalan seperti yang diharapkan. Denga demikian, peranan kebijakan fiscal dalam bidang
perekonomian menjadi semakin penting. Kebijakan fiscal adalah kebijakan ekonomi yang
digunakan pemerintah untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada saat
kondisi yang lebih baik. Caranya yaitu mengatur penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiscal adalah pajak (T) dan pengeluaran (G).
Kebijakan fiscal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang
bersifat ekspansif dilakukan pada saat perekonomian sedang menghadapi masalah
pengangguran yang tinggi. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan
memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya penambahan subsidi kepada rakyat
kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiscal kontraktif adalah bentuk
kebijakan fiscal yang dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja
penuh atau menghadapi inflasi. Tindakan yang dilakukan adalah mengurangi pengeluaran
pemerintah atau memperbesar tingkat pajak.

Secara umum, alasan mengapa negara berkembang menempuh kebijakan fiskal yang
tidak countercyclical terutama terkait dengan keterbatasan sumber daya finansial dan
kelemahan institusional. Kelemahan institusional diantaranya terkait dengan adanya
kelompok yang cukup berpengaruh dalam masyarakat yang berusaha agar
kepentingannya diakomodasi oleh pemerintah. Kelemahan ini menyebabkan terjadinya
diskresi kebijakan fiskal yang dapat menyebabkan volatilitas inflasi yang lebih tinggi.
Transmisi kebijakan fiskal ke inflasi dapat melalui permintaan agregat, spillover public
wages ke sektor swasta, serta pengaruh pajak terhadap biaya marginal dan konsumsi
swasta. Selain itu, kebijakan fiskal berdampak terhadap inflasi melalui ekspektasi
masyarakat terhadap kemampuan pemerintah untuk membayar utang publiknya.

Dengan memperhatikan siklikalitas kebijakan fiskal Indonesia yang belum mengarah ke


countercyclical, perlu dikaji apakah diskresi kebijakan fiskal terjadi di Indonesia dan
apabila demikian, bagaimana dampaknya terhadap inflasi. Secara eksplist, tujuan paper
ini pertama adalah meneliti dampak kebijakan fiskal terhadap output dan harga.
Kebijakan fiskal di sini meliputi dampak pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak
pemerintah terhadap output dan harga, kedua meneliti apakah terdapat diskresi kebijakan
fiskal di Indonesia dan jika ada, bagaimana dampaknya terhadap volatilitas output dan
inflasi.

BAB III
KESIMPULAN

Pertumbuhan Ekonomi salah satu indicator yang sangat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu Negara. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan
keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan
suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan
ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena
dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian 2 perekonomian
bangsa tersebut. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pembangunan
ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasional. Ada indikator
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan salah satunya pertumbuhan
ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

Menurut Sukirno (2011) pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan


dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB rill.
Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan pemerintah sehubungan dengan tingkat pembelian


pemerintah, transfer, dan struktur pajak. Kebijakan Fiskal juga dapat dipahami sebagai
kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah melalui merubah-ubah (menaikkan
atau menurunkan) penerimaan negara dan atau pengeluaran negara dalam rangka
mencapai tujuan teretentu.

Secara umum, alasan mengapa negara berkembang menempuh kebijakan fiskal yang
tidak countercyclical terutama terkait dengan keterbatasan sumber daya finansial dan
kelemahan institusional. Kelemahan institusional diantaranya terkait dengan adanya
kelompok yang cukup berpengaruh dalam masyarakat yang berusaha agar
kepentingannya diakomodasi oleh pemerintah. Kelemahan ini menyebabkan terjadinya
diskresi kebijakan fiskal yang dapat menyebabkan volatilitas inflasi yang lebih tinggi.
Transmisi kebijakan fiskal ke inflasi dapat melalui permintaan agregat, spillover public
wages ke sektor swasta, serta pengaruh pajak terhadap biaya marginal dan konsumsi
swasta. Selain itu, kebijakan fiskal berdampak terhadap inflasi melalui ekspektasi
masyarakat terhadap kemampuan pemerintah untuk membayar utang publiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Mah’ruf, A., Wihastuti, D., & Selatan, J. (2008). PERTUMBUHAN EKONOMI


INDONESIA: Determinan dan Prospeknya Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan,
9(1), 44-55.
https://media.neliti.com/media/publications/30660-ID-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
determinan-dan-prospeknya.pdf

https://scholar.unand.ac.id/7739/3/BAB%2520I.pdf

https://klikpajak.id/blog/tujuan-fungsi-dan-instrumen-kebijakan-fiskal-yang-perlu-
dipahami/&ved

http://lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/131667T%2B27509Analisis
%2Bpertumbuhan-Tinajauan%2Bliteratur.pdf

https://osf.io/bw35q/download

https://media.neliti.com/media/publications/43066-ID-pertumbuhan-ekonomi-dan-
kemiskinan-di-indonesia.pdf

https://jepi.fe.ui.ac.id/index.php/JEPI/article/download/121/37/

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/05/ekonomi-indonesia-tumbuh-351-
di-bawah-ekspektasi-sri-mulyani

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/kebijakan-fiskal-kaitannya-
dengan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia

https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/download/5/5

https://sukasada.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/kebijakan-pemerintah-dalam-
bidang-ekonomi-59

https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Document/4_LPI2018_BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai