Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Perekonomian Indonesia
Tentang
Pertumbuhan Ekonomi dan Stuktur Ekonomi

Disusun Oleh :
Kelompok 1
SUCI RAHMI 1613060032

Dosen Pembimbing:
Anggi Putri Kurniadi SE, ME

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1440 H / 2019 M

1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada seluruh hamba-Nya, terutama kepada penulis.
Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan materi Pertumbuhan Ekonomi dan Stuktur
Ekonomi. Shalawat dan salam penulis kirimkan buat junjungan umat yaitu Nabi Muhammad
saw yang telah meninggalkan dua pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan Sunnah yang akan
menuntun umat manusia untuk memperolah kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Semoga dengan makalah yang pemakalah buat ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
diharapkan kritik serta saran untuk melengkapi makalah ini, karena makalah yang pemakalah
susun ini jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kepada pembaca sekalian agar bisa
melengkapi makalah ini melalui kritik yang mendukung.

Hormat Kami

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan
oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya
perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek.
Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di kelompokan menjadi
dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan ekonomi modern.
Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan pada kepercayaan dan
efektivitas mekanisme pasar bebas.
Teori ini merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara
lain Adam Smith, David Ricardo. Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi
adalah teori ekonomi modern. Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah
satu teori pertumbuhan ekonomi modern, teori ini menekankan arti pentingnya
pembentukan investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi investasi maka
akan semakin baik perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh terhadap
permintaan agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya
terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang investasi akan
menambah stok kapital.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang tercermin
dari kenaikan PDB atau PNB dalam jangka panjang tanpa memandang besar atau
kecilnya pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam topik kali ini adalah
1. Bagaimanakah Konsep Teoritis Pertumbuhan Ekonomi dan Stuktur Ekonomi?
2. Bagaimanakah Kondisi Pertumbuhan dan Stuktur Ekonomi Indonesia?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari permasalahan yang akan dibahas adalah
1. Untuk mengetahui Konsep Teoritis Pertumbuhan Ekonomi dan Stuktur Ekonomi.
2. Untuk mengetahui Pertumbuhan dan Stuktur Ekonomi Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teoritis Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan
oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukan oleh perubahan output nasional.
Adanya perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka
pendek. Secara umum teori tentang pertumbuhan ekonomi dapat di kelompokan
menjadi dua, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan
ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di dasarkan pada
kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori ini merupakan teori yang
dicetuskan oleh para ahli ekonom klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo.
Teori lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalah teori ekonomi modern.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan salah satu teori pertumbuhan
ekonomi modern, teori ini menekankan arti pentingnya pembentukan investasi bagi
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi investasi maka akan semakin baik
perekonomian, investasi tidak hanya memiliki pengaruh terhadap permintaan
agregat tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap
kapasitas produksi. Dalam perspektif yang lebih panjang investasi akan menambah
stok kapital.1
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas produksi untuk
mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan Produk Domestik Bruto
(PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.2
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi
pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu

1
Ahmad Ma’aruf dan Latri Wihastuti, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan Prospeknya,
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9, Nomor 1, April 2008, hlm. 44-45.
2
Rahardjo Adisasmita, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan
wilayah, cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,2013, hlm. 4.

4
bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.3
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti
(dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan
tertentu.
Menurut Mankiw yang dikutip oleh Menik Fitriani Safari PDB sering dianggap
sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas
aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu.
Ada dua pendekatan untuk melihat besaran PDB, pertama melihat PDB sebagai
pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Cara lain melihat PDB
adalah sebagai pengeluarantotal atas output barang dan jasa perekonomian.4
Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup
perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan
ekonomi pada umunya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang
yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang
terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan
pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang dan yang
terakhir perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik,
hukum, sosial, dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek
perbaikan dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal
formal maupun informal.5 Dalam hal Ini, berarti pembangunan ekonomi merupakan
suatu usaha tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka
meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran
serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang tercermin

3
Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE,
Yogyakrta, 1999, hlm. 1.
4
Menik Fitriani Safari, Analisis Pengaruh Ekspor, Pembentukan Modal, dan Pengeluaran Pemerintah
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,… hal. 12
5
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999, hlm. 12

5
dari kenaikan PDB atau PNB dalam jangka panjang tanpa memandang besar atau
kecilnya pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi.
Dari berbagai teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar, Neoklasik,
dari Solow, dan teori endogen oleh Romer, bahwasanya terdapat tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Ketiganya adalah:
a. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.
b. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akan memperbanyak
jumlah angkatan kerja.
c. Kemajuan teknologi
Pengertian Stuktur Ekonomi
Struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor
dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke
dalam sektor primer, sekunder, dan tersier.
Tinjauan Struktur Ekonomi
a. Tinjauan makro-sektoral, perekonomian dapat berstruktur seperti
agraris,industrial atau niaga tergantung pada sektor produksi yang menjadi tulang
punggung perekonomian bersangkutan.
b. Tinjauan keruangan, perekonomian dinyatakan berstruktur tradisional dan
modern bergantung pada apakah wilayah pedesaan atau perkotaan.
c. Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, perekonomian yang berstruktur etatis,
egaliter, atau borjuis bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi
pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan.
d.  Tinjauan birokrat pengambilan keputusan, pengambilan keputusan dapat
dibedakan menjadi sentralistis dan desentralistis.

B. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi dan Stuktur Ekonomi Indonesia


Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu
negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian 2
perekonomian bangsa tersebut. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai
cita-cita nasional. Ada indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan salah satunya pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik
Bruto (PDB).

6
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dimana
untuk periode yang sama yaitu pada tahun 1995-2014, rata-rata pertumbuhan
ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,5 per tahun. Sebelum terjadinya krisis, pada
tahun 1995 dan 1996 pertumbuhan ekonomi sebesar 4.70 dan 7.84. Namun untuk
tahun 1997-1998 pertumbuhan ekonomi menurun sangat drastis yaitu sebesar 8.22
hingga menjadi -13.33%. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi pada tahun
tersebut. Krisis ini disebut dengan krisis moneter karena permulaannya krisis tersebut
berasal dari indokator-indikator ekonomi, seperti salah satunya menurunnya nilai
tukar rupiah, kondisi arus kas perbankan yang menurun dan pinjaman public yang
melonjak drastis. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi masih rendah sebesar 0.79
namun naik cukup signifikan ini disebabkan karena pengaruh krisis ekonomi yang
terjadi di Asia dan berakibat kepada perekonomian di Indonesia. Namun pada tahun
2000 pertumbuhan ekonomi mulai membaik yaitu sebesar 4.98. Jika dilihat dari
perkembangan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi yaitu pada tahun 2013 sebesar 6.78 % (Badan Pusat statistik,
2014) Pengaruh pertumbuhan ekonomi yang paling signifikan adalah inflasi seperti
contoh yang terdapat pada Indonesia pada tahun 1998 yaitu krisis ekonomi
perekonomian indonesia lumpuh disebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi.
Salah satu fenomena ekonomi yang selalu menarik dibahas terutama berkaitan
dengan dampaknya yang luas terhadap perekonomian secara keseluruhan adalah
inflasi. Dalam perspektif ekonomi, inflasi merupakan fenomena moneter dalam suatu
negara dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak
ekonomi. Dampak lain yang ditimbulkan oleh inflasi juga dirasakan pada lalu lintas
pasar keuangan karena berpengaruh secara langsung terhadap agregat moneter.
Selain itu, Inflasi yang tinggi juga akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi
menurun ataupun sebaliknya. Inflasi memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap pencapaian beberapa tujuan kebijakan makro, seperti pertumbuhan
ekonomi, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan keseimbangan neraca
pembayaran (Pohan, 2008).
Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah
satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi negara
tersebut. Semakin meningkatnya inflasi di suatu negara maka tingkat kesejahteraan
masyarakatnya akan berkurang. Inflasi yang tinggi menyebabkan turunnya
pendapatan riil (daya beli) masyarakat, terutama bagi pekerja-pekerja yang

7
mempunyai penghasilan tetap, sehingga berdampak pada menurunnya tingkat
konsumsi masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan.
Perkembangan Inflasi berdasarkan kondisi perekonomian Indonesia selama tahun
1995-2014 mengalami fluktuasi cukup tinggi, dimana rata-rata inflasi di indonesia
pada tahun 1995-2014 mencapai 11.37 per tahun. Inflasi yang tergolong tinggi
tercatat terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 77.65 . Selain tahun 2001, pada tahun
2002, 2005 dan 2008 juga memperlihatkan laju inflasi yang cukup tinggi dengan
persentase 10.03%, 17.11% dan 11,78% yang mana pada tahun-tahun tersebut inflasi
mencapai kisaran dua digit. Pada lima tahun terakhir inflasi di indonesia mulai
menurun yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Namun tidak pada tahun
2013, inflasi kembali naik dibandingkan tahun 2012 yaitu dengan persentasi 8.38 %.
sedangkan untuk tahun 2014 inflasi kembali turun dengan persentase sebesar 8.36 %
berdasarkan data inflasi pada tahun 1999-2013, inflasi paling rendah tercatat pada
tahun 2009 dengan persentase inflasi sebesar 2.78% ( Badan Pusat Statistik, 2014)
Inflasi nasional yang tanpa diimbangi dengan pendapatan nominal penduduk akan
menyebabkan pendapatan rakyat menurun baik pendapatan riil maupun pendapatan
perkapita. Ini menjadikan Indonesia kembali masuk golongan negara miskin, dan ini
menyebabkan semakin beratnya beban hidup masyarakat khususnya strata ekonomi
bawah. Inflasi akan menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat yang
memiliki pendapatan tetap. Dimana dengan penghasilan yang relatif tetap, mereka
tidak dapat menyesuaikan pendapatannya dengan kenaikan harga yang disebabkan
karena inflasi. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki penghasilan yang dinamis
seperti pedagang seringkali mendapat manfaat dari adanya kenaikan harga tersebut,
dengan cara menyesuaikan harga jual produknya. Dengan demikian pendapatan yang
mereka peroleh secara otomatis akan tersesuaikan, dan tidak jarang dengan
persentase yang lebih besar.
Maka dari itu diperlukan suatu upaya dalam rangka menjaga inflasi pada level
yang stabil. Dengan menjaga stabilitas inflasi, pelaku ekonomi akan merasa lebih
nyaman dalam melakukan aktivitas ekonominya, sehingga dapat membawa dampak
positif pada perekonomian yang dapat dilihat melalui peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Dengan kata lain, pencapaian stabilitas inflasi merupakan langkah awal
untuk mencapai stabilitas nasional.
Melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh inflasi yang tinggi, maka untuk
mencapai terciptanya kestabilan harga atau inflasi yang rendah diperlukan kebijakan

8
pemerintah. Akan tetapi, semenjak Indonesia mulai mengalami krisis ekonomi
sampai sekarang ini, pencapai kestabilan harga belum sepenuhnya tercapai. Inflasi
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti konsumsi pemerintah, konsumsi
rumah tangga dan faktor yang sangat mempengaruhi inflasi adalah jumlah uang yang
beredar karena jika jumlah uang yang beredar banyak di masyarakat maka inflasi
juga naik.
Fluktuasi inflasi Indonesia tergolong cukup bervariasi dari waktu ke waktu dan
bersifat persisten (Dwiantoro, 2004). Pada dasarnya fenomena inflasi di Indonesia
disebabkan oleh berbagai faktor eksternal dan internal, baik yang berpengaruh secara
langsung atau pun tidak langsung. Faktor eksternal meliputi nilai tukar dan
perubahan musim, sedangkan faktor internal meliputi GDP, suku bunga namun faktor
yang paling berpengaruh adalah jumlah uang beredar karena jika uang beredar
banyak maka inflasi menjadi tinggi.
Uang merupakan aset yang dapat digunakan untuk transaksi. Namun, selain itu
uang juga digunakan untuk menyimpan nilai dan sebagai satuan hitung. Menurut
Samuelson (2003) uang adalah segala sesuatu yang bersifat sebagai media pertukaran
atau alat pembayaran yang diterima secara umum. Hal ini diperjelas oleh Sukirno
(2004) yang menyatakan uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk
melancarkan kegiatan tukar menukar perdagangan.
Menurut Mankiw (2007) perilaku uang dalam perekonomian menentukan
perkembangan faktor-faktor mendasar makroekonomi seperti cadangan devisa,
pertumbuhan ekonomi, neraca berjalan dan inflasi pada suatu negara. Sehingga
peranan uang beredar akan menjadi penting dan dapat dijadikan suatu alat analisis
untuk pengambilan keputusan dalam penciptaan kondisi perekonomian yang baik.
Perkembangan jumlah uang beredar dari tahun ke tahun cukup berfluktuasi.
Pertumbuhan jumlah uang beredar paling tinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar
62,35 dan terendah yaitu pada tahun 2002 sebesar 4.72. selain itu pada tahun 2012
jumlah uang beredar kembali cukup tinggi yaitu sebesar 22.79 dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya (Bank Indonesia, 2013).
Dalam memproduksi suatu barang membutuhkan biaya produksi, apabila terjadi
inflasi maka akan naik pula biaya produksi dan pada nantinya akan mempengaruhi
produk domestik bruto atau pendapatan nasional, sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Begitu juga dengan jumlah uang

9
yang beredar, jika jumlah uang beredar tinggi maka inflasi juga tinggi dan secara
tidak langsung uang beredar mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui inflasi.
Stuktur Ekonomi Indonesia
Teori Perubahan Struktur Ekonomi
Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural atau pattern of
development), yaitu berfokus pada perubahan struktur ekonomi di negara berkembang
yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai
penggerak utama pertumbuhan.
Kenaikan produksi sektor mamnufaktur berasal dari kontribusi 4 faktor:
a. Kenaikan permintaan domestik
b. Perluasan ekspor
c.  Substitusi impor
d. Perubahan teknologi
Kelompok negara berkembang mengalami proses transisi yang pesat dengan pola
dan proses yang berbeda sebagai akibat dari perbedaan antarnegara:
1. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
2. Besarnya pasar dalam negeri
3. Pola distribusi pendapatan
4. Karakteristik industrialisasi
5. Keberadaan SDA
6. Kebijakan perdagangan luar negeri.
Proses perubahan struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses
industrialisasi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
Selanjutnya Chenery dalam Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa perubahan
struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai
suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam
komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat
Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan
modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan
perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi maka dapat

10
dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan lebih
lanjut, akantetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah daerah perlu
mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, sehingga
kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan
dapat tercapai.
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yaitu,
pertama disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya. Sesuai dengan
Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin sedikit
proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya
proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang produksi industri
menjadi bertambah besar. Dengan demikian peranan sektor industri akan semakin
besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan struktur ekonomi disebabkan
pula oleh perubahan teknologi yang berlangsung secara terus–menerus. Proses
transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan
domestik kearah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa
dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor.
Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektor-
sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok
utama yaitu:
a. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan dan penggalian.
b. Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan.
c. Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintahan).

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti perubahan yang
terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita, kenaikan
pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang dan yang
terakhir perbaikan sistem kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik,
hukum, sosial, dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek
perbaikan dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal
formal maupun informal. Dalam hal Ini, berarti pembangunan ekonomi merupakan
suatu usaha tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka
meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran
serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.
Struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam
sektor primer, sekunder, dan tersier.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi
dimana untuk periode yang sama yaitu pada tahun 1995-2014, rata-rata pertumbuhan
ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,5 per tahun. Sebelum terjadinya krisis, pada
tahun 1995 dan 1996 pertumbuhan ekonomi sebesar 4.70 dan 7.84. Namun untuk
tahun 1997-1998 pertumbuhan ekonomi menurun sangat drastis yaitu sebesar 8.22
hingga menjadi -13.33%. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis ekonomi pada tahun
tersebut. Krisis ini disebut dengan krisis moneter karena permulaannya krisis
tersebut berasal dari indokator-indikator ekonomi, seperti salah satunya menurunnya
nilai tukar rupiah, kondisi arus kas perbankan yang menurun dan pinjaman public
yang melonjak drastis.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ma’aruf dan Latri Wihastuti, “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Determinan dan
Prospeknya”, (Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Volume 9, Nomor 1, April
2008,) hlm. 44-45.
Rahardjo Adisasmita, “Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi dan
Pertumbuhan wilayah”, (cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta,2013), hlm. 4.
Boediono, “Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4, Teori Pertumbuhan Ekonomi,
BPFE”, (Yogyakrta, 1999), hlm. 1.
Menik Fitriani Safari, “Analisis Pengaruh Ekspor, Pembentukan Modal, dan Pengeluaran
Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” hal. 12
Lincolin Arsyad, “Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN”, (Yogyakarta, 1999), hlm. 12

13

Anda mungkin juga menyukai