Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi sering disama artikan dengan
pembangunan ekonomi, tetapi pada dasar nya dua hal itu berbeda pengertiannya. Dengan ada nya
pertumbuhan ekonomi maka akan ada pembangunan ekonomi dimana dengan pertumbuhan ekonomi
itu sendiri akan memuncul kan pembangunan pembangunan ekonomi. Banyak faktor yang
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia,baik faktor pendorong maupun faktor
penghambat.
Pertambahan potensi memproduksi sering kali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.
( Sadono Sukirno;10).
Prof. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang barang ekonomi
kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian
kelembagaan, dan ideologi yang diperlukannya
4. Teori pertumbuhan ekonomi sebagai penjelasan mengenai faktor mengenai faktor – faktor apa
yang menentukan kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, dan mengenai bagaimana
faktor mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi faktor satu sama lain sehingga
terjadi proses pertumbuhan.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan
kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik
selama periode tertentu.
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya
proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan
proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya
dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud
dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan
laut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan
kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan,
faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang
dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas
IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi )
1. Korupsi
dalam pembelanjaan.
2. Laju inflasi
Inflasi akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen karena masyarakat
cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap resiko kenaikkan harga tinggi.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional
karena dampak kebijakan tersebut menimbulkan "multiplayer effect" menyeluruh terhadap
perekonomian.
Ada beberapa pandangan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang kokoh dibutuhkan
stabilitas politik dan keamanan. Investor yang pada saat ini dianggap sebagai salah satu yang
berperan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak akan mau menanamkan modalnya
(investasi jangka pendek maupun jangka panjang) jika keamanan tidak stabil.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stock barang-barang modal, luas tanah,
dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama
menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada pertumbuhan
ekonomi.
Dalam teori pertumbuhan mereka, dikemukanan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara
pendapatan per kapita penduduk dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk
optimum. Apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada
pendapatan per kapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita.
Akan tetapi jika penduduk semakin banyak maka akan berlaku hukum hasil lebih yang semakin
berkurang,yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan.
2. Teori Schumpeter
3. Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Donar dalam analisisnya bertujuan menerangkan syarat yang harus dipenuhi
supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam
jangka panjang. Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena
pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.
Pada abad ke 19 banyak ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta mengemukakan
teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi, diantaranya Frederich List, Bruno Hilder Brand, Karl Bucher
dan Walt Whitman Rostow.
Frederich List
Beliau adalah penganut paham Laisser Faire dan berpendapat bahwa sistem ini dapat menjamin
alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri tetap diperlukan.
Pertumbuhan ekonomi sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah, organisasi swasta, dan
kebudayaan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat
kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Menurutnya negara-negara yang
paling sedanglah yang paling cocok untuk industri, sebab pendapatan penduduk yang sedang
merupakan pasara yang cukup, disamping sektor pertanian yang sudah efisien. Pendekatan frederich
dalam menentukan tahap - tahap perkembangan ekonomi berdasarkan pada “cara produksinya”.
Pertumbuhan ekonomi menurut frederich list beberapa tahap antara lain :
1. Masa berburu/mengembara
2. Masa bertani dan kerajinan
3. Masa kerajinan, industri, dan perdagangan
Bruno Hilder Brand
Beliau adalah pengkritik Frederich List, mereka mengatakan bahawa perkembangan ekonomi
bukan berasal dari sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode distribusi
yang digunakan. Ia mengemukakan 3 sistem distribusi, yaitu:
1. Natural atau perekonomian barter
2. Perekonomian uang
3. Perekonomian kredit
Sayangnya Bruno Hilder Brand tidak mengemukakan bagaimana fase-fase tersebut berkembang menuju
fase berikutnya.
Karl Bucher
Menurutnya pertumbuhan ekonomi masyarakat di lihat dari hubungannya antara produsen dan
konsumen dalam mendistribusikan hasil produksinya sampai ketangan konsumen. Karl bucher membagi
peryumbuhan ekonomi ke dalam 4 keompok :
1. Rumah tangga tertutup
2. Runah tangga kota
3. Rumah tangga bangsa
4. Rumah tangga dunia
Walt Whitman Rostow
W. W. Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth” mengemukakan bahwa proses
pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan
ke dalam salah satu tahap dari lima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri
perubahan keadaan ekonomi, politik dan sosial serta transportasi suatu masyarakat tradisional menjadi
suatu masyarakat modern, tahap-tahap itu adalah:
Menkeu menilai risiko yang perlu diwaspadai tahun ini adalah normalisasi
kebijakan moneter negara maju, yang berpotensi menarik modal dari negara
berkembang, moderasi ekonomi China, dan isu geopoltik yang terjadi di Eropa,
Timur Tengah, dan Korea Utara.
Kondisi makro ekonomi domestik lebih baik
Realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan meleset dari target atau
hanya tumbuh 5,05% dari target yang ditetapkan sebesar 5,2%. Namun,
perbaikan sejumlah indikator makro ekonomi tahun ini bisa membawa optimisme
lebih bagi para pelaku usaha untuk mengarungi 2018.
Selain itu, hal ini ditambah dengan hadirnya perhelatan Asian Games dan
Annual Meeting IMF - World Bank. Dengan rangkaian acara tersebut, maka
Menkeu memperkirakan konsumsi masyarakat pada tahun ini bisa tumbuh di
atas 5%.
Dari sisi investasi, pemerintah memperkirakan masih bisa tumbuh stabil di angka
5%. Optimisme tersebut sejalan dengan pembangunan program infrastruktur,
dan perbaikan iklim usaha yang akan dituangkan pemerintah dalam rangkaian
paket-paket kebijakan.
Sementara dari kinerja ekspor dan impor tahun ini, diperkirakan bisa terus
berlanjut. Menkeu mengatakan, proyeksi ini sejalan dengan membaiknya
perekonomian negara mitra dagang utama, didukung perbaikan kapasitas
produksi dan sistem logistik nasional.
“Ini yang jadi fokus pemerintah. Investment dan ekspor kami harapkan
momentum kuat ini akan terjaga. Fokus pemerintah bagaimana menjaga
momentum perbaikan ekspor dan investment tetap terjaga di 2018,”
Pertumbuhan ekonomi RI tak banyak mengalami perubahan signifikan, masih stagnan pada
posisi 5,01%. Di sisi lain, perekonomian global yang terus membaik juga tak banyak
berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri.
Demikian diungkapkan pengamat ekonomi Faisal Basri, dalam sebuah diskusi di The Hermitage
Hotel, Jakarta, Senin (16/10/2017).
"Ekonomi dunia itu bagus banget. Growth nya naik dari 3,2% ke 3,6%. Hampir semua negara di
upgrade awal minggu lalu oleh IMF. Volume perdagangan juga naik dari 2,4% menjadi 4,2%.
Naik dua kali lipat," katanya.
"Namun, ekonomi dunia yang membaik tidak seketika berdampak ke kita, tidak seketika. Ada
time lapse yang cukup panjang dibanding negara lain," sambung Faisal.
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam memperbaiki serta mendorong pertumbuhan ekonomi RI
diperlukan dua hal penting. Yakni dari sisi perbankan serta pemerintahnya sendiri.
"Ekonomi itu punya dua jantung. Pertama itu perbankan dan kedua pemerintah. fungsinya
sama, dia menyedot dana dan memompakan kembali. Perbankan, nyedot dana kurang
sehingga memompakan dananya cuma 46,6%. Kecil sekali, negara lain ratusan persen. Lalu
pemerintah, nyedot pajak dan memompakan kembali ke infrastruktur. Penerimaan pajaknya sih
naik, tapi dibanding pertumbuhan PDB-nya lebih lambat," terangnya.
"Pertumbuhan kita sangat dipengaruhi komoditas. Harga komoditas cenderung turun, sehingga
pertumbuhan ekonomi juga enggak bisa naik. karena industri manufaktur tidak bisa
berkembang dan konsumsi juga. Komoditas proyeksinya sampai 2018 masih flat, jadi dapat
dipastikan ekonomi masih akan di 5%," jelas Faisal.
Menurutnya, ekonomi RI memiliki ciri khas yang sedikit berbeda dengan kondisi perekonomian
global. Oleh sebab itu, jika perekonomian global beberapa waktu lalu sempat mengalami
kelesuan, namun RI tidak menerima banyak dampak.
"Bukan karena kita kuat, tapi karena kita tidak compatible dengan dunia. Jadi kita tidak bisa
berharap banyak dari ekonomi dunia yang membaik," jelasnya.
Pola konsumsi
Sementara itu Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, mengatakan
di sektor ritel ekonomi dalam negeri secara makro tampak cukup baik, di mana
pertumbuhannya di atas 5%. Hal itu seharusnya, kata Roy, tidak mencerminkan daya beli yang
melemah.
Menurutnya, yang terjadi saat ini ialah adanya perubahan pola komsumsi masyarakat.
"Jadi memang situasi sekarang dalam perdagangan keseluruhan, kita melihat number of
customer tidak menurun. Kita lihat mal enggak pernah sepi, parkir di mall butuh setengah jam
sampai 45 menit. tetapi, dashboard ekonomi kita bagus, pertumbuhan ekonomi kita masih di
atas 5,01%. Jadi masih bagus dari negara lain," jelasnya.
Dirinya berpendapat, saat ini masyarakat lebih banyak menahan diri dalam berbelanja.
Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk menyimpan dananya di perbankan.
"Memang ada anomali terhadap ekonomi itu sendiri, kemudian ada perubahan pola konsumen,
di mana konsumen lebih deposit dan DPK naik signifikan sampai 2%. Berarti kan aliran dana
sudah switching, biasa consume sekarang deposit, dan ini masih akan terlihat di 2018, karena
komoditas di 2018 masih melambat," pungkas Roy
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga berlaku pada Triwulan II 2013 mencapai Rp 2.210,1 triliun, sedangkan PDB atas
dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 671,3 triliun.
Pertumbuhan ekonomi 5,81% didukung pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh
5,06% serta pertumbuhan konsumsi pemerintah 2,13%, Pembentukan Modal Tetap bruto
(PMTB) 4,67%,ekspor 4,78% dan impor 0,62%.Sementara PDB menurut pengeluaran
didominasi pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh 55,44%, PMTB 32,68%,
konsumsi pemerinta 8,63%, ekspor 23,15% serta impor 25,72%.
Perekonomian yang tumbuh 5,81% penyumbang terbesar berasal dari sektor perdagangan ,hotel
dan restoran 1,17%, pengangkutan dan komunikasi 1,15%, dan industri pengolahan 1,48%.
Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi pada semester I 2013 mencapai 5,92%.Sedang target
pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-Perubahan 2013 sebesar 6,3%
Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2013 masih didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa
memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 57,79 persen,
diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,99 persen, Pulau Kalimantan 8,89 persen, Pulau Sulawesi
4,70 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,49 persen. Kontribusi terkecil berasal dari kelompok
provinsi di Pulau Maluku dan Papua, yakni sebesar 2,14 persen.
DATA PERTUMBUHAN EKONOMI 10 TAHUN TERAKHIR