Anda di halaman 1dari 37

26

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Kuznets, didefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “kenaikan jangka

panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya.

Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu

bangsa terlihat dan meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,

teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan

derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada

penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan

oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000).

Kuznets (Todaro, 2004) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri

proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a. Tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang tinggi.

b. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas

tenaga kerja

c. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi

d. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi

10

Universitas Sumatera Utara


27

e. Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya

untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran

dan sumber bahan baku

f. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga

bagian penduduk dunia.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan

jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses” bukan suatu gambaran

ekonomi pada suatu saat. Disini aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat

bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan “output perkapita”.

Dalam pengertian ini, teori tersebut mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan

teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut

dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek

yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu

apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita

menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono, 1992).

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan

jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika

jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah

Universitas Sumatera Utara


28

besar pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah

barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai

pendapatan daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah dengan

melakukan perhitungan pendapatan daerah didasarkan atas harga konstan.

Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi

yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah: kekayaan sumber

daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-barang modal yang

tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat.

Beberapa teori yang menerangkan mengenai hubungan diantara berbagai faktor

produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini pembangunan ekonomi

daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya

manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan

komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar

wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,

kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Pandangan-pandangan teori tersebut antara lain:

2.1.1. Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal,

luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun

Universitas Sumatera Utara


29

menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli

ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh

pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang

semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti

pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya,

apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian

modal dan investasi yang dibuat adalah tinggi. Pengusaha akan mendapat keuntungan

yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud.

Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah

terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena

produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif kemakmuran masyarakat menurun

kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila

keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang

(Stasionary State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat

cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap

masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang

tersebut.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan

penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka

pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila

penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang

Universitas Sumatera Utara


30

akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami

penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi

semakin lambat pertumbuhannya.

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah

penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah

penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar

Dalam model Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh dua

nsur pokok, yaitu tingkat tabungan (investasi) dan produktivitas modal (capital output

atio). Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan, masyarakat dalam suatu perekonomian

harus mempunyai tabungan yang merupakan sumber investasi. Makin besar tabungan,

yang berarti makin besar investasi, maka akan semakin tinggi pertumbuhan Oleh

kerena itu, H-D menyatakan bahwa investasi merupakan faktor penentu yang sangat

penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Aspek yang dikembangkan adalah aspek

yang menyangkut peranan investasi (I) dalam jangka panjang. Menurut H-D,

pengeluaran investasi tidak hanya berpengaruh (lewat proses multiplier) terhadap

permintaan agregat (D), tetapi juga terhadap permintaan agregat melalui pengaruhnya

terhadap kapasitas produksi. Secara sederhana kaitan antara pertumbuhan ekonomi,

tabungan dan investasi dalam versi model H-D dapat dinyatakan sebagai berikut:

Misalkan tabungan (S) suatu proporsi (s) adalah bagian dalam jumlah tertentu

dari pendapatan nasional (Y)

Universitas Sumatera Utara


31

S=s.Y.................................................................................................................(1)

Sementara itu, Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal

(∆K),

I=∆K …..............................................................................................................(2)

Akan tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung

dengan jumlah pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio

modal-output, k, maka:

K = k atau ∆K/∆ Y = k Akhirnya K = k.Y…...................................................... (3)

Mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama dengan

keseluruhan investasi (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut:

S = I ................................................................................................................ (4)

Dari persamaan (1) di atas telah diketahui bahwa S = sY dan dari (2) dan (3),

dapat diketahui bahwasanya: I=K = k Y. Dengan demikian, `identitas' tabungan yang

merupakan persamaan modal dalam persamaan (4) adalah sebagai berikut:

S=sY=k Y= k=I................................................................................................ (5)

atau bisa diringkas menjadi

sY = k Y............................................................................................................ (6)

Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan (6) dibagi mula-mula dengan Y dan

kemudian dengan k, maka akan didapat:

Ŷ/Y= s/k ...........................................................................................................(7)

Dimana:

( Ŷ/Y)= pertumbuhan ekonomi

Universitas Sumatera Utara


32

s = tingkat tabungan nasional

k = ICOR (Incremental Capital Output Ratio, K/ Y atau I/ Y)

Y = Output nasional atan GNP, k: = stock kapital, I=investasi

Persamaan tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi (Ŷ /Y)

ditentukan secara bersama-samna oleh rasio tabungan nasional (s), dan rasio modal

output nasional (k), dan memiliki makna secara ekonomi bahwa agar suatu

perekonomian dapat bertumbuh, maka perekonomian yang bersangkutan haruslah

menabung dan menginvestasikan proporsi tertentu dari GNP-nya. Semakin banyak

suatu perekonomian menabung dan menginvestasikan, semakin pesat pertumbuhan

ekonominya (Todaro, 2004).

2.1.3. Model Pertumbuhan Solow

Model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana

pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi

berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output

barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan (Mankiw, 2007). Dalam model ini,

pertumbuhan ekonomi jangka panjang ditentukan secara exogen, atau dengan kata lain

ditentukan di luar model. Model ini memprediksi bahwa pada akhirnya akan terjadi

konvergensi dalam perekonomian menuju kondisi pertumbuhan steady-state yang

bergantung hanya pada perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam

hal ini, kondisi steady-state menunjukkan equilibrium perekonomian jangka panjang

(Mankiw, 2007).

Universitas Sumatera Utara


33

Asumsi utama yang digunakan dalam model Solow adalah bahwa modal

mengalami diminishing returns. Jika persediaan tenaga kerja dianggap tetap, dampak

akumulasi modal terhadap penambahan output akan selalu lebih sedikit dari

penambahan sebelumnya, mencerminkan produk marjinal modal (marginal product of

capital) yang kian menurun Jika diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan

teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja, maka diminishing return pada modal

mengindikasikan bahwa pada satu titik, penambahan jumlah modal (melalui tabungan

dan investasi) hanya cukup untuk menutupi jumlah modal yang susut karena

depresiasi. Pada titik ini perekonomian akan berhenti tumbuh, karena diasumsikan

bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja.

Pertumbuhan ekonomi menurut model pertumbuhan Solow dirancang untuk

menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan

kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana

pengaruhnya terhadap output barang dan jasa menuju pertumbuhan steady-state yang

bergantung hanya pada perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja.

Kenaikan tingkat tabungan akan mengarah ke tingkat pertumbuhan ekonomi

output yang tinggi hanya jika kondisi steady-state dicapai. Saat perekonomian berada

pada kondisi steady-state, tingkat pertumbuhan output per pekerja hanya bergantung

pada tingkat perkembangan teknologi. Hanya perkembangan teknologi yang bisa

menjelaskan peningkatan standar of living yang berkelanjutan.

Model solow diawali dari fungsi produksi Y/L = F(K/L) dan dituliskan sebagai

y=f(k), dimana y = Y/L dan k=K/L produksi ini menunjukkkan bahwa jumlah output

Universitas Sumatera Utara


34

per pekerja (Y/L) adalah fungsi dari jumlah modal per pekerja (K/L) fungsi produksi

mengasumsikan diminishing return terhadap modal yang mencerminkan dari

kemiringan dari fungsi produksi tersebut. Kemiringan fungsi produksi

menggambarkan produk marjinal modal (marginal product of capital) yang

menggambarkan banyaknya output tambahan yang dihasikan seorang pekerja ketika

mendapatkan satu unit modal tambahan (Mankiw, 2007)

Model solow secara matematis sebagai berikut:

∆k = sf (k)-(n+∂+g)k .........................................................................................(8)

Dengan y= f(k)=F(K/L)

n = tingkat pertumbuhan penduduk

δ= depresiasi

k= modal per pekerja = K/L

y= output per pekerja = Y/L

s= tingkat tabungan

g= tingkat perkembangan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja

Pada model solow tanpa perkembangan teknologi, perubahan modal per

pekerja ditentukan oleh tiga variabel berikut:

a. investasi ( tabungan ) per pekerja,

b. pertumbuhan penduduk: pertumbuhan penduduk akan menurunkan tingkat modal

per pekerja

c. Depresiasi: persediaan modal akan menurun karena penggunaan modal

Universitas Sumatera Utara


35

Dalam kondisi steady-state, ∆k harus sama dengan nol sehingga:

sf(k*)=(n+∂)k*

Dengan k* adalah k pada kondisi steady- state dan y*=f(k*)

Konsumsi pada kondisi steady-state menjadi c*=f(k*)-(n+∂)k*

Secara grafik, model pertumbuhan solow( tanpa perkembangan teknologi)

Sumber: N. Gregory Mankiw (Makro Ekonomi edisi delapan)

Gambar 2.1. Grafik Model Pertumbuhan Solow

Jika sy>(n+d)k, atau jika tingkat tabungan lebih besar daripada tingkat

pertumbuhan penduduk ditambah tingkat depresiasi, maka modal per pekerja (k) akan

naik. Kondisi ini dikenal sebagai capital deepening. Sementara capital widening

merujuk pada kondisi saat modal meningkat pada tingkatan yang hanya cukup untuk

mengimbangi pertumbuhan penduduk dan depresiasi.

Kurva-kurva pada gambar di atas berpotongan di titik A, yaitu titik steady-

state. Pada kondisi steady-state, output per pekerja adalah konstan. Namun demikian,

output total tumbuh dengan kecepatan sama dengan pertumbuhan penduduk, yaitu n.

Universitas Sumatera Utara


36

Sisi sebelah kiri titik A, misalnya titik k1, menunjukkan tabungan per pekerja

yanglebih besar dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan

tingkat modal yang mapan, sehingga mendorong peningkatan modal per pekerja. Ini

menunjukkan capital deepening dari y1 ke y0, mendorong peningkatan output per

pekerja. Di sebelah kanan titik A, dimana sy < (n+d)k, misalnya pada titik k2, modal

per pekerja menurun karena investasi tidak cukup mengatasi pertumbuhan penduduk

dan depresiasi. Oleh karenanya, output per pekerja turun dari y2 ke y0.

Sumber: N. Gregory Mankiw (Makro Ekonomi edisi delapan)

Gambar 2.2. Model Pertumbuhan Solow dengan Perubahan pada Tingkat


Tabungan

Fungsi tabungan s2f (atau s1f(k)) yang menggambarkan naiknya tingkat

tabungan. Tabungan per pekerja pada kondisi ini lebih besar dari pertumbuhan

penduduk ditambah depresiasi, sehingga akumulasi modal meningkat yang

menyebabkan pergeseran kondisi steady-state. Pertumbuhan tabungan pada awalnya

Universitas Sumatera Utara


37

menyebabkan perekonomian berkembang dengan cepat, namun akhirnya akan kembali

ke kondisi steady-state dengan pertumbuhan sama dengan n (pertumbuhan penduduk).

Pada titik ini, jumlah modal dan produktivitas per pekerja lebih tinggi, namun

pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat yang sama dengan pertumbuhan

sebelumnya ada peningkatan tabungan.

Sumber: N. Gregory Mankiw (Makro Ekonomi edisi delapan )

Gambar 2.3. Model Pertumbuhan Solow Dengan Perubahan Pada Pertumbuhan


Penduduk

Pertumbuhan penduduk pada grafik diatas, kenaikan tingkat pertumbuhan

penduduk dari n ke n1 menghasilkan garis capital widening baru (n1+d). Kondisi

steady-state tingkat per pekerja yang lebih rendah dibandingkan kondisi steady-state

awal titik B, memiliki tingkat modal per pekerja yang lebih rendah dibandingkan

kondisi steady-state awal di titik A. Model Solow memprediksi bahwa perekonomian

dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi akan memiliki tingkat modal

per pekerja yang lebih rendah dan karenanya pendapatan yang lebih rendah pula. Ada

dua masalah dalam perhitungan besarnya perbedaan pendapatan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


38

perbedaan modal. Pertama, perbedaan modal yang dibutuhkan adalah terlalu besar.

Tidak ada bukti mengenai perbedaan pada stok modal. Kenyataan bahwa rasio modal-

output adalah konstan terhadap waktu. Kedua, adalah perbedaan dalam output untuk

modal yang berbeda tanpa perbedaan tenaga kerja efektif akan berimplikasi pada

keragaman yang sangat besar pada tingkat pengembalian terhadap modal. Jika pasar

bersifat kompetitif, tingkat pengembalian terhadap modal adalah sama dengan produk

marginal, f(k) dikurangi depresiasi.

2.1.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogenous

Teori Pertumbuhan endogen merupakan suatu teori pertumbuhan yang

menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang bersumber

dari dalam suatu sistem (Romer, 2007). Teori pertumbuhan endogen muncul sebagai

kritik terhadap teori pertumbuhan Neoklasik mengenai diminishing marginal

producitivity of capital dan konvergenitas pendapatan di berbagai negara. Berdasarkan

studi empiris yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya konvergenitas

pendapatan di berbagai negara Hal ini karena pada negara - negara yang sudah maju,

telah mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksinya.

Kemajuan teknologi tersebut salah satunya didukung oleh adanya sumber daya

manusia yang berkualitas, sehingga mereka dapat melakukan inovasi teknologi yang

dapat memberikan manfaat besar terhadap pembangunan. Sehingga walaupun negara

berkembang mampu meningkatkan akumulasi modal fisiknya, akan tetapi

perkembangan tersebut belum dapat mengejar ketertinggalan dengan negara maju.

Dalam hal ini teori pertumbuhan endogen menjelaskan mengapa akumulasi modal

Universitas Sumatera Utara


39

tidak mengalami diminishing return, tetapi justru. mengalami increasing return

dengan adanya spesialisasi dan investasi di bidang sumber daya manusia (Meier,

2000).

Teori pertumbuhan endogen memiliki tiga elemen didasari, yakni (Rivera Butiz

dan Romer. 2007.), pertama, perubahan tehnologi yang bersifat endogen melalui

proses akumulasi pengetahuan; kedua, adanya penciptaan ide baru oleh perusahaan

sebagai akibat adanya mekanisme spillover dan learning by doing dan ketiga, produksi

barang barang konsumsi yang dihasilkan oleh fungsi produksi pengetahuan yang

tumbuh tanpa batas.

Teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Romer (2007) dan Lucas

(1988) merupakan awal kebangkitan dari pemahaman baru mengenai faktor faktor

yang menentukan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang (Pack, 1994). Hal ini

seiring dengan perkembangan dunia yang ditandai oleh perkembangan teknologi

modern yang digunakan dalam proses produksi. Sehingga permasalahan dalam

pertumbuhan ekonomi tidak bisa dijelaskan secara baik oleh teori Neoklasik, seperti

penjelasan mengenai decreasing return to capital, persaingan sempurna dan

eksogenitas teknologi dalam model pertumbuhan ekonomi (Grossman dan Helpman,

1994).

Munculnya teori pertumbuhan endogen dapat dinyatakan dalam suatu

persamaan: Y = AK, dimana Y merupakan tingkat output, A menunjukkan faktor-

faktor yang mempengaruhi (teknologi, sedangkan K merupakan stok modal fisik dan

sumber daya manusia). Dalam model pertumbuhan tersebut tidak terjadi penurunan

Universitas Sumatera Utara


40

hasil yang menurun dari modal (diminishing marginal of capital) seperti pada teori

neoklasik. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai eksternalitas (sumber daya

manusia, kemajuan teknologi) yang dapat mengimbangi berbagai kecenderungan

terjadinya penurunan hasil (Pack, 2004 Romer dan Martin, 2007). Dalam hal ini

Romer menekankan pentingnya eksternalitas yang berhubungan dengan pembentukan

modal manusia dan pengeluaran untuk kegiatan penelitian. Dengan model

pertumbuhan Y=AKα dimana α=l, maka model pertumbuhan endogen menunjukkan

bahwa akumulasi modal, pengetahuan dan pengalaman (learnig by doing) tidak akan

mengalami pertambahan hasil yang menurun. Sehingga terdapatnya peningkatan

dalam rasio K/L, maka akan dapat meningkatkan Y/L secara proporsional. Kemudian

rasio K/Y atau Capital Output Ratio (COR) akan tetap meskipun terjadi penurunan

hasil yang semakin menurun.

Teori pertumbuhan endogen atau teori pertumbuhan baru (new growth theory),

teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan endogen,

yaitu pertumbuhan GNP yang persistem, yang ditentukan oleh sistem yang mengatur

proses produksi dan bukan oleh kekuatan-kekuatan di luar sistem. Teori pertumbuhan

endogen berupaya menjelaskan skala hasil yang semakin meningkat dan pola

pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara.

Aspek yang paling menarik dari model ini adalah, membantu menjelaskan

keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan negara maju

dangan negara berkembang dikarenakan rendahnya tingkat investasi komplementer

dalam sumber daya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset dan pengembangan.

Universitas Sumatera Utara


41

Untuk menggambarkan pendekatan pertumbuhan endogen, akan dibahas model

pertumbuhan endogen Romer, yang mengasumsikan bahwa proses pertumbuhan

berasal dari tingkat perusahaan atau industri:

Yt = AK α L1-α Ќ β ………………………………………………………...…(9)
i i

Kesimetrisan antar industri maka setiap industri akan menggunakan modal dan

tenaga kerja pada tingkat yang sama, kemudian fungsi produksi:

Y = AKα+β L1-α ……………………………………………………..….…(10)

Model pertumbuhan endogen mengasumsikan bahwa A bersifat konstan dan bukan

meningkat sepanjang waktu, sehingga pada saat ini tidak ada kemajuan teknologi. Dengan

memperlihatkan bahwa hasil pertumbuhan pendapatan per kapita di dalam perekonomian

akan menjadi:

g-n = β / [1- α + β] …………………………………………………...(11)

Di mana g adalah tingkat pertumbuhan output dan n adalah tingkat

pertumbuhan populasi. Seperti dalam model Solow dengan skala hasil konstan, β= 0,

maka pertumbuhan per kapita akan menjadi nol (tanpa kemajuan teknologi) namun

Romer mengasumsikan bahwa dengan mengumpulkan ketiga sector terdapat

eksternalitas modal; β>0sehingga g-n>0 dan Y/L tumbuh. Dalam model Romer bahwa

imbasan investasi (atau Teknologi), model tersebut menghindari hasil yang semakin

menurun dari investasi modal. Pertumbuhan ekonomi endogen mengasumsikan

menghilangkan hasil yang semakin menurun.

Universitas Sumatera Utara


42

2.1.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

Model yang telah dikembangkan oleh para ahli terdahulu tidak memberikan

jawaban yang memuaskan tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam teori modern ada

tiga, yaitu teori pertumbuhan Rostow, teori Kuznet dan teori Harrod-Domar (Arsyad,

2000). Dalam teori modern, faktor-faktor yang krusial tidak hanya L dan K, tetapi juga

pertumbuhan T (yang terkandung di dalam barang modal dan mesin), E,

Kewirausahaan (Kw), bahan baku (BB), dan material (Mt). selain itu faktor lain yang

oleh teori modern juga dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

adalah ketersediaan dan kondisi infrastruktur, hukum serta peraturan, stabilitas politik,

kebijakan pemerintah (yang antara lain dicerminkan oleh pengeluaran pemerintah),

birokrasi, dan dasar tukar internasional (TOT). Pentingnya faktor-faktor ini dapat

dilihat kasus-kasus Negara Afrika. Menurut hasil studi yang ada (Tambunan 2003),

terhentinya pembangunan ekonomi dinegara-negara tersebut antara lain disebabkan

oleh kualitas Lnya yang rendah, politik yang tidak stabil, peperangan, defisit keuangan

pemerintah dan keterbatasan infrastrukstur.

Dilihat dari kerangka pemikiran teori modern, ada sejumlah perbedaan

mendasar dengan teori neoklasik. Dalam tesori modern, kualitas L lebih penting tetapi

juga dari kualitas kesehatannya. Sekarang ini tingkat pendidikan dan kondisi kesehatan

menjadi dua variabel bebas yang penting di dalam analisis empiris dengan pendekatan

ekonometris mengenai pertumbuhan ekonomi (Faisal, 2002), tingkat pendidikan

diukur berdasarkan persentase L yang berpendidikan tinggi terhadap jumlah L atau

penduduk yang terdaftar dalam suatu tingkat pendidikan tertentu. Sedangkan tingkat

Universitas Sumatera Utara


43

kesehatan biasanya diukur berdasarkan tingkat harapan hidup. Demikian juga halnya

dengan K, kualitas (yang mencerminkan progress T) lebih penting dari pada kuantitas

(akumulasi K). juga Kw, termasuk juga kemampuan seseorang untuk melakukan

inovasi, merupakan salah satu faktor krusial dari pertumbuhan ekonomi.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor

ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada

sumber alamnya, sumberdaya manusia, modal, usaha, teknologi dan sebagainya.

Semua itu merupakan faktor ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak mungkin

terjadi selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa

tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan ekonomi, lembaga sosial, sikap budaya, nilai

moral, kondisi politik dan kelembagaan merupakan faktor non ekonomi.

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang

mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya

merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut.

Beberapa faktor ekonomi yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

1. Sumber Alam

2. Akumulasi modal

3. Organisasi

4. Kemampuan Teknologi

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi.

Universitas Sumatera Utara


44

Faktor-faktor non ekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling

mempengaruhi kemajuan perekonomian. Faktor non ekonomi juga memiliki arti

penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor non ekonomi yang

mempengaruhi pertumbuhan adalah:

1. Faktor Sosial. Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi.

2. Faktor Manusia. Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam

pertumbuhan ekonomi.

3. Faktor Politik dan Administratif. Struktur politik dan administrasi yang lemah

merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara terbelakang.

Menurut Nurkse (Jhingan, 2005): “Pembangunan ekonomi berkaitan dengan

peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang histories”.

Didalam penelitian ini Pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja,tabungan dan indeks

pendidikan menjadi pembahasan.

2.2.1. Definisi Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur pada batas usia kerja, dimana

batas usia kerja setiap negara berbeda-beda (Dumairy, 1996). Usia kerja adalah

penduduk berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu melaksanakan

pekerjaan, mencari kerja, bersekolah, mengurus rumah tangga, dan kelompok lainnya

seperti pensiunan (Disnaker, 2006).

Secara makro dapat dikatakan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sangat

terkait dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, laju pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


45

ekonomi akan mempengaruhi laju pertumbuhan kesempatan kerja. Hubungan antara

laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan kesempatan kerja yang semakin

tinggi berarti setiap laju pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan kesempatan kerja

yang lebih luas (Widodo, 1990).

Kerja menurut Disnaker adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang

dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja

guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga

kerja ini ada yang termasuk ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama

seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak

bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan

kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah

(pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan

kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak bekerja atau

mencari pekerjaan (Disnaker, 2006).

Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah

TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan

kerja dan tenaga kerja. Secara umum, tenaga kerja (manpower) didefenisikan sebagai

penduduk yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

Universitas Sumatera Utara


46

Sumber: Dinas Ketenaga Kerja

Gambar 2.4. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan (ILO)

Menurut UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa: “Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau

perempuan yang sedang mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan

kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ”.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah

ketidakseimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran

tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah (Kusumosuwidho dalam Subri,

2006:56). Keseimbangan tersebut dapat berupa lebih besarnya penawaran dibanding

permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya

permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor ).

1. Pandangan Adam Smith (1729 — 1790).

Smith menganggap bahwa manusia merupakan faktor produksi utama yang

menetukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya

Universitas Sumatera Utara


47

kalau tidak ada SDM yang mengolahnya, sehinngga bermanfaat bagi kehidupan.

Smith juga melihat bahwa alokasi SDM yang efektif adalah awal pertumbuhan

ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal ban mulai dibutuhkan untuk

menjaga agar ekonomi tetap tumbuh. Dengan kata lain, alokasi SDM yang efektif

merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Pandangan Lewis (1959)

Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan suatu masalah,

melainkan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada suatu sektor akan memberi

andil terhadap pertumbuhan produksi dan penyediaan kerja di sektor lain. Ada dua

struktur di dalam perekonomian, yaitu subsisten terbelakang dan kapitalis modern.

Pada sektor subsisten terbelakang, tidak hanya terdiri dan sektor pertanian, tetapi

juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran. Pekerja di

sektor subsisten terbelakang mayoritas berada di wilayah pedesaan. Sektor

subsisten terbelakang memiliki kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah

yang relatif lebih rendah daripada sektor kapitalis modern. Lebih rendahnya upah

pekerja di pedesaan akan mendorong pengusaha di wilayah perkotaan untuk

merekrut pekerja dan pedesaan dalam pengembangan industri modern perkotaan.

Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja

di sektor subsistem terbelakang akan diserap.

Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern, maka

pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya peningkatan

upah ini akan mengurangi ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan

Universitas Sumatera Utara


48

pedesaan. Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja

tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaliknya kelebihan

pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi

bahwa perpindahan pekerja dan sektor subsisten terbelakang ke sektor kapitalis

modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi

“terlalu banyak”.

3. Pandangan Fei-Ranis (1961)

Leon Fei-Ranis berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri

kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar

penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat

pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menurut Fei-Ranis, ada tiga tahap

pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh yakni:

a. Para penganggur semu (yang tidak menambah produksi pertanian) dialihkan ke

sektor industri dengan upah institusional yang sama.

b. Tahap di mana pekerja pertanian menambah produksi, tetapi memproduksi

lebih kecil dan upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke

sektor industri.

Tahap ini ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pangan saat buruh

pertanian menghasilkan produksi lebih besar daripada perolehan upah institusional.

Dan dalam ha! in kelebihan pekerja terserap ke sektorjasa dan industri yang terus-

menerus sejalan dengan pertambahan produksi dan perluasan usahanya.

Universitas Sumatera Utara


49

2.2.2. Definisi Tabungan Masyarakat

Tabungan dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang

tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirib 2006). Sedangkan

tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah

dipakai. Tabungan nasional dapat di jelaskan dalam persamaan berikut ini:

S = Y – C – G ........................................................................................(13 )

S= (Y-T-C)+(T-G) .................................................................................(14)

Tabungan Nasional = tabungan swasta + tabungan publik ....................(15)

Dimana: S = tabungan nasional

Y= pendapatan nasional

T= pendapatan pajak

C= konsumsi

G= pengeluaran pemerintah

Dari persamaan diatas dapat disimpulkam bahwa tabungan nasional terdiri dari:

a. Tabungan swasta (private saving)

Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan

konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan:

Tabungan Swasta = Y-T-C ..........................................................................(16)

Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate

saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Dinegara-negara

berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam

mendukung pembentukan modal, dimana komponen utamanya berasal dari

Universitas Sumatera Utara


50

tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan

pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang

dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di negara berkembang

tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang belum berkembang

ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha,

b. Tabungan Publik (publik saving)

Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi

pengeluaran pemerintah.

Tabungan Publik = T – G ..............................................................................(17)

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus, yang

berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan ditambahkan pada

sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Jika T-G bernilai

negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit yang mencerminkan bahwa

tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah harus meminjam dana dari fihak

lain untuk menutupi pengeluarannya.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana

penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian

Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan, 2000):

1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada kamauan dan

kemampuan untuk menabung

2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan

tabungan

Universitas Sumatera Utara


51

3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal oleh

perusahaan.

Pendapat J.M.Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk

mengkonsumsi (Propensity to consume) yang secara ekplisit menghubungkan antara

tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai salah satu

faktor yang menpengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi

modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi

peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya

untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan

untuk menabung. Hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut:

S= Y – C .................................................................................................(18)

C=Ĉ + cY ; Ĉ >0 ;0<c<1 .....................................................................(19)

Dimana : S = saving Ĉ = intercept;tingkat konsumsi ketika pendapatan nol Y =

income c = marginal propensity to consume

Jika kedua persamaan (18) dan (19) atau disebut juga budget constraint

tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi

persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat

pendapatan. Dengan mensubtitusikan persamaan konsumsi (18) dengan persamaan

budget constraint (19), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan:

S = Y – C = Y – Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y .................................................(20)

Dari persamaan (20) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan

positif dengan pendapatan karena marginal propensity to save, s = 1 – c, adalah positif.

Universitas Sumatera Utara


52

Dengan kata lain. Tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini disebut

hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan pendapatan saat ini

(current income).

konsumsi

S1

Fungsi
konsumsi
C1

Tabungan Pendapatan

Fungsi Tabungan

Autonomous Consumption

0 Pendapatan
Yd0 Yd1

Gambar 2.5. Hubungan antara Pendapatan Disposibel, Konsumsi dan Tabungan

Pada gambar ditunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis 450

dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian pada gambar

bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan disposibel

berbeda-beda. Pada tingkat Yd<Yd0, masyarakat mengkonsumsi lebih banyak

Universitas Sumatera Utara


53

daripada pendapatan mereka. Sedangkan disebelah kanan Yd0, konsumsi akan lebih

kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut akan ditabung.

2.2.3. Definisi Indeks Pendidikan

Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk untuk

bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika

bertambah dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkan peran kunci

dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan

dalam membengun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang

berkelanjutan. Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan

kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan produktivitas.

Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital

dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat

(Todaro, 2002).

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis

perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang

berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat,

kepercayaan dan berpikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam

ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi

merupakan faktor yang penting yang akan memperbaiki mutu dan efisiensi faktor-

faktor produksi dan akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Menurut Mill,

faktor pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu: mempertinggi pengetahuan teknik

masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat

Universitas Sumatera Utara


54

menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan modern dan besar perannya untuk

menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Menurut Mankiw (2003) modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan

yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anak-

anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja

dewasa. Seperti halnya dengan modal fisik, modal manusia meningkatkan kemampuan

untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk meningkatkan level modal manusia

dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar.

Sementara itu untuk menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk

yang tinggi negara-negara berkembang harus memperhatikan kualitas sumber daya

manusia, dengan mewujudkan program-program spesifik yakni (Samuelson dan

Nordhaus, 2001):

1. Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi. Meningkatkan

standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatan produktivitas mereka

sebagai tenaga kerja. Pusat kesehatan masyarakat dan penyediaan air bersih

merupakan modal sosial yang bermanfaat.

2. Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatih tenaga kerja.

Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena mampu

menggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi dan

mampu belajar dari kesalahan.

3. Di atas semua itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (under estimate)

terhadap pentingnya sumberdaya manusia.

Universitas Sumatera Utara


55

Becker (1993) mengemukakan bahwa teori modal manusia telah menjadi

pemikiran banyak pihak sejalan dengan berhasilnya umat manusia mengendalikan

tingkat pertumbuhan penduduk, menanggapi kekhawatiran Malthus akan adanya

bencana bagi umat manusia bila penduduk terus bertambah. Teori modal manusia pada

dasarnya membahas proses merumuskan bentuk-bentuk investasi yang bisa

ditanamkan kepada manusia, sebab manusia diakui sebagai salah satu sumberdaya

yang diperlukan dalam kegiatan produksi barang dan jasa dalam perekonomian.

Samuelson dan Nordhaus (2001) menyebutkan bahwa input tenaga kerja terdiri

dari kuantitas dan keterampilan tenaga kerja. Banyak ekonomi percaya bahwa kualitas

input tenaga kerja yakni keterampilan, pengetahuan dan disiplin tenaga kerja

merupakan elemen paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Suatu negara yang

mampu membeli berbagai peralatan canggih tapi tidak mempekerjakan tenaga kerja

terampil dan terlatih tidak akan dapat memanfaatkan barang-barang modal tersebut

secara efektif. Peningkatan melek huruf, kesehatan dan disiplin serta kemampuan

menggunakan komputer sangat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Kubo dan Kim (1996) mengemukakan bahwa elemen pokok dari teori

pertumbuhan Neo Klasik dapat diringkas sebagai berikut:

1. Bahwa pendapatan perkapita suatu negara tumbuh pada tingkat perkembangan

teknologi yang given dari luar (eksogen)

2. Bahwa pendapatan perkapita negara-negara miskin cenderung tumbuh pada tingkat

yang tinggi jika hal-hal ini tetap (konvergen)

Universitas Sumatera Utara


56

Dalam perkembangannnya model Neo Klasik dikritik oleh Model Pertumbuhan

Endogen, yang diawali oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) yang mengasumsikan

tingkat pengembalian yang konstan atau meningkat terhadap modal. Teori

Pertumbuhan Endogen membangun komponen endogen perkembangan teknologi

sebagai bagian integral dari teori pertumbuhan. Teori ini juga berusaha menjelaskan

observasi yang berbeda terhadap pendapatan per kapita berbagai negara dimana model

Neo Klasik gagal ditetapkan. Faktor-faktor seperti modal manusia dan pengeluaran

riset dan pengembangan digabungkan sebagai komponen utama dalam pertumbuhan

ekonomi dalam model itu.

Lucas (1988) berargumen bahwa akumulasi modal manusia melalui investasi

(misal meningkatkan waktu belajar) mendorong pertumbuhan endogen.

Argumentasinya menekankan pada keuntungan yang disebabkan oleh eksternalitas dari

modal manusia yang cenderung meningkatkan tingkat pengembalian modal manusia.

Romer (1990) menyebutkan bahwa modal manusia merupakan input kunci pokok

untuk sektor riset karena menyebabkan ditemukannya produk baru/ ide yang disadari

sebagai pendorong perkembangan teknologi.

Dengan demikian, negara-negara dengan stok awal modal manusia yang lebih

tinggi, ekonominya tumbuh lebih cepat. Dengan demikian modal manusia disadari

merupakan sumber pertumbuhan yang penting dalam teori pertumbuhan endogen

(Kubo dan Kim, 1996).

Bank Dunia (1991) mengemukakan bahwa terdapat tiga alternatif pola

pertumbuhan:

Universitas Sumatera Utara


57

1. Pola I, Pertumbuhan yang Tidak Berkesinambungan: pada pola ini ekonomi

tumbuh pada beberapa fase pertumbuhan yang pesat, namun tingkat

pertumbuhannya menurun, stagnan atau hampir stagnan.

2. Pola II, Pertumbuhan yang Terdistorsi yang ditandai dengan resiko kerusakan

sumberdaya alam, kurangnya investasi dalam modal manusia dan subsidi untuk

modal fisik.

3. Pola III, pertumbuhan yang berkesinambungan melalui akumulasi aset yang tidak

terdistorsi atau seimbang, dengan dukungan publik terhadap pengembangan

pendidikan primer dan sekunder, perbaikan kesehatan publik dan perlindungan

alam.

Pertumbuhan dalam modal fisik bisa saja melimpah ke modal manusia melalui

investasi swasta dalam riset dan pengembangan serta pelatihan dalam teknologi yang

lebih tinggi yakni dalam pertumbuhan yang didorong oleh teknologi. Untuk dapat

melestarikan pertumbuhan angkatan kerja sebagian besar (dan semakin meningkat

besarnya) harus memiliki latar belakang sekolah umum yang cukup supaya dapat

menguasai keterampilan teknologi serta berpartisipasi dalam perluasan aktivitas riset

dan pengembangan. Oleh karena itu sekolah umum yang disediakan secara publik dan

pengetahuan yang dihasilkan secara privat bersifat komplementer.

Ranis dan Stewart (2001) mengemukakan bahwa pembangunan manusia secara

luas didefinisikan sebagai mengusahakan orang-orang untuk menjalani hidup lebih

lama, lebih sehat dan lebih penuh. Secara sempit, pembangunan manusia

diinterpretasikan sebagai refleksi dari status kesehatan dan pendidikan manusia.

Universitas Sumatera Utara


58

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia merupakn

hubungan dua arah yang kuat. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan

sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan

dalam pembangunan manusia. Sementara sisi lain pengembangan secara berkelanjutan

dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan

ekonomi. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia

berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena

sesungguhnya penciptaan lapangan kerja merupakan jembatan utama yang mengaitkan

antara keduanya (UNDP,1996).

Hubungan atas-bawah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

manusia menunjukkan bahwa melalui upaya pembangunan manusia berkemampuan

dasar dan berketerampilan. Tenaga kerja termasuk petani, pengusaha dan manajer akan

meningkat. Selain itu pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi

domestik, kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang pada akhirnya

mempengaruhi komposisi output dan ekspor suatu negara. Kuatnya hubungan timbal

balik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia akan juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor kelembagaan pemerintah, distribusi sumber daya swasta dan

masyarakat, modal sosial, lembaga swadaya masyarakat dan ormas. Faktor-faktor

kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaanya sangat menentukan

implementasi kebijakan publik. Faktor distribusi sumber daya juga jelas karena tanpa

distribusi sumber daya yang merata (misal dalam penguasaan lahan atau sumber daya

ekonomi lainnya) hanya akan menimbulkan frustasi masyarakat dalam proses

Universitas Sumatera Utara


59

pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktor-faktor

tersebut berperan sebagai katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik

antara keduanya secara efisien.

2.3. Penelitian Sebelumnya

Devarajan, Swaroop dan Zou (1996) mengemukakan bahwa di 43 negara

berkembang selama 20 tahun menunjukkan peningkatan pengeluaran rutin dan

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,

sebaliknya pengeluaran pembangunan menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Fadilah (2004) menemukan Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 %,

meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 %. Seluruh

komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen–komponen

tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Sementara investasi dan ekspor,

walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun perannya sebagai

penggerak perekonomian relatif masih terbatas. Pertumbuhan Ekonomi di negara

Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem

perekonomian dunia. Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah

mempercepat laju pertumbuhan negara-negara tersebut. Perubahan tersebut yang

disertai teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan-

hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara

Hanum (2004) yang menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) antara

lain menemukan bahwa untuk variabel pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh

Universitas Sumatera Utara


60

yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

Mulatip dan Brodjonegoro (2004) dalam jurnal yang berjudul “Determinan

Pertumbuhan Kota di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut variabel yang digunakan

antara lain yaitu, pertumbuhan kota sebagai variabel terikat. Sebagai variabel bebas

yang digunakan yaitu, kepadatan penduduk, urbanisasi (primacy) dan lokalisasi

(proporsi manufaktur), pendapatan dan pengeluaran pemerintah, dan tingkat

pendidikan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan penduduk berpengaruh secara

negatif terhadap pertumbuhan kota. Urbanisasi (primacy) dan lokalisasi (proporsi

manufaktur) secara positif mempengaruhi pertumbuhan kota. Sedangkan pendapatan

dan pengeluaran pemerintah secara agregat dan tidak signifikan mempengaruhi

pertumbuhan kota. Tingkat pendidikan penduduk sebagai faktor kunci dalam

pertumbuhan, berkorelasi positif dengan pertumbuhan kota. Kondisi ini menjelaskan

pentingnya peran human capital baik pada level kota maupun level negara.

Ananta (2006) mengidentifikasi terhadap faktor determinan pertumbuhan

ekonomi di suatu wilayah Propinsi Jawa Tengah. Studi ini menggunakan metode

penelitian deduktif kuantitatif dengan menggunakan Path Analysis. Hasil studi ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model diagram jalur sebelum

krisis (1993-1996), saat krisis (1997-1999) dan setelah terjadi krisis (2000-2005). Pada

periode analisis sebelum krisis faktor-faktor yang signifikan berpengaruh langsung

terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah adalah jumlah

Universitas Sumatera Utara


61

penduduk (1,01); teknologi (0,36); dan infrastruktur (0,27) dengan tingkat signifikansi

10%. Sedangkan variable tingkat pendidikan berpengaruh tidak langsung sebesar

(0,27) melalui variable teknologi. Pada saat krisis faktor yang signifikan berpengaruh

langsung adalah teknologi (0,49), sedang tingkat pendidikan (0,17) berpengaruh tidak

langsung dan pada tingkat signifikansi 5%. Sementara setelah krisis faktor yang

berpengaruh langsung adalah jumlah penduduk (0,96); teknologi (0,33); infrastruktur

(0,32); dan investasi (0,31), sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh secara tidak

langsung (0,17) melalui teknologi pada tingkat signifikansi 10%. Variabel jumlah

penduduk menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Tengah, terutama untuk penduduk yang tinggal di perkotaan. Hal ini

disebabkan karena terkait dengan terjadinya aglomerasi di kota-kota besar. Penduduk

dan proses produksi ekonomi menumpuk di daerah perkotaan. Di sisi lain, penduduk

perkotaan diuntungkan dengan adanya aglomerasi sehingga cenderung memiliki

tingkat kesejahteraan yang baik dan menyebabkan tingkat konsumsi lebih tinggi.

Sementara proses produksi sendiri diuntungkan dengan adanya kemudahan mencari

pangsa pasar dan tenaga kerja.

2.4. Kerangka Berpikir

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel

bebas dan variabel terikat. Berdasar pada uraian sebelumnya maka kerangka

pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi (sebagai variabel

dependen) yang dipengaruhi oleh tenaga kerja, tabungan masyarakat, indeks

pendidikan (variabel independen)

Universitas Sumatera Utara


62

Tenaga Kerja

Pertumbuhan
Tabungan Ekonomi
Masyarakat (PDRB)Kabupaten
Labuhanbatu

Indeks
Pendidikan

Gambar 2.6. Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan

sebelumnya, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Labuhanbatu, ceteris paribus.

2. Tabungan masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Labuhanbatu, ceteris paribus.

3. Indeks pendidikan Masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Labuhanbatu, ceteris paribus.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai