Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA DAN KETENAGAKERJAAN


Dosen Pengampu : Dr. Madris, S.E., DPS., M.Si

Disusun untuk memenuhi tugas prasyarat mengikuti Ujian Tengah


Semester
Semester Awal Tahun 2021-2022

Disusun Oleh:

DZOCHRA MILTAZ YAOUMIEL


(A011191063)

PRODI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
TUGAS
TUGAS11
1. Pilihlah salah satu wilayah provinsi di Indonesia, kemudian
hitung dan jelaskan tingkat partisipasi angkatan berdasarkan
kelompok umur, kemudian bandingkan antara :
(a) Data dua sensus atau supas yang berdekatan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator
yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak penduduk usia
kerja yang ikut aktif di dalam perekonomian. Indikator ini merupakan
perbandingan antara angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja dapat dihitung melalui
formula sebagai berikut:
Jumlah angkatan kerja
TPAK = x 100
Jumlah tenaga kerja

Dari tabel 1.1 di bawa, Kita bisa membandingkan keadaan


ketenagakerjaan di provinsi Sulawesi Selatan pada periode Agustus
2020 dan pada periode Agustus 2015. Dimana jumlah angkatan
kerja provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020 sebanyak 4.276.437
orang atau meningkat sebanyak 570.309 orang dari tahun 2015 dan
presentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami
kenaikan juga, yang pada tahun 2015 hanya 57,84% meningkat
sebesar 5,56 poin menjadi 63,49% di tahun 2020, yang berarti hanya
terdapat 57 orang lebih angkatan kerja dari 100 orang penduduk usia
kerja pada Agustus 2015 dan terdapat 63 orang angkatan kerja
untuk setiap 100 penduduk di usia kerja di provinsi Sulawesi Selatan
pada Agustus 2020.
Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi
ekonomi dari sisi pasoka/penawarann (supply) tenaga kerja selain itu
juga kita dapat menyimpulkan bahwa kenaikan TPAK ini berindikasi
bahwa terjadi peningkatan penduduk usia kerja ang aktif fi pasar
kerja baik menjadi penduduk bekerja maupun sebagai penganggur.
Untuk penduduk yang bekerja pada Agustus 2020 sebanyak
4.006.620 orang, atau meningkat sebesar 521.128 orang sejak
Agustus 2015. Tenaga kerja yang terserap ternyata lebih tinggi pada
usia 30-34 tahun yang dimana TPAK nya menunjukkan angka
76,59% di tahun 2020. Padahal di tahun 2015, tenaga kerja yang
paling banyak terserap berada pada rentang usia 40-44 tahun
dimana TPAK menunjukkan angka sebesar 74,70%.
Tabel 1.1
Tabel Hasil Perhitungan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Selatan
Periode Agustus 2015 – Agustus 2020

Angkatan kerja Persentase Bekerja Tingkat Partisipasi


Bukan Angkatan Jumlah Penduduk
Kelompo Terhadap Angkatan Kerja
Kerja Usia Kerja
k Umur Jumlah Angkatan Angkatan Kerja (TPAK)
Bekerja Pengangguran
Kerja
2015 2020 2015 2020 2015 2020 2015 2020 2015 2020 2015 2020 2015 2020
15-19 174.247 196.482 48.019 40.918 222.266 237.400 78,40% 82,76% 591.433 482.051 793.902 719.451 28,00% 33,00%
20-24 361.835 331.687 80.660 73.270 442.495 404.957 81,77% 81,91% 300.779 308.233 790.271 713.190 55,99% 56,78%
25-29 427.907 453.255 47.990 57.170 475.897 510.425 89,92% 88,80% 196.110 191.659 701.447 702.084 67,85% 72,70%
30-34 444.659 505.342 15.165 28.163 459.824 533.505 96,70% 94,72% 171.061 163.112 633.400 696.617 72,60% 76,59%
35-39 449.736 492.919 9.510 20.398 459.246 513.317 97,93% 96,03% 154.522 180.514 614.809 693.831 74,70% 73,98%
40-44 432.396 486.860 7.688 16.077 440.084 502.937 98,25% 96,80% 141.130 153.961 593.063 656.898 74,21% 76,56%
45-49 384.651 439.952 4.744 11.221 389.395 451.173 98,78% 97,51% 124.640 150.241 558.206 601.414 69,76% 75,02%
50-54 301.065 376.365 2.404 11.648 303.469 388.013 99,21% 97,00% 117.516 140.786 481.360 528.799 63,04% 73,38%
55-59 219.760 295.451 2.662 6.246 222.422 301.697 98,80% 97,93% 111.701 140.912 384.623 442.609 57,83% 68,16%
60+ 289.236 428.307 1.794 4.706 291.030 433.013 99,38% 98,91% 466.855 557.015 856.204 990.028 33,99% 43,74%
3.485.49 4.006.62 3.706.12 4.276.43 2.375.74 2.468.48 6.407.28 6.744.92
Total 220.636 269.817 94,05% 93,69% 57,84% 63,40%
2 0 8 7 7 4 5 1

Sumber : Diolah berdasarkan Publikasi Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2019 - Agustus 2020, BPS
(b) Laki – laki dengan perempuan tahun yang sama
Tabel 1.2
Data Sensus Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2020

Kelompo Tingkat Partisipasi Angkatan


Tenaga Kerja (Orang) Angkatan Kerja (Orang)
k Umur Kerja (%)
(Tahun) L P Total L P Total L P Total
15-19 362.383 357.068 719.451 154.437 82.963 237.400 42,62% 23,23% 33,00%
20-24 355.662 357.528 713.190 246.982 157.975 404.957 69,44% 44,19% 56,78%
25-29 350.210 351.874 702.084 313.153 197.272 510.425 89,42% 56,06% 72,70%
30-34 345.555 351.062 696.617 321.194 212.311 533.505 92,95% 60,48% 76,59%
35-39 339.949 353.882 693.831 319.241 194.076 513.317 93,91% 54,84% 73,98%
40-44 317.487 339.411 656.898 293.486 209.451 502.937 92,44% 61,71% 76,56%
45-49 291.777 309.637 601.414 269.492 181.681 451.173 92,36% 58,68% 75,02%
50-54 253.051 275.748 528.799 230.390 157.623 388.013 91,04% 57,16% 73,38%
55-59 207.655 234.954 442.609 177.651 124.046 301.697 85,55% 52,80% 68,16%
60-64 165.261 186.811 352.072 125.208 73.870 199.078 75,76% 39,54% 56,54%
65+ 275.204 362.752 637.956 148.969 84.966 233.935 54,13% 23,42% 36,67%
6.744.92 79,66
Total 3.264.194 3.480.727 2.600.203 1.676.234 4.276.437 48,16% 63,40%
1 %
Sumber : Diolah dari satudata.kemnaker.go.id

Dari data tabel 1.3 di atas, bisa kita bandingkan keadaan


tenaga kerja Laki-laki dan Perempuan di provinsi Sulawesi Selatan
pada tahun 2020. Fenomena di Sulawesi Selatan, TPAK laki-laki
selalu lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK perempuan.
Fenomena tersebut juga terlihat pada tahun 2020, dimana TPAK
laki-laki mencapai 79,66 persen sedangkan TPAK perempuan
hanya 48,16 persen. Hal tersebut menggambarkan bahwa dari 100
orang penduduk usia kerja, laki-laki yang termasuk angkatan kerja
sekitar 79 orang lebih, sedangkan dari 100 penduduk usia kerja
perempuan, sekitar 48 orang yang termasuk angkatan kerja.
Secara menyeluruh, keadaan ketenagakerjaan di provinsi
Sulawesi Selatan berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2020
dapat dilihat pada grafik 1.1 di bawah ini. Dimana Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja pada Laki-laki jauh lebih tinggi daripada
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada Perempuan.
Grafik 1.1.
TPAK Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2020
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+

Laki-Laki Perempuan Total


Sumber : Diolah berdasarkan Tabel 1.2

(c) Daerah perkotaan dengan perdesaan tahun yang sama


Tabel 1.3
Data Sensus Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Tahun 2020

Tingkat Partisipasi Angkatan


Kelompo Tenaga Kerja (Orang) Angkatan Kerja (Orang)
Kerja (%)
k Umur
Perkotaa Perkotaa Perkotaa
(Tahun) Perdesaan Total Perdesaan Total Perdesaan Total
n n n
15-19 334296 385155 719451 84866 152534 237400 25,39% 39,60% 33,00%
20-24 362901 350289 713190 192489 212468 404957 53,04% 60,66% 56,78%
25-29 328715 373369 702084 243327 267098 510425 74,02% 71,54% 72,70%
30-34 315619 380998 696617 242776 290729 533505 76,92% 76,31% 76,59%
35-39 303142 390689 693831 216525 296792 513317 71,43% 75,97% 73,98%
40-44 290777 366121 656898 220386 282551 502937 75,79% 77,17% 76,56%
45-49 263811 337603 601414 190049 261124 451173 72,04% 77,35% 75,02%
50-54 225606 303193 528799 162183 225830 388013 71,89% 74,48% 73,38%
55-59 185998 256611 442609 118345 183352 301697 63,63% 71,45% 68,16%
60+ 392371 597657 990028 133263 299750 433013 33,96% 50,15% 43,74%
Total 3003236 3741685 6744921 1804209 2472228 4276437 60,08% 66,07% 63,40%
Sumber : Diolah berdasarkan Publikasi Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020, BPS

Perbandingan TPAK menurut klasifikasi daerah beberapa


tahun terakhir menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja
di wilayah perdesaan selalu lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
partisipasi angkatan kerja di wilayah perkotaan, demikian halnya
yang terjadi pada tahun 2020. Keadaan tersebut menggambarkan
bahwa di daerah perdesaan proporsi penduduk angkatan kerja
terhadap usia kerja lebih tinggi dibanding wilayah perkotaan.
TPAK wilayah perkotaan tahun 2020 sebesar 60,08 persen. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa kondisi TPAK di wilayah perkotaan
tahun 2020 diantara 100 orang yang tinggal di pekotaan 60 orang
lebih merupakan angkatan kerja. Sedangkan di wilayah perdesaan
pergerakan TPAK selama 4 tahun terakhir cenderung terus
mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi selama empat tahun terakhir
terjadi pada tahun 2020 dengan TPAK sebesar 66,07 persen. Hal
tersebut memberikan informasi bahwa dari setiap 100 orang
penduduk pedesaan lebih 66 orang merupakan angkatan kerja.
Secara menyeluruh, keadaan ketenagakerjaan di provinsi
Sulawesi Selatan menurut wilayah pada tahun 2020 dapat dilihat
pada grafik 1.2 di bawah ini. Dimana Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja di wilayah perdesaan lebih tinggi daripada Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja di wilayah perkotaan.
Grafik 1.2.
TPAK Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Tahun 2020

90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+

Perkotaan Perdesaan Total


Sumber : Diolah berdasarkan Tabel 1.3

2. Berdasarkan wilayah provinsi yang dipilih, hitung dan jelaskan


tentang:
(a) Tingkat pengangguran
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh
lapangan usaha di pasar kerja dan menggambarkan kurang
termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. TPT juga merefleksikan
kemampuan ekonomi pasar kerja yang belum bisa menciptakan
pekerjaan bagi mereka yang ingin bekerja tapi tidak
mendapatkannya.
Tingkat Pengangguran Terbuka dapat dihitung melalui formula
sebagai berikut:
Jumlah angkatan kerjamenganggur
TPT = x 100
Jumlah angkatan kerja
TPT hasil Sakernas Agustus 2020 adalah sebesar 6,31 persen.
Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja di provinsi Sulawesi
pada Agustus 2020 , terdapat sekitar 6 orang yang menganggur.
Tabel 2.1
Data Presentase Pengangguran Provinsi Sulawesi Selatan
Agustus 2020
Angkatan kerja (Orang) Persentase
Penganggura
n Terhadap
Pengangguran
Kelompo Jumlah Angkatan
k Umur Bekerja Angkatan Kerja
Tidak Jumlah Kerja
Pernah
Pernah Penganggura
Bekerja
Bekerja n
15-19 196.482 8.234 32.684 40.918 237.400 17,24%
20-24 331.687 29.190 44.080 73.270 404.957 18,09%
25-29 453.255 33.308 23.862 57.170 510.425 11,20%
30-34 505.342 19.622 8.541 28.163 533.505 5,28%
35-39 492.919 14.969 5.429 20.398 513.317 3,97%
40-44 486.860 10.005 6.072 16.077 502.937 3,20%
45-49 439.952 7.827 3.394 11.221 451.173 2,49%
50-54 376.365 9.084 2.564 11.648 388.013 3,00%
55-59 295.451 5.212 1.034 6.246 301.697 2,07%
60+ 428.307 3.960 746 4.706 433.013 1,09%
Sumber : Diolah berdasarkan Publikasi Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan
4.006.62
Total Agustus 2020, BPS 141.411 128.406 269.817 4.276.437 6,31%
0

Namun, meskipun TPAK mengalami peningkatan, dalam


setahun terakhir, ternyata angka pengangguran juga meningkat
sebanyak 69.513 orang, ini juga terlihat pada presentase
pengangguran yang meningkat dimana pada tahun 2019 hanya
berada pada angka 4,97% dan meningkat sebesar 1,34 poin di tahun
2020 menjadi 6,31%. Jika dilihat berdasarkan usia, di semua rentang
usia mengalami peningkatan peresentase pengangguran tanpa
terkecuali. Namun, pengangguran terbanyak itu berada pada usia
20-24 tahun sebesar 18,09% lebih tinggi daripada usia 15-19 tahun
yang hanya sebesar 17,24%. Padahal di tahun sebelumnya, angka
pengangguran masih di dominasi oleh usia 15-19 tahun dan di tahun
2020 justru di dominasi pada usia 20-24 tahun.
Jika melihat situasi pandemi saat ini, bisa dikatakan ini menjadi
salah satu pemicu adanya peningkatan persentase angka
pengangguran meningkat lebih besar daripada peningkatan TPAK.
Banyaknya pegawai, karyawan, buruh bahkan pekerja lepas
kehilangan pekerjaan dan sulit beradaptasi dengan pandemi
sehingga bidangnya sementara waktu tidak relevan untuk dijalankan.

(b) Tingkat penyerapan tenaga kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja


yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk
bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai
sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan
oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa penyerapan tenaga kerja adalah permintaan
tenaga kerja yang berhasil terserap masuk.
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses
produksi yang lain seperti tanah, modal dan lain-lain. Maka manusia
merupakan penggerak bagi seluruh faktor-faktor produksi tersebut.
Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan
pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari
suatu kegiatan ekonomi (produksi).
Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh
perusahaan atau lembaga menerima tenaga kerja pada tingkat upah,
posisi, dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan kerja secara
nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan
pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui
banyaknya lapangan kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah
penduduk yang bekerja atau lebih tepat bila disebut Penyerapan
Tenaga Kerja.
Untuk mengetahui kondisi tingkat penyerapan tenaga kerja di
Sulawesi Selatan pada Agustus 2020, akan disajikan perkembangan
data ketenagakerjaan yang mencakup struktur tenaga kerja menurut
lapangan pekerjaan, status pekerjaan, dan jenis pekerjaan.
(1) Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja menurut Lapangan
usaha/pekerjaan,
Tabel 2.2
Data Presentase Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020
Tingkat Penyerapan Tenaga
Angkatan Kerja Yang Bekerja (Orang)
NO Lapangan Usaha Kerja (%)
L P Total L P Total
44,05 33,28
A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.067.982 525.834 1.593.816 39,80%
% %
B Pertambangan dan Penggalian 26.271 1.540 27.811 1,08% 0,10% 0,69%
C Industri Pengolahan 170.418 156.683 327.101 7,03% 9,92% 8,17%
D Pengadaan Listrik dan Gas 12.148 1.735 13.883 0,50% 0,11% 0,35%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
E 9.447 2.853 12.300 0,39% 0,18% 0,31%
dan Daur Ulang
F Konstruksi 225.678 5.966 231.644 9,31% 0,38% 5,78%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 12,99 25,35
G 314.860 400.467 715.327 17,86%
dan Sepeda Motor % %
H Transportasi dan Pergudangan 165.095 8.535 173.630 6,81% 0,54% 4,34%
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 58.681 90.615 149.296 2,42% 5,73% 3,73%
J Informasi dan Komunikasi 14.345 6.388 20.733 0,59% 0,40% 0,52%
K Jasa Keuangan dan Asuransi 24.770 13.624 38.394 1,02% 0,86% 0,96%
L Real Estate 5.753 1.828 7.581 0,24% 0,12% 0,19%
M,N Jasa Perusahaan 40.142 11.930 52.072 1,66% 0,76% 1,30%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
O 135.518 80.389 215.907 5,59% 5,09% 5,39%
Jaminan Sosial
P Jasa Pendidikan 76.378 154.712 231.090 3,15% 9,79% 5,77%
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 14.780 64.484 79.264 0,61% 4,08% 1,98%
R,S,T,
Jasa Lainnya 62.313 52.458 114.771 2,57% 3,32% 2,87%
U
2.424.57 1.580.04 4.004.62
TOTAL 9 1 0 100% 100% 100%
Sumber : Diolah berdasarkan Publikasi Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020, BPS

Pada Agustus 2020, tercatat ada 4.004.620 orang penduduk


yang bekerja di Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan Lapangan
usaha, sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menyerap
tenaga kerja paling banyak yakni 39,80% atau lebih dari sepertiga
dari total angkatan kerja yang bekerja.
Hal ini terlihat dari besarnya persentase peneyerapan tenaga
kerja sektor Pertanian provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan
dengan sektor-sektor lainnya. Sektor penyerap tenaga kerja
terbesar kedua adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sebesar 17,86%. Kemudian
disusul dengan Sektor Industri Pengolahan sebesar 8,17%. Serta
disusul oleh sektor – sektor lainnya yang dapat di lihat pada tabel 2.2
di atas.
Jika digolongkan berdasarkan jenis kelamin, tenaga kerja laki –
laki lebih banyak terserap di sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan dengan angka 44,05% atau sebanyak 1.067.982 orang,
sedangkan perempuan hanya setengah dari tenaga kerja laki-laki di
sektor yang sama yakni 525.834 orang atau 33,28% dari total tenaga
kerja perempuan yang terserap di lapangan usaha.
Jika dilihat lebih teliti, tenaga kerja laki-laki dominan lebih
unggu di hampir di semua sektor lapangan usaa kecuali pada sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor, sektor
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Jasa Pendidikan
dan Sektor Jasa Kesehatan yang ternyata di dominasi oleh tenaga
kerja Perempuan.
(2) Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja menurut Jenis pekerjaan
Tabel 2.3
Data Presentase Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Jenis Pekerjaan Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020
Angkatan Kerja Yang Bekerja Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Nomor Jenis Pekerjaan (Orang) (%)
L P Total L P Total
0/1 Tenaga Profesional, Teknisi dan yang Sejenis 129.985 218.245 348.230 5,36% 13,81% 8,69%
2 Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 44.230 9.689 53.919 1,82% 0,61% 1,35%
3 Tenaga Tata Usaha dan yang Sejenis 113.759 116.621 230.380 4,69% 7,38% 5,75%
4 Tenaga Tata Usaha Penjualan 278.076 424.316 702.392 11,46% 26,85% 17,53%
5 Tenaga Tata Uaha Jasa 72.822 72.088 144.910 3,00% 4,56% 3,62%
6 Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 1.055.526 522.107 1.577.633 43,50% 33,04% 39,38%
7/8/9 Tenaga Produksi, Operator Alat -Alat Angkutan, dan Pekerja Kasar 674.435 214.292 888.727 27,79% 13,56% 22,18%
X/00 lainnya 57746 2.683 60.429 2,38% 0,17% 1,51%
Total 2.426.579 1.580.041 4.006.620 100% 100% 100%
Sumber : BPS, Diolah berdasarkan Publikasi Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020

Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada
seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Jenis pekerjaan pada publikasi ini didasarkan atas
Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada International Standard Classification of
Occupations (ISCO) Tahun 1988.
Klasifikasi jenis pekerjaan dapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis statistik pasar tenaga kerja
dan struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Jika kita lihat data di tabel 2.3 jelas terlihat, pada Agustus 2020,
penduduk dominan bekerja pada jenis pekerjaan Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan yaitu
sebesar 39,38% dari total angkatan kerja yang bekerja dimana tenaga kerja yang terserap di dominasi oleh Laki – laki
sebanyak 1.055.526 orang sedangkan Perempuan anya sebesar 522.107 orang dari total Angkatan Kerja Perempuan
yang bekerja.
Terbesar kedua adalah jenis pekerjaan Tenaga Produksi,
Operator Alat – Alat Angkutan, dan Pekerja Kasar dengan
persentase 22,18% dari total angkatan kerja yang bekerja yang
masih sama lebih di dominasi oleh pekerja laki-laki daripada pekerja
perempuan.
Namun, untuk jenis pekerjaan Tenaga Profesional, Teknisi, dan
Sejenis, pekerjaanTenaga Tata Usaha dan yang sejenis dan Tenaga
Tata Penjualan, dan yang sejenis ternyata di dominasi oleh pekerja
Perempuan daripada pekerja Laki – laki. Untuk lebih detai, nilainya
dapat di lihat pada tabel 2.3 di atas.
(3) Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja menurut Status
pekerjaan
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan.
Tabel 2.4
Data Presentase Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Status Pekerjaan Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2020
Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja
Nomo Angkatan Kerja Yang Bekerja (Orang)
Status Pekerjaan (%)
r
L P Total L P Total
1 Formal 662.381 250.971 913.352 27,30% 15,88% 22,80%
2 Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Dibayar 106.917 21.853 128.770 4,41% 1,38% 3,21%
3 Buruh/Karyawan/Pegawai 555.464 229.118 784.582 22,89% 14,50% 19,58%
1.764.19 1.329.07 3.093.26
4 Informal 72,70% 84,12% 77,20%
8 0 8
5 Berusaha Sendiri 560.246 288.314 848.560 23,09% 18,25% 21,18%
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Tak
6 809.344 495.334 1.304.678 33,35% 31,35% 32,56%
Dibayar
7 Pekerja Bebas di Pertanian 62.525 70.763 133.288 2,58% 4,48% 3,33%
8 Pekerja Bebas di Non-Pertanian 100.017 17.979 117.996 4,12% 1,14% 2,95%
9 Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 232.066 456.680 688.746 9,56% 28,90% 17,19%
Sumber : BPS, Diolah berdasarkan Publikasi Keadaan Angkatan2.426.57
Kerja di Provinsi Sulawesi
1.580.04 Selatan Agustus
4.006.62 100,002020 100,00 100,00
Total
9 1 0 % % %

Berdasarkan status pekerjaan utamanya, penduduk bekerja


Beursaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Tak Dibayar pada Agustus
2020 mendominasi komposisi tenaga kerja di Indonesia yaitu
sebesar 32,56 persen dari total Angkatan Kerja yang bekerja
dengan jumlah Laki-laki sebanyak 809.344 orang dan Perempuan
sebanyak 495.334 orang.
Selain itu, dari tabel 2.4 di atas bisa kita lihat bahwa
berdasarkan status pekerjaan utama tersebut, penduduk bekerja
dapat dikategorikan menjadi kegiatan formal dan informal.
Penduduk yang bekerja di kegiatan formal mencakup mereka yang
berusaha dengan dibantu buruh tetap dan
buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya dikategorikan
sebagai kegiatan informal (berusaha sendiri, berusaha dibantu
buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja
keluarga/tak dibayar). Pada Agustus 2020, penduduk yang bekerja
di kegiatan informal mendominasi penyerapan tenaga kerja dari
total angkatan kerja yang bekerja sebanyak 3.093.268 orang (77,20
persen), sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak
913.352 orang (22,80 persen).
Dari tabel 2.4 tersebut, kita juga bisa mendapatkan informasi
bahwa, TPAK penduduk yang bekerja di kegiatan formal didominasi oleh
Laki-laki 27,30 persendari total angkatan kerja Laki- laki yang bekerja,
sedangkan Perempuan hanya 15,88 persen. Namun untuk yang bekerja di
kegiatan informal justru TPAK tertinggi ditunjukkan oleh pekerja
Perempuan yakni sebesar 84,12 persen dari total angkatan kerja
perempuan yang bekerja.
TUGAS 2
Gambarkan kurva yang menjelaskan income effect lebih besar dari
substitution effect dan menunjukkan kepuasan yang sama antara
orang yang bekerja dan yang tidak bekerja.

Grafik 1.1 Efek Pendapatan > Efek Substitusi dalam


kasus 2 orang yang memiliki tingkat kepuasan yang
sama namun A bekerja dan B tidak bekerja
Y (Pendapatan)

Y2
IC2
IC1
Y’2

U2
Y1
U’2
U1
NE
IE V Orang B (Yang Tidak bekerja)
SE w2
w1
L H Orang A (Yang bekerja)
h1 h2 h’2
10 14 18
Leasure
14 10 6 Jam Kerja

 Dari kurva 1.1 di atas bisa kita lihat bahwa diasumsikan leisure adalah
barang normal. Gambar di atas menujukkan bahwa adanya efek
substitusi dan efek pendapatan dari peningkatan tingkat upah. Dalam
kasus ini, saya ingin menunjukkan kondisi ketika Income Effect lebih
besar dari Substitition Effect.
Penurunan jam kerja yang ditawarkanterlihat pada arah panah h2 ke
h’2 atau h1 ke h’2 akibat peningkatan upah merupakan efek
pendapatan, dimana seseorang akan mengurangi jam kerjanya dan
menambah leisure. Sedangkan dengan naiknya pendapatan namun
justru menambah jam kerja atau mengurangi leisure dari h’2 ke h2
merupakan efek substitusi. Untuk net neto ditunjukkan pada selisih
antara efek pendapatan (IE) ketika menurunkan jam kerja dan efek
substitusi (SE) ketika menaikkan jam kerja, sehingga diperoleh efek
net sepanjang h1 ke h2.
 Dari kurva 1.1. juga kita bisa melihat, bahwa ada dua orang yang
memiliki tingkat kepuasan yang sama antara orang yang bekerja si A
dan orang yang tidak bekerja si B. Saat tingkat upah awal dimana si A
berada w1, pendapatan berada di garis anggaran H-Y1, sehingga
kepuasan maksimum tenaga kerja berada di titik kepuasan U1 yakni
persinggungan antara garis anggaran H-Y1 dengan kurva idifference
IC1, kita bisa lihat bahwa orang A memiliki waktu kerja sebanyak 14
jam dan Leisure 10 jam dalam sehari.

Saat tingkat upah naik dari w1 ke w2, pendapatan juga naik dari H-Y1
ke H-Y2, sehingga kepuasan maksimum orang A naik ke U2 yakni
persinggungan antara garis penanggaran H-Y2 dengan kurva
indifference IC2.

Diasusmsikan orang A sudah merasa jenuh dengan jam kerja yang


terlalu banyak, sehingga dengan meningkatnya upah menjadi w2 justru
ia mengurangi waktu bekerja atau menambah waktu luang yang
ditunjukkan pada h1-h2 karena dia lebih menginginkan leisure time
sehingga kepuasan maksimum ditunjukkan di U2, hal ini disebut
Backward Bending Supply.

Sedangkan untuk si B, secara bersamaan pendapatan relatif (non


labor income) yang mungkin saja, si B memiliki tabungan, harta
warisan seingga meskipun ia tidak bekerja namu ia tetap memiliki
pendapatan yang ditunjukkan pada garis anggaran V-Y’2
menyebabkan tingkat kepuasan berada di U’2 .

Ternyata tingkat kepuasan maksimum si A setelah kenaikan upah (U2)


dan tingkat kepuasan maksimum si B dengan pendapatan yang
dipengaruhi oleh non labor income ternyata berada di satu indifference
curve yang sama, atau tingkat kepuasan mereka sama.

Dalam grafik, bisa diliat bahwa, karena efek pendapatan lebih besar
daripada efek substitusi sehingga si A memutuskan untuk mengurangi
jam kerja dan menambah leisure untuk dengan asumsi si A sudah
merasa cukup dengan pendapatannya dan sudah tidak mampu
bekerja 14 jam perhari, maka si A justru mengurangi jam kerja dari h1
ke h2 atau h1 ke h’2 dimana asumsinya U2 dan U’2 memiliki tingkat
kepuasan yang sama sehingga ia mengurangi jam kerja menjadi 10
jam kerja dan menambah leisure menjadi 14 jam dalam sehari.

Anda mungkin juga menyukai