Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat menjadi meningkat. Dari satu periode ke periode lainnya
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan semakin meningkat.
Hal ini disebabkan karena faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam
jumlah dan kualitasnya. Investasi menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi
berkembang dan juga tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat perkembangan
penduduk.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hal yang sangat diinginkan semua negara
maupun daerah. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi yang dapat
bernilai positif dan bahkan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode
perekonomian mengalami pertumbuhan yang positif, maka kegiatan ekonomi pada periode
tersebut mengalami peningkatan, tetapi jika pada suatu periode perekonomian mengalami
pertumbuhan yang negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami
penurunan.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui GDP (Gross Domestic
Product) dapat juga dijadikan indikator atas laju perekonomian nasional yang dalam hal ini
menyangkut efektifitas dari tingkat investasi dalam maupun luar negeri.

B. RUMUSAN MASALAH
2

Berdasarkan latar belakang di atas akan dibahas apa saja yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut .

C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
- Mengetahui teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi
- Mengetahui bagaimana cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi
- Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Indonesia













3

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERTUMBUHAN EKONOMI
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas
perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran
balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi juga akan meningkat.
Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada
perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan
menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar
(total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang
dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan
ekonomi, kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit berbeda. Kedua-duanya memang
menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Tetapi biasanya, istilah ini
digunakan dalam konteks yang berbeda. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu
ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan sesuatu negara, yang
diukur melalui persentasi pertambahan pendapatan nasional riil. Istilah pembangunan
ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara
berkembang. Dengan perkataan lain, dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi,
4

ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil,
tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak
sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
masalah perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2006:423)

B. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI
Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain: (Sadono Sukirno,
2006:243-270).
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill.
Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah
penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang
digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta
teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara
pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.
Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan
kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka
hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu
produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada keadaan
pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.
Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah
penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus
meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan
penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar
5

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy F. Harrod
(1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan
proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya
dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini
melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis),
sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori
Harrod-Domar didasarkan pada asumsi :
a) Perkonomian bersifat tertutup.
b) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.
c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).
d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat mencapai
pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di
sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai kapasitas penuh, tabungan
memiliki proposional yang ideal dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal
dengan produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y
= C + I).
Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan
menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan
produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat
keseimbangan sebagai berikut :
g = K = n
Dimana :
g = Growth (tingkat pertumbuhan output) K = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n =
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja
6

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur
tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu
merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan
permintaan barang.
3. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan
T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk,
akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.
Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan
teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi
yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan
demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan
kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal
ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri
atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi modal,
bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat
dari peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga produktivitas capital meningkat.
Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.
Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu
diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian
bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi model klasik, kebijakan yang perlu
ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan, termasuk perpindahan orang,
barang, dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan
perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasarana
perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik.
Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu
7

pertumbuhan yang mantap (steady growth ), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi
dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.
4. Teori Schumpeter
Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan
mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha
(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani
mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada.
Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan
untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.
Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi
tersebut, maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi.
Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan tersebut
selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk menghasilkan lebih
banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.
Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu
perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin
berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi
kebutuhannya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat jalannya
dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary state). Namun
keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan pandangan klasik.
Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat
pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan klasik, keadaan tidak
berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada kondisi tingkat pendapatan
masyarakat sangat rendah.
5. Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang
bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian
dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:
8

a) Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-
fungsi produksi yang terbatas.
Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern
Terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai
b) Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off)
Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada
dalam proses transisi.
Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi
baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.
c) Periode Lepas Landas (The take off)
Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak penghalang-
penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas
Tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat
Investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari
jumlah pendapatan nasional.
Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada
mengalami ekspansi dengan cepat.
d) Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity)
Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian tumbuh secaa
teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan teknologi modern.
Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 % dari pendapatan
nasional dan investasi ini berlangsung secara cepat.
Output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk
Barang-barang yang dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri.
Tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan
industri pad masa take off dengan penerapan teknologi modern
e) Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
Sektor-sektor industri emrupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak
ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.
9

Pendapatn riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat
mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar,
sandang, dan pangan.
Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi.
Pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI
Secara umum, faktorfaktor utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah
(Todaro,2000: 158) :
1) Sumber daya alam

Merupakan faktor input yang akan diubah menjadi output. Sumber daya alam yang
beraneka ragam menjadikan kekayaan akan bahan baku untuk dija dikan beraneka jenis
produk tanpa harus mengimpor dari negara lain.
2) Akumulasi modal
Akumulasi modal diperoleh dari tabungan dan investasi yang disisihkan dari bagian
pendapatan waktu sekarang untuk dapat memperbesar produksi dan pendapatan di waktu
yang akan datang. Peralatan dan bahan baku yang baru akan meningkatkan persediaan
modal fisik suatu bangsa dan akan memungkinkan bagi tercapainya tingkat produksi yang
lebih tinggi. Investasi produksi langsung demikian itu ditunjang oleh apa yang disebut
dengan infrastruktur sosial ekonomi yang akan memudahkan dan memadukan kegiatan-
kegiatan ekonomi.
Demikian pula investasi dalam sumber daya manusia yang akan dapat
meningkatkan kualitasnya dan dengan demikian akan memiliki pengaruh yang sangat kuat
dan bahkan lebih besar dibandingkan dengan jumlah manusia yang terus bertambah.
Pendidikan formal, pemanduan bakat dan program-program pelatihan sambil bekerja serta
10

berbagai jenis pendidikan diluar sekolah (informal) lainnya dapat secara efektif
meningkatkan ketrampilan dan kualitas sumber daya manusia.
3) Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
Pertumbuhan penduduk yang juga akan mengakibatkan pertumbuhan angkatan
kerja, secara tradisional dianggap merupakan faktor positif dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Semakin besar angkatan kerja maka semakin banyak pula tenaga
kerja yang produktif, serta jumlah penduduk yang lebih besar dapat meningkatkan luasnya
pasar dalam negeri. Namun jelaslah bahwa hal ini akan tergantung pada kemampuan
sistem ekonomi untuk menyerap dan mempekerjakan secara produktif tenaga kerja
tambahan tersebut.
4) Kemajuan teknologi
Komponen fundamental ketiga yang bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi terpenting, yakni kemajuan teknologi. Dalam bentuknya yang
paling sederhana, kemajuan teknologi dapat disebut sebagai cara baru dan cara yang lebih
baik untuk melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional.
Terdapat tiga klasifikasi pokok kemajuan teknologi :
Kemajuan teknologi yang netral, dikaitkan dengan pencapaian tingkat produksi yang
lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor masukan yang sama.
Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja atau hemat modal, yaitu tingkat produksi
yang lebih tinggi yang akan dapat dicapai dengan jumlah masukan tenaga kerja
(modal) yang sama.
Kemajuan teknologi berupa peningkatan modal atau tenaga kerja, kemajuan teknologi
meningkatkan tenaga kerja terjadi apabila kualitas dan ketrampilan tenaga kerja
ditingkatkan.

D. CIRI-CIRI PERTUMBUHAN EKONOMI
Ciri-ciri pertumbuhan ekonomi antara lain:
11

1) Peningkatan Gross Domestic Product (GDP) dan Gross National Product (GNP) dari
tahun ke tahun (jangka pendek)
2) Kenaikan jumlah barang dan jasa
3) Ditemukannya sumber-sumber produktif yang dapat didayagunakan.


















12

BAB III
KESIMPULAN

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.
Beberapa teori yang menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi yaitu teori pertumbuhan
klasik, Harrod-Domar, neo-klasik, Schumpeter, dan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya yaitu sumber daya
alam, akomodasi modal, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja dan kemajuan
teknologi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Gross
Domestic and National Product (GDP dan GNP) dari tahun ke tahun, kenaikan jumlah
barang dan jasa, juga ditemukannya sumber-sumber produktif yang dapat didayagunakan.











13

CONTOH KASUS
UPAYA MEMPERTAHANKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
INDONESIA

Kamis, 29 Januari 2009

Ditengah krisis global yang melanda dunia, Indonesia menunjukkan prestasi yang cemerlang.
Kecemerlangan tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2008 sebesar 6,2
persen, hanya mengalami penurunan 0,1 persen dibanding tahun 2007. Padahal Negara-negara lain
mengalami perlambatan perekonomian yang cukup signifikan. Misalnya negara Amerika yang pada
tahun 2007 pertumbuhan ekonominya sebesar 2,5 persen mengalami perlambatan hingga menjadi 0,7
persen pada tahun 2008 triwulan III. Hal yang sama terjadi juga pada Jepang yang pada triwulan III
2008, pertumbuhan ekonominya justru -0,1 persen padahal pada 2008 pertumbuhan ekonomi Jepang
sebesar 2 persen. Singapura bahkan mengalami perlambatan yang sangat signifikan, yakni dari 5,4
persen pada 2007 menjadi -0,6 persen pada 2008 triwulan III. Hal ini dapat dimengerti karena dari
negara-negara maju itulah krisis global terjadi. AS merupakan negara yang mengawali terjadinya krisis
melalui kredit macet perumahan.

Resesi global berpotensi makin memburuk pada tahun 2009 ini. Resiko inflasi akibat melonjaknya
harga komoditi pangan dunia sempat mengancam. Namun kini ancaman tersebut berubah menjadi
ancaman deflasi. Pada Januari 2009 Indonesia pun mengalami deflasi sebesar 0,04 persen. Ancaman
deflasi ini tak bisa di anggap remeh karena cukup berbahaya dan dapat mengakibatkan perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.

Indonesia salah satu negara yang diduga rentan terhadap dampak krisis dikarenakan hutang jangka
pendek yang melebihi cadangan devisanya. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena bisa memicu
pelarian modal dalam negeri sehingga akan berakibat terjadinya krisis likuiditas. Apalagi belum
adanya blankat guarantee yang menjamin seluruh pinjaman di dalam negeri. Sampai saat ini Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) hanya menjamin sebesar Rp 2 milyar per nasabah per bank. Sementara
negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia memberikan jaminan seluruh tabungan
nasabah di bank. Dengan demikian rentan sekali terjadi pelarian modal ke negara tetangga meskipun
yang terjadi hanyalah goncangan minim dalam sektor perbankan.

Pemerintah Indonesia telah menyiapkan beberapa langkah taktis untuk menghindari terjadinya
penurunan pertumbuhan ekonomi yang terlalu tajam. Beberapa langkah tersebut adalah dengan
memperkuat sektor finansial dan melalui kebijakan fiskal. Adapun memperkuat sektor finansial dilakukan
melalui perubahan mengenai perluasan jenis aset bank yang dapat dijadikan agunan untuk
mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dari BI. Pemerintah juga mengeluarkan
Perpu tentang Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) yang berfungsi sebagai pencegahan dan
penanganan krisis, yakni dalam hal krisis likuiditas, mengalami solvabilitas atau kegagalan pelunasan.


Sementara itu, langkah kebijakan fiskal yang ditempuh adalah dengan melanjutkan konsolidasi fiskal;
ekspansi anggaran untuk infrastruktur, pendidikan dan kemiskinan; tax stimulus melalui penerapan UU
14

Pajak Penghasilan, fasilitas PPh, PPN DTP dan BM DTP; serta subsidi terarah untuk pertanian (pupuk,
benih) dan energi (BBM, LPG, listrik).

Stimulus-stimulus fiskal tersebut diharapkan dapat mendorong sektor konsumsi sehingga pertumbuhan
ekonomi dapat dipertahankan. Secara teoritis, stimulus fiskal tersebut dapat bekerja dalam jangka
pendek, sehingga efeknya akan segera terlihat. Dengan demikian pemerintah tetap optimis mematok
pertumbuhan ekonomi di 2009 sebesar 6 persen pada APBN 2009. Optimisme tersebut didukung
dengan perbaikan di beberapa bidang, yakni utang sektor publik yang terus menurun sejak tahun 2000.
Termasuk di dalamnya pemberantasan korupsi sehingga iklim investasi makin kondusif, perbaikan
infrastruktur, dan pembenahan birokrasi. Langkah ini setidaknya membuat Indonesia bisa melesat pada
posisi lebih baik ketika kepercayaan pasar telah kembali.

( Ibnu Purna / Hamidi / Prima )















15





DAFTAR PUSTAKA

http://almasdi.unri.ac.id/bahan_ajar/Ekonomi_Pembangunan/Pertemuan_3_pertumbuhan
%20ekonomi.pdf Diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.21
http://mukhyi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19126/TEORI+PERTUMBUHAN+E
KONOMI.pdf Diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.25
http://tatieidho.wordpress.com/2009/11/30/pembangunan-ekonomi-dan-pertumbuhan-
ekonomi/ Diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.38
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi#Faktor-
Faktor_Pertumbuhan_Ekonomi Diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.41
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/faktor-yang-mempengaruhi-
pertumbuhan.html Diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 19.46

Anda mungkin juga menyukai