Anda di halaman 1dari 16

KONSEP MERKANTILISME DAN PENDAPAT PARA AHLI MERKANTILIS

A. Konsep Umum Merkantilisme


Banyak pendapat yang sudah dicetuskan para tokoh sejak jaman kuno. Pada jaman tersebut
ekonomi masih terikat dengan kuatnya prinsip-prinsip moral dan etika yang bersumber pada
agama. Keterikatan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan konsep ekonomi pada jaman
pertengahan dan pada abad pertengahan.
Munculnya paham merkantilisme oleh para kaum aliran merkantilis pada dasarnya
menitikberatkan kepada bidang ekonomi seperti masalah-masalah keduniawian. Oleh karena
pemahaman merkantilisme yang terbatas pada masalah keduniawian, sehingga banyak
bermunculan pendapat-pendapat yang muncul hanya saja memikirkan aspek ekonomis, bukan
pada etika dan moral semata. Dengan kata lain merkantilis merupakan perintis kearah pemikiran
ekonomi yang hanya memandang berdasarkan masalah-masalah ekonomi yang bersifat
keduniawian.
Berbagai konsep yang dikemukakan oleh kaum merkantilis hanya diperoleh dari semua
Negara barat yang perekonomian pada saat itu sedang berkembang (Teguh Sihono, 2008). Negara-
negara tersebut adalah inggris dan perancis. Sehingga konsep-konsep ekonomi dalam Negara
tersebut mampu memberikan warna terhadap ajaran kaum merkantilisme.
Sebenarnya hingga saat ini belum ada kesepakatan apakah merkantilisme dapat disebut
sebagai aliran/madzab ekonomi. Sebagian mengganggap bahwa merkantilisme adalah suatu
kebijakan ekonomi dalam bidang perdagangan yang terjadi pada jaman perintis, yakni pada
tahun 1500-1750, dan bukan merupakan sebuah madzab ekonomi.
Merkantilisme merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata merchant yang berarti pedagang.
Menurut paham merkantilisme ini, tiap Negara jika ingin maju harus melakukan kegiatan ekonomi
berupa perdagangan, perdagangan tersebut harus dilakukan dengan Negara lain. Sumber kekayaan
Negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar negeri yang diterima dalam bentuk emas
atau perak, sehingga kebijaksanaan pada waktu itu adalah merangsang ekspor dan membatasi
aktifitas impor. Negara-negara yang menganut paham merkantilisme pada waktu itu antara lain,
Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda.
Paham merkantilisme yang dianut oleh beberapa Negara tersebut pada abad ke XVI pada
dasarnya terjadi berdasarkan perdagangan antara Negara-negara eropa hingga akhirnya sampailah
ke perdagangan jalur Hindia-Belanda (Indonesia pada waktu itu).
Pada jaman merkantilisme, bukan hanya bidang perekonomian dan perdagangan saja yang
mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi kemajuan literature juga sangat pesat.
Kemajuan dalm tulisan-tulisan ekonomi maju baik dari segi kuantitas dan kualitas. Pada jaman
tersebut masing-masing orang menjadi penulis bagi dirinya sendiri. Sehingga banyak sekali
bermunculan pendapat-pendapat yang didasarkan dari diri si penulis. Karena banyaknya tulisan-
tulisan tersebut, sulit sekali untuk di generalisasikan menjadi pengertian yang bersifat pokok dan
umum. Penyebabnya adalah banyak diantara penulis tersebut yang bukan berasal dari latar
belakang pendidikan di universitas yang berdasarkan oleh penelitian ilmiah, akan tetapi tulisan
tersebut berdasarkan persoalan-persoalan ekonomi yang riil terjadi hubungannya dengan bisnis
mereka. Tulisan mereka masih berserakan , untuk itulah Adam Smith menggunakan tulisan
tersebut sebagai sumber penulisan bukunya yang berjudul The Wealth of Nations (Launderth,
1976).
Kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam masa merkantilisme sangat mengabaikan sector
pertanian, sehingga menimbulkan berbagai macam kritik. Lahirnya berbagai kritik ini merupakan
pertanda awal lahirnya faham baru, yakni aliran fisiokrat. Tiga pokok pemikiran aliran
merkantilsme adalah neraca perdagangan dan mekanisme arus logam mulia, proteksi dan teori
kuantitas uang. Ketiga pokok pemikiran tersebut terpusat pada suatu doktrin merkantilisme, yakni
neraca perdagangan yang menguntungkan.
Dalam konsep merkantilisme, hasil devisa suatu Negara ditentukan oleh beberapa factor, yakni
ekspor barang, ekspor jasa, ekspor logam mulia, dan impor modal.
Factor pendorong munculnya aliran merkantilis adalah semakin meningkatnya peranan
kegiatan perekonomian perorangan yang telah berorientasi pada keperluan pasar. Keadaan seperti
ini adalah awal dari munculnya revolusi industry yang terjadi di Inggris (Launderth, 1976).
Merkantilisme disebut juga sebagai kaum perintis. Karena berdasarkan pemikiran merkantilis lah
yang membawa suatu pemikiran kearah pemikir ekonomi yang mendasarkan suatu ilmu hingga
akhirnya muncul aliran klasik.
B. Pendapat Tokoh-Tokoh Merkantilisme
Pada abad ke-16, banyak sekali tokoh-tokoh merkantilis. Sehingga di dalam makalah ini
tidak dapat diuraikan satu persatu. Tokoh-tokoh merkantilisme dapat dibedakan menjadi dua
golongan yakni golongan tua dan muda. Tokoh pertama yakni tokoh merkantilisme tua memiliki
pandangan tidak sama dengan tokoh-tokoh dijaman kuno. Tokoh-tokoh yang termasuk pada kaum
ini adalah, Frenchman J. Bodin, John Hales, Milles, Gerard de Malynes, dan Misselden. Kaum ini
mendukung adanya pernyataan bahwa Negara dikatakan berhasil jika Negara dapat memasukkan
emas sebanyak-banyaknya kedalam negeri, sehingga Negara akan menjadi makmur dan kaya.
Kemakmuran Negara dalam pemikiran kaum ini menitik beratkan kepada kepemilikan
emas. Karena pada kaum ini beranggapan bahwa emas memiliki kekuatan untuk menentukan
kekayaan suatu Negara.
Kaum Merkantilis tua juga disebut sebagai kaum Bullion. Dalam konsep yang debrikan
kaum bullion ini menganggap bahwa dalam mencapai kekayaan Negara, Negara harus banyak
mengekspor produk yang dibuat dalam negeri kepada Negara-negara lainnya untuk selanjutnya
dapat memasukkan emas sebanyak-banyaknya ke dalam negerinya sendiri, emas tersebut harus
diimpor dalam jumlah yang banyak. Jelaslah, dengan konsep yang diberikan kaum tua seperti ini
sangat lah tidak benar dan mereka terkesan belum mengetahui hakekat dari perdagangan luar
negeri itu sendiri yang pada dasarnya merupakan sector tumpuan pada Negara dengan paham
merkantilisme.
Golongan muda yang juga disebut sebagai kaum merkantilisme muda merupakan kaum
yang berada di luar tokoh merkantilisme tua. Golongan ini di prakarsai oleh beberapa tokoh-tokoh
penting seperti, Thomas mun, Sir William Petty, Sir Dudley North, Richard Contillon, David
Hume, dan John Locke.
Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa tokoh merkantilisme yang berasal dari
golongan tua maupun golongan muda.
1. Jean Bodin (1530-1596)

Jean Bodin adalah seorang ilmuwan berbangsa Perancis, yang dapat dikatakan sebagai orang
pertama yang secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Menurutnya,
bertambahnya uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya
harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga-harga barang juga dapat disebabkan oleh praktik
monopoli dan pola hidup mewah dari kaum bangsawan dan raja. Dalam praktik tersebut, biasanya
rakyat menjadi korban, sehingga sangat dikecam pada saat itu.
Dalam bukunya yang berjudul Reponse Aux Paradoxes de Malestroit (1568), dikemukakan oleh
bodin, naiknya harga-harga barang secara umum disebabkan oleh 5 faktor, yakni :

1. Bertambahnya logam mulia seperti perak dan emas.

2. Praktek momopoli yang dilakukan oleh dunia swasta paupun peran Negara.

3. Jumlah barang di dalam negeri menjadi langka oleh karena sebagian hasil produksi di ekspor.

4. Pola hidup mewah kalangan bangsawan dan raja-raja.

5. Menurunnya nilai mata uang logam karena isi karat yang terkandung di dalamnya dikurangi atau
dipermainkan.

Bodin Sependapat dengan Machiavelli bahwa Negara mempunyai kekuasaan yang mutlak
terhadap warga Negara, karena Negara berada di atas hokum. Sebenarnya teori yang dikemukakan
oleh bodin ini agak berlebihan, akan tetapi teori ini mencerminkan kebutuhan Negara-negara
nasional yang sedang tumbuh akan kekuasaan untuk menjaga kestabilan ekonomi dan menciptakan
kemakmuran bagi setiap rakyatnya.

Menanggapi perilaku mewah-mewahan yang dilakukn oleh para kaum bangsawan, Jean Bodin
menekankan apabila jumlah cadangan yang berupa perediaan emas tersebut lebih baik disimpan
terlebih dahulu, dan pengeluaran dilakukan secara hemat dan berhati-hati yang akan berujung pada
terkendalinya inflasi. \

Teori Jean Bodin tentang nilai uang dinilai sangat maju, maka dari itu dalam selang waktu
sekitar setangah abad, Irving Fisher menggunakannya sebagai dasar teorinya yakni teori kuantitas
uang.

2. Thomas Mun (1571-1641)

Thomas Mun adalah seorang saudagar kaya yang berasal dari Inggris. Dia banyak menulis
tentang perdagangan luar negeri. Buku yang ditulisnya dan sempat menjadi karya yang terkenal
berjudul England’s Treasure by Foreign Trade adalah salah satu sumbangan besar terhadap teori
perdagangan luar negeri. Thomas Mun mengecam kaum bullion yang melarang mengalirnya emas
keluar negeri.
Menurut Mun, untuk meningkatkan kekayaan Negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat
perdagangan. Dia berpedoman bahwa nilai ekspor keluar negeri harus lebih besar dibandingkan
dengan yang di impor oleh Negara itu. Menurutnya pula, perdagangan masih tetap akan
menguntungkan sekalipun tidak memiliki emas dan perak, dengan cara melakukan transaksi
pembayaran lewat bank. Yang digunakan sebagai jaminan kredit adalah komoditi yang sedang
diperjual-belikan itu.

Suatu Negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan harga-harga,
dan meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para pengusaha, namum kenaikan
tersebut secara umum langsung merugikan dan mengurangi volume perdagangan, karena harga
yang tinggi akan mengurangi konsumsi dan permintaan.
Untuk mendorong surplus ada tiga langkah yang harus dijalankan :

1. Dengan Kebijakan Harga


Barang yang di ekspor haruslah dijual dengan harga terbaik yaitu harga yang menghasilkan
pendapatan dan kekayaan yang paling banyak. Ketika negara memiliki monopoli atau mendekati
monopoli di dunia perdagangan maka barang-barangnya harus dijual dengan harga tinggi, tetapi
ketika persaingan luar negeri sangat ketat harga barang harus ditekan serendah mungkin. Hal ini
akan menghasilkan lebih banyak penjualan bagi negara dan membantu mengalahkan pesaing.
Ketika pesaing asing lenyap, harga ditingkatkan kembali tetapi tidak sampai pada tingkat dimana
pesaing tertarik untuk kembali ke dalam pasar.

2. Meningkatkan Kualitas Produk


Pemerintah dapat membantu meningkatkan kualitas produk dengan cara mengatur para pengusaha
pabrik dan membentuk dewan perdagangan yang akan memberikan nasehat kepada pemerintah
dalam persoalan-persoalanyang berkaitan dengan peraturan perdagangan dan kegiatan industri.
Peraturan-peraturan ini harus tegas agar negara dapat memproduksi barang dengan kualitas yang
tinggi.

3. Kebijakan Pajak Nasional


Dalam hal kebijakan pajak, pemerintah harus dapat menyeimbangkan kepentingan nasional dan
swasta. Bea ekspor harus lebih kecil karena bea ini akan dimasukkan dalam biaya penjualan di
luar negeri. Bea impor harus rendah untuk barang-barang yang kemudian akan di ekspor kembali
dan harus tinggi untuk barang-barang yang cenderung dikonsumsi oleh warga sendiri.

3. Jean Baptis Colbert (1619-1683)


J. B. Colber adalah seorang pejabat Negara Perancis dengan kedudukan sebagai Menteri
Utama di Bidang Ekonomi dan keuangan dalam pemerintahan Louis XIV. Tujuan yang dibuat
olehnya lebih mengarah pada kekuasaan dan kejayaan Negara daripada untuk meningkatkan
kekayaan orang-perorang.
Ia mendorong usaha dalam sector kerajinan dan perdagangan dengan menekankan pengenaan
pabea impor, dengan tujuan memberikan subsidi kepada kapal-kapal pengangkut Perancis,
memperluas daerah jajahan Perancis, memperbaiki sisitem transportasi dalam negeri. Untuk
mendukung kebijakan tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang banyak dan murah, maka tenaga kerja
Perancis dilarang keluar negeri, sedangkan imigran dari luar negeri di dorong masuk ke dalam
Negara.

J. B. Colbert menjamin hak monopoli yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan guna


mendorong timbulnya perusahaan baru khususnya untuk perdagangan antar Negara. Ia melakukan
rangsangan terhadap penemuan-penemuan baru serta membangun industry-industri percontohan.
Ia juga mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dengan mendirikan akademi-akademi,
perpustakaan, dan memberikan subsidi ke setiap sector ekonomi.

Dalam praktik ekonomi, banyak terjadi aliansi antara para saudagar dengan penguasa. Kaum
saudagar disini memperkuat dan mendukung kedudukan dari penguasa. Penguasa pun member
bantuan dan perlindungan berupa monopoli, proteksi, dan keistimewaan-keistimewaan lainnya.
Pada abad tersebut, eropa dianggap sebagai kapitalisme komersial, yang kadangkala disbut sbeagai
kapitalisme saudagar karena kaum saudagarlah yang memegang kendali perekonomian.
4. Sir William Petty (1623-1687)
Sebagai ahli akademisi yang mengajar di Oxford Universty, Sir William banyak menuliskan
tentang buku ekonomi politik. Selain itu, Petty juga dikenal sebagai inonator, ahli bahasa, dokter,
ahli usik, pelaut, dan wakil direktur di suatu akademi.

Dalam karyanya yang berjudul A treatise of Taxes and Contributions (1662), yang berisi tentang
teori yang menyatakan bahwa bukanlah jumlah hari kerja yang menentukan nilai suati barang,
melainkan biaya yang diperlukan agar para pekerja tersebut dapat tetap bekerja.
Untuk memahami gagasan surplus ini bayangkan ekonomi pertanian primitif yang hanya menanam
jagung. Pada saat itu jagung merupakan input proses produksi dan sekaligus output. Sebagai input
jagung jagung dipakai sebagai benih dan dimakan oleh pekerja. Pada akhir tahun jagung akan
dipanen dan digunakan sebagai bahan pangan dan bibit untuk tahun depan.

Petty mendefinisikan surplus sebagai selisih antara total output dari jagung (saat panen tahunan)
dan input dari jagung yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Menurut Petty pemilik
tanah akan cenderung menerima pembayaran sewa yang sebanding dengan surplus surplus yang
dihasilkan oleh lahan mereka. (surplus = total output–input)
Tak seorangpun akan menyewakan lahan dengan biaya sewa melebihi surplus yang dihasilakan
lahan tersebut karena penyewa akan kehilangan uang/pendapatan.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik

1. Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab
pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari
suatu metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas,
dengan perkataan lain secara normatif.
2. Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini
menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan
dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara
otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.
3. Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga
merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan
pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme
permintaan dan penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi
dalam susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan
perusahaan orang-perorangan.
4. Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran
pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan
alamiah, mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang
menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik
pada prinsip laissez faire.

5. Sir Dudley North (1641-1691)

North adalah salah satu tokoh yang mendukung adanya perdagangan bebas
tanpa adanya campur tangan dan intervensi dari pemerintah melalui perundang-
undangan dan segala peraturannya. Ia juga menekankan bahwa pemerintah
tidak perlu lagi mencegah larinya emas keluar negeri selama emas tersebut
digunakan sebagai keperluan perdagangan.

Dalam pernyataanya, fungsi uang dalam perekonomian suatu Negara adalah


sebagai alat untuk memajukan perdagangan dan bukan untuk symbol kekayaan
Negara. Negara akan jatuh miskin apabila uangnya digunakan untuk
peperangan dan kepentingan pembayaran untuk Negara lain. Menurutnya,
bunga uang yang rendah akan mendorong perdagangan dan kemudian akan
memperkaya Negara.

6. David Hume (1711-1776)

Dalam teorinya, hume sangat memperhatikan factor keadilan, dan


beranggapan bahwa ketidekadilan akan memperlemah suatu Negara. Setiap
warga Negara harus menikmati hasil kerjanya sesuai dengan kesempatan yang
diperolehnya.

Jika tidak terjadi keadilan, maka kekayaan yang dimiliki oleh kaum kaya
akan di distribusikan lagi bagi kaum miskin. Dengan cara itu, maka dapat
terlaksanakan keadilan yang diinginkan oleh Hume tersebut.

Berikut ini adalah teori Hume yang terkenal :

“Price Specie-flow Mechanism”, David Hume presented areasonably complete


description of the interrelationship between a country’s balance of trade, the
quantity of money, and the general level of prices. In international trade theory
this has becaome known as the price specie-flow mechanism.

Dalam teorinya ini, Hume membahas tentang hubungan antara neraca perdagangan
dengan jumlah uang dan tingkat harga barang-barang umum pada suatu Negara
(Teguh Sihono, 2008).

7. Adam Smith (1723-1790)

1. Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy
Skotlandia tahun 1723, guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh,
perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin diarahkan kepada
masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan Quesnay dan Turgot
dan Voltaire.
2. Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik. Karya besar
yang disebut di atas lazim dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang
pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem ekonomi yang mengoperasionalkan
dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh invisible hand, pemerintah
bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana dan
prasarana kelembagaan umum.
3. Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun
semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan
nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta
dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar dalam jangka panjang harga
pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan dengan teori tersebut timbul
konsep paradoks tentang nilai.
4. Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan modal.
Dengan demikian, timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk
pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah
akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan asumsi berlaku dana
upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan
tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer.
Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha
meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan spesialisasi.
Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini
meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.

Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik: J.B. Say, Malthus dan David Ricardo

5. Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal
dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say
memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih sistematis serta logis.
Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan
dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap
penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam
perekonomian bebas atau liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over
production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga pengangguran total tidak akan
terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya
sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
6. Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum
Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834.
Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang teologi yang kemudian memusatkan
perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam perkembangan masyarakat.
Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia
menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus
diangkat menjadi Profesor of History and Political Economy di East India College.
Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka
analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk
dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori
Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol
menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan
makanan bertambah secara deret hitung.
7. Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar
Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode
pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David Ricardo telah mengembangkan
pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga lebih sistematis.
Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang
dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut
pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat
kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai
pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa
tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan
internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat

8. Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis,


tokoh pemikir yang paling terkenal pada mazhab ini adalah Francois Quesnay.
Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah
hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran ekonomi.
9. Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel
ekonomi yang terdiri dari classe productive dari kaum petani, classe des
froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile atau classe stipendile yang
meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah kaum
pekerja.
10. Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan ilmu
ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu tentang teori
nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga yaitu harga dasar barang-barang, harga
penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori uang yang
dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya pengenaan
pajak untuk kepentingan ekonomi.
11. Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai dua
sumbangan utama terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan
teori fruktifikasi. Teori uang sebagai tabir yang mempersulit pengamatan fenomena
ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan gagasan ke arah menemukan
dasar satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi barter dengan
nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.

C. Pokok-Pokok Ajaran Merkantilisme

Berikut ini adalah 7 ajaran pokok dari merkantilisme dalam buku perkembangan
pemikiran ekonomi oleh Teguh Sihono, 2008. Tujuh hal pokok dalam ajaran merkantilisme
yakni :
1. Logam Mulia berupa Emas dan Perak adalah jenis kekayaan yang sangat
diinginkan. Beberapa kaum merkantilis mempercayai bahwa logam mulia
adalah satu-satunya kekayaan yang berharga untuk dicari.

2. Merkantilisme mengajarkan tentang nasionalisme. Tidak semua Negara


menikmati surplus dari ekspor besar dan mengumpulkan kekayaan dari
pembayaran yang dilakukan dengan negeri tetangga. Hanya kekuatan orang
yang dapat mempertahankan koloninya dan mendominasi lalulintas
perdagangannya, akan sanggup bersaing dengan Negara-negara lain dan sukses
dalam persaingan ekononomi.

3. Menganjurkan impor bahan mentah tanpa pajak bilamana barang itu dapat
diproduksikan didalam negeri dan pengeluaran barang-barang mentah.

4. Pedagang-pedagang kapitalis percaya bahwa penguasaan atau dominasi serta


monopoli di daerah colonial adalah untuk keuntungan Negara penjajah. Mereka
juga berusaha agar Negara jajahan tergantung pada Negara jajahan.

5. Merkantilis memperbolehkan adanya monopoli dan perdagangan bebas disini


dalam hal perpajakan saja, yang tidak sama dengan prinsip perdagangan bebas,
sehingga tidak semua orang bebas menggunakan modalnya dengan hak-hak
utama/ free trade.

6. Menghendaki pemerintah sentral yang kuat untuk dapat melaksanakan


peraturan-peraturan di dalam bidang perdagangan dan perusahaan. Pemerintah
mengijinkan hal-hal untuk mengadakan monopoli guna melakukan
perdagangan luar negeri.

Meskipun mengutaakan kekayaan bangsa, akan tetapi merkantilis tidak mendorong untuk
kekayaan sebagian besar penduduk. Dalam kenyataanya kaum merkantilis senang akan
masyarakat atau penduduk yang bekerja giat, yang mampu menyediakan tenaga kerja
murah dan tentara serta kelasi yang siap untuk bertempur demi kejayaan bangsa serta
memperkaya pemimpin-pemimpin mereka.
Merkantilisme (I)

Paham Merkantilisme berkembang di negara-negara Barat dari abad ke-16 sampai abad ke-18.
Paham ini dipelopori oleh beberapa tokoh, seperti Thomas Mun Sir James Stuart dari Inggris, Jean
Baptiste Colbert dari Prancis, dan Antonio Serra dari Italia. Secara umum, Merkantilisme dapat
diartikan sebagai suatu kebijaksanaan politik ekonomi dari negara-negara imperialis yang
bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan berupa logam mulia. Logam mulia
ini dijadikan sebagai ukuran terhadap kekayaan, kesejahteraan, dan kekuasaan bagi negara yang
bersangkutan. Dengan kata lain, semakin banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara
imperialis maka semakin kaya dan semakin berkuasalah negara tersebut. Mereka percaya bahwa
dengan kekayaan yang melimpah maka kesejahteraan akan meningkat dan kekuasaan pun semakin
mudah untuk didapatkan. Negara yang menerapkan sistem ekonomi merkantilis adalah Inggris
Raya.

Dari pengertian Merkantilisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
Merkantilisme yaitu:
a. Negara adalah satu-satunya penguasa ekonomi;
b. Mendapatkan logam mulia (emas) sebanyak-banyaknya menjadi tujuan utama.

Gerakan Merkantilisme berkembang serta berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan politik dan
ekonomi di negara-negara Barat, seperti negara Belanda, Inggris, Jerman, dan Prancis. Setiap
negara kolonialis saling berlomba untuk mendapatkan dan mengumpulkan kekayaan berupa logam
mulia untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan industri, ekspor maupun impor. Bahkan,
untuk mencapai tujuannya tidak jarang terjadi persaingan di antara negara-negara kolonialis
tersebut. Dengan ditemukannya jalur pelayaran dan perdagangan di Samudera Atlantik maka
hubungan luar negeri di antara negara-negara Barat semakin terbuka lebar. Melalui interaksi
perdagangan tersebut, setiap negara-negara Barat mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme pada dasarnya
telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis untuk memfokuskan
segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan yang banyak dan kekuasaan
yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi perkembangan industri perdagangan
dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-masing negara. Inggris misalnya, menjadikan
praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan tujuan untuk:
a. Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan besar dari
perdagangan luar negeri;
b. Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
c. Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai
daerah monopoli perdagangannya.
Pada perkembangan selanjutnya, nilai uang disamakan dengan emas, masing-masing negara
berusaha untuk mendapatkan emas. Oleh karena itu, paham Merkantilisme tidak hanya menjadikan
logam sebagai sumber kemakmuran, tetapi lebih dari itu memandang pula pentingnya usaha untuk
menukarkan barang-barang lainnya dengan emas batangan. Hal ini ditandai dengan semakin
banyaknya arus masuk emas ke pasaran Eropa. Selain itu, ditandai pula dengan semangat bangsa-
bangsa Barat untuk melakukan penjelajahan atau perdagangan dengan Dunia Timur yang kaya
akan sumber daya alam bagi pemenuhan pasar Eropa.

Sejak saat itu, tidak sedikit penjelajahan dan pelayaran bangsa-bangsa Eropa yang dibiayai oleh
raja atau negara. Setiap negara, seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol saling bersaing
untuk mendapatkan barang berharga tersebut. Negara-negara tersebut melakukan eksploitasi
besar-besaran terhadap setiap daerah yang ditemuinya. Banyak daerah yang menjadi sasaran
bangsa-bangsa Barat itu, seperti daerah yang ada di benua Amerika yang di dalamnya terdapat
Kerajaan Inca, Maya, dan Astec. Di daerah-daerah itu, bangsa Inggris, Prancis, Belanda, dan
Spanyol melakukan eksploitasi untuk mendapatkan emas sebanyak-banyaknya dalam rangka
mencapai tujuan gerakan Merkantilisme.

Politik Merkantilisme melahirkan terbentuknya persekutuan-persekutuan dagang masyarakat


Eropa, seperti EIC (kongsi perdagangan Inggris di India) dan VOC (kongsi perdagangan Belanda
di Indonesia). Inggris bangkit sejalan dengan aman penjelajahan samudera untuk mencari daerah-
daerah baru yang kemudian dijadikan sebagai koloni. Begitu juga dengan masyarakat Eropa
lainnya, seperti Prancis, Belanda, dan Spanyol. Oleh karena itu dalam perkembangan politik
ekonomi, Merkantilisme secara langsung atau tidak telah menimbulkan ekses lain, yakni perebutan
daerah koloni. Penjelajahan samudera atau pelayaran bangsa-bangsa Barat tersebut akhirnya
sampai di Kepulauan Nusantara yang kaya akan rempah-rempah, seperti lada, cengkih, pala, fuli
(bunga pala), dan lain-lain. Bagi bangsa-bangsa Eropa, rempah-rempah merupakan barang
komoditas yang sangat laku di pasaran Eropa. Oleh karena itu, mereka segera menukar bahan
komoditas tersebut dengan barang-barang kebutuhan rakyat Indonesia. Selanjutnya, untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi, mereka memonopoli perdagangan rempah-rempah
di Indonesia. Bahkan, tidak hanya dengan memonopoli perdagangan, mereka juga melakukan
pemerasan dan penguasaan daerah yang kemudian dikenal dengan penjajahan atau kolonialisme.
Merkantilisme (II)
Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara
hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan,
dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau
modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama
emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar
jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca
perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa
pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap
perekonomiannya, dengan mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import
(biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan
mekanisme seperti inilah yang dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.
Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada awal periode
modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara sudah mulai timbul).
Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu negara dalam mengatur
perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan
akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak
peperangan dikalangan negara Eropa dan era imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem
ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya
teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations,
ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri
terbesar di dunia.
Merkantilisme adalah suatu kebijaksanaan politik ekonomi dari suatu negara yang turut campur
dalam sistem perdagangan dengan tujuan untuk mengumpulkan kekayaan berupa emas dan perak
atau logam mulia sebanyak-banyaknya sebagai ukuran kekayaan,kesejahteraan dan kekuasaan
negara.
Penganut Merkantilisme
1. Spanyol
Oleh Spanyol daerah Amerika (terutama Amerika Tengah dan Amerika Selatan) menjadi sasaran
untuk memperoleh logam mulia sebanyak-banyaknya, sehingga Amerika mendapat julukan
Eldorado (negeri emas dan perak).
2. Portugis
Di Amerika, Portugis hanya memiliki daerah Brasilia di Amerika Selatan
3. Perancis
Peletak dasar merkantilisme di Perancis adalah Raja Louis ke XI. Masa kejayaan merkantilisme
di Perancis terjadi di bawah menteri keuangan Jean Colbert padan masa pemerintahan Raja
Louis XIV, sehingga merkantilisme di Perancis dikenal dengan sebutan Colbertisme dengan
tujuan utama memajukan industri. Isi peraturan Colbertisme adalah:
a. Menghapus daerah bea cukai dalam negeri sehingga peredaran barang menjadi lebih lancar
dan harganya lebih murah
b. Dilarang mengimpor barang yang dapat dihasilkan sendiri atau barang impor tersebut
dikenakan pajak yang tinggi.
c. Produksi dalam negeri yang diperlukan dilarang untuk di ekspor. Namun barang dari luar
negeri yang sangat diperlukan untuk mengembangkan ekonomi diberikan keringanan atau
dibebaskan dari pajak impor.
4. Inggris
Peletak dasar merkantilisme di Inggris adalah Raja Henry VII dengan jalan meningkatkan
industri topi dan meningkatkan perpajakan untuk memajukan pelayaran/perdagangan. Dari
politik merkantilisme muncul perserikatan dagang seperti "EAST INDIAN COMPANY" atau
EIC. EIC memperoleh hak istimewa yaitu hak monopoli dagang serta hak merampas negeri di
India, Kanada, dan Amerika Utara. Merkantilisme di Inggris mengalami masa kejayaan pada
masa perdana menteri Oliver Cromwell yang mengeluarkan "ACT OF NAVIGATION" yaitu
peraturan tentang pelayaran dengan tujuan melindungi perdagangan di Inggris dari negara-negara
saingannya.
Isi Act Of Navigation adalah :
a. Barang-barang dari daerah jajahan Inggris hanya boleh di angkut dengan kapal-kapal Inggris
b. Barang-barang dari negara Eropa hanya boleh di angkut dengan kapal dari Inggris.
c. Pelayaran di pantai Inggris hanya untuk kapal Inggris
5. Jerman
Merkantilisme di Jerman dilaksanakan pada masa pemerintahan Kaisar Frederick Wilhelm I dan
di sebut "KAMERALISME" yang artinya adalah "kas dari raja". Perekonomian digalakkan
dengan cara menarik pajak setinggi-tingginya.
6. Belanda
Merkantilisme lebih ditekankan pada monopoli daganga, misalnya:
Di Indonesia dengan nama "Verenigde Oost Indische Compagnie" atau VOC Merkantilisme
berkembang ketika ekonomi eropa berada dalam masa transisi. Pusat kekuasaan yang
sebelumnya dipegang oleh para bangsawan digantikan oleh negara nasional. Perubahan
teknologi dalam hal perkapalan dan pertumbuhan pusat-pusat urban mendorong meningkatnya
perdagangan internasional. Merkantilisme memusatkan perhatian pada bagaimana perdagangan
ini memberi keuntungan yang sebesar-besarnya bagi negara. Perubahan penting lainnya adalah
penemuan pencatatan ganda dan akuntansi modern. Accounting ini membuat aliran perdagangan
masuk dan keluar tercatat dengan jelas, memberi kontribusi pada pengawasan yang ketat
terhadap keseimbangan perdagangan. Tentu saja penemuan benua Amerika tak dapat diabaikan.
Pasar-pasar baru dan pertambangan-pertambangan baru mendorong perdagangan internasional
hingga ke tingkat yang tak dapat dibayangkan sebelumnya. Pertambangan-pertambangan ini ini
mendorong pergerakan harga dan peningkatan dalam volume aktivitas perdagangan itu sendiri.
Sebagian besar negara-negara eropa pada abad ke-16 sampai abad ke-18 menganut sistem
ekonomi merkantilisme ini, seperti Inggris yang pada saat itu merupakan negara industri terbesar
di dunia, Prancis, Belanda, dan negara-negara lainnya.

Merkantilisme menyulut terjadinya kekerasan di eropa antara abad ke-17 hingga abad ke-18.
Karena kekayaan dunia dipandang sebagai tetap, maka satu-satunya cara untuk meningkatkan
kekayaan negara adalah dengan mengambilnya dari negara lain. Sejumlah perang, yang paling
diingat adalah perang Anglo-Dutch dan perang Franco-Dutch , dapat dihubungkan secara
langsung dengan teori merkantilisme ini. Peperangan yang tak ada akhirnya dari periode ini juga
membuat merkantilisme dilihat sebagai komponen penting dari kesuksesan militer. Ia juga
menyulut era imperialisme, dimana negara berusaha mengumpulkan koloni yang dapat menjadi
sumber-sumber bahan mentah dan pasar-pasar eksklusif.
Selama masa merkantilis, kekuasaan eropa menyebar ke seluruh dunia. Sebagaimana ekonomi
domestik, ekspansi ini sering kali dilakukan di bawah perlindungan dan dukungan perusahaan
dengan monopoli yang dijamin pemerintah di beberapa bagian tertentu di dunia, seperti Dutch
East India Company atau Hudson’s Bay Company.

Anda mungkin juga menyukai