Jean Bodin adalah seorang ilmuwan berbangsa Perancis, yang dapat dikatakan sebagai orang
pertama yang secara sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Menurutnya,
bertambahnya uang yang diperoleh dari perdagangan luar negeri dapat menyebabkan naiknya
harga barang-barang. Selain itu, kenaikan harga-harga barang juga dapat disebabkan oleh praktik
monopoli dan pola hidup mewah dari kaum bangsawan dan raja. Dalam praktik tersebut, biasanya
rakyat menjadi korban, sehingga sangat dikecam pada saat itu.
Dalam bukunya yang berjudul Reponse Aux Paradoxes de Malestroit (1568), dikemukakan oleh
bodin, naiknya harga-harga barang secara umum disebabkan oleh 5 faktor, yakni :
2. Praktek momopoli yang dilakukan oleh dunia swasta paupun peran Negara.
3. Jumlah barang di dalam negeri menjadi langka oleh karena sebagian hasil produksi di ekspor.
5. Menurunnya nilai mata uang logam karena isi karat yang terkandung di dalamnya dikurangi atau
dipermainkan.
Bodin Sependapat dengan Machiavelli bahwa Negara mempunyai kekuasaan yang mutlak
terhadap warga Negara, karena Negara berada di atas hokum. Sebenarnya teori yang dikemukakan
oleh bodin ini agak berlebihan, akan tetapi teori ini mencerminkan kebutuhan Negara-negara
nasional yang sedang tumbuh akan kekuasaan untuk menjaga kestabilan ekonomi dan menciptakan
kemakmuran bagi setiap rakyatnya.
Menanggapi perilaku mewah-mewahan yang dilakukn oleh para kaum bangsawan, Jean Bodin
menekankan apabila jumlah cadangan yang berupa perediaan emas tersebut lebih baik disimpan
terlebih dahulu, dan pengeluaran dilakukan secara hemat dan berhati-hati yang akan berujung pada
terkendalinya inflasi. \
Teori Jean Bodin tentang nilai uang dinilai sangat maju, maka dari itu dalam selang waktu
sekitar setangah abad, Irving Fisher menggunakannya sebagai dasar teorinya yakni teori kuantitas
uang.
Thomas Mun adalah seorang saudagar kaya yang berasal dari Inggris. Dia banyak menulis
tentang perdagangan luar negeri. Buku yang ditulisnya dan sempat menjadi karya yang terkenal
berjudul England’s Treasure by Foreign Trade adalah salah satu sumbangan besar terhadap teori
perdagangan luar negeri. Thomas Mun mengecam kaum bullion yang melarang mengalirnya emas
keluar negeri.
Menurut Mun, untuk meningkatkan kekayaan Negara, cara yang biasa dilakukan adalah lewat
perdagangan. Dia berpedoman bahwa nilai ekspor keluar negeri harus lebih besar dibandingkan
dengan yang di impor oleh Negara itu. Menurutnya pula, perdagangan masih tetap akan
menguntungkan sekalipun tidak memiliki emas dan perak, dengan cara melakukan transaksi
pembayaran lewat bank. Yang digunakan sebagai jaminan kredit adalah komoditi yang sedang
diperjual-belikan itu.
Suatu Negara yang memiliki terlalu banyak uang justru tidak baik karena menaikkan harga-harga,
dan meskipun kenaikan tersebut akan meningkatkan pendapatan para pengusaha, namum kenaikan
tersebut secara umum langsung merugikan dan mengurangi volume perdagangan, karena harga
yang tinggi akan mengurangi konsumsi dan permintaan.
Untuk mendorong surplus ada tiga langkah yang harus dijalankan :
Dalam praktik ekonomi, banyak terjadi aliansi antara para saudagar dengan penguasa. Kaum
saudagar disini memperkuat dan mendukung kedudukan dari penguasa. Penguasa pun member
bantuan dan perlindungan berupa monopoli, proteksi, dan keistimewaan-keistimewaan lainnya.
Pada abad tersebut, eropa dianggap sebagai kapitalisme komersial, yang kadangkala disbut sbeagai
kapitalisme saudagar karena kaum saudagarlah yang memegang kendali perekonomian.
4. Sir William Petty (1623-1687)
Sebagai ahli akademisi yang mengajar di Oxford Universty, Sir William banyak menuliskan
tentang buku ekonomi politik. Selain itu, Petty juga dikenal sebagai inonator, ahli bahasa, dokter,
ahli usik, pelaut, dan wakil direktur di suatu akademi.
Dalam karyanya yang berjudul A treatise of Taxes and Contributions (1662), yang berisi tentang
teori yang menyatakan bahwa bukanlah jumlah hari kerja yang menentukan nilai suati barang,
melainkan biaya yang diperlukan agar para pekerja tersebut dapat tetap bekerja.
Untuk memahami gagasan surplus ini bayangkan ekonomi pertanian primitif yang hanya menanam
jagung. Pada saat itu jagung merupakan input proses produksi dan sekaligus output. Sebagai input
jagung jagung dipakai sebagai benih dan dimakan oleh pekerja. Pada akhir tahun jagung akan
dipanen dan digunakan sebagai bahan pangan dan bibit untuk tahun depan.
Petty mendefinisikan surplus sebagai selisih antara total output dari jagung (saat panen tahunan)
dan input dari jagung yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Menurut Petty pemilik
tanah akan cenderung menerima pembayaran sewa yang sebanding dengan surplus surplus yang
dihasilkan oleh lahan mereka. (surplus = total output–input)
Tak seorangpun akan menyewakan lahan dengan biaya sewa melebihi surplus yang dihasilakan
lahan tersebut karena penyewa akan kehilangan uang/pendapatan.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik
1. Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab
pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari
suatu metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas,
dengan perkataan lain secara normatif.
2. Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini
menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan
dengan keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara
otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.
3. Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga
merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan
pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme
permintaan dan penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi
dalam susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan
perusahaan orang-perorangan.
4. Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran
pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan
alamiah, mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang
menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik
pada prinsip laissez faire.
North adalah salah satu tokoh yang mendukung adanya perdagangan bebas
tanpa adanya campur tangan dan intervensi dari pemerintah melalui perundang-
undangan dan segala peraturannya. Ia juga menekankan bahwa pemerintah
tidak perlu lagi mencegah larinya emas keluar negeri selama emas tersebut
digunakan sebagai keperluan perdagangan.
Jika tidak terjadi keadilan, maka kekayaan yang dimiliki oleh kaum kaya
akan di distribusikan lagi bagi kaum miskin. Dengan cara itu, maka dapat
terlaksanakan keadilan yang diinginkan oleh Hume tersebut.
Dalam teorinya ini, Hume membahas tentang hubungan antara neraca perdagangan
dengan jumlah uang dan tingkat harga barang-barang umum pada suatu Negara
(Teguh Sihono, 2008).
1. Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy
Skotlandia tahun 1723, guru besar dalam ilmu falsafah di Universitas Edinburgh,
perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin diarahkan kepada
masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan Quesnay dan Turgot
dan Voltaire.
2. Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor dalam mazhab Klasik. Karya besar
yang disebut di atas lazim dianggap sebagai buku standar yang pertama di bidang
pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem ekonomi yang mengoperasionalkan
dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang diatur oleh invisible hand, pemerintah
bertugas melindungi rakyat, menegakkan keadilan dan menyiapkan sarana dan
prasarana kelembagaan umum.
3. Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun
semula menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan
nilai tukar. Ongkos produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta
dua macam harga, yakni harga alamiah dan harga pasar dalam jangka panjang harga
pasar akan cenderung menyamai harga alamiah, dan dengan teori tersebut timbul
konsep paradoks tentang nilai.
4. Sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga kerja, keterampilan dan modal.
Dengan demikian, timbul persoalan pembagian pendapatan yakni upah untuk
pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah
akan meningkat, sedangkan tingkat upah menurun, dengan asumsi berlaku dana
upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi kurang subur, sedangkan persaingan
tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai kegiatan ekonomi yang stationer.
Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha
meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan spesialisasi.
Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini
meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.
Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik: J.B. Say, Malthus dan David Ricardo
5. Jean Batiste Say adalah seorang pakar ekonomi kelahiran Perancis yang berasal
dari keluarga saudagar dan menjadi pendukung pemikiran Adam Smith. Say
memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara yang lebih sistematis serta logis.
Karya Say yaitu theorie des debouchees (teori tentang pasar dan pemasaran) dan
dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law) yaitu supply creats its oven demand tiap
penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Menurut Say dalam
perekonomian bebas atau liberal tidak akan terjadi “produksi berlebihan” (over
production) yang sifatnya menyeluruh, begitu juga pengangguran total tidak akan
terjadi. Yang mungkin terjadi menurut Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya
sektoral dan juga pengangguran yang sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
6. Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun 1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum
Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations dan meninggal tahun 1834.
Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang teologi yang kemudian memusatkan
perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi dalam perkembangan masyarakat.
Malthus adalah alumnus dari University of Cambridge, Inggris, tempat ia
menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan ilmu sejarah klasik. Malthus
diangkat menjadi Profesor of History and Political Economy di East India College.
Bagian yang paling penting dalam pola dasar pemikiran Malthus dan kerangka
analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa tanah dan teori tentang penduduk
dengan bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population. Teori
Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran yang tidak terkontrol
menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal persediaan bahan
makanan bertambah secara deret hitung.
7. Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar
Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode
pendekatannya hampir seluruhnya deduktif. David Ricardo telah mengembangkan
pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih terjabar dan juga lebih sistematis.
Dan pendekatannya teoretis deduktif, pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang
dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji berbagai permasalahan menurut
pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat
kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai
pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa
tanah, teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan
internasional dan, teori tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.
Berikut ini adalah 7 ajaran pokok dari merkantilisme dalam buku perkembangan
pemikiran ekonomi oleh Teguh Sihono, 2008. Tujuh hal pokok dalam ajaran merkantilisme
yakni :
1. Logam Mulia berupa Emas dan Perak adalah jenis kekayaan yang sangat
diinginkan. Beberapa kaum merkantilis mempercayai bahwa logam mulia
adalah satu-satunya kekayaan yang berharga untuk dicari.
3. Menganjurkan impor bahan mentah tanpa pajak bilamana barang itu dapat
diproduksikan didalam negeri dan pengeluaran barang-barang mentah.
Meskipun mengutaakan kekayaan bangsa, akan tetapi merkantilis tidak mendorong untuk
kekayaan sebagian besar penduduk. Dalam kenyataanya kaum merkantilis senang akan
masyarakat atau penduduk yang bekerja giat, yang mampu menyediakan tenaga kerja
murah dan tentara serta kelasi yang siap untuk bertempur demi kejayaan bangsa serta
memperkaya pemimpin-pemimpin mereka.
Merkantilisme (I)
Paham Merkantilisme berkembang di negara-negara Barat dari abad ke-16 sampai abad ke-18.
Paham ini dipelopori oleh beberapa tokoh, seperti Thomas Mun Sir James Stuart dari Inggris, Jean
Baptiste Colbert dari Prancis, dan Antonio Serra dari Italia. Secara umum, Merkantilisme dapat
diartikan sebagai suatu kebijaksanaan politik ekonomi dari negara-negara imperialis yang
bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan berupa logam mulia. Logam mulia
ini dijadikan sebagai ukuran terhadap kekayaan, kesejahteraan, dan kekuasaan bagi negara yang
bersangkutan. Dengan kata lain, semakin banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara
imperialis maka semakin kaya dan semakin berkuasalah negara tersebut. Mereka percaya bahwa
dengan kekayaan yang melimpah maka kesejahteraan akan meningkat dan kekuasaan pun semakin
mudah untuk didapatkan. Negara yang menerapkan sistem ekonomi merkantilis adalah Inggris
Raya.
Dari pengertian Merkantilisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
Merkantilisme yaitu:
a. Negara adalah satu-satunya penguasa ekonomi;
b. Mendapatkan logam mulia (emas) sebanyak-banyaknya menjadi tujuan utama.
Gerakan Merkantilisme berkembang serta berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan politik dan
ekonomi di negara-negara Barat, seperti negara Belanda, Inggris, Jerman, dan Prancis. Setiap
negara kolonialis saling berlomba untuk mendapatkan dan mengumpulkan kekayaan berupa logam
mulia untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan industri, ekspor maupun impor. Bahkan,
untuk mencapai tujuannya tidak jarang terjadi persaingan di antara negara-negara kolonialis
tersebut. Dengan ditemukannya jalur pelayaran dan perdagangan di Samudera Atlantik maka
hubungan luar negeri di antara negara-negara Barat semakin terbuka lebar. Melalui interaksi
perdagangan tersebut, setiap negara-negara Barat mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.
Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme pada dasarnya
telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis untuk memfokuskan
segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan yang banyak dan kekuasaan
yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi perkembangan industri perdagangan
dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-masing negara. Inggris misalnya, menjadikan
praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan tujuan untuk:
a. Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan besar dari
perdagangan luar negeri;
b. Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
c. Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai
daerah monopoli perdagangannya.
Pada perkembangan selanjutnya, nilai uang disamakan dengan emas, masing-masing negara
berusaha untuk mendapatkan emas. Oleh karena itu, paham Merkantilisme tidak hanya menjadikan
logam sebagai sumber kemakmuran, tetapi lebih dari itu memandang pula pentingnya usaha untuk
menukarkan barang-barang lainnya dengan emas batangan. Hal ini ditandai dengan semakin
banyaknya arus masuk emas ke pasaran Eropa. Selain itu, ditandai pula dengan semangat bangsa-
bangsa Barat untuk melakukan penjelajahan atau perdagangan dengan Dunia Timur yang kaya
akan sumber daya alam bagi pemenuhan pasar Eropa.
Sejak saat itu, tidak sedikit penjelajahan dan pelayaran bangsa-bangsa Eropa yang dibiayai oleh
raja atau negara. Setiap negara, seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol saling bersaing
untuk mendapatkan barang berharga tersebut. Negara-negara tersebut melakukan eksploitasi
besar-besaran terhadap setiap daerah yang ditemuinya. Banyak daerah yang menjadi sasaran
bangsa-bangsa Barat itu, seperti daerah yang ada di benua Amerika yang di dalamnya terdapat
Kerajaan Inca, Maya, dan Astec. Di daerah-daerah itu, bangsa Inggris, Prancis, Belanda, dan
Spanyol melakukan eksploitasi untuk mendapatkan emas sebanyak-banyaknya dalam rangka
mencapai tujuan gerakan Merkantilisme.
Merkantilisme menyulut terjadinya kekerasan di eropa antara abad ke-17 hingga abad ke-18.
Karena kekayaan dunia dipandang sebagai tetap, maka satu-satunya cara untuk meningkatkan
kekayaan negara adalah dengan mengambilnya dari negara lain. Sejumlah perang, yang paling
diingat adalah perang Anglo-Dutch dan perang Franco-Dutch , dapat dihubungkan secara
langsung dengan teori merkantilisme ini. Peperangan yang tak ada akhirnya dari periode ini juga
membuat merkantilisme dilihat sebagai komponen penting dari kesuksesan militer. Ia juga
menyulut era imperialisme, dimana negara berusaha mengumpulkan koloni yang dapat menjadi
sumber-sumber bahan mentah dan pasar-pasar eksklusif.
Selama masa merkantilis, kekuasaan eropa menyebar ke seluruh dunia. Sebagaimana ekonomi
domestik, ekspansi ini sering kali dilakukan di bawah perlindungan dan dukungan perusahaan
dengan monopoli yang dijamin pemerintah di beberapa bagian tertentu di dunia, seperti Dutch
East India Company atau Hudson’s Bay Company.