Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN MATERI MUATAN KETETAPAN MPR

PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA, ORDE BARU,


DAN ERA REFORMASI1

Widayati
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA
widayati.winanto@gmail.com

Abstract
Decree of People’s Consultative Assembly (TAP MPR) established since 1960 and
2002. Totally there are 139 Decrees in Consultative Assembly (TAP MPRS and TAP MPR).
The whole Decree of People’s Consultative Assembly (TAP MPRS and TAP MPR) was formed
during the reign of the Old Orde, the New Orde, and the Reformation Era. TAP MPR was
changed in content material along with the change of government and the amendments of 1945
Constitution of The State of The Republic of Indonesia (UUD 1945). Therefore, this study will
compare to the substance of the Decree of People’s Consultative Assembly (TAP MPR) on the
government period.
The method used in this research was normative juridical with secondary data, which was
analyzed by the method of normative, then presented descriptively. The change of government
affects the substance of the Decree of People’s Consultative Assembly (TAP MPR).
Keywords: Content Material, Decree of People’s Consultative Assembly (TAP MPR).

Abstrak
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) didirikan sejak tahun 1960 dan
2002, total 139 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPRS dan TAP MPR). Seluruh
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPRS dan TAP MPR) dibentuk pada masa
pemerintahan Lama Orde, Orde Baru, dan Era Reformasi. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (TAP MPR) bahan isi yang berbeda bersama dengan perubahan dalam pemerintahan
dan amandemen UUD 1945 Negara Republik Indonesia (UUD 1945). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan dibandingkan dengan substansi Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(TAP MPR) pada periode pemerintah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yuridis normatif dengan data sekunder, yang dianalisis dengan metode normatif, kemudian
disajikan secara deskriptif. Perubahan pemerintahan mempengaruhi substansi Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR).
Kata kunci: Kandungan Material, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR).

A. Pendahuluan garis besar daripada haluan negara”. Berdasarkan


Bentuk produk hukum Ketetapan MPR tidak kata “menetapkan” dari bunyi Pasal 3 tersebut
dinyatakan secara tegas dalam UUD 1945. maka ketika MPR mengeluarkan produk hukum
Penggunaan nomenklatur “ketetapan” merupakan diberi bentuk “ketetapan”. Bentuk Ketetapan
penafsiran terhadap ketentuan Pasal 3 UUD 1945 MPR berkembang dalam praktik ketatanegaraan
(sebelum amandemen) yang menyatakan bahwa: yang menjadi konvensi ketatanegaraan.
“Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang Pada masa berlakunya Undang-Undang Dasar
menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis- 1945 yang pertama (1945-1949), Ketetapan

1 Tulisan ini adalah sebagian dari disertasi penulis pada Program Doktor Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.

Jurnal Pembaharuan Hukum Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi 127
Widayati
MPR belum dikenal karena lembaga MPR sendiri Dasar 1945 Ketetapan MPR hanya untuk produk
memang belum terbentuk. Begitu pula pada masa hukum yang materi muatannya adalah Undang-
berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat Undang Dasar dan garis-garis besar dari pada
1949 (1949-1950) dan Undang-Undang Dasar haluan negara, sebaiknya hal-hal yang berada
Sementara 1950 (1950-1959), Ketetapan MPR di luar Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945
tidak dikenal karena dalam Konstitusi RIS 1949 tidak digunakan istilah ketetapan MPR tetapi
dan UUDS 1950 tidak dikenal lembaga MPR. digunakan istilah Keputusan MPR.3
Ketetapan MPR mulai dikenal pada tahun 1960 Untuk memperjelas produk hukum yang
pada masa berlakunya kembali Undang-Undang dikeluarkan oleh MPR, setelah MPR hasil
Dasar 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli pemilihan umum tahun 1971 terbentuk, MPR
1959. Pada saat pertama kali Ketetapan MPRS mengeluarkan Ketetapan MPR Nomor I/
dibentuk, di Indonesia belum mengenal hierarki MPR/1973 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis
peraturan perundang-undangan, sehingga tidak Permusyawaratan Rakyat. Dalam Pasal 102
ada perdebatan para ahli mengenai penempatan Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1973 ditentukan
Ketetapan MPR, apakah sejajar dengan Undang- bahwa bentuk-bentuk putusan Majelis adalah
Undang Dasar 1945 atau setingkat lebih rendah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan
dari Undang-Undang Dasar 1945. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Jenis produk hukum yang dikeluarkan oleh Daya mengikat kedua produk hukum MPR tersebut
MPR sebelum MPR hasil pemilihan umum tahun berbeda. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
1971 terbentuk bermacam-macam. MPR dalam Rakyat adalah Putusan Majelis yang mempunyai
melakukan sidang akan diakhiri dengan suatu kekuatan hukum mengikat ke luar dan ke dalam,
keputusan. Keputusan-keputusan MPR yang sedangkan Keputusan Majelis Permusyawaratan
dihasilkan dari sidang-sidang MPR ada yang Rakyat adalah Putusan Majelis yang mempunyai
disebut dengan ketetapan, keputusan atau kekuatan hukum mengikat ke dalam Majelis.
dengan nama-nama lain seperti nota pimpinan, Produk hukum yang berupa Ketetapan MPR
memorandum, dan sebagainya. Produk hukum dibentuk atau dikeluarkan oleh MPR dalam
MPR yang berupa ketetapan mengacu pada beberapa periode jabatan melalui Sidang Umum
ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945 dan Sidang Istimewa MPR sejak tahun 1960
(sebelum amandemen), bahwa MPR menetapkan sampai dengan tahun 2003 yang menghasilkan
Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar 139 Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR.
dari pada haluan negara. Materi muatan Ketetapan MPRS dan Ketetapan
Di dalam praktiknya, MPR mengeluarkan MPR berubah, seiring dengan bargantinya
produk hukum yang berupa ketetapan tidak pemerintahan, dan berubahnya Undang-Undang
hanya terbatas pada apa yang dirumuskan Dasar yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan
dalam Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945, uraian di atas, masalah yang dibahas dalam
yaitu untuk Undang-Undang Dasar dan garis- penelitian ini adalah bagaimanakah materi muatan
garis besar haluan negara, tetapi produk hukum Ketetapan MPR pada masa pemerintahan Orde
Ketetapan MPR juga memuat materi muatan Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi.
bidang-bidang lainnya dan tidak tampak jelas
bedanya dengan Keputusan MPR.2 B. Pembahasan
Ketidakjelasan penggunaan istilah ketetapan Materi muatan peraturan perundang-
MPR dan keputusan MPR dapat mengaburkan undangan adalah materi yang dimuat dalam
tujuan serta pengertian masing-masing. Jika arti Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan
ketetapan MPR itu berbeda dengan keputusan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-
MPR, karena menurut Pasal 3 Undang-Undang undangan.4 Istilah materi muatan pertama kali

2 Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 1980, 3 Ibid.


Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem 4 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Undang-Undang Dasar 1945, Gramedia, Jakarta, 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
hlm. 49. undangan.

Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa Jurnal Pembaharuan Hukum
128 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi Volume III No. 1 Januari - April 2016
Widayati
dikemukakan oleh A. Hamid S. Attamimi yang e. Pemenuhan kebutuhan hukum dalam
digunakan sebagai pengganti kata Belanda “het masyarakat.
onderwerp”.5 Materi muatan Peraturan Pemerintah
Setiap peraturan perundang-undangan Pengganti Undang-Undang sama dengan materi
mengatur materi muatan yang berbeda-beda muatan Undang-Undang. Bedanya adalah kalau
sesuai dengan jenis dan hierarkinya. Suatu Undang-Undang dibentuk dalam keadaan normal,
peraturan perundang-undangan yang materinya sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti
tidak sesuai atau bertentangan dengan peraturan Undang-Undang dibentuk dalam keadaan
perundang-undangan yang lebih tinggi dapat genting.8 Materi muatan Peraturan Pemerintah
menjadi alasan untuk membatalkan peraturan berisi materi muatan untuk menjalankan Undang-
perundang-undangan tersebut. Undang-Undang Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan
Nomor 12 Tahun 2011 mengatur mengenai Peraturan Presiden merupakan materi yang
materi muatan setiap jenis peraturan perundang- diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk
undangan. Materi muatan yang harus diatur melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi
dengan Undang-Undang.6 untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
a. Pengaturan lebih lanjut mengenai pemerintahan. Materi muatan Peraturan Daerah
ketentuan Undang-Undang Dasar Negara (Provinsi dan Kabupaten/Kota) adalah materi
Republik Indonesia Tahun 1945; muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi
b. Perintah suatu Undang-Undang untuk dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
diatur dengan Undang-Undang; khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
c. Pengesahan perjanjian internasional Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
tertentu;7 Materi muatan peraturan perundang-
d. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah undangan harus mencerminkan asas-asas
Konstitusi; dan/atau Pengayoman, Kemanusiaan, Kebangsaan,
Kekeluargaan, Kenusantaraan, Bhineka Tunggal
5 A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden
Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Ika, Keadilan, Kesamaan kedudukan dalam hukum
Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis dan pemerintahan, Ketertiban dan kepastian
Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi hukum, serta Keseimbangan, keserasian, dan
Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV,
Disertasi untuk memperoleh Gelar Doktor dalam
keselarasan.
Ilmu Hukum pada Universitas Indonesia Fakultas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tidak
Pascasarjana, Jakarta, 1990, hal. 194. Istilah “materi mengatur materi muatan Ketetapan MPR. Hal
muatan” pertama kali diperkenalkan oleh A. Hamid
ini dapat dipahami karena menurut Undang-
S. Attamimi pada tahun 1979 dalam kajiannya
mengenai “Materi muatan peraturan perundang- Undang Nomor 12 Tahun 2011, Ketetapan MPR
undangan”. Kata “materi muatan” digunakan sebagai secara hierarki kedudukannya lebih tinggi dari
pengganti kata Belanda “het onderwerp” dalam pada Undang-Undang sehingga Undang-Undang
ungkapan Thorbecke “het eiqenaardiq onderwerp
der wet”. A. Hamid S. Attamimi menterjemahkannya yang kedudukannya lebih rendah tidak dapat
dengan “materi muatan yang khas dari undang- mengatur mengenai materi muatan Ketetapan
undang”, yakni materi pengaturan yang khas yang MPR.
hanya dan semata-mata dimuat dalam undang-
undang dan oleh katena itu menjadi materi muatan
Materi muatan Ketetapan MPR yang dibentuk
undang-undang. mulai tahun 1960 sampai tahun 2002 berbeda-
6 Pasal 10 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 beda. Tidak ada ketentuan mengenai materi
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- apa saja yang dapat dimuat dalam Ketetapan
undangan 8 Pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik
7 Perjanjian Internasional tertentu menurut penjelasan Indonesia Tahun 1945: (1) Dalam hal-ihwal
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
perjanjian internasional yang menimbulkan akibat menetapkan peraturan pemerintah pengganti
yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang undang-undang. (2) Peraturan Pemerintah itu harus
terkait dengan beban keuangan negara dan/atau mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
perjanjian tersebut mengharuskan perubahan atau dalam persidangan yang berikut. (3) Jika tidak
pembentukan Undang-Undang dengan persetujuan mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah
DPR. itu harus dicabut.

Jurnal Pembaharuan Hukum Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi 129
Widayati
MPR. Semua materi muatan dapat dituangkan Bahkan terdapat materi muatan Ketetapan
dalam Ketetapan MPR sesuai dengan keinginan MPRS yang hanya merupakan penegasan
MPR, tidak terbatas pada materi yang bersifat kembali pidato Presiden. Hal ini terjadi
pengaturan ataupun penetapan (beschikking). karena MPRS pembentukannya dengan
Kedudukannya sebagai lembaga tertinggi negara Penetapan Presiden sehingga MPRS periode
menyebabkan MPR mempunyai kewenangan yang ini bukan sebagai pemegang kedaulatan
tidak terbatas.9 Padahal sebenarnya, berdasarkan rakyat sebagaimana diamanatkan UUD
kewenangan yang dimiliki oleh MPR dalam UUD 1945. Bahkan, Ketua MPRS (Chairul Saleh)
1945, materi muatan Ketetapan MPR hanyalah diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri yang
materi muatan untuk menetapkan garis-garis kedudukannya berada di bawah Presiden.
besar daripada haluan negara, pengangkatan Posisi ini jelas menempatkan lembaga
dan pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden. MPRS berada di bawah Presiden sehingga
Untuk kewenangan menetapkan Undang-Undang Presiden tidak bertanggungjawab kepada
Dasar tidak dilakukan lagi karena UUD 1945 MPRS, yang berarti sistem ketatanegaraan
sudah ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 seperti ini tidak sesuai dengan maksud UUD
Agustus 1945, dan oleh Presiden melalui Dekrit 1945. Meskipun demikian, hubungan antara
Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang memberlakukan MPRS dengan Presiden dapat dikatakan
kembali UUD 1945. harmonis.
1. Materi Muatan Ketetapan MPRS Masa Materi muatan Ketetapan MPRS yang
Pemerintahan Orde Lama merupakan penegasan kembali pidato
Pembentukan MPRS pertama kali Presiden.
dilakukan dengan Penetapan Presiden a. Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960
Nomor 2 Tahun 1959 tanggal 22 Juli 1959. tentang Manifesto Politik Republik
Pembentukan MPRS ini merupakan perintah Indonesia Sebagai Garis-Garis
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, yang Besar dari pada Haluan Negara,
salah satu isinya adalah “Pembentukan merupakan penegasan dari pidato
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Presiden yang berjudul “Penemuan
yang terdiri atas anggota-anggota Dewan Kembali Revolusi Kita” yang terkenal
Perwakilan Rakyat ditambah dengan sebagai Manifesto Politik Republik
utusan-utusan dari daerah-daerah dan Indonesia (merupakan amanat
golongan-golongan serta pembentukan Presiden yang disampaikan pada
Dewan Pertimbangan Agung Sementara, tanggal 17 Agustus 1959), pidato
akan diselenggarakan dalam waktu yang Presiden yang berjudul “Jalannya
sesingkat-singkatnya.” Revolusi Kita” yang merupakan
Pada masa pemerintahan Orde Lama, pedoman pertama Manifesto Politik
terdapat dua periode keanggotaan MPRS Republik Indonesia (merupakan
yaitu MPRS Periode 1960-1965, dan MPRS amanat Presiden yang disampaikan
periode 1966-1972. Ketetapan MPRS yang pada tanggal 17 Agustus 1960), pidato
dihasilkan oleh MPRS periode 1960-1965, Presiden yang berjudul “The Build
terdapat Ketetapan MPRS yang materi the world a new” (membangun dunia
muatannya berupa pengaturan, dan ada kembali) yang disampikan di muka
pula materi muatan yang berupa penetapan. Sidang Umum PBB pada tanggal
30 September 1960.
9 Penjelasan Pasal 3 UUD 1945 menyatakah:
“Oleh karena Majelis Permusyawaratan Rakyat
b. Ketetapan MPRS Nomor IV/
memegang kedaulatan negara maka kekuasaannya MPRS/1963 tentang Pedoman-
tidak terbatas, mengingat dinamik masyarakat, pedoman Pelaksanaan Garis-
sekali dalam 5 tahun, Majelis memperhatikan Garis Besar Haluan Negara dan
segala yang terjadi dan segala aliran-aliran pada
waktu itu dan menentukan haluan-haluan apa yang Haluan Pembangunan, merupakan
hendaknya dipakai untuk di kemudian hari”. penegasan pidato Presiden yang

Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa Jurnal Pembaharuan Hukum
130 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi Volume III No. 1 Januari - April 2016
Widayati
berjudul “Resopim” (Revolusi- Politik Republik Indonesia, materi
Sosialisme Indonesia Pimpinan muatannya berdasarkan pada empat
Nasional, pidato kenegaraan yang pidato Presiden yaitu: pertama, pidato
disampaikan oleh Presiden pada berjudul “GESURI” (Genta Revolusi
tanggal 17 Agustus 1961) dan Indonesia, pidato kenegaraan yang
pidato Presiden yang berjudul disampaikan oleh Presiden pada
“Tahun Kemenangan” (Takem, tanggal 17 Agustus 1963). Kedua,
pidato kenegaraan yang disampaikan pidato yang berjudul “TAVIP” (Tahun
oleh Presiden pada taanggal 17 Vivere Pericoloso, pidato kenegaraan
Agustus 1962), “Deklarasi Ekonomi” yang disampaikan oleh Presiden pada
(Dekon), diucapkan oleh Presiden tanggal 17 Agustus 1964). Ketiga,
pada tanggal 28 Maret 1963) dan pidato yang berjudul “The Fifth
“Ambeg Parama Arta” (Berwatak Freedom is our Weapon” (diucapkan
pandai mendahulukan urusan yang oleh Presiden di depan musyawarah
penting, amanat pengantar Laporan para menteri negara-negara Asia
Berkala Presiden/Mandataris MPRS Afrika pada tanggal 10 April 1964).
yang diucapkan oleh Presiden Keempat, pidato yang berjudul “The
pada pembukaan Sidang kedua Era of Confrontation” (diucapkan oleh
MPRS pada tanggal 15 Mei 1963 Presiden di Konferensi Tingkat Tinggi
di Bandung). nonblok kedua di Kairo pada tanggal
c. Ketetapan MPRS Nomor V/ 6 Oktober 1964).
MPRS/1965 tentang Amanat Politik Materi muatan Ketetapan MPRS yang
Presiden/Pemimpin Besar Revolusi/ hanya merupakan penegasan kembali
Mandataris MPRS yang berjudul pidato Presiden menempatkan MPRS
“Berdikari” sebagai Penegasan sekedar sebagai legislator dari haluan-
Revolusi Indonesia dalam bidang haluan yang disampaikan oleh Presiden
Politik, Pedoman Pelaksanaan dalam pidatonya yang berupa manifesto
Manipol dan Landasan Program politik, haluan pembangunan, Pemimpin
Perjuangan Rakyat Indonesia, materi Besar Revolusi, dan sebagainya.
muatannya didasarkan pada amanat Pada masa ini juga terdapat materi
politik Presiden yang berjudul “Berdiri muatan Ketetapan MPRS yang bertentangan
di atas Kaki Sendiri” (Berdikari, dengan UUD 1945, yaitu Ketetapan MPRS
merupakan amanat Presiden yang Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan
disampaikan pada Pembukaan Sidang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Bung
Umum MPRS Ketiga pada tanggal Karno menjadi Presiden Seumur Hidup.
11 April 1965). Hal ini bertentangan dengan ketentuan
d. Ketetapan MPRS Nomor VI/ Pasal 7 UUD 1945 yang membatasi masa
MPRS/1965 tentang Banting Stir jabatan Presiden selama 5 (lima) tahun.10
untuk Berdiri di atas Kaki Sendiri di Pengangkatan Bung Karno sebagai Presiden
bidang Ekonomi dan Pembangunan, seumur hidup didasarkan pada beberapa
materi muatannya didasarkan pada pertimbangan berikut ini.
amanat politik Presiden yang berjudul a. Presiden Soekarno telah diangkat
“Berdikari”. menjadi Pemimpin Besar Revolusi
e. Ketetapan MPRS Nomor VII/ Indonesia berdasarkan Ketetapan
MPRS/1965 tentang “GESURI”, MPRS Nomor I/MPRS/1960.
“TAVIP”, “The Fifth Freedom is
our Weapon”, dan “The Era of 10 Pasal 7 UUD 1945 (sebelum amandemen) berbunyi:
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya
Confrontation” sebagai Pedoman- selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat
pedoman Pelaksanaan Manifesto dipilih kembali.”

Jurnal Pembaharuan Hukum Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi 131
Widayati
b. Presiden Soekarno telah diangkat Presiden Seumur Hidup). Pasal 2 Ketetapan
menjadi Mandataris Majelis MPRS Nomor XVIII/MPRS/1966 menyatakan
Permusyawaratan Rakyat Semen- bahwa penarikan kembali Ketetapan MPRS
tara dengan kekuasaan penuh Nomor III/MPRS/1963 tidak mempengaruhi
berdasarkan Ketetapan MPRS Nomor masa jabatan Presiden Soekarno sampai ada
II/MPRS/1960. Ketetapan lain dari Majelis Permusyawaratan
c. Selama perjalanan Revolusi Nasional Rakyat hasil pemilihan umum.
Indonesia, Bung Karno sebagai Materi muatan Ketetapan MPRS yang
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia dihasilkan pada Sidang Istimewa MPRS
telah berhasil memimpin Revolusi Tahun 196712 adalah puncak kekecewaan
hingga mencapai kemenangan- terhadap Presiden Soekarno atas peristiwa
kemenangan. 12 Sidang Istimewa MPRS tahun 1967 diselenggarakan
d. Pribadi Bung Karno merupakan berdasarkan permintaan DPR-GR untuk
memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan
perwujudan perpaduan pimpinan Presiden/Mandataris MPRS dan mengangkat
Revolusi dan pimpinan negara serta Letnan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden/
merupakan pemersatu dari seluruh Mandataris. Hal tersebut terjadi karena DPR-GR
dalam menilai “Nawaksara” beserta pelengkapnya
kekuatan rakyat revolusioner.
berpendapat bahwa “Kepemimpinan Presiden
Materi muatan Ketetapan MPRS produk Soekarno secara konstitusional, politis/ideologis
MPRS periode 1966-1972 terdapat materi membahayakan keselamatan bangsa, negara, dan
muatan yang bersifat pengaturan dan Pancasila.” (isi Resolusi dan Memorandum DPR-GR
tertanggal 9 Pebruari 1967).
materi muatan yang bersifat penetapan. Nawaksara merupakan judul pidato
MPRS pada periode ini juga mengeluarkan pertanggungjawaban yang disampaikan oleh
Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 Presiden Soekarno di depan Sidang Umum Keempat
MPRS tahun 1966. Rakyat yang merasa telah
untuk terwujudnya kepastian dan keserasian dikhianati oleh peristiwa pemberontakan G-30-S/
hukum. Untuk pertama kalinya dibentuk PKI mengharapkan kejelasan pertanggungjawaban
sebuah produk hukum tentang jenis dan Presiden Soekarno mengenai pemberontakan
G-30-S/PKI. Tetapi pidato pertanggungjawaban
tata urutan peraturan perundang-undangan.
Presiden Soekarno tidak memuaskan MPRS.
Akan tetapi, materi muatan Ketetapan MPRS Menanggapi pidato pertanggungjawaban tersebut
yang dibentuk oleh MPRS periode 1966- kemudian MPRS mengeluarkan Keputusan MPRS
1972 ini lebih merupakan kekecewaan MPRS RI Nomor 5/MPRS/1966 tentang Tanggapan Majelis
Tehadap Pidato Presiden/Mandataris MPRS di
terhadap kepemimpinan Presiden Soekarno. depan Sidang Umum IV MPRS pada tanggal
Kekecewaan MPRS terhadap Presiden 22 Juni 1966 yang Berjudul Nawaksara. Dalam
Soekarno dipicu oleh terjadinya peristiwa Keputusan MPRS tersebut MPRS meminta kepada
Presiden Soekarno untuk melengkapi laporan
pemberontakan G-30-S/PKI.11 Pada pertanggungjawabannya kepada MPRS, khususnya
persidangan pertama MPRS periode 1966- mengenai sebab-sebab terjadinya peristiwa G-30-S/
1972 (Sidang Umum Keempat MPRS) PKI beserta epilognya dan kemunduran ekonomi
Ketetapan MPRS yang dihasilkan antara serta akhlak.
Presiden Soekarno memenuhi permintaan MPRS
lain adalah Ketetapan MPRS Nomor XVIII/ untuk melengkapi pidato pertanggungjawabannya.
MPRS/1966 Tentang Peninjauan kembali Dalam surat tertanggal 10 Januari 1967 Nomor 01/
Ketetapan MPRS Nomor III/MPRS/1963 Pres/67, perihal Pelengkapan Pidato Nawaksara,
Presiden menyampaikan bahwa dirinyapun
(Tentang Pengangkatan Pemimpin Besar mengutuk Gestok. Presiden Soekarno juga
Revolusi Indonesia Bung Karno menjadi mempertanyakan mengapa dirinya saja yang
diminta pertanggungjawaban atas terjadinya
11 Untuk G.30 S./PKI, Presiden Soekarno memakai G-30-S/PKI. Akan tetapi “Pelengkap Nawaksara”
kata Gestok (gerakan satu Oktober). Dalam ternyata juga tidak memenuhi harapan. Setelah
Pelengkap Pidato Nawaksara Presiden menyatakan membahas Surat Presiden tentang Perlengkapan
“saya memang selalu memakai kata Gestok. Pidato Nawaksara, berdasarkan hasil musyawarah
Pembunuhan kepada jenderal-jenderal dan ajudan pimpinan MPRS tanggal 21 Januari 1967,
dan pengawal-pengawal terjadi pada 1 Oktober pimpinan MPRS berkesimpulan bahwa Presiden
pagi-pagi sekali. Saya menyebutnya “gerakan satu Soekarno alpha memenuhi ketentuan-ketentuan
Oktober”, singkatnya Gestok.” konstitusional.

Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa Jurnal Pembaharuan Hukum
132 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi Volume III No. 1 Januari - April 2016
Widayati
G-30-S/PKI. Kekuasaan Presiden Soekarno dicabut dengan Ketetapan MPRS Nomor
dan predikatnya sebagai Pemimpin Besar XXXVIII/MPRS/1968.
Revolusi dicabut. 2. Materi Muatan Ketetapan MPR Masa
Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/ Pemerintahan Orde Baru
MPRS/1967 Tentang Pencabutan Kekuasaan Pada masa pemerintahan Orde Baru,
Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno terdapat enam periode keanggotaan MPR
dikeluarkan dasar pertimbangannya yaitu MPR periode1972-1977, MPR periode
adalah ditolaknya pidato Presiden yang 1977-1982, MPR periode 1982-1987, MPR
berjudul “Nawaksara” dan “Pelengkap periode 1987-1992, MPR periode 1992-
Nawaksara”, Presiden/Mandataris MPRS 1997, dan MPR periode 1997-2002. Hampir
telah menyerahkan kekuasaan pemerintahan seluruh materi muatan Ketetapan MPR pada
negara kepada Soeharto sebagai pengemban masa pemerintahan Orde Baru sama, yaitu
Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966, berisi Peraturan Tata Tertib MPR, penetapan
dan berdasarkan laporan tertulis Panglima GBHN, dan Pengangkatan Presiden dan
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban/ Wakil Presiden. Hanya pada MPR periode
Pengemban Ketetapan MPRS Nomor IX/ tertentu saja menghasilkan Ketetapan MPR
MPRS/1966 dalam Suratnya Nomor R-032/’67 yang materi muatannya berbeda dari yang
tanggal 1 Pebruari 1967 yang dilengkapi lain.
dengan pidato laporannya di hadapan Materi muatan Ketetapan MPR periode
Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan 1972-1977 ada yang bersifat pengaturan
Rakyat Sementara, berpendapat bahwa ada dan ada yang bersifat penetapan. Berbeda
petunjuk-petunjuk, yang Presiden Soekarno dengan materi muatan Ketetapan MPR
telah melakukan kebijaksanaan yang secara sebelumnya, pada masa ini materi muatan
tidak langsng menguntungkan G-30-S/PKI Ketetapan MPR lebih pada usaha untuk
dan melindungi tokoh-tokoh G-30-S/PKI. mencegah agar kekuatan politik orde lama
Dalam Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/ tidak muncul lagi.
MPRS/1967 juga melarang Presiden Soekarno Materi muatan Ketetapan MPR periode
melakukan kegiatan politik sampai dengan 1977-1982 sama dengan materi muatan
pemilihan umum. Ketetapan MPR periode sebelumnya. Pada
Ketetapan MPRS Nomor XXXV/ periode ini terdapat Ketetapan MPR tentang
MPRS/1967 tentang Pencabutan Ketetapan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
MPRS Nomor XVII/MPRS/1966 Tentang Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa).
Pemimpin Besar Revolusi dikeluarkan dengan Ketetapan MPR ini dimaksudkan untuk
dasar pertimbangan gelar Pemimpin Besar mencegah bangkitnya bahaya laten komunis
Revolusi yang diberikan kepada Presiden yang berupaya untuk mengubah dasar negara
Soekarno tidak membawa wewenang hukum Pancasila.
dan karenanya dianggap sebagai gelar biasa. Pada periode 1982-1987, terdapat materi
Materi muatan Ketetapan MPRS yang muatan Ketetapan MPR tentang Referendum.
dihasilkan pada Sidang Umum Kelima MPRS Hal ini dilakukan karena keinginan MPR
tanggal 21-27 Maret 1968 merupakan tindak untuk mempertahankan Undang-Undang
lanjut dari materi muatan Ketetapan MPRS Dasar 1945, tidak berkehendak dan tidak
yang dihasilkan dalam Sidang Istimewa melakukan perubahan terhadap UUD 1945
MPRS Tahun 1967. Presiden Soekarno serta akan melaksanakannya secara murni
telah dicabut kekuasaannya dan Soeharto dan konsekuen. Jika MPR berkehendak untuk
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia mengubah UUD 1945, maka harus terlebih
dengan Ketetapan MPRS Nomor XLIV/ dahulu meminta pendapat rakyat melalui
MPRS/1968. Semua Ketetapan MPRS yang referendum. Ketentuan Ketetapan MPR
materi muatannya merupakan penegasan Tentang Referendum ini dapat dikatakan
kembali pidato Presiden Soekarno juga telah bertentangan dengan ketentuan Pasal 37

Jurnal Pembaharuan Hukum Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi 133
Widayati
UUD 1945, karena dalam ketentuan Pasal (Ekaprasetya Pancakarsa). Ketetapan
37 UUD 1945, untuk mengubah UUD 1945 MPR tersebut dicabut karena dianggap
tidak ada keharusan untuk mengadakan sebagai upaya Presiden Soeharto untuk
referendum. mempertahankan kekuasaannya.
Materi muatan Ketetapan MPR Periode 3. Materi Muatan Ketetapan MPR Masa
1987-1992, dan periode 1992-1997 sama Reformasi
dengan periode sebelumnya, yaitu tentang Pada Era Reformasi, setelah pemilihan
Peraturan Tata Tertib MPR, Garis-garis Besar umum tahun 1999 sampai saat ini terdapat
Haluan Negara, dan pengangkatan Presiden empat periode keanggotaan MPR yaitu MPR
dan Wakil Presiden. periode 1999-2004, MPR periode 2004-2009,
Materi muatan Ketetapan MPR periode MPR periode 2009-2014, dan MPR periode
1997-2002 yang dihasilkan pada Sidang 2014-2019.
Umum MPR tahun 1998 sama dengan materi Pembentukan Ketetapan MPR hanya
muatan Ketetapan MPR periode sebelumnya. dilakukan oleh MPR periode 1999-2004,
Penyelenggaraan Sidang Umum MPR tahun karena setelah UUD 1945 diamandemen,
1998 ini diadakan pada saat bangsa Indonesia MPR tidak dapat lagi mengeluarkan ketetapan-
dilanda krisis moneter dan keuangan. ketetapan yang bersifat mengatur (regeling).
Hilangnya kepercayaan masyarakat kepada MPR tidak boleh lagi membuat ketetapan
pemerintah bermuara pada berhentinya yang bersifat mengatur dalam bentuk
Presiden Soeharto dari jabatannya. Dengan peraturan perundang-undangan kecuali
Keputusan DPR Nomor 20/DPR RI/1998, pengaturan yang bersifat internal seperti
DPR secara resmi meminta kepada MPR tentang Tata Tertib. MPR memang masih dapat
untuk menyelenggarakan Sidang Istimewa. mengeluarkan ketetapan, tetapi tidak boleh
Untuk menjawab permintaan DPR tersebut berbentuk peraturan perundang-undangan
MPR bersepakat untuk menyelenggarakan (regeling) melainkan berbentuk penetapan
Sidang Istimewa MPR yang dituangkan dalam (beschikking) atau, kalau mengatur, sifatnya
Keputusan MPR RI Nomor 10/PIMP/1998. internal.13
Materi muatan Ketetapan MPR hasil Sejak MPR hasil pemilihan umum tahun
Sidang Istimewa tahun 1998 merupakan 2004 sampai sekarang, MPR tidak pernah
upaya untuk melakukan perombakan total mengeluarkan produk hukum MPR yang
demi menjaga persatuan dan kesatuan berupa Ketetapan MPR. Produk hukum
bangsa, mengembalikan martabat Ketetapan MPR terakhir kali dibentuk pada
Negara Kesatuan Republik Indonesia, tahun 2003, yaitu Ketetapan MPR Nomor
dan membangun bangsa berdasarkan I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap
kehidupan bangsa yang berkeadilan, Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
dan memenuhi aspirasi masyarakat yang Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
menuntut diselenggarakannya pemilihan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
umum yang dipercepat. Jika pada periode Republik Indonesia Tahun 1960 sampai
sebelumnya pada masa pemerintahan dengan Tahun 2002. Ketetapan MPR Nomor
Orde Baru materi muatan Ketetapan MPR I/MPR/2003 ini meninjau seluruh materi
hampir sama seluruhnya, maka materi Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR dan
muatan Ketetapan MPR hasil Sidang memberikan status hukumnya (berjumlah
Istimewa setelah berhentinya Presiden seratus tiga puluh sembilan). Ketetapan
Soeharto dari jabatannya berupaya untuk MPRS dan Ketetapan MPR yang berjumlah
menghilangkan bayang-bayang Soeharto. seratus tiga puluh sembilan dikelompokkan
Misalnya Ketetapan MPR Nomor XVIII/ menjadi enam, yaitu:
MPR/1998 yang mencabut Ketetapan
13 Moh. Mahfud MD, 2010, Pedebatan Hukum Tata
Nomor II/MPR/1978 Tentang Pedoman Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Rajawali
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Pers, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 54.

Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa Jurnal Pembaharuan Hukum
134 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi Volume III No. 1 Januari - April 2016
Widayati
a. Ketetapan Majelis Permusyawaratan masa jabatannya menurut undang-undang
Rakyat Sementara dan Ketetapan dasar, adalah bersifat beschikking (kecuali
Majelis Permusyawaratan Rakyat mengubah dan menetapkan Undang-
Republik Indonesia yang dicabut dan Undang Dasar), sehingga produk hukum
dinyatakan tidak berlaku (berjumlah MPR berdasarkan kewenangannya bersifat
delapan) beschikking pula (kecuali Perubahan Undang-
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Undang Dasar). Selain itu, berdasarkan
Rakyat Sementara dan Ketetapan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
Majelis Permusyawaratan Rakyat tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Republik Indonesia yang dinyatakan undangan, Ketetapan MPR tidak termasuk
tetap berlaku dengan ketentuan dalam jenis peraturan perundang-undangan
masing-masing (berjumlah tiga) sehingga tidak dimasukkan ke dalam hierarki
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan peraturan perundang-undangan.
Rakyat Republik Indonesia yang Materi muatan Ketetapan MPR pada
dinyatakan tetap berlaku sampai era reformasi ada yang bersifat pengaturan,
dengan terbentuknya pemerintahan dan ada pula materi muatan yang berupa
hasil pemilihan umum tahun 2004 penetapan, akan tetapi sebagian besar
(berjumlah delapan) isinya dimaksudkan untuk mengadakan
d. Ketetapan Majelis Permusyawaratan pembatasan-pembatasan kekuasaan
Rakyat Sementara dan Ketetapan eksekutif Presiden dan pemberdayaan
Majelis Permusyawaratan Rakyat lembaga-lembaga negara yang lain.
Republik Indonesia yang tetap berlaku Berdasarkan uraian di atas penulis
sampai dengan terbentuknya undang- memberikan analisis bahwa materi muatan
undang (berjumlah sebelas) Ketetapan MPR ada yang bersifat umum/
e. Ketetapan Majelis Permusyawaratan pengaturan, dan oleh karenanya dapat
Rakyat Republik Indonesia tentang digolongkan sebagai peraturan perundang-
Peraturan Tata Tertib Majelis undangan, ada materi muatan Ketetapan MPR
Permusyawaratan Rakyat Republik yang mengikat individu/konkrit individual yang
Indonesia yang dinyatakan masih tidak dapat digolongkan sebagai peraturan
berlaku sampai dengan ditetapkannya perundang-undangan. Selain kedua materi
Peraturan Tata Tertib yang baru oleh muatan yang bersifat pengaturan dan yang
Majelis Permusyawaratan Rakyat bersifat konkrit/individual, terdapat juga
Republik Indonesia hasil pemilihan materi muatan Ketetapan MPR yang tidak
umum tahun 2004 (berjumlah lima) termasuk keduanya.
f. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Materi muatan Ketetapan MPR yang tidak
Rakyat Sementara dan Ketetapan termasuk peraturan perundang-undangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan tidak termasuk pula yang bersifat konkrit
Republik Indonesia yang tidak perlu individual adalah Ketetapan MPR yang materi
dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, muatannya merupakan sebuah pernyataan
baik karena bersifat einmalig (final), kehendak atau pernyataan keinginan,
telah dicabut, maupun telah selesai komitmen, atau deklarasi, atau perintah MPR
dilaksanakan (berjumlah seratus kepada lembaga pembuat undang-undang.
empat) Beragamnya materi muatan Ketetapan
Kewenangan MPR sebagaimana diatur MPR, dianalisis dari pengertian peraturan
dalam Pasal 3 UUD Negara Republik Indonesia perundang-undangan yang dikemukakan
Tahun 1945, yaitu mengubah dan menetapkan oleh para ahli dan prosedur pembentukan
undang-undang dasar, melantik Presiden peraturan perundang-undangan, maka
dan/atau Wakil Presiden, memberhentikan Ketetapan MPR tidak dapat dikategorikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam sebagai peraturan perundang-undangan.

Jurnal Pembaharuan Hukum Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi 135
Widayati
Ciri-ciri peraturan perundang-undangan MPR yang tidak sesuai atau bertentangan
yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo dengan Undang-Undang Dasar 1945 misalnya
sebagaimana diuraikan pada Bab terdahulu Ketetapan MPRS tentang Pengangkatan
bahwa ciri pertama, peraturan perundang- Presiden Seumur Hidup, dan Ketetapan
undangan bersifat umum dan komprehensif, MPR tentang Referendum.
yang dengan demikian merupakan kebalikan Materi muatan Ketetapan MPR dari
dari sifat khusus dan terbatas. Ketetapan masa ke masa, seiring dengan pergantian
MPR ada yang bersifat umum dan ada kepemimpinan nasional dan perubahan
yang bersifat individu. Ketetapan MPR yang sistem ketatanegaraan selalu mengalami
bersifat umum dapat dikategorikan sebagai perubahan. Perubahan zaman, pergantian
peraturan perundang-undangan, misalnya sistem ketatanegaraan, dan pergantian
Ketetapan MPR tentang Garis-garis Besar kekuasaan menentukan materi muatan
Haluan Negara. Sementara itu, Ketetapan yang diatur di dalam Ketetapan MPR.
MPR yang bersifat individual tidak dapat
dikategorikan sebagai peraturan perundang- C. Penutup
undangan, misalnya Ketetapan MPR tentang 1. Simpulan
Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden. Ketetapan MPR berubah materi
Ciri kedua, peraturan perundang-undangan muatannya, seiring dengan pergantian
bersifat universal dan diciptakan untuk pemerintahan dan perubahan Undang-
menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan Undang Dasar. Pada masa pemerintahan
datang yang belum jelas bentuk konkritnya. Orde Lama, materi muatan Ketetapan
Oleh karena itu, ia tidak dapat dirumuskan MPRS ada yang berupa pengaturan, ada
untuk mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu yang berupa penetapan, dan ada yang
saja. Materi muatan Ketetapan MPR ada yang merupakan penegasan kembali pidato
bersifat konkrit dan dibentuk untuk mengatasi Presiden. Pada masa pemerintahan Orde
peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Lama ini terdapat dua periode keanggotaan
Ketetapan MPRS tentang Pencabutan Bintang MPRS yaitu MPRS periode 1960-1966 dan
Maha Putera Kelas III dari D.N. Aidit. Ciri MPRS periode 1966-1972. Ketetapan MPRS
ketiga, peraturan perundang-undangan periode 1960-1966 materi muatannya ada
memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan yang merupakan penegasan kembali pidato
memperbaiki dirinya sendiri. Ketetapan MPR Presiden Soekarno, misalnya, Ketetapan
yang berlaku sekarang ini tidak memiliki MPRS tentang Manifesto Politik Republik
kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki Indonesia, dan ada materi muatan yang
dirinya sendiri karena kewenangan MPR saat bertentangan dengan Undang-Undang
sekarang ini tidak memungkinkan MPR untuk Dasar 1945, misalnya Ketetapan MPRS
membentuk Ketetapan MPR yang materinya tentang pengangkatan Bung Karno sebagai
bersifat pengaturan. MPR selama dua periode presiden seumur hidup. Ketetapan MPRS
masa jabatannya (2004-2009 dan 2009- periode 1966-1972 materi muatannya
2014) tidak pernah membentuk Ketetapan lebih merupakan kekecewaan MPRS
MPR untuk mengoreksi Ketetapan MPR terhadap kepemimpinan Presiden
yang masih dinyatakan berlaku. Soekarno. Kekecewaan MPRS ini sampai
Berkaitan dengan UUD 1945, ada materi pada puncaknya dengan dikeluarkannya
muatan yang sesuai dengan UUD 1945, dan Ketetapan MPRS tentang Pencabutan
ada materi muatan yang bertentangan dengan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari
UUD 1945. Materi muatan Ketetapan MPR Presiden Soekarno.
yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar Ketetapan MPR pada masa pemerintahan
1945 misalnya tentang Garis-garis Besar Orde Baru lebih pada usaha untuk mencegah
Haluan Negara, Pengangkatan Presiden dan agar kekuatan politik masa Orde Lama tidak
Wakil Presiden. Materi muatan Ketetapan muncul kembali. Materi muatan Ketetapan MPR

Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa Jurnal Pembaharuan Hukum
136 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi Volume III No. 1 Januari - April 2016
Widayati
pada masa Reformasi sebagian besar isinya oleh perubahan kedudukan dan kewenangan
dimaksudkan untuk mengadakan pembatasan- yang diberikan kepada MPR. Materi muatan
pembatasan kekuasaan eksekutif (Presiden) Ketetapan MPR pada masa pemerintahan
dan pemberdayaan lembaga-lembaga negara Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi
lain. Pembentukan Ketetapan MPR dipengaruhi dapat digambarkan sebagai berikut:
Materi Muatan Ketetapan MPR
Orde Lama Orde Baru Era Reformasi
1. MPRS periode 1960-1965: 1. Tata tertib MPR 1. Awal reformasi: menghilangkan
- Penegasan kembali pidato 2. Pengangkatan Presiden bayang-bayang Orde Baru dengan
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden mencabut Ketetapan MPR tentang
- Bertentangan dengan 3. GBHN Eka Prasetya Panca Karsa atau
UUD 1945 (pengangkatan 4. Terdapat Ketetapan P4 (Pedoman Penghayatan dan
Presiden seumur hidup) MPR yang bertentangan Pengalaman Pancasila)
2. MPRS periode 1966-1972: dengan UUD 1945 yaitu 2. Reformasi:
Kekecewaan terhadap Ketetapan MPR tentang - mengadakan pembatasan-
kepemimpinan Presiden Referendum pembatasan kekuasaan eksekutif
Soekarno hingga pada - pemberdayaan lembaga-lembaga
puncaknya dengan mencabut negara lain
kekuasaan dari Presiden
Soekarno

2. Saran-saran. perundang-undangan, maka seharusnya


Materi muatan Ketetapan MPR yang materi muatan Ketetapan MPR tidak bersifat
berbeda-beda mulai masa pemerintahan beschikking, tetapi bersifat regeling. Produk
Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi, hukum MPR yang bersifat beschikking
ada yang bersifat beschikking dan ada seharusnya dikeluarkan dalam bentuk
yang bersifat regeling. Jika Ketetapan Keputusan MPR, bukan Ketetapan MPR.
MPR masuk dalam hierarki peraturan

DAFTAR PUSTAKA

A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi
Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV, Disertasi untuk memperoleh Gelar
Doktor dalam Ilmu Hukum pada Universitas Indonesia Fakultas Pascasarjana, Jakarta.
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, 1980, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem
Undang-Undang Dasar 1945, Gramedia, Jakarta.
Moh. Mahfud MD, 2010, Pedebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Rajawali
Pers, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2009, Sejarah, Realita, dan Dinamika,
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1973 tentang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Jurnal Pembaharuan Hukum Perbandingan Materi Muatan Ketetapan MPR Pada Masa
Volume III No. 1 Januari - April 2016 Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi 137
Widayati

Anda mungkin juga menyukai