2021/2022
MATA KULIAH: PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UDANGAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
APRIL 2022
1.
A. Bilamana kita lihat bahwa Indonesia merupakan negara yang mengaut sistem
demokrasi. Dalam sistem demokrasi sendiri erat kaitannya dengan hukum. Sehingga
implementasi sistem demokrasi di indonesia juga erat kaitannya dengan negara hukum.
Negara hukum sendiri merupakan negara yang memgatur semua hal dalam suatu
perundang-undangan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Konstitusi negara
Indonesia, yang dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1954.
Lalu dengan adanya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, tentu saja hal
tersebut tidak mengatur secara rinci mengenai suatu peraturan melainkan hanya
memberikan gambaran umum atau dasar saja. Dalam hal peraturan lebih rinci akan
diatur dalam suatu perundang-undangan lainnya. Peraturan perudang-undangan sendiri
memiliki hirarki, yang dimana dari yang ter atas menuju paling rendah yaitu:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. TAP MPR
3. Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Penggantu Undang-Undang
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah provinsi
6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Oleh karea itu eksistensi dari Tap MPR masih belum ada pada pada peraturan
perundang-undangan yang diatu pada Undang-Undang No.1 tahun 1950. Eksistensi
dari Tap MPR baru muncul ketika pada masa orde baru dimana MPR membuat Tap
MPR No. XX/MPRS/1966 dimana merubah hirarki peraturan perundang-undangan
yang lama menjadi:
Keberlakuan dari Tap MPR III/MRP/2000 tidak berjalan lama, hal tersebut
dikarenakan terjadinya perubahan ke IV dari Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga
pada perubahan Undang-Undang Dasar ke IV, Tap MPR tidak dapat dikatan peraturan
perundang-undangan dan hanya bersifat sebagai beschikking atau ketetapan saja.
Sehinga akibat perubahan Undang-Undang tersebut ke IV, hirarki peraturan perundang-
undangan diatur pada Undang-Undang No.10 tahun 2004, yang dimana hirakinya
menjadi:
Selang 7 tahun, eksistensi dari Tap MPR kembali diakui, hal tersebut dikarenakan
pada Undang-Undang No.12 tahun 2011 dimana merubah hirarki peratturan
perundang-undangan menjadi:
Oleh karan hal-hal tersebut menunjukkan bahwa norma hukum yang ada dalam
indonesia ditentukan oleh eksistensi tiap era dan tiap era tersebut berpengaruh terhadap
eksistensi dari hirarki hukum tersebut. Namun disisi lain MPR juga berpengaruh
terhadap pengaruh norma hukum yang ada di Indonesia
2. Bilamana kita lihat bahwa suatu peraturan perundang-undangan dibutuhkan untuk
negara Indonesia yang mana menganut sistem demokrasi. Dengan adanya suatu peraturan
perundang-undangan tentu saja akan menimbulkan polemik dimana ada masyarakat yang pro
dan kontra terhadap peraturan perudangangan tersebut. Lalu bila ada masyarakat yang tidak
setuju dengan suatu peraturan perundang-undangan maka, masyarakat diizinkan untuk
menggugat peraturan tersebut. Mekanismenya adalah dengam mengajukan judicial review ke
Mahkamah Konstitusi bilamana menggugat Undang-Undang, karena Mahkamah Konstitusi
berwenang untuk melakukan judicial review suatu Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar. Lalu bilamana menggugat peraturan dibawah Undang-Undang, maka masyarakat
memohon kepada Mahkamah Agung untuk melakukan judicial review suatu perturan dibawah
Undang-Undang terhdap Undang-Undang.
Lalu permasalahan pada dewasa ini adalah pemerintah acabkali membuat suatu
peraturan perundang-undangan yang menguntungkan pihak tertentu. Sebagai contohnya UU
ITE, dimana pada Undang-Undang tersebut dibuat agar masyarakat tidak dapat mengkritik
DPR di media sosial. Bilamana ada masyarakat masyarakat yang mengkritik DPR, dan DPR
tidak trima bisa dikenakan pasal UU ITE. Hal tersebut tentu saja membuat masyarakat
menentang adanya peraturan perundang-undangan, karena sangat merugikan masayrakat dan
hanya menguntungkan pihak tertentu. Selain dari itu, ketika pemerintah yang membuat suatu
perundang-undang selalu saja terdapat kecacatan, baik cacat formil maupun cacat materiil.
Oleh karena itu hasil produk peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah
selalu merugikan masyarakat. Bahkan rancangan undang-undang yang dibuat oleh LSM
maupun NGO, lebih baik ketimbang rancangan undang-undang buatan pemrintah. Oleh karena
hal-hal tersebut banyak masyarakat menentang adanya suatu peraturan perundang-undangan
hasil produk pemerintah.
3. Bilamana kita lihat bahwa harmonisasi sendiri merupakan kajian yang bertujuan guna
mencari kesesuaian antar peraturan perundang-undangan agar tidak ada dualisme peraturan
perundang-undangan. Harmonisasi sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu harmonisasi vertical
dan harmonisasi horizontal. Harmonisasi vertikan sendiri merupakan harmonisasi peraturan
perundang-undangan yang satu dengan peraturan perundang-undangan yang berbeda hirarki.
Lalu harmonisasi horizontal merupakan harmonisasi peraturan perundang-undang yang satu
dengan peraturan perundang-undangan yang sejajar. Dalam melakukan proses harmonisasi,
proses tersebut harus dilakukan dalam tahap yang awal baik dalam naskah akademik,
penyusunan program legilasi nasional, hingga rancangan pembentukan peraturan perundang-
undangan.
Oleh karena hal tersebut harmonisasi dan singkronisasi merupakan kesatuan yang tidak
bisa terlepaskan. Hal tersebut dikarenakan harmoniasi sendiri gambaran dari singkronisasi
dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan, yang dimana mencegah terjadinya
dualism hukum. Kedua hal tersebut sangatlah berperan penting dalam melakukan pembuatan
peraturan perndang-undangan baik dalam bentuk vertical dan horizontal. Sehingga apabila
diabaikannya harmonisasi dan singkronisasi dalam pembuatan peraturan perundang-undangan
pastinya akan muncul dualisme hukum yang mana meinumbulkan ketidakpastian dari hukum
itu sendiri.
SUMBER:
Irbah, Nisrina Sati. 2019. Jurnal Hukum KETETAPAN MPR DALAM TATA URUTAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA. Universitas Indonesia.
(http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/2343/1560)