Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA INDONESIA

Oleh:
Full name here

UNIVERSITAS CARDOVA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Azza wa Jalla, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Pemerintahan
Negara Indonesia ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan
dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah Sistem Pemerintahan Negara Indonesia ini
dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Dengan segala keterbatasan kami yakni bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati. Pada Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah Sistem
Pemerintahan Negara Indonesia ini bisa diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.

Taliwang, 17 Agustus 1945


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pemerintahan Indonesia mengalami dinamika yang unik, pada awal
kemerdekaan Indonesia sempat menerapkan Sistem Parlementer namun perseteruan
politik telah mengakibatkan kegagalan kabinet untuk dapat bekerja dengan baik, setelah
Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang antara lain menyatakan kembali ke UUD
1945.
Sistem pemerintahan Indonesia kembali ke presidensial dalam praktiknya, baik
pada masa Soekarno maupun Soeharto presiden menguasai panggung politik Indonesia,
amandemen UUD 1945 yang dilakukan diera reformasi diharapkan mampu menerapkan
kedudukan legislatif dan eksekutif secara profesional, berikut ini dapat dilihat
perbandingan sistem pemerintahan negara Republik Indonesia sebelum dan sesudah
dilaksanakan amandemen UUD 1945 dan lahirnya UU RI No. 22 Tahun 2003 Tentang
Susunan dan Kedudukan Tertinggi MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Pada era reformasi sekarang ini, kekuasaan tertinggi tidaklah tertumpu di tangan
MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat tidak terjadinya
saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances).
Jabatan Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Masa jabatannya pun dibatasi hanya untuk dua periode saja. Adanya
pemilihan langsung dalam memilih pimpinan negara, maka kedaulatan rakyat menjadi
sangat penting dan menentukan masa depan bangsa negara Indonesia. Presiden tidak akan
bertindak sewenang-wenang, karena ada lembaga perwakilan rakyat yang ikut memantau
jalannya pemerintahan, yaitu DPR.
Dengan adanya perubahan ini aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem
saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan, dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia?
2. Bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara Indonesia?
3. Bagaimana praktik lembaga-lembaga pemerintahan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia


Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945
dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan
yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah
dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip Otonomi Daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi;
2. Bentuk pemerintahan adalah Republik, sedangkan Sistem Pemerintahan Presidensial;
3. Presiden adalah Kepala Negara dan sekaligus Kepala Pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk
masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung
oleh rakyat dalam satu pasangan;
4. Kabinet atau Menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden;
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR.
DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan;
6. Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem Pemerintahan
Parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan
yang ada dalam Sistem Presidensial.

Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia adalah sebagai


berikut:
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi Presiden meskipun secara tidak langsung;
2. Presiden dalam mengangkat Pejabat Negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR;
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR;
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem Pemerintahan
Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki Sistem Presidensial yang lama.
Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral,
mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada
parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

B. Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Indonesia


1. Prinsip Negara Hukum
Perubahan UUD 1945 mempertegas prinsip negara hukum dan
mencantumkannya pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah negara hukum”. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang
menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, menghormati
hak asasi manusia dan prinsip due process of law. Pelaksanaan kekuasaan kehakiman
yang merdeka diatur dalam bab IX yang berjumlah 5 pasal dan 16 ayat. (Bandingkan
dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang hanya 2 pasal dengan 2 ayat).
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1
UUD 1945). Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. Sedangkan badan-badan lainnya yang fungsinya berkaitan dengan
kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-Undang.
Jaminan atas kekuasaan kehakiman yang merdeka ini tercermin dalam
pemberian wewenang yang tegas dalam pasal-pasal UUD 1945 dan mekanisme
pengangkatan hakim agung yang dilakukan melalui mekanisme saling kontrol antara
Komisi Yudisial, DPR, Presiden serta Mahkamah Agung, serta pengangkatan Hakim
Konstitusi yang berjumlah 9 orang masing-masing 3 orang yang ditunjuk DPR,
Presiden dan Mahkamah Agung.
Hak asasi manusia diatur sangat lengkap dalam Undang-Undang Dasar ini
dalam Bab tersendiri, yaitu Bab XA yang terdiri atas 10 pasal dan 24 ayat
(bandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang hanya terdiri 2 pasal dan 1
ayat). Pengaturan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlindungan hak-hak
asasi manusia baik bagi setiap warga negara maupun setiap orang yang berada dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
Implikasi yang diharapkan dari pengaturan mengenai kekuasaan kehakiman
dan hak asasi manusia dalam UUD 1945 ini adalah berjalannya pemerintahan yang
berdasar atas prinsip due process of law, yaitu setiap tindakan dan kebijakan
pemerintah harus berdasarkan atas ketentuan hukum. Tidak ada kebijakan yang boleh
keluar dari hukum yang berlaku. Setiap kebijakan negara dan pemerintah dapat
digugat oleh setiap orang atau warga negara manakala terjadi penyimpangan atau
pelanggaran hukum terhadap hak-hak warga negara yang dijamin konstitusi.
2. Sistem Konstitusional Berdasarkan Check and Balances
Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan
untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-masing lembaga-lembaga
negara, mempertegas batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan
menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap
lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah sistem “check and balances”,
yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh Undang-Undang Dasar, tidak
ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan
fungsi-fungsi masing-masing.
Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945 dilakukan,
yaitu perubahan dari “Kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR”, menjadi “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Ini berarti bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan
berdasar Undang-Undang Dasar yang dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang
Dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur dan ditentukan kekuasaan dan
wewenangnya dalam Undang-Undang Dasar. Oleh karena itu kedaulatan rakyat,
dilaksanakan oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang
diatur oleh UUD. Bahkan rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatannya
untuk menentukan Presiden dan Wakil Presidennya melalui pemilihan umum.
Sistem yang dibangun berdasarkan perubahan ini adalah mempertegas dan
merumuskan secara lebih jelas “ Sistem Konstitusional” yang telah disebutkan dalam
penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan, yaitu penyelenggaraan kekuasaan negara
berdasar konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Kewenangan dan kekuasaan masing-
masing lembaga negara diatur dan dirinci sedemikian rupa dan saling mengimbangi
dan membatasi antara satu dengan yang lainnya berdasar ketentuan Undang-Undang
Dasar. Inilah yang disebut sistem “check and balances” (perimbangan kekuasaan).
Bahkan setiap warga negara dapat menggugat negara melalui organ negara yang
bernama Mahkamah Konstitusi manakala ada tindakan negara yang melanggar hak-
hak konstitusionalnya yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar.
Sistem ini tetap dalam sistem Pemerintahan Presidensial, bahkan mempertegas
Sistem Presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada Parlemen,
akan tetap bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan DPR.
Presiden hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya karena melakukan
perbuatan melanggar hukum yang jenisnya telah ditentukan dalam Undang-Undang
Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden. DPR dapat mengusulkan
untuk memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya manakala ditemukan
pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana yang ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar.
C. Praktik Lembaga-lembaga Pemerintahan Indonesia
1. Pemerintah Pusat dan Kewenangannya
Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, disebutkan bahwa pemerintah
pusat ialah “perangkat negara kesatuan RI yang terdiri dari presiden beserta para
menteri.” Kedua peraturan perundang-undangan itu juga menyebutkan tentang
wewenang pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.
Kewenangan bidang lain pemerintah ialah kebijakan tentang perencanaan
nasional, pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan
keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara,
pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber
daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standardisasi
nasional.
Menurut aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam PP No. 25 Tahun
2000, kewenangan bidang lain ini meliputi bidang pertanian, kelautan,
pertambangan, energi, kehutanan dan perkebunan, perindustrian, dan
perdagangan, perkoperasian, penanaman modal kepariwisataan, ketenagakerjaan,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pertanahan,
pemukiman, perkerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam
negeri dan administrasi publik, pengembangan otonomi daerah, perimbangan
keuangan, kependudukan, hukum dan perundang-undangan, olah raga dan
penerangan.
2. Pemerintah Daerah dan Kewenangannya
Pada masa Orde Baru, penyelenggaraan pemerintah daerah menggunakan
model sentralisasi, namun pada era reformasi, penyelenggaraan pemerintah daerah
menggunakan model otonomi. Otonomi daerah dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah diatur dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun
2004. Undang-Undang ini menghapus UU No. 5 tahun 1975 yang sentralistis.
Format baru pemerintah daerah di bawah UU No. 32 tahun 2004 diarahkan
kepada terciptanya kemandirian daerah dengan meletakan suatu prinsip otonomi
yang luas dan utuh pada daerah kabupaten/kota. Asas utama penyelenggaraan
pemerintah daerah dalam peraturan perundang-undangan ini menganut asas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Ketentuan mengenai kewenangan daerah
provinsi diatur melalui PP No. 25 tahun 2000, sedangkan kewenangan
kabupaten/kota adalah kewenangan sisa yang tidak disebut dalam peraturan
pemerintah tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sistem penyelenggaraan negara ada yang disebut dengan aparatur
negara, aparatur negara adalah lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945 dan
perubahannya. Lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat pusat/nasional dipegang
oleh Presiden dan Wakil Presiden selaku badan Eksekutif, (MPR, DPR, dan DPD)
selaku badan Legislatif, (Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah
Konstitusi) selaku badan Yudikatif, dan BPK selaku badan Auditif/Eksplanatif.
Sedangkan di tingkat provinsi di pegang oleh Gubernur/Wakil Gubernur selaku
badan Eksekutif, (DPRD Provinsi) selaku badan Legislatif dan di tingkat
Kabupaten/Kota di pegang oleh Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil
Wali Kota selaku badan Eksekutif, (DPRD Kabupaten/Kota) selaku badan Legislatif.
Dalam sistem pemerintahan ini, lembaga-lembaga negara itu berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara
monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda. Setelah
adanya perubahan/amandemen UUD 1945 tidak ada kedudukan lembaga tertinggi,
melainkan semuanya sama sebagai lembaga-lembaga tinggi negara.
B. Saran
Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Di mana
Negara ini menganut sistem Presidensial. Seharusnya presiden sebagai kepala
Negara sekaligus kepala pemerintahan bisa melaksanakan kewajiban keduanya
dengan baik. Presiden sebagai kepala pemerintahan harus mampu mengondisikan
sistem pertahanannya dengan baik, karena pada kenyataannya sistem yang berjalan
belum bisa dikatakan berhasil membuat rakyat makmur. Sesuai dengan tujuan
pemerintahan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, Komarudin dkk. 2010. Pendidikan Kewargaan. Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah.

Mahmud, Abdullah dkk. 2000. Tata Negara. Ponorogo: Darussalam Press.

Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung: Fokusmedia.

Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT. Grasindo.

Syafiie, Kencana, dkk. 2009. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai