Anda di halaman 1dari 12

Macam-Macam Sistem Pemerintahan Ketatatanegaraan

OLEH:

Maulidan Taufik Ritonga : 1810300059

Rini Pujianti Dongoran : 1810300060

DOSEN PEMBIMBING:

Rahma Sari, M.H.

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDEMPUAN

T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita beribu-
ribu nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam kita
curahkan ke pada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman yang berilmu seperti saat ini. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kulia”hukum perdata “dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun,
kami pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, kami memohon kritik dan saran dari pembaca makalah ini terkhusus
dosen pembimbing mata kuliah”hukum perdata” yang kami harapkan sebagai bahan koreksi bagi
kami

. Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Padangsidimpuan, 14 Oktober 2021

2
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pemerintahan di Indonesia telah mengalami perubahan paradigma


yang sangat signifikan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah, yang telah diganti dengan Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 yang mengalami dua kali perubahan dengan Undang – Undang No. 8
Tahun 2005 perubahan pertama atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang – Undang No. 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah atau yang lazim dikenal dengan Undang-
Undang Otonomi Daerah. Perubahan paradigma pemerintahan ini sesungguhnya
adalah langkah yang ditempuh oleh pemerintah dalam menyikapi tuntutan
masyarakat sejak digulirkannya reformasi.

Tugas pemerintah dalam mewujudkan Publik Governance adalah baik oleh


pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah daerah dalam hal ini
senantiasa harus mempersiapkan diri untuk mengemban kebijakan deentralisasi
dengan diberlakukannya kebijakan Otonomi Daerah melalui Undang – Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu sebagian besar
kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada 3 pemerintah daerah, hanya
beberapa kewenangan yang berfungsi sebagai perekat bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia yaitu kewenangan dibidang politik luar negeri, pertahanan dan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal serta agama.

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami pergeseran yang


mengakibatkan perubahan fundamental terhadap stuktur dan kewenangan lembaga
negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya amandemen Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 selama empat tahap. Amandemen Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tahap pertama dilakukan pada tahun 1999 dan
tahap kedua tahun 2000, dilanjutkan tahap ketiga pada tahun 2001 dan terakhir
dilakukan tahap keempat pada tahun 2002. Amandemen tahap keempat Undang-

3
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut telah memberikan perubahan
yang berarti bagi lembaga negara melalui tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh
masingmasing lembaga, misalnya Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia tidak lagi didudukkan sebagai lembaga pemegang kekuasaan negara
tertinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sistem Pemerintahan
2. Apa Macam-Macam Sistem Pemerintahan dalam Ketatanegaraan
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sistem Pemerintahan
2. Untuk Mengetahui Apa Macam-Macam Sistem Pemerintahan dalam
Ketatanegaraan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan


Sistem diartikan sebagai suatu keutuhan kaidah-kaidah yang teratur dan
mempunyai tujuan tertentu, sedangkan pemerintahan dimaksudkan sebagai suatu
lapangan kerja, suatu tugas (khususnya yang disebut) Pemerintah dalam hubungannya
dengan badan perundang-undangan. Dalam literatur ilmu negara (Algemene Staatsleer,
Theory of State) dan ilmu hukum tata negara (Staatsrecht Wetenschap, Constitutional
Law), sistem pemerintahan diartikan sebagai tatanan hubungan pertanggungjawaban atas
penyelenggaraan pemerintahan antara eksekutif dan legislatif (parlemen).1
Solly Lubis mengemukakan istilah “pemerintahan” adalah meliputi pengertian-
pengertian tentang struktur dan mekanisme kekuasaan dalam suatu Negara.2 Bintan R.
Saragih menyatakan bahwa sistem pemerintahan merupakan keseluruhan dari susunan
atau tatanan yang teratur dari lembaga-lembaga negara yang berkaitan satu dengan yang
lainnya baik langsung ataupun tidak langsung menurut suatu rencana atau pola untuk
mencapai tujuan negara.3
Menurut Jimly Asshiddiqie, sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara
garis besar dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu : sistem pemerintahan presidensiil
(presidential system), sistem pemerintahan parlementer (parliamantery system), dan
sistem campuran (mixed system atau hybrid system). Sri Soemantri juga mengemukakan
tiga jenis sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan presidensial, sistem
pemerintahan parlementer, dan sistem pemerintahan campuran.4
Sementara Saldi Isra menyatakan bahwa sistem pemerintahan yang paling banyak
dipraktikkan hanya ada tiga, yaitu sistem pemerintahan parlementer, pemerintahan
presidensial, dan sistem pemerintahan semi-presidensial. Menurut pengamatan Denny

1
Bagir Manan, “ Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945”
dalam Moh. Fadli ( Editor), Membedah UUD 1945, Cetakan Pertama, ( Malang: UB Press, 2012), hlm. 97.
2
Syaiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Tata Negara, ( Bandung: Tarsito, 1996), hlm. 79.
3
Bintan R. Saragih, Sistim Pemerintahan dan Lembaga Perwakilan di Indonesia, Cetakan Pertama
( Jakarta: Penerbit Perintis Press, 1985), hlm. 77.
4
Sri Soemantri Martosoewignjo, “Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945”, dalam Sri Soemantri M
dan Bintan R. Saragih ( Penyunting), Ketatanegaran Indonesia dalam Kehidupan Politik Indonesia 30 Tahun
Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, Cet.1, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), hlm. 41.

5
Indrayana, sistem pemerintahan terdiri dari sistem pemerintahan presidensial, sistem
parlementer, sistem monarki sistem kolegial (collegial) dan sistem campuran (hybrid).5
Para ahli sepakat bahwa system pemerintahan yang lazim diterapkan di berbagai
lintas negara adalah sistem pemerintahan presidensial, sistem pemerintahan parlementer,
dan sistem pemerintahan campuran. Meskipun presidensialisme dan parliamentarisme
adalah tipe yang cukup banyak mengakui variasi internal, dan meskipun terdapat juga
penggabungan kedua unsur-unsur tipe tersebut, tujuan kedua sistem dapat dibedakan
secara tajam.6
B. Macam-Macam Sistem Pemerintahan Ketatanegaraan

1. Sistem Pemerintahan Presidensial

Berasal dari kata presiden, sehingga sistem pemerintahan presidensial


meletakkan hubungan fungsional antar lembaga dan pelaksanannya, dipimpin oleh
presiden. Sejak amandemen UUD 1945 yang ketiga dan keempat, pemerintah negara
Indonesia menjalankan sistem pemerintahan presidensial secara nyata. Sebelumnya
Indonesia sempat menjalankan sistem pemerintahan demokrasi, yang seiring
berjalannya waktu mengalami perubahan.

a. Trias Politica dalam Presidensial

Pembagian tugas yang dijalankan lembaga negara dengan sistem


pemerintahan presidensial, secara murni menggunakan doktrin Trias Politica,
yakni:
1) Legislatif yang berkuasa membuat Undang-Undang.
2) Eksekutif yang berperan menjalankan Undang-Undang.
3) Yudikatif yang memiliki hak mengadili pelanggaran Undang-Undang.
b. Karakteristik Sistem Pemerintahan Presidensial
1)  Presiden yang dipilih rakyat melalui pemilu.
2) Masa jabatan presiden dengan jangka waktu tertentu.

5
Denny Indrayana,”Mendesain Presiden yang Efektif bukan “Presiden Sial” atawa Presiden Sialan”, dalam
Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan, (Jakarta: Kompas, 2008), hlm. 192.
6
Arturo Valenzuela, “ Latin American Presidencies Interrupted” dalam Journal of Democracy, Volume 15,
Number 4, October 2004, hlm. 15.

6
3) Presiden secara bersamaan menjabat sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Melalui jabatan tersebut presiden mengangkat pejabat
pemerintahan lain yang terkait, seperti menteri.
4)  Presiden memiliki kewenangan legislatif oleh UUD atau konstitusi.
5) Presiden memiliki hak prerogratif untuk eksekutif. Hak prerogatif ialah hak
istimewa untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang
memimpin departemen dan non-departemen.
6) Presiden memiliki hak berpendapat menurut UUD/UU/peraturan akan
diberlakukan atau dicabut.
7)  Keputusan kepala negara tidak bisa diganggu gugat.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Macam sistem pemerintahan selanjutnya parlementer, di mana ada
presiden dan perdana menteri yang berkuasa. Parlemen memiliki peran sangat besar
dalam pemerintahan. Beberapa negara yang melaksanakan sistem pemerintahan ini,
seperti Malaysia, Jepang, Inggris, Belanda, Singapura dan sebagainya. Parlemen
memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan bisa menjatuhkan
pemerintahan, yakni dengan mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Posisi
presiden sebagai kepala negara, sedangkan perdana menteri menjadi kepala
pemerintahan. Berikut karakteristik sistem pemerintahan parlementer, yaitu :
a. Parlemen menjadi pemegang kekuasaan.
b. Negara dipimpin oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan dan
kepala negara dipegang oleh presiden atau raja.
c. Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif, sedangkan raja diseleksi
berdasarkan undang-undang.
d. Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa).
e. Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab pada kekuasaan legislatif.
f. Menteri-menteri bertanggung jawab pada kekuasaan legislatif.
g. Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
h. Pemilihan kepala pemerintahan melalui dipilih rakyat (langsung) atau parlemen
(tidak langsung).
i. Pemilihan parlemen, dapat berubah-ubah sesuai dengan keputusan Perdana Menteri.

7
3. Sistem Pemerintahan Semipresidensial
Macam sistem pemerintahan semipresidensial merupakan gabungan dari
Presidensial dan Parlementer hingga disebut sebagai Dual Eksekutif atau Eksekutif
Ganda. Terlihat kuat, sebab posisi perdana menteri dan presiden menjalankan
kekuasaan bersama. Di lain sisi, terdapat parlemen atau wakil rakyat yang memiliki
hak kuat dalam pemerintahan. Berikut ini karakteristik sistem pemerintahan
semipresidensial, yaitu:
a. Presiden memiliki hak prerogratif atau hak istimewa, dalam mengangkat atau
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
b. Negara dipimpin oleh perdana menteri sebagai kepala pemerintahan dan presiden
menjadi kepala negara.
c. Masa jabatan kepala pemerintahan tidak ditentukan jangka waktu.
d. Masa pemilihan umum ditentukan jangka waktu (4-6 tahun).
e. Eksekutif tanggungjawab kepada legislatif.
f. Eksekutif tidak dijatuhkan legislatif.
g. Kedudukan legislatif lebih tinggi dibandingkan eksekutif.
h. Pemilihan kepala negara dipilih rakyat (langsung) atau parlemen (tidak langsung).
i. Pemilihan kepala pemerintahan dengan ditunjuk Presiden
4. Sistem Pemerintahan Komunis
Sistem pemerintahan dikendalikan penuh oleh partai komunis. Macam sistem
pemerintahan yang masih hingga saat ini, yakni Korea Utara, Vietnam, Laos, Republik
Rakyat Tiongkok, Transnistia, dan Kuba. Komunisme atau Marxisme merupakan
ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis.
Berkenaan dengan filosofi, politik, sosial, dan ekonomi. Tujuan utamanya
untuk menciptakan masyarakat komunis dengan aturan sosial dan ekonomi berdasar
kepemilikan bersama alat produksi, serta tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
Berikut ini karakteristik sistem pemerintahan komunis, yaitu:
a. Sistem pemerintahan didominasi oleh satu partai, yakni Partai Komunis.
b. Paham komunisme atau Marxisme-Leninisme (berasal dari pemikiran Lenin)
dianggap sebagai paham negara.

8
c. Sistem ekonomi menggunakan sistem komunisme dengan perencanaan terpusat.
d. Sifatnya otoriter dan tidak memiliki kebebasan berpendapat.
e. Seluruh alat produksi dikuasai oleh negara, swasta tidak memiliki peran.
5. Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal
Macam sistem pemerintahan berikutnya ialah demikrasi liberal atau demokrasi
konstitusional. Politiknya menganut pada kebebasan individu. Berusaha supaya
keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan, serta hak-hak individu seperti
tercantum dalam konstitusi.
Sistem yang diterapkan oleh Amerika Serikat, Kanada dan Britania Raya.
Tetap melalui konstitusi yang digunakan berupa sistem presidensial, republik, dan
monarki konstitusional. Berikut ini karakteristik sistem pemerintahan demokrasi
liberal, yaitu:
a. Mengutamakan kepentingan individu, terutama di lingkungan masyarakat.
b. Agama menjadi urusan masing-masing, sebab keyakinan beragama merupakan hak
asasi manusia yang sifatnya sangat pribadi. Baik mempercayai adanya Tuhan
maupun tidak (Atheis).
c. Mengutamakan hak asasi manusia yang berkaitan dengan kebebasan individu.
6.  Sistem Pemerintahan Liberal
Macam sistem pemerintahan Liberal menganut pada asas kebebasan sebagai
landasan penetapan kebijakan. Pemerintah tak begitu banyak menetapkan kebijakan.
Mayoritas aktivitas pemerintahan negara dijalankan oleh pihak swasta.
Liberal atau liberalisme merupakan sebuah ideologi, pandangan filsafat, serta
tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman, bahwa kebebasan dan persamaan hak
adalah nilai politik yang utama. Berikut ini karakteristik sistem pemerintahan liberal,
yaitu:
a. Negara menganut asas demokrasi.
b. Wakil rakyat di pemerintahan negara dipilih oleh rakyat.
c. Parlemen memiliki tanggung jawab besar terhadap warga negara.
d. Memiliki lembaga dalam pemerintahan yang berfungsi dalam mengawasi lembaga
legislatif.
e. Membuat perangkat regulasi berdasar pengalaman individu.

9
f. Konstitusi membatasi kekuasaan eksekutif.
g. Setiap individu mempunyai kesempatan sama dalam segala bidang kehidupan, baik
politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
h. Semua orang punya hak yang sama dalam mengemukakan pendapat.
i. Pemerintah harus bertindak menurut kehendak rakyat.7

Distribusi kekuasaan merupakan suatu hal yang penting dalam membangun system
ketatanegaraan. Distribusi kekuasaan yang baik diharapkan akan terwujud keseimbangan
kekuasaan antara satu lembaga dengan lembaga lainnya dan terdapatnya saling kontrol
untuk menghindari terjadinya penyimpangan.
Meskipun usia Negara Indonesia terbilang tidak lagi muda, akan tetapi dalam
menyelenggarakan sistem pemerintahan seakan Indonesia masih dalam tahap mencari
format ideal yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia. Praktek ketatanegaraan
yang terjadi kurang mencerminkan jiwa dan semangat UUD 1945. Dengan rumusan
singkat dan aturanaturan yang hanya bersifat pokok dalam UUD 1945, semula
diharapkan akan mempermudah praktek penyelenggaraan pemerintahan negara melalui
pengaturan undang-undang. Namun, pada sisi lain ternyata mudah disimpangi sesuai
selera penyelenggara negara sehingga terjadilah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang pada gilirannya telah menyengsarakan rakyat dan merusak etika, moral dan
semangat para penyelenggara negara dan seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah ketatanegaraan di Indonesia sebelumnya telah menunjukkan adanya
ketidakseimbangan kekuasaan dalam pemerintahan, dimana terlihat kekuasaan yang
terpusat pada satu tangan atau satu lembaga saja, sehingga menimbulkan penyimpangan
dalam praktek ketatanegaraan. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif memiliki
kekuasaan yang sedemikian besar. Hal itu menjadikan lembaga-lembaga Negara lainnya
tidak dapat berfungsi dengan baik, karena ”terkooptasi” oleh kekuasaan eksekutif.
Lembaga legislatif yang seharusnya melakukan kontrol atau pengawasan terhadap
kekuasaan eksekutif, tetapi pengawasan itu tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya,

7
https://hot.liputan6.com/read/4615711/6-macam-sistem-pemerintahan-di-dunia-lengkap-beserta-
karakteristiknya.

10
sehingga Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dapat mengambil tindakan
dengan kehendaknya.8

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara garis besar dapat dibedakan
dalam tiga macam yaitu : sistem pemerintahan presidensiil (presidential system), sistem
pemerintahan parlementer (parliamantery system), dan sistem campuran (mixed system
atau hybrid system).

Para ahli sepakat bahwa system pemerintahan yang lazim diterapkan di berbagai
lintas negara adalah sistem pemerintahan presidensial, sistem pemerintahan parlementer,
dan sistem pemerintahan campuran. Meskipun presidensialisme dan parliamentarisme
adalah tipe yang cukup banyak mengakui variasi internal, dan meskipun terdapat juga
penggabungan kedua unsur-unsur tipe tersebut, tujuan kedua sistem dapat dibedakan
secara tajam.

Sejarah ketatanegaraan di Indonesia sebelumnya telah menunjukkan adanya


ketidakseimbangan kekuasaan dalam pemerintahan, dimana terlihat kekuasaan yang
terpusat pada satu tangan atau satu lembaga saja, sehingga menimbulkan penyimpangan
dalam praktek ketatanegaraan. Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif memiliki
kekuasaan yang sedemikian besar.

8
Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik dan Kehidupan
Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm.147.

11
DAFTAR PUSTAKA

Manan, Bagir, “ Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Sebelum dan Sesudah Perubahan
UUD 1945” dalam Moh. Fadli ( Editor), Membedah UUD 1945, Cetakan Pertama,
Malang: UB Press, 2012.
Anwar, Syaiful, Sendi-Sendi Hukum Tata Negara, Bandung: Tarsito, 1996.
R. Saragih, Bintan, Sistim Pemerintahan dan Lembaga Perwakilan di Indonesia, Cetakan
Pertama,Jakarta: Penerbit Perintis Press, 1985.
Soemantri Martosoewignjo, Sri,“Susunan Ketatanagaraan Menurut UUD 1945”, dalam Sri
Soemantri M dan Bintan R. Saragih ( Penyunting), Ketatanegaran Indonesia dalam
Kehidupan Politik Indonesia 30 Tahun Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, Cet.1,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.
Indrayana,Denny,”Mendesain Presiden yang Efektif bukan “Presiden Sial” atawa Presiden
Sialan”, dalam Negara Antara Ada dan Tiada: Reformasi Hukum Ketatanegaraan,
Jakarta: Kompas, 2008.
Valenzuela, Arturo, “ Latin American Presidencies Interrupted” dalam Journal of Democracy,
Volume 15, Number 4, October 2004
Moh. Mahfud MD,Moh, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Studi tentang Interaksi Politik
dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

12

Anda mungkin juga menyukai