Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Wahyuni (2021407007)
2. Hana Farika (2021407006)
3. Selvy Eka Septyana (2021407011)
4. Asmira Abdurrohman (2021407065)
Sejak reformasi terjadi tahun 1998 yang berakibat berakhirnya masa pemerintahan orde
baru, mulailah terjadi perubahan (Amandemen) konstitusi Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sebanyak empat kali. Perubahan tersebut berimplikasi terhadap
perubahan ketatanegaraan sekaligus susunan kelembagaan Negara Indonesia. salah satu dampak
langsung perubahannya adalah perubahan supremasi MPR menjadi supermasi Konstitusi.
Susunan kelembagaan Negara Indonesia tidak lagi mengenal istilah “Lembaga Tertinggi Negara”
untuk kedudukan MPR sehingga terjadi kesejajaran kedudukan dengan lembaga sejenis demi
menciptakan sistem check and balances.
Telah dikenal adanya 3 fungsi kekuasaan klasik yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan
yudikatif oleh Baron de Montesquieu (1689-1785). Teori tersebut disebut juga teori Trias
Politica yang menghendaki adanya pemisahan kekuasaan antara satu lembaga dengan lembaga
Negara yang lain. Satu lembaga Negara tidak boleh mencampuri kekuasaan lembaga Negara
yang lain. Konsepsi Trias Politica tersebut dewasa ini sudah tidak relevan lagi karena tidak
mungkin ketiga lembaga tersebut hanya melaksanakan satu fungsi tanpa boleh mencampuri
fungsi lembaga lain. Sistem check and balances dalam konsep tersebut tidak ditemukan. Padahal
idealnya lembaga-lembaga Negara memiliki kedudukan yang sejajar satu dan lain dan
berhubungan saling mengawasi sesuai dengan prinsip check and balances.
Seiring perkembangan masyarakat modern yang sedang berkembang dari segi sosial,
ekonomi, politik, dan budaya dengan berbagai pengaruh globalisme menuntut adanya sistem
kenegaraan yang efisien dan efektif dalam memenuhi pelayanan publik. Atas faktor tersebut
muncullah berbagai lembaga-lembaga Negara sebagai eksperimentasi kelembagaan yang dapat
berupa dewan (council), komite (committee), komisi (commission), badan (board), atau otorita
(authority). Lahirnya lembaga-lembaga baru tersebut disebut dengan lembaga penunjang
(auxiliary institution). Lembaga-lembaga ini memiliki fungsi layaknya lembaga Negara yang
utama, ada lembaga yang memiliki fungsi regulasi, fungsi administratif, dan fungsi
penghukuman.
1
Eksperimentasi terhadap lembaga-lembaga baru juga sedang dilakukan oleh Negara
Indonesia. Dimulai pasca jatuhnya pemerintahan Soeharto (1998) yang dikenal dengan era
reformasi dilakukanlah perubahan konstitusi UUD 1945 selama 4 tahun (1999-2002). dalam
perubahan tersebutlah terjadi pembentukan dan pembaharuan lembaga Negara. Dari 34 lembaga
Negara, terdapat 28 lembaga Negara yang kewenangannya dijelaskan secara umum maupun
secara rinci dalam UUD 1945. ke-28 lembaga Negara inilah yang disebut memiliki kewenangan
konstitusional yang disebutkan secara eksplisit dalam UUD 1945. Eksperimentasi terhadap
lembaga-lembaga baru juga sedang dilakukan oleh Negara Indonesia. Dimulai pasca jatuhnya
pemerintahan Soeharto (1998) yang dikenal dengan era reformasi dilakukanlah perubahan
konstitusi UUD 1945 selama 4 tahun (1999-2002). dalam perubahan tersebutlah terjadi
pembentukan dan pembaharuan lembaga Negara. Dari 34 lembaga Negara, terdapat 28 lembaga
Negara yang kewenangannya dijelaskan secara umum maupun secara rinci dalam UUD 1945.
ke-28 lembaga Negara inilah yang disebut memiliki kewenangan konstitusional yang disebutkan
secara eksplisit dalam UUD 1945.
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pihak lain tetap menghendaki MPR tidak dibubarkan. Dari ketiga lembaga legislatif tersebut
posisi MPR merupakan lembaga yang bersifat khas Indonesia.
Prinsip permusyawaratan tercermin dalam kelembagaan MPR, sedangkan prinsip perwakilan
dianggap tercermin dalam kelembagaan DPR. Jadi, MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi
atau pemegang kedaulatan rakyat yang lebih tinggi dari lembaga-lembaga lainnya. Tugas dari
MPR yaitu mengubah dan menetapkan UUD 1945. MPR juga bisa memberhentikan presiden dan
wakil presiden apabila tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Tentunya hal tersebut dilakukan MPR sebelum diamandemenkannya UUD 1945, susunan
anggota MPR yang terdiri dari anggota – anggota DPR ditambah utusan daerah, golongan
politik, dan golongan karya sesuai dengan (Pasal 1 ayat 1 UU No. 16 Tahun 1969). Terkait
dengan kedudukannya sebagai Lembaga Tertinggi Negara, MPR diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”
dan MPR adalah “penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan
UUD, GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden. Hal yang paling menonjol mengenai
MPR setelah adanya amandemen UUD adalah dihilangkannya kedudukan MPR sebagai lembaga
tertinggi negara. Menurut ketentuan Pasal 3 Perubahan UUD 1945 Pasal 11 UU. NO. 22 Tahun
2003 bahwa MPR mempunyai tugas dan wewenang yaitu;
4
3. Menerima dan membahas usulan rancangan Undang-Undang yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan;
4. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
5. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, serta kebijakan pemerintah;
6. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan penimbangan
DPD;
7. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota
Komisi Yudisial;
8. Memberikan persetujuan calon hakim Agung yang diusulkan Komisi yudisial untuk
ditetapkan sebagai hakim Agung oleh Presiden.
Jadi, Dewan Perwakilan Rakyat adalah lembaga yang merupakan perwakilan rakyat dan
memegang kekuasaan dalam membentuk undang-undang juga memiliki 3 fungsi yaitu sebagai
fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Membentuk undang-undang terlebih dahulu dibahas
dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.
DPD dapat mengajukan kepada DPR RUU yang berkaitan dengan Otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelola sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan
dengan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
B. Lembaga Eksekutif
Lembaga eksekutif adalah lembaga yang dijalankan oleh presiden dan wakil presiden
beserta para menterinya dalam menjalankan tugas negara yang biasa disebut sebagai penjalan
roda pemerintahan. Menurut perubahan ketiga UUD 1945 pasal 6A, presiden dan wakil presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Adapun, sebelum amandemen UUD
5
1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR. Sebagai kepala negara, presiden adalah
simbol resmi negara Indonesia di dunia. Adapun wewenang, kewajiban dan hak presiden, yaitu;
C. Lembaga Yudikatif
Kekuasaan yudikatif berpuncak pada kekuasaan kehakiman yang juga dipahami
mempunyai dua pintu, yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Amandemen
Undang-Undang Dasar (UUD 11945) telah membawa perubahan kehidupan ketatanegaraan
dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman.
a. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata
usaha negara. Menurut pasal 24A Ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945, Mahkamah Agung
memiliki kewewenangan untuk mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang. Disamping itu, Mahkamah Agung memberikan pertimbangan
dalam hal pemberian grasi dan rehabilitasi oleh presiden, serta mengajukan tiga orang sebagai
hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi (Pasal 14 Ayat (1). Selain kekuasaan yang diatur
6
oleh UUD 1945, dalam undang-undang yang mengatur tentang Mahkamah Agung ditentukan
bahwa Mahkamah Agung mempunyai tugas dan wewenang, yaitu;
1. Memutus sengketa tentang kewenangan mengadili antar badan peradilan dibawahnya.
2. Mengadakan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap.
3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan pengadilan di bawahnya.
4. Memutus pada tingkat pertama dan terakhir terhadap semua sengketa yang timbul karena
perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang republik Indonesia.
5. Memberi pertimbangan hukum kepada lembaga negara lain.
b. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara baru dalam struktur kelembagaan Negara
Republik Indonesia yang dibentuk berdasarkan amanat Pasal 24C Pasal III aturan peralihan
perubahan UUD 1945. Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara yang termasuk salah satu
pelaku kekuasaan kehakiman yang melakukan fungsi peradilan dalam menangani permasalahan
ketatanegaraan berdasarkan otoritas UUD 1945 yang memiliki tugas dan wewenang, yaitu;
1. Menguji konstitusionalitas undang-undang.
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD
1945. Memutus pembubaran partai politik.
3. Memutus perselisihan pemilu umum.
4. Memberikan putusan atas pandapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran Presiden atau Wakil Presiden.
c. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial beranggotakan orang-orang yang harus mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Anggota-anggota Komisi Yudisial tersebut diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan
persetujun Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 24B Ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945) dengan
masa jabatan 5 tahun. Dalam menjalankan tugasnya, Komisi Yudisial melakukan pengawasan
terhadap:
7
1. Hakim agung di Mahkamah Agung.
2. Hakim pada badan peradilan disemua lingkungan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung seperti peradilan umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan
badan peradilaan lainnya.
3. Hakim Mahkamah Konstitusi.
Komisi Yudisial juga memiliki tugas dan wewenang, yaitu;
1. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung.
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
9
Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan DPR (Pasal 11 ayat 2 Perubahan UUD 1945)
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12 UUD 1945)
Dalam hal mengangkat duta Presiden memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat
2)
Presiden menerima penempatan duta Negara asing dengan memperhatikan pertimbangan
DPR (pasal 13)
Presiden menerima amnesty dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(Pasal 14 ayat 2)
D. Hubungan Presiden dan Kementerian Negara
Sebelum UUD 1945 diubah:
Presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara (Pasal 17 ayat 1)
Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17 ayat 2)
Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan (Pasal 17 ayat 3)
Setelah UUD 1945 diubah :
Ayat 3 diubah menjadi; setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian Negara diatur dalam UU (Pasal
17 ayat 4)
E. Hubungan Presiden/Pemerintah dengan Mahkamah Agung
Melakukan peradilan, mengadakan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan
Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada presiden tentang permohonan grasi
(Moh. Kusnadi dan Bintan R. Saragih, 1994:174) dalam pasal 14 ayat 1 perubahan UUD
1945 ditentukan bahwa Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperthatikan
pertimbangan Mahkamah Agung).
F. Hubungan DPR dan BPK
Hasil pemeriksaan keuangan Negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan UU
(Pasal 23 ayat 2 perubahan UUD 1945)
10
Hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan UU (Pasal 23E ayat 3).
2.4 Lembaga-Lembaga Negara dalam Susunan Pemerintahan Tingkat Kota dan Provinsi ,
Kecamatan , dan Desa
a. Tingkat Kota dan Provinsi
Gubernur
Pada peraturan pemerintahan tentang pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat, sesuai pasal 1, yaitu; “Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota dan tugas
pembentukan oleh daerah kabupaten/kota, presiden dibantu oleh gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat.” Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) gebernur sebagai wakil pemerintah pusat mempunyai tugas;
1. Mengordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan didaerah
kabupaten/kota.
2. Melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi terhadap penyelenggaraan daerah
kabupaten/kota yang ada di wilayahnya.
3. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di wilayahnya.
4. Melakukan evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana
pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka menengah daerah, anggaran
pendapatan dan belanja daerah, perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pertanggung
jawaban pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah, tata ruang daerah, pajak daerah, dan
retribusi daerah.
5. Melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah kabupaten/kota.
6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bupati
Bupati atau kepala daerah memiliki tugas dan wewenang kepala daerah, yaitu;
1. Memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD.
2. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
11
3. Menyusun dan mengajukan rancangan perda tentang APBD, rancangan perda tentang
perubahan APBD, dan rancangan perda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
untuk dibahas bersama.
4. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunujuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Tingkat Kecamatan
Camat
Tugas dari camat yaitu;
1. Mengordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. Mengordinasikan upaya penyelenggaraan ketentaraman dan ketertiban umum.
3. Mengordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.
4. Mengordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
5. Mengordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan.
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan, desa/kelurahan.
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya yang belum dapat
dilaksanakan pemerintahan desa/kelurahan.
c. Tingkat Desa
Lurah
Tugas dari lurah yaitu;
1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan.
2. Pemberdayaan masyarakat.
3. Pelayanan masyarakat.
4. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.
5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
6. Pembinaan lembaga kemasyarakatan.
Kepala Desa
Tugas kepala desa yaitu;
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.
c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan asset desa.
d. Menetapkan peraturan desa.
12
e. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.
f. Membina kehidupan masyarakat desa.
g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat
Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Daulay, Ikhsan Rosyada Parluhutan, Mahkamah Konstitusi: Memahami Keberadaannya Dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Sarman dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta, 2011.
Siregar, Eddie, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undamg Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta:
Majelis Permusyawaratan Rakyat republik Indonesia, 2011.
Ubaedillah, A dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic education) Pancasila,
Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: Kencana, 2003.
Kusnardi, Moh dan Ibrahim, Harmaily. 1983. Pengantar Hukun Tata Negara Indonesia. Jakarta:
FH UI & CV. Sinar Bakti.
15