Nim: 2121036
Pemerintah dalam arti luas dapat di artikan semua urusan yang diselenggarakan
negara dalam melaksanakan kesejahtraan rakyatnya termasuk melaksanakan kepentingan
negara sendiri.Pemerintah disini tidak hanya menjalankan eksekutif saja tetapi juga termasuk
legislatif dan yudikatif serta pelbagai lembaga-lembaga negara lainnya menjalankan
kekuasaan negara.
Sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia jika mengacu pada susunan dan
system pembagian kekuasaan dalam UUD NKRI Tahun 1945 menggambarkan suatu sistem
pemerintahan presidensil jika berdasarkan pasal 4 ayat (1) Bahwa Presiden Republik
Indonesia memangan kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. Disini
Presiden menjadi kepala eksekutif dan Presiden dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu
oleh para menteri dan berhak mengangkat dan meberhentikan menteri-menteri berdasarkan
Pasal 17 ayat (2) UUD NKRI Tahun 1945.
Namun demikian jika dikaitkan dengan pasal 4 dengan pasal 20 UUD NKRI Tahun
1945 Dewan Perwakilan Rakyat meskipun memegang kekuasaan membentuk undang-
undang, akan tetapi dalam setiap pembahasan dan persetujuan undang-undang memerlukan
persetujuan bersama dengan Presiden.
Sedangkan pada isi pertanggung jawaban Presiden tidak bertanggung jawab langsung
kepada Majelis Permusyawartan Rakyat (MPR) namum jika Presiden melakukan pelanggaran
hukum tertuntu MPR dapat memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya, berdasarkan
Pasal 7A UUD NKRI Tahun 1945
B. Klasifikasi Lembaga-Lembaga Negara
Lembaga negara bukanlah sebuah konsep yang secara terminologis memiliki istilah
tunggal dan seragam. Di dalam keputustakaan Inggris, untuk menyebutkan lembaga negara
digunkan istilah political institusion, sedangkan dalam terminiologi Belanda terdapat istilah
staat orgamen. Sementara itu dalam kamus besar Bahasa Indonesia menggunakan istilah
Lembaga Negara atau Organ Negara.
Kamus tersebut juga memberikan contoh frasa yang menggukan kata lembaga, yaitu
lembaga pemerintahaan yang diartikan sebagai badan-badan pemerintahan dalam lingkungan
eksekutif.
Secara harfiah, memang terdapat beberapa macam penggunaan istilah terhadap institusi
negara. Di antaranya terdapat kata lembaga negara, organ negara, badan negara, maupun alat-
alat perlengkapan negara
Organ kamus Fockema Andrea Karangan N.E. Algra, dkk, pada tahun 1983 kata
“organ”memiliki arti sebagai berikut: Organ adalah perlengkapan. Alat perlengkapan adalah
majelis yang terdiri dari orang-orang atau majelis yang berdasarkan undang-undang atau
anggaran dasar mengemukakan dan merealisasikan kehendak badan hukum. Selanjutnya
negara dan badan pemerintah rendah mempunyai alat perlengkapan mulai dari raja (Presiden)
sampai pada pegawai rendah, para pejabat itu di dapat dianggap sebagai alat-alat
perlengkapan. Akan tetapi, perkataan ini lebih banyak dipakai untuk badan pemerintahan
tinggi dan dewan pemerintahan yang mempunyai wewenang yang diwakilkan secara teratur
dan rapi.
Berdasarkan definisi di atas organ negara adalah alat kelengkapan negara yang secara
detenetif, alat-alat kelengkapan suatu negara atau yang lazim disebut sebagai lembaga negara
adalah institusi-institusi yang dibentuk guna melaksanakan fungsi negara. Berdasarkan teori-
teori klasik mengenai negara setidaknya terdapat beberapa fungsi negara yang penting seperti
membuat kebijakan peraturan perundang-undangan (fungsi legislatif), fungsi melaksanakan
peraturan atau penyelenggaraan negara (fungsi eksekutif) dan fungsi mengadili (fungsi
yudikatif).
Sebelum perubahan UUD 1945 dikenal beberapa istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi lembaga atau organ-organ penyelenggara negara. Konstitusi RIS 1949
misalnya menyebutkan dengan istilah alat-alat perlengkapan federal dalam ketentuan tersebut
menyatakan alat-alat perlengkapan Federal Republik Indonesia Serikat terdiri dari Presiden,
Menteri-Menteri, Senat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pengawas Keuangan (pasal
44 UUD 1950).
UUD 1945 yang berlaku sebelum UUD RIS 1949 dan UUDS 1950, dan berlaku
kembali setelah Dekrit Presiden 1959, sama sekali tidak memberi panduan untuk
mengidentifikasi atau memaknaik orga-organ penyelenggara negara. Dalam UUD 1945 tidak
di temukan satu kata lembaga negera sehingga menyulitkan dalam mengidentifikasi dan
memaknai lembaga negara. Yang ada misalnya dalam pasal 23 ayat (5) UUD 1945, badan
untuk menyebut badan kehakiman.
Badan yang secara konsisten dipergunakan dalam batang tubuh dan penjelasan UUD
1945 sebagai organ negara oleh MPRS kemudian diubah atau ditaksirkan menjadi lembaga.
Peristilahan lembaga negara banyak muncul dan di jumpai dalam ketetapan MPR. Istilah
lembaga negara pertama kali muncul dalam ketetapan MPRS No XX/MPRS/1996 tentang
Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong mengenai Sumber Tertip Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia
Setelah Amandemen UUD 1945 dalam ketentuan UUD 1945 amandemen ke-4, sama
sekali tidak terdapat ketentuan amandemen yang mengatur tentang definisi lembaga negara
sehingga banyak pemikir hukum Indonesia yang melakukan pendapat sendiri-sendiri dalam
mendefiniskan dan mengklasifikasikan konsep lembaga negara. Satu-satunya petunjuk yang
di berikan UUD 1945 pasca amandemen adalah berdasarkan Pasal 24 C ayat (1) yang
menyebutkan salah satu kewenangan dari Mahkamah Konstitusi adalah untuk mengadili dan
memutuskan sengketa kewengan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945
Pasca amandemen UUD 1945 dikenal dua istilah untuk mengidentifikasi organ-organ
penyelenggara negara, yakni istilah-istilah badan dan lembaga, selain itu juga terdapat istilah
komisi terhadapt organ yang juga dibentuk oleh negara.
Dengan mengacu pada ketentuan ini, yang dapat dikategorikan sebagai lembaga
negara utama dalam UUD 1945 menurut Sri Soemanti adalah, MPR, DPR, DPD,
Presiden/Wakil Presiden, MA, MK, Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Yudisial.
Kedelapan lemabaga negara inilah yang menjadi tumpuan penyelenggaraan negara dan juga
merupakan penjelmaan dari asas trias politika.
Di Negara Indonesia, amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945 yang telah
berlangsung sebanyak empat kali (1999, 2000, 2001 dan 2002) berimplikasi pada perubahan
sistem ketatanegaraan yang berlaku di negara ini. Setidaknya, hal itu dapat dilihat pada
perubahan yang terjadi terhadap kewenangan sejumlah lembaga negara, yang mengalami
pergeseran peran setelah amandemen UUD 1945 dilakukan.
Perubahan peran lembaga negara itu paling menonjol terjadi pada lembaga Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), jika sebelumnya MPR dibekali wewenang oleh UUD 1945
untuk berbuat apa saja dalam sistem ketatanegaraan di negara ini, maka setelah amandemen
UUD 1945 peran MPR mengalami pemangkasan di beberapa tempat. Keanggotaan MPR
yang sebelumnya diisi oleh perwakilan dari Dewan Perwakilan Rakyat dan ditambah dengan
utusan-utusan baik Utusan Golongan maupun Utusan Daerah kini berubah.
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat, diatur dalam UUD 1945 yang juga diberi judul
“Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Didalam UUD 1945 berisi dua pasal, yang
teridir atas 3 ayat, dan pasal 3 yang juga terdiri atas 3 ayat.
2. Presiden yang diatur dalam Bab III UUD 1945, dimulai dari pasal 4 ayat (1) dalam
pengaturan mengenai kekuasaan pemerintahan negara yang berisi 17 pasal.
3. Wakil Presiden yang keberdaannya juga diatur dalam pasal 4 ayat (2) UUD 1945.
Pasal 4 ayat (2) menegaskan bahwa “Dalam melakukan kewajibannya, Presiden
dibantu oleh satu orang yaitu Wakil Presiden”
4. Menteri dan Kementrian Negara diatur tersendiri dalam pasal 17 ayat (1), (2), dan (3).
5. Dewan pertimbangan Presiden diatur dalam pasal 16 tentang Kekuasaan
Pemerintahan yang berbunyi “Presiden membentuk suatu Dewan Pertimbangan yang
bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya
diatur dalam undang- undang”
6. Duta seperti diatur dalam pasal 13 ayat (1) dan (2)
7. Konsul seperti diatur dalam pasal 13 ayat (1)
8. Pemerintahan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2), (3),
(5), (6), dan ayat (7) UUD 1945
9. Gubernur Kepala Pemerintah Daerah seperti diatur dalam pasal 18 ayat (4) UUD 1945
10. Dewan Perwakilan Daerah (DPR) Provinsi, seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat
(4) UUD 1945
11. Pemerintahan Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2), (3),
(5), (6), dan ayat (7) UUD 1945
12. Bupati Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat
(4) UUD 1945
13. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat
(3) UUD 1945.
14. Pemerintah Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2), (3), (5), (6),
dan ayat (7) UUD 1945.
15. Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4)
UUD 1945.
16. Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota seperti yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4)
UUD 1945.
17. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal
22B.
18. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diatur dalam Pasal 22C dan Pasal 22D.
19. Komisi Penyelenggaraan Pemilu yang diatur dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945
yang menetukan bahwa pemilihan umum harus diselengarakan oleh suatu komisi
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
20. Bank Sentral yang disebut eksplisit oleh Pasal 23D yang berbunyi “Negara
memiliki suatu bank sentral, yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggungjawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang”.
21. Badan Pemeriksa Keuangan yang diatur tersendiri dalam Bab VIIA dengan judul
Badan Pemeriksa Keuangan, dan terdiri atas 3 pasal, yaitu Pasal 23E (3 ayat), Pasal
23F (2 ayat), dan Pasal 23G (2 ayat).
22. Mahkamah Agung yang keberadaannya diatur dalam Pasal 24 dan 24C UUD 1945
23. Mahkamah Konstitusi yang juga diatur keberadaannya dalam Pasal 24dan Pasal 24C
UUD 1945.
24. Komisi Yudisial yang juga diatur dalam Pasal 24B UUD 1945.
25. Tentara Nasional Indonesia diatur tersendiri dalam UUD 1945, yaitu dalam tentang
Pertahanan dan Keamanan Negara, pada pasal 30 UUD 1945.
26. Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang juga diatur dalam Pasal 30 UUD 1945
27. Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau istimewa seperti dimaksud
oleh Pasal 18B ayat (1) UUD 1945, diatur dengan undang-undang.
28. Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan kehakiman, seperti kejaksaan diatur
dalam undang-undang sebagaimana dimaksud oleh Pasal 24 ayat (3) UUD 1945
yang berbunyi “Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang”.
Kemudian dari 28 lembaga Negara tersebut, tidak semuanya ditentukan dengan jelas
keberadaannya dan kewenangannya dalam UUD 1945, hanya 23 organ atau subyek jabatan,
yaitu:
1. Presiden dan Wakil Presiden.
2. Wakil Presiden (dapat pula disebut tersendiri).
3. Menteri dan Kementrian Negara.
4. Dewan Pertimbangan Presiden.
5. Pemerintah Daerah Provinsi.
6. Gubernur Kepala Pemerintah Daerah.
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi.
8. Pemerintah Daerah Kabupaten.
9. Bupati Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten.
10. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten.
11. Pemerintah Daerah Kota.
12. Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota.
13. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota.
14. Majelis Permusyarawatan Rakyat (MPR).
15. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
16. Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
17. Komisi Penyelenggaraan Pemilu yang oleh UU Pemilu dinamakan Komisi
Pemilihan Umum.
18. Badan Pemeriksa Keuangan.
19. Mahkamah Agung.
20. Mahkamah Konstitusi.
21. Komisi Yudisial.
22. Tentara Nasional Indonesia (TNI).
23. Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Sedangkan empat organ lainnya, yaitu bank sentral, duta, konsul dan badan-badal
yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, tidak ditentukan dengan tegas kewenangannya
dalam UUD 1945.