Anda di halaman 1dari 17

Tugas Tutorial ke-1

1. Berikan analisis Anda bahwa materi muatan konsitusi di Indonesia sudah terkand
ung 3 muatan pokok konstitusi menurut J.G. Steenbeek? 

Konstitusi adalah seperangkat prinsip yang melindungi dan mengatur suatu negara.


Sarana yang membentuk suatu negara dan umumnya terkandung dalam dokumen ini
dapat menentukan hubungan antara pemerintah dan warganya.

Secara garis besar, konstitusi memuat tiga hal: pengakuan hak asasi manusia, struktur
dasar konstitusi, dan pemisahan atau pembatasan kekuasaan. Selain itu, konstitusi harus
memuat klausul amandemen konstitusi.

dalam Batang Tubuh UUD


1945, diakomodir materi
muatan pokok yang
harus ada dalam UUD
sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mr. J.G
Steenbeek.
dalam UUD 1945, dimuat
jaminan terhadap HAM dan
warga negara, sebagaimana
diatur dalam Bab X hingga
Bab XIV, Pasal 27,
28,29,30,31, dan Pasal 34.
Jaminan
tentamg HAM sudah diatur
dalam UUD 1945 (Sebelum
Perubahan), akan tetapi
UUD 1945 belum
mengatur secara rinci.
Berbeda dengan Konsttitusi
RIS dan
UUDS RI yang dibentuk dan
disahkan kemudian sesudah
Universal Declaration of
Human Rights (1948).
Ditetapkan pula dalam UUD
1945, materi muatan pokok
UUD lainnya, yaitu
susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat
fundamental dan pembagian
dan pembatasan tugas
ketatanegaraan suatu negara
yang bersifat fundamental,
yaitu MPR sebagai
lembaga negara tertinggi,
sedangkan DPR, Presiden,
MA, DPA, dan BPK sebagai
Lembaga tinggi negara,
dengan berbagai kewenangan
dari Lembaga Lembaga negara
tersebut dalam UUD,
sebagaimana diatur dalam Bab
II hingga Bab IX UUD 1945.
dalam Batang Tubuh UUD
1945, diakomodir materi
muatan pokok yang
harus ada dalam UUD
sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mr. J.G
Steenbeek.
dalam UUD 1945, dimuat
jaminan terhadap HAM dan
warga negara, sebagaimana
diatur dalam Bab X hingga
Bab XIV, Pasal 27,
28,29,30,31, dan Pasal 34.
Jaminan
tentamg HAM sudah diatur
dalam UUD 1945 (Sebelum
Perubahan), akan tetapi
UUD 1945 belum
mengatur secara rinci.
Berbeda dengan Konsttitusi
RIS dan
UUDS RI yang dibentuk dan
disahkan kemudian sesudah
Universal Declaration of
Human Rights (1948).
Ditetapkan pula dalam UUD
1945, materi muatan pokok
UUD lainnya, yaitu
susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat
fundamental dan pembagian
dan pembatasan tugas
ketatanegaraan suatu negara
yang bersifat fundamental,
yaitu MPR sebagai
lembaga negara tertinggi,
sedangkan DPR, Presiden,
MA, DPA, dan BPK sebagai
Lembaga tinggi negara,
dengan berbagai kewenangan
dari Lembaga Lembaga negara
tersebut dalam UUD,
sebagaimana diatur dalam Bab
II hingga Bab IX UUD 1945.
dalam Batang Tubuh UUD
1945, diakomodir materi
muatan pokok yang
harus ada dalam UUD
sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mr. J.G
Steenbeek.
dalam UUD 1945, dimuat
jaminan terhadap HAM dan
warga negara, sebagaimana
diatur dalam Bab X hingga
Bab XIV, Pasal 27,
28,29,30,31, dan Pasal 34.
Jaminan
tentamg HAM sudah diatur
dalam UUD 1945 (Sebelum
Perubahan), akan tetapi
UUD 1945 belum
mengatur secara rinci.
Berbeda dengan Konsttitusi
RIS dan
UUDS RI yang dibentuk dan
disahkan kemudian sesudah
Universal Declaration of
Human Rights (1948).
Ditetapkan pula dalam UUD
1945, materi muatan pokok
UUD lainnya, yaitu
susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat
fundamental dan pembagian
dan pembatasan tugas
ketatanegaraan suatu negara
yang bersifat fundamental,
yaitu MPR sebagai
lembaga negara tertinggi,
sedangkan DPR, Presiden,
MA, DPA, dan BPK sebagai
Lembaga tinggi negara,
dengan berbagai kewenangan
dari Lembaga Lembaga negara
tersebut dalam UUD,
sebagaimana diatur dalam Bab
II hingga Bab IX UUD 1945.
Dalam Batang Tubuh UUD 1945, diakomodir materi muatan pokok yang harus ada
dalam UUD sebagaimana yang dikemukakan oleh Mr. J.G Steenbeek. dalam UUD 1945,
dimuat jaminan terhadap HAM dan warga negara, sebagaimana diatur dalam Bab X
hingga Bab XIV, Pasal 27, 28,29,30,31, dan Pasal 34. Jaminan tentamg HAM sudah
diatur dalam UUD 1945 (Sebelum Perubahan), akan tetapi UUD 1945 belum
mengatur secara rinci. Berbeda dengan Konsttitusi RIS dan UUDS RI yang
dibentuk dan disahkan kemudian sesudah Universal Declaration of Human Rights
(1948). Ditetapkan pula dalam UUD 1945, materi muatan pokok UUD lainnya, yaitu
susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental dan pembagian
dan pembatasan tugas ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental, yaitu
MPR sebagai lembaga negara tertinggi, sedangkan DPR, Presiden, MA, DPA, dan
BPK sebagai Lembaga tinggi negara, dengan berbagai kewenangan dari Lembaga
Lembaga negara tersebut dalam UUD, sebagaimana diatur dalam Bab II hingga Bab IX
UUD 1945.

dalam Batang Tubuh UUD


1945, diakomodir materi
muatan pokok yang
harus ada dalam UUD
sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mr. J.G
Steenbeek.
dalam UUD 1945, dimuat
jaminan terhadap HAM dan
warga negara, sebagaimana
diatur dalam Bab X hingga
Bab XIV, Pasal 27,
28,29,30,31, dan Pasal 34.
Jaminan
tentamg HAM sudah diatur
dalam UUD 1945 (Sebelum
Perubahan), akan tetapi
UUD 1945 belum
mengatur secara rinci.
Berbeda dengan Konsttitusi
RIS dan
UUDS RI yang dibentuk dan
disahkan kemudian sesudah
Universal Declaration of
Human Rights (1948).
Ditetapkan pula dalam UUD
1945, materi muatan pokok
UUD lainnya, yaitu
susunan ketatanegaraan
suatu negara yang bersifat
fundamental dan pembagian
dan pembatasan tugas
ketatanegaraan suatu negara
yang bersifat fundamental,
yaitu MPR sebagai
lembaga negara tertinggi,
sedangkan DPR, Presiden,
MA, DPA, dan BPK sebagai
Lembaga tinggi negara,
dengan berbagai kewenangan
dari Lembaga Lembaga negara
tersebut dalam UUD,
sebagaimana diatur dalam Bab
II hingga Bab IX UUD 1945
Jadi, dari konstitusi atau Undang-undang Dasar suatu negara, akan diketahui tentang
negara itu, baik bentuk kedaulatan maupun sistem pemerintahannya. Misalnya bentuk
negara Indonesia adalah Republik, menganut kedaulatan rakyat, dan sistem
pemerintahan presidential. Selanjutnya dalam setiap negara kita akan menemukan
adanya lembaga-lembaga negara sebagai supra stuktur politik.1

2. Berikan analisis Anda bahwa dalam konstitusi atau undang-


undang dasar di Indonesia sudah menggambarkan bentuk negara, bentuk
kedaulatan, sistem pemerintahannya, dan suprastruktur politik indonesia?

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


1945) menjadi variabel bebas, yang menggerakkan konstruksi politik sangat kondusif
bagi bangkitnya demokratisasi politik tidak saja menyangkut relasi antara badan
legislatif terhadap kelembagaan suprastruktur politik lainnya, terutama antara pihak DPR
terhadap eksekutif, tetapi juga hingga di tingkat internal kelembagaan perwakilan itu
sendiri, yaitu baik pada masing-masing alat kelengkapan dan fraksi, serta masingmasing
supporting system-nya.
Perjalanan lahirnya perangkat pengaturan kelembagaan politik dalam konteks
demokratisasi, diarahkan dalam rangka usaha menciptakan check and balances. Check
and balances mempunyai arti mendasar dalam hubungan antarkelembagaan negara.
Misalnya, untuk aspek legislasi, check and balances mempunyai lima fungsi. Pertama,
sebagai fungsi penyelenggara pemerintahan, di mana eksekutif dan legislatif mempunyai
tugas dan tanggungjawab yang saling terkait dan saling memerlukan konsultasi sehingga
terkadang tampak tumpang tindih. Namun di sinilah fungsi check and balances agar
tidak ada satu lembaga negara lebih dominan tanpa control dari lembaga lain. Kedua,
sebagai fungsi pembagi kekuasaan dalam lembaga legislatif sendiri, di mana melalui
sistem pemerintahan yang dianut, seperti halnya sistem presidensial di Indonesia,
diharapkan terjadi mekanisme control secara internal. Ketiga, fungsi hirarkis antara
pemerintah pusat dan daerah. Keempat, sebagai fungsi akuntabilitas perwakilan dengan
pemilihnya. Kelima, sebagai fungsi kehadiran pemilih untuk menyuarakan aspirasinya.

Berdasarkan Bab II hingga Bab VII, UUD 1945 merupakan Konstitusi sistem
pemerintahan semi presidensial, sebab terdapat kriteria system pemerintahan
parlementer dan system pemerintahan presidensial. Dalam UUD 1945,
karakteristik sistem pemerintahan presidensial lebih dominan, sehingga yang digunakan
dalam UUD 1945 RIS adalah Sistem Pemerintahan Semi Presidensial. Karakteristik
sistem pemerintahan presidensial lainnya dalam UUD 1945 selain yang dikemukakan
oleh Soepomo dan Soekiman yang kemudian diatur dalam UUD 1945, adalah bahwa
kekuasaan membentuk undang undang dipegang oleh presiden, dengan
persetujuan DPR, berbagai kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan dan kepala negara.
1
Modul Konstitusi dan Konstitusionalisme, Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Mahkamah Konstirusi
Republik Indonesia, 2015, hal. 41
UUD 1945 berdasarkan Bab XVI tentang perubahan UUD, merupakan UUD
berderajat tinggi (supreme constitution) dan rijid (rigid constitution). Dalam pasal 37
UUD 1945 diatur bahwa mengubah UUD 1945, sekurang – kurangnya 2/3
jumlah Anggota MPR harus hadir, dan putusan diambil dengan persetujuan
sekurang – kurangnya 2/3 jumlah anggota MPR yang hadir.2

Soal No 2.
1. Berikan analisis anda teori kedaulatan mana yang digunakan dalam negara yang
susunannya berbentuk negara kesatuan, federal, dan konfederal beserta
penjelasannya secara singkat? 

Negara kesatauan adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa Negara, melainkan
hanya terdiri atas satu Negara, sehingga tidak ada Negara di dalam Negara. Dengan
demikian dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat
yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan
Negara, menetapkan kebjakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan Negara
baik di pusat maupun di daerah-daerah.3

Berbeda dengan Negara Federasi, Negara Federasi adalah Negara yang bersusunan
jamak, maksudnya Negara ini tersusun dari beberapa Negara yang semula telah berdiri
sendiri sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat, mempunyai Undang-Undang Dasar
sendiri. tetapi kemudian karena sesuatu kepentingan, Negara-Negara tesebut saling
menggabungkan diri untuk membentuk suatu ikatan kerja sama yang efektif. negara
Kesatuan adalah Negara apabila kekuasaan tidak terbagi dan Negara Serikat apabila
kekuasaan di bagi antar Pemerintah Federal dengan Negara Bagian.

Konfederasi adalah bentuk perserikatan antara negara merdeka berdasarkan perjanjian


atau undang-undang misalnya yang menyangkut berbagai kebijakan bersama. Bentuk
konfederasi tidak diakui sebagai negara berdaulat tersendiri dalam hukum internasional,
2
Nurliah Nurdin, Komparasi Sistem Presidensial Indonesia dan Amerika Serikat: Rivalitas Kekuasaan antara
Presiden & Legislatif, Penerbit MIPI, Jakarta, 2012, hal. 248.
3
Baca Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2000 Hal.224
karena masing-masing negara yang membentuk konfederasi tetap memiliki kedudukan
internasional sebagai negara berdaulat.Contoh dari konfederasi antara lain Perserikatan
Bangsa Bangsa dan ASEAN.4

teori kedaulatan yang digunakan dalam negara kesatuan dan federal adalah teori
kedaulatan rakyat, dimana kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Negara negara
yang menganut teori kedaulatan ini seperti Indonesia (negara kesatuan) dan
Amerika Serikat (Negara Federal atau Serikat) negara yang menganut teori
kedaulatan rakyat ini sering dikenal sebagai negara demokrasi. Negara konfederal
tetap memiliki kedaulatan dan tidak terjadi pelimpahan kedaulatan pada federal,
sehingga konfederal tetap memiliki kewenangan untuk mengatur beberapa hal yang
sudah disepakati dan dapat dibubarkan jika dikehendaki negara pembentuknya
sehinigga negara konfederal menganut teori kedaulatan hukum.

2. Berikan analisis Anda hubungan pemerintah pusat dan daerah pada negara
dengan susunan kesatuan, federal, dan konfederal?

Negara kesatuan, Jika merujuk pada teori model hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah secara teoritis menurut Clarke dan Steward, desentralisasi seperti
ini termasuk The Agency Model. Model dimana pemerintah daerah tidak
mempunyai kekuasaan yang cukup berarti sehingga keberadaannya terlihat lebih
sebagai agen pemerintah pusat yang bertugas untuk menjalankan kebijaksanaan
pemerintah pusat. Karenanya pada model ini berbagai petunjuk rinci dalam peraturan
perundangan sebagai mekanisme kontrol sangat menonjol. Ini merupakan konsekuensi
bentuk negara kesatuan, dimana pemerintah pusat yang mengendalikan
penyelenggaraan pemerintahan. Bentuk kontrol pemerintah pusat diwujudkan dengan
adanya penyerahan urusan tersebut melalui penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria (NPSK) yang disusun oleh pemerintah pusat sebagai landasan bagi pemerintah
daerah melaksanakan urusan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat. Selain
itu pemerintah pusat juga dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5

Negara federal, Dalam sistem federalistik, peran subsidiary level (Negara bagian)
sangat besar. Kekuasaan menjalankan pemerintahan berada di tangan negara bagian.
Pemerintah federal menerima pelimpahan kekuasaan dan kewenangan dari negara
bagian. Hal ini karena pada awalnya negara bagian adalah suatu bentuk negara
yang berdaulat. Meski demikian, kewenangan pemerintah federal yang sudah
disepakati negara-negara bagian bisa juga mengintervensi kekuasaan di semua
negara bagian. UUD merumuskan kekuasaan yang dimiliki federal dan
menyerahkan sisanya kepada negara bagian, atau sebaliknya. Tujuannya adalah
untuk mengawasi kekuasaan federal, mempertahankan independensi negara
bagian dan untuk mempertahankan karakter masing masing negara bagian.

Negara konfederal, konfederal atau uni tidak dapat disebut sebagai suatu
pemencaran penyelenggaraan wewenang, dimana masing – masing negara yang

4
Moh. Kusnardi, SH dan Bintan R. Saragih,SH, ilmu negara, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1995.
5
Septi Nur Wijayanti, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Jurnal Media Hukum, Vol. 23 No. 2, 2016, hal. 194
tergabung dalam uni atau konfederal tetap secara penuh menjalankan
kekuasaan sebagai negara.6

Soal No 3.

1.  Apakah sistem pemerintahan parlementer hanya digunakan pada negara yang


berbentuk monarkhi?  

Adanya pemikiran bahwa sistem pemerintahan yang terpusat di tangan raja


didekonsentrasikan ke tangan mereka yang tidak berdarah biru yang kedudukannya
disebut ‘perdana menteri’ sehingga memunculkan konsep constitutional monarchy
atau democratic monarchy. Inggris kemudian mengimplementasikan gagasan tersebut
yang kemudian berkembang menjadi sistem parlementer. Inggris yang mempunyai
kepala negara seorang Ratu atau Malaysia dengan kepala negara yang bergelar “Yang
Dipertuan Agung”, dengan kepala pemerintahan perdana menteri38 yang diangkat
oleh parlemen yang berasal dari partai atau koalisi partai yang menguasai mayoritas
kursi di parlemen.

Sistem pemerintahan parlementer tidak hanya digunakan pada negarayang berbentuk


monarki. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa negara yangberbentuk monarki
menggunakan sistem parlementer. Karena raja dan ratudipertahankan sebagai
kepala negara, sedangkan kepala pemerintahandijalankan oleh perdana
Menteri. Walaupun sebuah negara tidak berbentukmonarki, dalam hal negara
tidak melakukan pemisahan kekuasaan (separationof power), maka sistem
pemerintahan yang digunakan adalah sistempemerintahan parlementer, seperti
yang terjadi pada republik federal jerman.7

2. Berikan analisis anda mengapa sistem pemerintahan presidensial memiliki


stabilitas tinggi? Berikan alasannya?  

Penerapan presidensialisme pada kenyataannya telah dikombinasikan dengan sistem


multipartai. Jika kita telaah masalah penggunaan sistem multipartai, maka Indonesia
merupakan negara yang memiliki tingkat kemajemukan masyarakat yang sangat
tinggi dan pluralitas sosial yang kompleks. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia
menggunakan sistem multipartai. Faktor utama adalah kemajemukan masyarakat.
Faktor ini yang menyebabkan keniscayaan bagi penerapan sistem multipartai.
Sementara kemajemukan masyarakat merupakan sesuatu yang bersifat given dalam
struktur masyarakat Indonesia. Faktor kedua, sejarah dan sosio-kultural masyarakat,
merupakan faktor pendukung bagi terbentuknya sistem multipartai. Multipartai
semakin mantap ketika ditopang sistem pemilihan proporsional. Penerapan sistem
pemilu proporsional menjadi faktor ketiga bagi terbentuknya multipartai di Indonesia.
Ketiga faktor ini merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan
memengaruhi.

Stabilitas sistem presidensial sangat tinggi dikarenakan dalam system pemerintahan


presidensial dipilih dalam masa jabatan yang tetap, selain itu, sistem presidensial
6
Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia,  Bogor, 2007, 
hal.53.
7
Afifi, Modul Ilmu Negara, Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, 2020, hal. 12
memecahkan masalah kestabilan eksekutif dengan membuatpresiden independen
terhadap parlemen, dan melegitimasi kewenangannya pada pemilihan umum.8

3. Berikan analisis anda sistem pemerintahan semi apa yang pernah diterapkan di
Indonesia? 

Indonesia pernah menggunakan sistem pemerintahan semi presidensial dan


semi parlementer. UUD 1945 (sebelum perubahan) menggunakan sistem semi
presidensial sedangkan Konstitusi RIS dan UUDS RImenggunakan sistem
pemerintahan semi parlementer.

Indonesia dalam sistem [semi] presidensil ini sebenarnya sering dikacaukan oleh
parlemen. Parlemen yang esensinya sebagai badan publik yang secara formal
mempunyai tatanan, fungsi, dan maksud untuk mengatur rangkaian tindakan tertentu
dalam melayani publik.14 Oleh karena itu, parlemen seharusnya dapat berimplikasi
kepada inkoherensi struktur dengan kinerja dan perannya terhadap negara dan
masyarakatnya. Akan tetapi, parlemen hasil reformasi justru merancukan kinerja
dengan tingkah laku anggota yang dipertontonkan ke publik. Sebagai misal rendahnya
tingkat kehadiran dalam rapat paripurna, keengganan untuk melaporkan kekayaannya
kepada KPK, dan terseretnya dalam skandal korupsi.9

8
Retno Saraswati, Desain Sistem Pemerintahan Presidensial Yang Efektif, MMH, Jilid 41 No. 1 Januari, 2012,
hal. 140
9
Yulion Zalpa, Semi Presidensil: Paradoks Sistem Pemerintahan di Indonesia, Tamaddun, Jurnal Kebudayaan
dan Sastra Islam, Vol. 20 No.2, 2018, Hal. 56

Anda mungkin juga menyukai