berarti hukum atau prinsip. Konstitusi merupakan padanan kata dari: a. Politeia (Yunani) b. Constitution (Inggris) c. Droit Constitutionnel dan Loi Constitutionnel (Perancis) d. Constitutie dan Grondwet (Belanda) e. Konstitusi = Undang Undang Dasar (UUD) Istilah yang pertama identik dengan pengertian konstitusi, sedangkan yang kedua adalah undang-undang dasar dalam arti yang tertuang dalam naskah tertulis. Ferdinand Lasalle 1. Pengertian sosiologis dan politis, yakni konstitusi dilihat sebagai sintesis antara faktor- faktor kekuatan politik yang nyata dalam masyarakat ( misalnya raja, parlemen, kabinet, kelompok-kelompok penekan, partai politik, dsb). Dinamika hubungan di antara kekuatan- kekuatan politik yang nyata itulah sebenarnya apa yang dipahami sebagai konstitusi. 2. Pengertian yuridis, yakni konstitusi dilihat sebagai satu naskah hukum yang memuat ketentuan dasar mengenai bangunan Negara dan sendi-sendi pemerintahan Negara. Jimly Asshiddiqie Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar yang tertulis (lazim disebut Undang-Undang Dasar), dan dapat pula hukum tidak tertulis. L. J. Van Apeldorn Membedakan secara jelas pengertian konstitusi dengan Undang Undang Dasar, menurut Apeldorn Undang Undang Dasar (Grondwet) adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi, sedangkan konstitusi (constitutie) memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar. Kerajaan Inggris disebut sebagai negara konstitusional, tetapi pada kenyataannya tidak memiliki konstitusi tertulis, namun bukan berarti Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi, nilai dan norma yang hidup dalam praktek penyelenggaraan negaranya yang diakui sebagai hukum dasar. UUD di negara Inggris tidak pernah dibuat, tetapi tumbuh menjadi konstitusi dalam pengalaman praktek ketatanegaraan. Konstitusi inggris adalah suatu bangun aturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang menentukan susunan dan kekuasaan organ-organ negara, hubungan antar organ dan organ dengan warga negara. Klasifikasi Konstitusi: 1. Konstitusi dalam arti luas yaitu konstitusi tertulis dan tidak tertulis 2. Konstitusi dalam arti sempit yaitu konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar (UUD), yaitu dokumen-dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. J.G. Steenbeek: Undang Undang Dasar atau konstitusi berisikan 3 (tiga) hal pokok, yaitu : (a) adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warganya ; (b) ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; (c) adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental. K.C. Wheare (a) Struktur umum negara, seperti pengaturan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, dan kekuasaan yudisial (b) Hubungan dalam garis besar antara kekuasaan-kekuasaan tersebut satu sama lain (c) Hubungan antara kekuasaan-kekuasaan tersebut dengan rakyat atau warga negara C.F. Strong Untuk membatasi tindakan sewenang- wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Jimly Asshiddiqie Konstitusi sebagai hukum tertinggi dalam negara, maka tujuan tertinggi itu adalah: i. Keadilan ii. Ketertiban iii. Perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran bersama 1. Bersifat Flexible (Luwes) 2. Bersifat Rigid (Kaku) Tolak ukur untuk menentukan suatu konstitusi bersifat flexible atau rigid adalah: Apakah perubahan terhadap suatu konstitusi memerlukan prosedur istimewa (sulit) atau tidak. Jika perubahan konstitusi tidak memerlukan prosedur istimewa (mudah) maka konstitusi itu flexible. Jika memerlukan prosedur istimewa (sulit) maka konstitusi itu bersifat rigid. Apakah suatu konstitusi mudah atau sulit menyesuaikan atau mengikuti perkembangan zaman. Jika mudah maka konstitusi itu bersifat flexible. Jika sulit maka konstitusi itu bersifat rigid. Pemaknaan supremasi konstitusi dapat disamakan dengan pemaknaan terhadap supremasi hukum, artinya bahwa dalam suatu penyelenggaraan negara, konstitusi merupakan hukum yang tertinggi. Pengakuan terhadap supremasi konstitusi dapat berupa: a. pengakuan normatif: pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi. b. pengakuan empirik: pengakuan yang tercermin dalam perilaku sebagian besar masyarakatnya. Naskah UUD NRI 1945 dipersiapkan oleh Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 (membahas Dasar Negara), dan sidang kedua pada tanggal 10 – 17 Juli 1945; Sidang Kedua BPUPKI membentuk beberapa panitia kecil: panitia perancang hukum dasar, panitian perancang keuangan dan ekonomi dan panitia perancang pembelaan tanah air; Jadi pada sidang kedua tersusun rancangan UUD, terdiri dari: dasar negara (Pancasila) dalam pembukaan UUD dan batang tubuh UUD. UUD NRI 1945 disahkan dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945; UUD NRI 1945 (1945 – 1949); Konstitusi RIS (1949-1950) Terjadi Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948). Pada 23 Agustus 1949 sampai dengan 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Isinya: a. mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat; b. Penyerahan kedaulatan kepada RIS; dan c. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda. UUD Sementara 1950 (1950 - 1959): Salah satu amanat dari UUDS 1950 adalah diselenggarakannya Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang salah satu isinya Negara Republik Indonesia kembali kepada UUD 1945.
Berlakunya kembali UUD NRI 1945 (1959 -
1999): UUD NRI 1945 tidak diizinkan bersentuhan dengan ide perubahan, padahal sejak awal dibentuknya UUD NRI 1945 merupakan UUD yang masih bersifat sementara. " .........Tuan-tuan semua tentu mengerti, bahwa Undang Undang Dasar yang kita buat sekarang ini, adalah Undang Undang Dasar Sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah Undang Undang Dasar kilat. Nanti kalau kita telah bernegara di dalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat Undang Undang Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna...." . (Soekarno dalam Sekreariat Negara RI: 1998) Perubahan UUD 1945 Tuntutan Reformasi Perubahan UUD 1945 1. Amandemen UUD 1945; 1. Tidak mengubah Pembukaan 2. Penghapusan doktrin dwi fungsi UUD 1945. ABRI; 2. Tetap mempertahankan Negara 3. Penegakan supremasi hukum, Kesatuan Republik Indonesia. penghormatan hak asasi 3. Mempertegas sistem manusia (HAM), dan pemerintahan presidensial. pemberantasan korupsi, kolusi, 4. Penjelasan Undang-Undang dan nepotisme (KKN) Dasar 1945 ditiadakan serta 4. Desentralisasi dan hubungan hal-hal normatif dalam yang adil antara pusat dan Penjelasan dimasukkan ke daerah (Otonomi Daerah) dalam pasal-pasal. 5. Mewujudkan kebebasan Pers 5. Perubahan UUD 1945 dilakukan 6. Mewujudkan kehidupan dengan cara adendum. demokrasi Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap:
Perubahan I : 19 Oktober 1999
Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif
Perubahan II : 18 Agustus 2000
Menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara dan pembagian pemerintahan daerah, menyempunakan perubahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM Perubahan III : 9 Nopember 2001 Mengubah dan atau menambah ketentuan- ketentuan pasal tentang asas-asas landasan bernegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-ketentuan tentang Pemilihan Umum.
Perubahan IV : 10 Agustus 2002
Meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan. Pasal 37 UUD 1945, yang intinya sebagai berikut: 1. Usul amandemen diajukan minimal 1/3 jumlah anggota MPR yang diagendakan dalam sidang MPR. 2. Usulan diajukan secara tertulis dan disertai alasan perubahannya 3. Untuk mengubah, sidang MPR dihadiri minimal 2/3 anggota MPR 4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD NRI 1945 dilakukan dengan persetujuan minimal 50% + 1 dari seluruh anggota MPR Perkecualian dalam amandemen, bentuk negara kesatuan tidak dapat diubah (Pasal 37 ayat (5)) UUD 1945 Sebagai Hukum Dasar Hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3) Pasal 7 ayat (1) UU P3 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 3. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 4. Peraturan Pemerintah 5. Peraturan Presiden 6. Peraturan Daerah Provinsi 7. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan berjenjang dalam bentuk hierarki didasarkan asas peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. UUD NRI 1945 adalah sumber hukum tertinggi, bermakna: 1. Semua pembuatan peraturan perundang- undangan harus bersumber dari asas, kaidah, cita dasar dan tujuan UUD NRI 1945. 2. Penerapan UUD NRI 1945 didahulukan dari peraturan perundang-undangan lain. 3. Semua peraturan perundang-undangan lain tidak boleh bertentangan dengan UUD NRI 1945. Hampir semua orang pernah mendengar kata korupsi. Apa itu korupsi? jenis perbuatan apa saja yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi? Mengetahui bentuk/jenis perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai korupsi adalah upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak melakukan korupsi. Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951). Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Istilah korupsi telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran”(S. Wojowasito- WJS Poerwadarminta: 1978). Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973). bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; (bagian menimbang huruf a UU 31/1999) bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi; Definisi korupsi telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal- pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi dan Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi. Kerugian keuangan negara: melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara adalah korupsi menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri dan dapat merugikan keuangan negara adalah korupsi Suap-menyuap: Menyuap pegawai negeri adalah korupsi Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya adalah korupsi Pegawai negeri menerima suap adalah korupsi Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya adalah korupsi Menyuap hakim adalah korupsi Menyuap advokat adalah korupsi Hakim & advokat menerima suap adalah korupsi Penggelapan dalam jabatan: Penggelapan: perbuatan mengambil barang milik orang lain (sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah.
Pegawai negeri menggelapkan uang atau
membiarkan penggelapan adalah korupsi Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi adalah korupsi Pegawai negeri merusakkan bukti adalah korupsi Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti adalah korupsi Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti adalah korupsi. Pemerasan: Pegawai negeri memeras adalah korupsi Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain adalah korupsi Perbuatan curang: Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang adalah korupsi Rekanan tni/polri berbuat curang adalah korupsi Pengawas rekanan tni/polri berbuat curang adalah korupsi Penerima barang tni/polri membiarkan perbuatan curang adalah korupsi Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain adalah korupsi Benturan kepentingan dalam pengadaan: Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya adalah korupsi Gratifikasi Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor kpk adalah korupsi Gratifikasi: Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik (Penjelasan Pasal 12B UU Pemberantasan Tipikor). Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Merintangi proses pemeriksaan Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu Saksi yang membuka identitas pelapor