Anda di halaman 1dari 16

KONSTITUSI

(Pengertian, Sejarah, dan Amandemen)


Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Nurrochman, S. Fil. M. Hum

Kelompok 3 :
Lia Angraeni

(15630035)

Triyanto Nugroho

(15630036)

Hatfina Nusratina

(15630045)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi. Dasar negara
menempati kedudukan sebagai norma hukum tertinggi suatu negara. Sebagai
norma tertinggi, dasar negara menjadi pembentukan norma-norma hukum yang
ada dibawahnya. Konstitusi adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
sebagai bentukan dari pemerintahan negara, biasanya dikodifikasikan sebagai
dokumen tertulis. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada
warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum
yang mendefinisikan fungsi pemerintahan.
Konstitusi dalam arti luas yaitu keseluruhan aturan dan ketentuaan yang
menggambarkan sistem ketatanegaraan, sedangkan dalam arti sempit adalah
hukum dasar atau keseluruhan aturan dasar baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Dasar negara merupakan sumber penyusunan konstitusi, sehingga
konstitusi sebagai norma hukum harus berdasar pada dasar negara.
Konstitusi atau Undang-undang Dasar disusun dan ditetapkan untuk
mencegah adanya kemungkinan menyalahgunakan kekuasaan dalam negara.
Adapun pembatasan kekuasaan terlihat dengan adanya tiga hal, yaitu harus
menjamin hak-hak manusia dan warga negara, memuat suatu ketatanegaraan pada
suatu negara yang bersifat mendasar, serta mengatur tugas dan wewenang dalam
negara yang bersifat mendasar. Oleh karena itu, maka akan diuraikan lebih
menyeluruh mengenai unsur-unsur penting dalam konstitusi.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (bahasa Inggris) constitutie
(bahasa Belanda) constituer (Bahasa Perancis), yang berarti membentuk,
menyusun, dan menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan
atau disamakan artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti
dasar

susunan

suatu

badan

politik

yang

disebut

negara.

Konstitusi

menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa


kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara.
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang
berwenang, dan ada yang tidak tertulis berupa konvensi.
Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (negara yang diorganisir dengan dan melalui hukum).
Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang
mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara
keduanya.
Dari pengertian konstitusi di atas, kemudian dapat kita simpulkan bahwa
Pengertian konstitusi adalah kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan
kekuasaan

kepada

penguasa,

dokumen

tentang

pembagian

tugas

dan

wewenangnya dari sistem politik yang ditarapkan, dan deskripsi yang menyangkut
masalah HAM (Hak Asasi Manusia).
Sifat konstitusi mencakup :1
a. Luwes dan kaku

1 DR. Taufiqurrohman Syahuri, S. H., M. H. 2011, Tafsir Konstitusi


Berbagai Aspek Hukum, Jakarta : Kencana Media Grup., hal. 30

Konstitusi bersifat kaku, sebab untuk mengamandemen konstitusi


diperperlukan prosedur yang rumit. Sedang bersifat luwes karena konstitusi
mudah

mengikuti

dinamika

zaman.

Jika

diperlukan,

konstitusi

tidak

membutuhkan prosedur yang khusus atau rumit. Perubahan tersebut cukup


dilakukan oleh badan pembuat undang-undang biasa.
b. Formil dan materiil
Konstitusi bersifat Formil yang artinya tertulis. Sedangkan bersifat
Materiil dilihat dari segi kontennya yang memuat hal-hal bersifat dasar dan pokok
bagi negara dan rakyat. Konstitusi yang besifat rigid tidak dapat megikuti
dinamika zaman sebab tidak hanya memuat hal-hal pokok saja, namun juga
memuat hal-hal yang penting. UUD 1945 walaupun perubahannya memerlukan
prosedur istimewa, namun bersifat luwes sebab memuat peraturan yang bersifat
pokok-pokok saja sehingga mudah mengakomodasi dinamika zaman.

2. Fungsi dan Tujuan Konstitusi


Menurut Bagir Manan tujuan paham konstitusi yaitu untuk melakukan
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan untuk memberikan
jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Menurut Sri Soemantri terdapat materi pokok tujuan konstitusi, yaitu :
a. Untuk menjamin hak hak asasi manusia.
b. Untuk menyusun ketatanegaraan yang bersifat mendasar.
c. Untuk membagi dan membatasi kekuasaan pemerintahan.
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan
sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat)
dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada
hakekatnya

tujuan

konstitusi

merupakan

perwujudan

paham

tentang

konstitusionalisme yang berarti pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah disatu


pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk
dipihak lain.

Fungsi konstitusi antara lain adalah :


1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional (national document) yang
mengandung perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang politik,
hukum, pendidikan, budaya, ekonomi, kesejahteraan dan aspek fundamental
2.
3.
4.
5.
6.

yang menjadi tujuan negara.


Konstitusi sebagai piagam kelahiran (a birth certificate of new state).
Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi.
Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan.
Konstitusi sebagai alat membatasi kekuasaan.
Konstitusi sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga negara.

3. Sejarah Konstitusi
Hukum dasar hasil karya BPUPKI sebagai hasil kerja dari panitia
perancang hukum dasar dijadikan sebagai naskah rancangan UUD Negara
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 meliputi pembukaan dan pasalpasal yang terdiri dari 71 butir ketentuan. Sehari jelang kemerdekaan Negara
Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 di tetapkan Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai konstitusi pertama oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Kemudian diumumkan secara resmi dalm berita Republik Indonesia
Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Jadi sebelum proklamasi kemerdekaan
Indonesia, bangsa Indonesia dibawah kekuasaan bala tentara Jepang telah
mengenal suatu konstitusi yang waktu itu diberi nama dengan Hukum Dasar,
namun konstitusi tersebut belum sempat digunakan.2
Sejak negara Indonesia berdiri hingga saat ini telah terjadi beberapa kali
pergantian UUD. Beberapa UUD yang pernah belaku di Indonesia, yaitu UndangUndang Dasar 1945 berlaku hingga 1949, konstitusi Republik Indonesia Serikat
(Konstitusi RIS) berlaku pada 1949 hingga 1950, kemudian kembali lagi ke UUD
2 Dr. Taufiqurrohman Syauri, S.H., M.H. Op,.Cit, hal. 10

1945 mulai dari 1959 hingga saat ini. Setiap momentum dan perubahan UUD di
Indonesia selalu didasari oleh kenyataan bahwa UUD yang berlaku dipandang
tidak sesuai dengan tuntunan yang berkembang. Meskipun UUD Indonesia telah
berulangkali mengalami perubahan, terdapat satu prinsip yang selalu dipegang
teguh oleh para pembentuknya, yakni tidak menghilangkan atau mengganti dasar
negara Pancasila
Sejarah panjang tersebut dapat diceritakan dalam empat periode antara lain :
a. Periode Pertama (18 Agustus 1945 27 Desember 1949)
Pada periode ini saat negara Indonesia menyatakan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945 belum mempunyai Rechtverfassung atau UUD. Baru
sehari selepas tanggal 17 Agustus 1945 yaitu pada tangal 18 Agustus 1945 barulah
memiliki UUD yang telah disusun sejak BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dapat disebut juga Dokuritsu Junbi
tyoosakai yang dipimpin dr. Radjiman Wediodiningrat. BPUPKI merupakan
badan persiapan kemerdekaan yang tidak terlepas dari intervensi Jepang dalam
pendiriannya.
Terlepas dari carut marut ideologi bangsa yang lalu, terdapat rasa tidak
puas Soekarno atas konstitusi yang telah ia buat. Ketidakpuasan tersebut
dinyatakan Ir. Soekarno dalam pidatonya pada rapat PPKI 18 Agustus 1945, yang
menyatakan bahwa ada pelanggaran konstitusi yang lain pada masa ini yaitu
pelanggaran pada pasal 3 ayat (2) UUD 1945 salah satu tugas MPR adalah
menetapkan UUD, sehingga kongklusinya UUD pada masa ini bukan ditetapkan
oleh MPR melainkan PPKI sehingga sifatnya sementara.
b. Periode ke dua (27 Desember 1949 17 Agustus 1950)
Pada periode ini Indonesia mengalami agresi militer Belanda yang
mengharuskan mengubah sistem pemerintahan dari Presidensil menjadi model
pemerintahan

Parlementer.

Selanjutnya

akibat

dari

berubahnya

model

pemerintahan Indonesia sehingga haruslah mengubah konstitusi negara.

Konstitusi negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang menjadikan


Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.
UUD 1945 lalu berubah menjadi UUD RIS (Undang-undang Republik
Indonesia Serikat). Dalam Konfrensi Meja Bundar (KMB) dihasilkan persetujuan
pokok yaitu :3
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat
2. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat
3. Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda
Seluruhnya disetujui oleh pihak Indonesia sebagai suatu persetujuan
bersama yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Wilayah Indonesia
yang terbagi-bagi yang diatur dengan pasal UUD RIS dengan 16 negara bagian
berdasarkan perjanjian Renvile.
Pada masa ini presiden pertama sekaligus kepala negara merupakan
Soekarno sedangkan Moh. Hatta sebagai perdana menteri yang memiliki kabinet
yang berisi antara lain Sri Sultan HB IX, Ir. Djuanda, Mr. Wilopo, Dr. Soepomo,
dr. Leimina, Arnold Mononutu, Ir Herling Loah dan perwakilan BFO
(Bijeenkomst voor Federal Overleg).
Kabinet RIS merasa tidak puas dengan persetujuan atas KMB (Konfrensi
Meja Bundar) karena tidak sesuai dengan cita-cita bangsa yaitu kesatuan bangsa
Indonesia dalam naungan Negara Kesatuan. Berangkat dari ketidakpuasan
tersebut the founding fathers mencoba mengembalikannya kepada cita-cita utama,
hal ini terlihat dalam perjuangan kabinet Abdul Halim dari Negara Bagian RI
pejuang anti KMB dan RIS dari Yogyakarta. 4 Semangat Abdul Halim ini terbukti,
dalam kurun waktu satu tahun telah membuat beberapa perjanjian dengan negara
3 DR. Taufiqurrohman, S. H., M.H. Op,. Cit hal. 13
4 Anonim, Sejarah Konstitusi di Indonesia pdf, diakses 3 Maret 2016

serikat lainya untuk bersatu dengan Negara Republik Indonesia (Yogyakarta) dan
seluruh negara bagian menggabungkan diri menjadi negara kesatuan. Setelah
terbentuknya negara kesatuan tersebut maka mulailah melakukan perubahan
terhadap konstitusi RIS.
c. Periode ke tiga (17 Agustus 1950 5 Juli 1959)
Akibat UUD RIS merupakan paksaan dari Belanda dan bersifat sementara
maka Soekarno dan para Tokoh Bangsa berkumpul kembali untuk merumuskan
kembali secara baik UUD yang terbaik. Proses peralihan ini mengharuskan
mengganti terlebih dahulu UUD RIS dengan UUDS 1950 yang bersifat sementara
dan mengatur tentang pembubaran RIS menjadi RI. Pembubaran tersebut
diproklamirkan oleh Soekarno dihadapan parlemen (DPRS). Pembubaran yang
dilakukan oleh Soekarno memiliki alasan yang tidak bisa dibantah oleh Belanda
dimana berdasarkan UUD RIS pasal 43 yang menyebutkan :
Dalam penyelesaian susunan federasi RIS maka berlakulah asas pedoman, bahwa
kehendak rakyatlah di daerah-daerah bersangkutan yang dinyatakan dengan
merdeka menurut jalan demokrasi, memutuskan status yang kesudahnnya akan
diduduki oleh daerah-daerah tersebut dalam federasi.
Selanjutnya naskah UUD baru ini diberlakukan secara resmi mulai 17
agustus 1950, yaitu dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1950. Berbeda dengan
UUD RIS , yang tidak sempat mewujudkan konstituante, maka di bawah UUDS
1950 sebagai realisasi dari pasal 134, telah dilaksanakan pemilu pada bulan
Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante.5 Pemilihan umum ini
dilaksanakan pada tanggal 10 November 1956 di Bandung dan diresmikanlah
konstituante dengan legalisasi pemilu berdasarkan UU No 7 tahun 1953.
Masa konstituante inilah yang mengulang sejarah perdebatan alot pada
landasan idiil negara yaitu Pancasila, dalam kurun waktu kurang lebih 2,5 tahun
konstituante tidak dapat merumuskan UUD yang sempurna sehigga pada tanggal
5 DR. Taufiqurrohman, S. H., M.H. Op. Cit., hal. 19

22 April 1959 Sokarno memberikan amanatnya pada rapat pleno konstituante


berisi anjuran penetapan UUD 1945 yang lalu karena perdebatan antara beberapa
kubu yang kuat dan tidak memberikan hasil. Amanat tersebut dituangkan dalam
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang diumumkan kepada halayak umum dan
kembalinya UUD 1945 sebagai Konstitusi Indonesia.
d. Periode ke empat (5 Juli 1959 hingga kini)
Setelah runtuhnya rezim Orde lama maka bangkitlah Soeharto sebagai
pahlawan yang menggantikan Soekarno. Soeharto setelah melakukan penumpasan
Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30SPKI) menjadikan UUD
1945 sebagai kitab suci yang selalu harus ditaati. Penjelasan pada makna pasalpasal pada UUD 1945 memiliki dua pendapat :
a. UUD 1945 hanya terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh saja.
Penjelasan bukanlah bagian resmi dari UUD 1945.
b. UUD 1945 terdiri dari Batang Tubuh, Pembukaaan, dan Penjelasan. Jadi
Penjelasan UUD tersebut merupakan bagian resmi dari UUD 1945.
Dengan pendapat kedua yang menyatakan bahwa penjelasan UUD 1945
merupakan bagian dari Konstitusi sehingga dengan begitu Soeharto menggunakan
penjelasan UUD sebagai alat untuk mengkontrol pola pikir bangsa menjadi
kendaraan kekuasaan rezim ORBA. Singkat cerita runtuhnya masa ORBA
membuat rakyat Indonesia tidak mengsakralkan kembali UUD 1945 sebagai kitab
suci lalu terjadi amandemen sebanyak 4 kali setelah runtuhnya rezim soekarno
pada tahun 1998.
4. Amandemen
Amendemen adalah perubahan resmi dokumen resmi atau catatan tertentu,
terutama untuk memperbagusnya. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau
juga penghapusan catatan yang salah, tidak sesuai lagi. Kata ini umumnya
digunakan untuk merujuk kepada perubahan pada perundang-undangan sebuah
negara. Konstitusional merupakan prinsip-prinsip dasar politik serta hukum yang

mencangkup struktur, prosedur, serta kewenangan serta kewajiban. Karena itu,


konstitusional sangat berhubungan erat dengan amendemen karena bertujuan
untuk memperbaiki suatu catatan atau dokumen penting suatu negara yang
mencangkup bentuk, struktur, prosedur, agar lebih baik dari sebelumnya.
Pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto menyatakan berhenti dari
jabatan presiden setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran, yang
dimotori oleh manusia, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya, di
Jakarta dan di daerah-daerah. Berhentinya presiden soeharto di tengah krisis
ekonomi dan moneter yang sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia
menjadi awal dimulanya era reformasi di tanah air.
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain
karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR, kekuasaan yang
sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu luwes serta kenyataan
rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup
didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan
dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945
dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensiil
Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat.6 Hal ini berakibat pada tidak terjadinya checks
6 Deny Indrayana, Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan
Pembongkaran, Bandung : Mizan Pustaka, 2007., hal. 46

and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar 1945


memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif
(Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 yakni kekuasaan dominan berada di
tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut
hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan
kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan fleksibel
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran, misalnya Pasal 7 UUD
1945 (sebelum di amandemen). UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan
kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undangundang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat
merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang
kehidupan

yang

demokratis,

supremasi

hukum,

pemberdayaan

rakyat,

penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang
bagi berkembangnya praktek penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan
terpusat pada presiden.
b. Infrastruktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi
masyarakat.
c. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan
demokrasi formal karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dikuasai
oleh pemerintah.
d. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru
yang berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli.

Perubahan terhadap UUD 1945, dilakukan melalui mekanisme sidang MPR yaitu:
a. Sidang Umun MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002
Perubahan Pertama
Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16
ayat, yaitu :
5 ayat 1

: Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR

Pasal 7

: Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden

Pasal 9 ayat 1 dan 2

: Sumpah Presiden dan Wakil Presiden

Pasal 13 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan dan Penempatan Duta


Pasal 14 ayat 1

: Pemberian Grasi dan Rehabilitasi

Pasal 14 ayat 2

: Pemberian amnesti dan abolisi

Pasal 15

: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain

Pasal 17 ayat 2 dan 3 : Pengangkatan Menteri


Pasal 20 ayat 1-4

: DPR

Pasal 21

: Hak DPR untuk mengajukan RUU

Perubahan Kedua
Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
Bab VI

: Pemerintahan Daerah

Bab VII

: Dewan Perwakilan Daerah

Bab IX A

: Wilayah Negara

Bab X

: Warga Negara dan Penduduk

Bab XA

: Hak Asasi Manusia

Bab XI

: Pertahanan dan Keamanan

Bab XV

: Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan

Perubahan Ketiga
Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
Bab I

: Bentuk dan Kedaulatan

Bab II

: MPR

Bab III

: Kekuasaan Pemerintahan Negara

Bab V

: Kementrian Negara

Bab VII A

: DPR

Bab VII B

: Pemilihan Umum

Bab VIII A

: BPK

Perubahan Keempat
Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas
31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam perubahaan keempat ini
ditetapkan bahwa :
a. UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.

b. Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9


tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
c. Bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung dihapuskan dan
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara.
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari
F-PP, adalah :
a. untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat
lebih mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan
aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat,
b. memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham
demokrasi,
c. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak
agar sesuai dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia
yang menjadi syarat negara hukum,
d. menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis
dan modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and
balances yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembagalembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan
kebutuhan bangsa dan tantangan jaman.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Anonim.

2011.

Sejarah

Konstitusi

di

Indonesia.

Diakses

dari

http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/sejarah-konstitusi-di-Indonesia.pdf.
Pada tanggal 3 Maret 2016
http://www.djpp.kemenkumham.go.id/files/doc/773_METAMOFORSA
%20KONSTITUSI%20INDONESIA.pdf
Indrayana, Deny. 2007. Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan
Pembongkaran. Bandung : Mizan Pustaka
Riyanto, astim. 2000. Teori Konstitusi. Bandung : Yapemdo.
Syahuri, Taufiqurrohman. 2011. Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum.
Jakarta : Kencana Perdana Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai