disusun oleh :
Viki Fathurohman 14630035
Siti Nur Ngaeni 15630013
Dini Setiahati 15630022
Lia Anggraeni 15630035
Lukman Ma’arif 15630049
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu elemen yang sangat penting yang menopang
kehidupan manusia. Perubahan budaya dan cara hidup membuat ketersediaan
pangan menjadi hal penting bagi manusia. Salah satu cara untuk menyediakan
bahan pangan manusia adalah dengan pertanian. Penggunaan bioteknologi dalam
pertanian memberi keuntungan antara lain tanaman atau ternak dapat
menghasilkan produk yang lebih tinggi, pengurangan penggunaan pestisida dan
herbisida pada lahan, dan memperpanjang daya tahan atau kesehatan tanaman atau
ternak. Secara umum konsumen akan memilih pangan rendah atau tanpa pestisida
dan herbisida, nilai gizi tinggi, dan peningkatan rasa dan penampilan (Falk et al.
2002).
Perkembangan teknologi yang pesat dan kebutuhan pangan nasional
menjadi pendorong berbagai pihak khususnya yang bergerak dalam bidang
teknologi pangan untuk mengingkatkan produktivitas pangan. Salah satu jalan
yang ditempuh untuk meningkatkan produktivitas pangan adalah melalui
modifikasi atau rekayasa genetika. Rekayasa genetika termasuk dalam jenis
bioteknologi modern. Rekayasa genetika atau teknologi DNA merupakan
kesinambungan dari proses yang terjadi secara alami di alam dengan
menggunakan sains dan teknologi baru.
Rekayasa genetika sering disebut Genetically Modified Organism (GMO).
GMO atau organisme transgenik merupakan organisme yang telah mengalami
modifikasi bahan genetik. Organisme yang berreproduksi dengan membelah diri
juga mengalami modifikasi terutama dari proses mutasi dan transfer gen. Saat ini
pengertian GMO telah bergeser menjadi organisme yang telah mengalami
modifikasi bahan genetik dengan menggunakan teknologi DNA.
Adanya GMO memberikan dampak positif dalam mencukupi kebutuhan
pangan nasional, namun disisi lain selain keuntungan penggunaan bahan pangan
asal GMO, dikhawatirkan pula pangan asal GMO dapat menimbulkan alergi,
1
karsinogenik, resistensi antibiotik, dan perpindahan gen ke lingkungan. Isu
keamanan pangan dari varietas tanaman baru hasil rekayasa genetika adalah
potensi racun dari protein yang diintroduksi, perubahan alergisitas, perubahan
nutrisi, racun dan alergi tak terduga, serta keamanan resistansi antibiotik penanda
gen penyandi protein yang digunakan dalam rekayasa (Chassy, 2002). Berbagai
poster,iklan atau media lain telah mengimbau masyarakat untuk menghindari
produk pangan asal GMO. Ketidaktahuan masyarakat memunculkan kekhawatiran
berlebih terhadap produk pangan asal GMO sehingga diperlukan informasi yang
akurat terkait GMO dan regulasi-regulasi terkait GMO baik di tingkat nasional
maupun internasional. Berawal dari masalah ini, maka akan dibahas secara
mendetail tentang pengertian GMO serta regulasi-regulasi keamanan pangan
terkait GMO baik di tingkat nasional maupun internasional.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Organism (GMO)?
2. Bagaimana regulasi keamanan pangan terkait GMO di tingkat internasional?
3. Bagaimana regulasi keamananan pangan terkait GMO di tingkat nasional oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)?
4. Bagaimana pelabelan produk pangan yang mengandung GMO?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini meliputi:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Organism
(GMO)
2. Mengetahui regulasi keamanan pangan terkait GMO di tingkat internasional
3. Mengetahui regulasi kemanana pangan terkait GMO di tingkat nasional oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
4. Mengetahui pelabelan produk pangan yang mengandung GMO
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Afrika: Aljajair, Mesir
2. Asia: Sri Lanka, Thailand, Cina, Jepang, Filipina
3. Eropa: Uni Eropa, Norwegia, Austria, Jerman, Inggris Raya, Spanyol,
Italia, Yunani, Perancis, Luxemburg, Portugal
4. Amerika Latin: Brazil, Paraguay
5. Timur Tengah: Saudi Arabia
6. Amerika Utara: Maryland telah melarang adanya ikan yang telah
direkayasa dan Dakota Utara serta Montana telah melarang adanya
rekayasa pada gandum. Pemerintah kota Burlington, Vermont serta
beberapa kota di Amerika melarang penggunaan GMO
7. Pasifik: Samoa Amerika, Kepulauan Cook, Fiji, Kiribati, Mikronesia,
Kepulauan Marshall, Nauru, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon,
Tonga, Tuvalu, Vanuatu, Australia, Selandia Baru
Maraknya penggunaan dan pengembangan produk berbasis GMO
memerlukan regulasi supaya produk GMO mudah dikontrol. Secara garis besar
pendekatan berbagai negara terhadap produk GMO ada dua macam, yaitu
Permessive Strategy yang kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat dan
Precautionary Approach yang kemudian diadopsi oleh European Union (EU).
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), yang memastikan
keamanan GMO untuk dikonsumsi, menyatakan bahwa Permessive Strategy tidak
mensyaratkan evaluasi keamanan dari GMO sebelum mereka memasuki pasar
karena FDA menganggap GMO secara substansial ekuivalen dengan makanan
konvensional. Jadi, apabila hasil akhir produk berbasis GMO hasilnya sama
dengan produk konvensional pada umumnya, maka cara untuk mencapai hasil
tersebut tidak penting dalam menentukan keamanan. Amerika Serikat mengadopsi
Permessive Strategy tidak hanya untuk mensyaratkan persetujuan sebelum
pemasaran, tetapi Amerika Serikat juga menolak atas permintaan pemberian label
produk GMO.
Berbeda dengan Amerika Serikat yang mengadopsi Permessive Strategy
sebagai acuannya terhadap regulasi produk GMO, European Union secara keras
melarang adanya kegiatan impor dan produksi produk GMO. Hal ini karena
4
kekhawatirannya akan pencampuran dari hasil panen yang GMO dan
konvensional. Oleh karena itu, European Union mengadopsi Precautionary
Approach yang mendefinisikan modifikasi genetik berdasarkan proses daripada
produknya.
Perbedaan fundamental antara Permessive Strategy dan Precautionary
Approach adalah dalam Precautionary Approach bukan kritikus yang dituntut
untuk membuktikan bahwa teknologi tersebut mengandung bahaya potensial,
tetapi produsen dari teknologi tersebut harus memikul beban menyediakan bukti
bahwa teknologi tersebut aman. Sehingga European Union dalam strategi
pencegahannya menghasrukan pemberian label terhadap semua produk GMO.
5
melakukan evaluasi dan pengkajian teknis keamanan hayati serta kelayakan
pemanfaatan PRG.
g. Pengumuman adalah penyampaian informasi kepada publik mengenai hasil
evaluasi dan pengkajian teknis keamanan hayati PRG melalui berita resmi
KKH dan papan pengumuman atau media massa sebelum pemberian
rekomendasi keamanan hayati PRG oleh KKH.
6
untuk dilepas dan atau diedarkan di Indonesia harus disertai informasi dasar
sebagai petunjuk bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan keamanan
lingkungan, keamanan pangan, dan atau keamanan pakan. Informasi dasar sebagai
petunjuk pemenuhan persyaratan keamanan lingkungan antara lain meliputi
deskripsi dan tujuan penggunaan, perubahan genetik dan fenotipe yang
diharapkan harus terdeteksi, identitas jelas mengenai taksonomi, fisiologi dan
reproduksi PRG, organisme yang digunakan sebagai sumber gen harus dinyatakan
secara jelas dan lengkap, metode rekayasa genetik yang digunakan mengikuti
prosedur baku yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya,
karakterisasi molekuler PRG harus terinci jelas, ekspresi gen yang
ditransformasikan ke PRG harus stabil, dan cara pemusnahan bila terjadi
penyimpangan.
7
c. Dalam hal permohonan sebagaimana yang dimaksud pada angka 2 tidak
lengkap, kepala Badan Sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam
jangka waktu paling lambat 14 hari sejak selesainya pemeriksaan berkas,
memberitahu pemohon melengkapi data atau informasi yang diperlukan.
d. Pemohon wajib melengkapi kekurangan data/informasi yang diperlukan
paling lambat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak
diterimanya pemberitahuan.
e. Dalam hal permohonan telah lengkap Kepala Badan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari meminta KKH untuk melakukan pengkajian keamanan pangan
PRG.
8
Data dan informasi inang (host) yang diperlukan sekurang-kurangnya
harus mencakup hal-hal di bawah ini:
a. Nama umum atau nama lazim, nama ilmiah dan klasifikasi taksonomi;
b. Riwayat kultivasi, distribusi dan pengembangan melalui pembiakan, terutama
untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan dampak merugikan
terhadap kesehatan manusia;
c. Informasi genotipe dan fenotipe yang relevan dengan keamanan pangan,
termasuk alergenisitas dan toksisitas yang telah diketahui; dan
d. Riwayat penggunaan yang aman untuk dikonsumsi sebagai pangan.
Organisme donor atau anggota keluarga terdekat lainnya dalam satu famili
secara alamiah menunjukkan karakteristik memproduksi toksin atau patogen atau
mempunyai sifat lain yang mempengaruhi kesehatan manusia (misalnya
memproduksi zat antigizi atau toksikan) perlu ditetapkan karena deskripsi tersebut
merupakan informasi yang sangat penting. Deskripsi organisme donor harus
mencakup:
a. Nama umum atau nama lazim, nama ilmiah dan klasifikasi taksonomi;
b. Informasi tentang riwayat di alam yang dapat menimbulkan masalah keamanan
pangan;
c. Informasi tentang kemungkinan adanya toksin, zat antigizi serta alergen
alamiah; dan untuk mikroorganisme, informasi tentang patogenisitas dan
hubungannya dengan patogen yang diketahui;
d. Bila ada, disampaikan informasi tentang riwayat penggunaan dalam rantai
produksi pangan dan cara pemaparan selain penggunaan sebagai pangan
(misalnya kemungkinan keberadaannya sebagai kontaminan).
9
2. Informasi tentang DNA (gen yang diperhatikan) yang digunakan untuk
memodifikasi inang (tumbuhan, mikroba, virus, senyawa sintetik), identitas
dan fungsi yang diharapkan dalam inang; dan
3. Inang antara, termasuk organisme lain (misalnya bakteri) yang digunakan
untuk menghasilkan atau melakukan rekayasa DNA sebelum transformasi
ke inang.
b. Informasi tentang DNA
1. Karakteristik semua komponen genetik termasuk gen penanda, pengatur
(regulator) dan elemen lain yang mempengaruhi fungsi DNA;
2. Ukuran dan identitas;
3. Lokasi dan orientasi sekuen DNA donor dalam vektor/konstruksi akhir, dan
4) Fungsi DNA donor yang disisipkan.
10
teknologi menciptakan produk-produk baru yang memiliki nilai ekonomi yang
lebih tinggi.
a. Pelabelan Produk
Maksud dari pelabelan tidak lain adalah memberikan informasi yang
menandai bagi konsumen mengenai produk yang dikonsumsinya. Pelabelan
produk menyediakan pengetahuan bagi konsumen sebagai dasar rasional atas
pilihan konsumen (Keraf, 1998). Sistem pelabelan antara lain:
1. Mondatory Labeling
Mondatory labeling merupakan informasi yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan tertentu. Dengan kata lain mencamtumkan informasi/label
mutlak harus ada pada suatu produk. Pada produk pangan misalnya, harus ada
informasi lengkap mengenai pangan pada setiap kemasannya. Informasi
sebagaimana dimaksud minimal mencangkup nama produk, daftar bahan yang
digunakan, berat bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke wilayah indonesia.
Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda mengenai mondatory
labeling ini. Sebagai contoh di indonesia, selain hal-hal tersebut diatas informasi
lain yang juga harus dicantumkan adalah simbol religius tanda halal pada produk
pangan yang diklaim sesuai agama islam.
2. Voluntary Labeling
Berbeda dengan mondatory labeling, voluntary labeling merupakan
pemberian informasi yang bersifat sukarela. Voluntary labeling sering kali
digunakan sebagai strategi bisnis. Contoh pelabelan Voluntary labeling adalah
eco-laveling. Jenis-jenis label antara lain:
a. Label Positif
Label positif adalah label yang menyatakan bahwa produk pangan
mengandung suatu komposisi tertentu dengan mencantumkan keterangan
tersebut pada daftar komposisi produk
11
b. Label Negatif
Label negatif adalah bentuk klaim yang dinyatakan pada label bahwa suatu
produk tidak mengandung substansi tertentu. Sebagai contoh adalah kalim
“tidak mengandung kolesterol” (Hikam, 2001).
12
BAB III
KESIMPULAN
13
4. Pelabelan produk yang mengandung GMO dilakukan untuk memberikan
informasi kepada konsumen untuk dapat membedakan produk pangan hasil
rekayasa genetika dan produk pangan yang diproduksi secara konvensional.
14
DAFTAR PUSTAKA
Falk et al. 2002. Food Biotechnology: Benefits and Concerns. J. Nutr. 132: 1384–
1390
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya Hal. 187-190.
Yogyakarta: Kanisius.
Sarna, Ketut dkk. 2001. Buku Ajar Genetika. Singaraja: IKPN Singaraja.
15