Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

REGULASI KEAMANAN PANGAN


DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL TERKAIT
GMO (GENETICALLY MODIFIED ORGANISM)
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pangan
Dosen pengampu: Fatchul Anam Nurlaili, S.T.P., M.Sc.

disusun oleh :
Viki Fathurohman 14630035
Siti Nur Ngaeni 15630013
Dini Setiahati 15630022
Lia Anggraeni 15630035
Lukman Ma’arif 15630049

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Pengertian Genetically Modified Organism (GMO) ........................ 3

B. Regulasi Keamanan Pangan Terkait GMO di Tingkat Internasional 3

C. Regulasi Keamanan Pangan Terkait GMO di Tingkat Nasional ...... 5

D. Jenis dan Persyaratan Produk Rekayasa Genetika (PRG)................. 6

E. Pemasukan PRG dari Luar Negeri .................................................... 7

F. Permohonan dan Mekanisme Pengkajian Keamanan PRG .............. 7

G. Pengkajian Keamanan PRG .......................................................... 8

H. Pelabelan Produk Pangan yang Mengandung GMO ....................... 10

BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu elemen yang sangat penting yang menopang
kehidupan manusia. Perubahan budaya dan cara hidup membuat ketersediaan
pangan menjadi hal penting bagi manusia. Salah satu cara untuk menyediakan
bahan pangan manusia adalah dengan pertanian. Penggunaan bioteknologi dalam
pertanian memberi keuntungan antara lain tanaman atau ternak dapat
menghasilkan produk yang lebih tinggi, pengurangan penggunaan pestisida dan
herbisida pada lahan, dan memperpanjang daya tahan atau kesehatan tanaman atau
ternak. Secara umum konsumen akan memilih pangan rendah atau tanpa pestisida
dan herbisida, nilai gizi tinggi, dan peningkatan rasa dan penampilan (Falk et al.
2002).
Perkembangan teknologi yang pesat dan kebutuhan pangan nasional
menjadi pendorong berbagai pihak khususnya yang bergerak dalam bidang
teknologi pangan untuk mengingkatkan produktivitas pangan. Salah satu jalan
yang ditempuh untuk meningkatkan produktivitas pangan adalah melalui
modifikasi atau rekayasa genetika. Rekayasa genetika termasuk dalam jenis
bioteknologi modern. Rekayasa genetika atau teknologi DNA merupakan
kesinambungan dari proses yang terjadi secara alami di alam dengan
menggunakan sains dan teknologi baru.
Rekayasa genetika sering disebut Genetically Modified Organism (GMO).
GMO atau organisme transgenik merupakan organisme yang telah mengalami
modifikasi bahan genetik. Organisme yang berreproduksi dengan membelah diri
juga mengalami modifikasi terutama dari proses mutasi dan transfer gen. Saat ini
pengertian GMO telah bergeser menjadi organisme yang telah mengalami
modifikasi bahan genetik dengan menggunakan teknologi DNA.
Adanya GMO memberikan dampak positif dalam mencukupi kebutuhan
pangan nasional, namun disisi lain selain keuntungan penggunaan bahan pangan
asal GMO, dikhawatirkan pula pangan asal GMO dapat menimbulkan alergi,

1
karsinogenik, resistensi antibiotik, dan perpindahan gen ke lingkungan. Isu
keamanan pangan dari varietas tanaman baru hasil rekayasa genetika adalah
potensi racun dari protein yang diintroduksi, perubahan alergisitas, perubahan
nutrisi, racun dan alergi tak terduga, serta keamanan resistansi antibiotik penanda
gen penyandi protein yang digunakan dalam rekayasa (Chassy, 2002). Berbagai
poster,iklan atau media lain telah mengimbau masyarakat untuk menghindari
produk pangan asal GMO. Ketidaktahuan masyarakat memunculkan kekhawatiran
berlebih terhadap produk pangan asal GMO sehingga diperlukan informasi yang
akurat terkait GMO dan regulasi-regulasi terkait GMO baik di tingkat nasional
maupun internasional. Berawal dari masalah ini, maka akan dibahas secara
mendetail tentang pengertian GMO serta regulasi-regulasi keamanan pangan
terkait GMO baik di tingkat nasional maupun internasional.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Organism (GMO)?
2. Bagaimana regulasi keamanan pangan terkait GMO di tingkat internasional?
3. Bagaimana regulasi keamananan pangan terkait GMO di tingkat nasional oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)?
4. Bagaimana pelabelan produk pangan yang mengandung GMO?

C. Tujuan
Tujuan makalah ini meliputi:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Organism
(GMO)
2. Mengetahui regulasi keamanan pangan terkait GMO di tingkat internasional
3. Mengetahui regulasi kemanana pangan terkait GMO di tingkat nasional oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
4. Mengetahui pelabelan produk pangan yang mengandung GMO

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Genetically Modified Organism (GMO)


Genetic Modified (GM) merupakan manipulasi gen dengan cara
menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme tertentu baik binatang maupun
tanaman teknologi rekombinasi DNA (rDNA). Adapun tujuan dilakukannya
modifikasi genetik adalah untuk merubah sifat asli suatu gen organisme menjadi
organisme yang memiliki sifat yang unggul, seperti dapat meningkatkan produksi,
tahan lama setelah melalui proses pasca panen, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit tertentu, bahkan dapat merubah bentuk asli dari suatu organisme.
Organisme yang telah termodifikasi genetiknya kemudian dikenal sebagai
Genetically Modified Organism (GMO). Modifikasi genetika dapat diartikan juga
sebagai perpindahan gen baik antar gen ataupun lintas gen. Melalui rekayasa
genetika manusia secara tidak langsung dapat “menciptakan” suatu organisme
baru dengan keunggulan sifat yang dimilikinya. Perubahan genetis bukanlah suatu
momok baru dalam dunia ilmu pengetahuan, karena secara alami perubahan
genetis dapat terjadi melalui peristiwa mutasi gen.

B. Regulasi Keamanan Pangan Terkait GMO di Tingkat Internasional


Maraknya penggunaan bahan berbasis GMO (Genetically Modified
Organism) pada beberapa makanan menyebabkan kekhawatiran masyarakat
terkain makanan tersebut. Kekhawatiran tersebut meliputi kekhawatiran terhadap
kesehatan manusia dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Akibat dari
kekhawatiran tersebut bahkan beberapa negara melarang pengonsumsian makanan
berbahan dasar GMO, seperti yang diterapkan negara-negara yang tergabung
dalam European Union (UN).
Beberapa negara yang membatasi bahkan melarang adanya proses impor,
distribusi, penjualan, pemanfaatan, percobaan lapangan, dan penanaman
komersial GMO meliputi:

3
1. Afrika: Aljajair, Mesir
2. Asia: Sri Lanka, Thailand, Cina, Jepang, Filipina
3. Eropa: Uni Eropa, Norwegia, Austria, Jerman, Inggris Raya, Spanyol,
Italia, Yunani, Perancis, Luxemburg, Portugal
4. Amerika Latin: Brazil, Paraguay
5. Timur Tengah: Saudi Arabia
6. Amerika Utara: Maryland telah melarang adanya ikan yang telah
direkayasa dan Dakota Utara serta Montana telah melarang adanya
rekayasa pada gandum. Pemerintah kota Burlington, Vermont serta
beberapa kota di Amerika melarang penggunaan GMO
7. Pasifik: Samoa Amerika, Kepulauan Cook, Fiji, Kiribati, Mikronesia,
Kepulauan Marshall, Nauru, Papua New Guinea, Kepulauan Solomon,
Tonga, Tuvalu, Vanuatu, Australia, Selandia Baru
Maraknya penggunaan dan pengembangan produk berbasis GMO
memerlukan regulasi supaya produk GMO mudah dikontrol. Secara garis besar
pendekatan berbagai negara terhadap produk GMO ada dua macam, yaitu
Permessive Strategy yang kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat dan
Precautionary Approach yang kemudian diadopsi oleh European Union (EU).
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), yang memastikan
keamanan GMO untuk dikonsumsi, menyatakan bahwa Permessive Strategy tidak
mensyaratkan evaluasi keamanan dari GMO sebelum mereka memasuki pasar
karena FDA menganggap GMO secara substansial ekuivalen dengan makanan
konvensional. Jadi, apabila hasil akhir produk berbasis GMO hasilnya sama
dengan produk konvensional pada umumnya, maka cara untuk mencapai hasil
tersebut tidak penting dalam menentukan keamanan. Amerika Serikat mengadopsi
Permessive Strategy tidak hanya untuk mensyaratkan persetujuan sebelum
pemasaran, tetapi Amerika Serikat juga menolak atas permintaan pemberian label
produk GMO.
Berbeda dengan Amerika Serikat yang mengadopsi Permessive Strategy
sebagai acuannya terhadap regulasi produk GMO, European Union secara keras
melarang adanya kegiatan impor dan produksi produk GMO. Hal ini karena

4
kekhawatirannya akan pencampuran dari hasil panen yang GMO dan
konvensional. Oleh karena itu, European Union mengadopsi Precautionary
Approach yang mendefinisikan modifikasi genetik berdasarkan proses daripada
produknya.
Perbedaan fundamental antara Permessive Strategy dan Precautionary
Approach adalah dalam Precautionary Approach bukan kritikus yang dituntut
untuk membuktikan bahwa teknologi tersebut mengandung bahaya potensial,
tetapi produsen dari teknologi tersebut harus memikul beban menyediakan bukti
bahwa teknologi tersebut aman. Sehingga European Union dalam strategi
pencegahannya menghasrukan pemberian label terhadap semua produk GMO.

C. Regulasi Keamanan Pangan Terkait GMO di Tingkat Nasional


1. Definis Operasional
a. Bioteknologi modern adalah aplikasi dari teknik perekayasaan genetik
meliputi teknik asam nukleat in-vitro dan fusi sel dari dua jenis atau lebih
organisme diluar kekerabatan taksonomis.
b. Pengkajian adalah keseluruhan proses pemeriksaan dokumen dan pengujian
PRG serta faktor sosial-ekonomi terkait.
c. Pengkajian risiko (risk assessment) PRG adalah pengkajian kemungkinan
terjadinya pengaruh merugikan pada kesehatan manusia yang ditimbulkan dari
pengembangan dan pemanfaatan PRG berdasarkan penggunaan metode ilmiah
dan statistik tertentu yang sahih
d. Keamanan pangan produk rekayasa genetik adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya dampak yang merugikan
dan membahayakan kesehatan manusia, akibat proses produksi, penyiapan,
penyimpanan, peredaran dan pemanfaatan pangan produk rekayasa genetik.
e. Balai Kliring Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang selanjutnya
disingkat BKKH, adalah perangkat KKH yang berfungsi sebagai sarana
komunikasi antara KKH dengan pemangku kepentingan.
f. Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, yang selanjutnya
disingkat TTKH, adalah tim yang diberi tugas membantu KKH dalam

5
melakukan evaluasi dan pengkajian teknis keamanan hayati serta kelayakan
pemanfaatan PRG.
g. Pengumuman adalah penyampaian informasi kepada publik mengenai hasil
evaluasi dan pengkajian teknis keamanan hayati PRG melalui berita resmi
KKH dan papan pengumuman atau media massa sebelum pemberian
rekomendasi keamanan hayati PRG oleh KKH.

Pada tahun 2012, Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996


tentang Pangan direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia No. 18
Tahun 2012. Dalam Undang Undang Pangan No. 18 Tahun 2012, Pemerintah
menegaskan bahwa bagi setiap orang yang akan memproduksi pangan atau
melakukan kegiatan atau proses produksi pangan menggunakan bahan baku,
bahan tambahan pangan, dan atau bahan lain yang dihasilkan dari rekayasa
genetik pangan, harus sudah mendapat persetujuan keamanan pangan Produk
Rekayasa Genetika (PRG) yang diberikan oleh Pemerintah. Ketentuan mengenai
tata cara memperoleh persetujuan keamanan pangan, ketentuan mengenai
persyaratan dan prinsip penelitian dan pengembangan, dan pemanfaatan metode
rekayasa genetik pangan diatur dalam peraturan pemerintah. Pemerintah akan
memberlakukan sanksi administratif kepada setiap orang yang melanggar
ketentuan tersebut. Sehubungan dengan keamanan pangan PRG, peraturan Kepala
Badan POM yang berupa Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan PRG No.
HK.00.05.23.3541 Tahun 2008 direvisi menjadi Pedoman Pengkajian Keamanan
Pangan PRG No. HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012. Pada tahun yang sama,
telah dikeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.
25 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Analisis Risiko
Lingkungan Produk Rekayasa Genetik. Pedoman tersebut digunakan dalam
pengkajian keamanan lingkungan PRG.

D. Jenis dan Persyaratan Produk Rekayasa Genetika (PRG)


Jenis PRG meliputi hewan PRG, ikan PRG, tanaman PRG dan jasad renik
PRG. Dalam PP No. 18 Tahun 2012 dinyatakan pula bahwa PRG baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang akan dikaji atau diuji

6
untuk dilepas dan atau diedarkan di Indonesia harus disertai informasi dasar
sebagai petunjuk bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan keamanan
lingkungan, keamanan pangan, dan atau keamanan pakan. Informasi dasar sebagai
petunjuk pemenuhan persyaratan keamanan lingkungan antara lain meliputi
deskripsi dan tujuan penggunaan, perubahan genetik dan fenotipe yang
diharapkan harus terdeteksi, identitas jelas mengenai taksonomi, fisiologi dan
reproduksi PRG, organisme yang digunakan sebagai sumber gen harus dinyatakan
secara jelas dan lengkap, metode rekayasa genetik yang digunakan mengikuti
prosedur baku yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya,
karakterisasi molekuler PRG harus terinci jelas, ekspresi gen yang
ditransformasikan ke PRG harus stabil, dan cara pemusnahan bila terjadi
penyimpangan.

E. Pemasukan PRG dari Luar Negeri


Setiap orang yang memasukkan PRG sejenis dari luar negeri untuk pertama
kali, wajib mengajukan permohonan kepada menteri yang berwenang atau kepala
LPNK yang berwenang. Permohonan tersebut wajib dilengkapi dengan dokumen
yang menerangkan bahwa persyaratan keamanan lingkungan, keamanan pangan
dan atau kemanan pakan telah dipenuhi. Selain itu, pemasukan PRG dari luar
negeri wajib dilengkapi pula dengan surat keterangan bahwa PRG tersebut telah
diperdagangkan secara bebas dinegara asalnya serta dokumentasi hasil pengkajian
dan pengolahan risiko dari institusi yang berwenang dimana pengkajian risiko
pernah dilakukan

F. Permohonan dan Mekanisme Pengkajian Keamanan PRG


1. Tata Cara Permohonan Pengkajiaan Keamanan Pangan PRG
a. Setiap orang atau badan hukum yang mengedarkan pangan PRG harus
mengajukan permohonan pengkajian keamanan PRG secara tertulis.
b. Pemohon menjawab dan melengkapi data dalam daftar pertanyaan pada
formulir 2., sesuai dengan petunjuk pada bagian IV. Pengkajian
Keamanan PRG.

7
c. Dalam hal permohonan sebagaimana yang dimaksud pada angka 2 tidak
lengkap, kepala Badan Sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam
jangka waktu paling lambat 14 hari sejak selesainya pemeriksaan berkas,
memberitahu pemohon melengkapi data atau informasi yang diperlukan.
d. Pemohon wajib melengkapi kekurangan data/informasi yang diperlukan
paling lambat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak
diterimanya pemberitahuan.
e. Dalam hal permohonan telah lengkap Kepala Badan sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari meminta KKH untuk melakukan pengkajian keamanan pangan
PRG.

G. Pengkajian Keamanan PRG


Pengkajian keamanan pangan PRG harus dilakukan dengan
mempertimbangkan kemungkinan timbulnya perubahan pada pangan, baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dalam melakukan
pengkajian diperlukan informasi genetik dari pangan PRG yang bersangkutan dan
informasi tentang keamanan pangannya yang meliputi informasi mengenai
kesepadanan substansial, perubahan nilai gizi, sifat alergenisitas dan toksisitas
serta informasi lainnya yang terkait dengan metabolit dan gen penanda yang
resisten terhadap antibiotik. Dalam hal informasi tersebut dinilai belum Iengkap
dan atau kurang jelas, maka KKH atau TTKH dapat meminta kepada pemohon
untuk menyerahkan hasil pengujian laboratorium tambahan dan atau menambah
data baru.
a. Deskripsi Umum Pangan PRG
Deskripsi ini mencakup antara lain hasil panen, proses transformasi PRG,
tipe dan tujuan modifikasi bahan dasarnya. Deskripsi ini harus cukup untuk
membantu memberi penjelasan tentang sifat pangan yang diserahkan untuk diuji
keamanannya.
1. Deskripsi Inang dan Penggunaannya sebagai Pangan

8
Data dan informasi inang (host) yang diperlukan sekurang-kurangnya
harus mencakup hal-hal di bawah ini:
a. Nama umum atau nama lazim, nama ilmiah dan klasifikasi taksonomi;
b. Riwayat kultivasi, distribusi dan pengembangan melalui pembiakan, terutama
untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan dampak merugikan
terhadap kesehatan manusia;
c. Informasi genotipe dan fenotipe yang relevan dengan keamanan pangan,
termasuk alergenisitas dan toksisitas yang telah diketahui; dan
d. Riwayat penggunaan yang aman untuk dikonsumsi sebagai pangan.
Organisme donor atau anggota keluarga terdekat lainnya dalam satu famili
secara alamiah menunjukkan karakteristik memproduksi toksin atau patogen atau
mempunyai sifat lain yang mempengaruhi kesehatan manusia (misalnya
memproduksi zat antigizi atau toksikan) perlu ditetapkan karena deskripsi tersebut
merupakan informasi yang sangat penting. Deskripsi organisme donor harus
mencakup:
a. Nama umum atau nama lazim, nama ilmiah dan klasifikasi taksonomi;
b. Informasi tentang riwayat di alam yang dapat menimbulkan masalah keamanan
pangan;
c. Informasi tentang kemungkinan adanya toksin, zat antigizi serta alergen
alamiah; dan untuk mikroorganisme, informasi tentang patogenisitas dan
hubungannya dengan patogen yang diketahui;
d. Bila ada, disampaikan informasi tentang riwayat penggunaan dalam rantai
produksi pangan dan cara pemaparan selain penggunaan sebagai pangan
(misalnya kemungkinan keberadaannya sebagai kontaminan).

2. Deskripsi Modifikaasi genetik


a. Deskripsi proses transformasi
1. Informasi tentang metoda spesifik yang digunakan untuk transformasi
(misalnya transformasi yang menggunakan perantara/mediasi oleh
Agrobacterium atau media lain);

9
2. Informasi tentang DNA (gen yang diperhatikan) yang digunakan untuk
memodifikasi inang (tumbuhan, mikroba, virus, senyawa sintetik), identitas
dan fungsi yang diharapkan dalam inang; dan
3. Inang antara, termasuk organisme lain (misalnya bakteri) yang digunakan
untuk menghasilkan atau melakukan rekayasa DNA sebelum transformasi
ke inang.
b. Informasi tentang DNA
1. Karakteristik semua komponen genetik termasuk gen penanda, pengatur
(regulator) dan elemen lain yang mempengaruhi fungsi DNA;
2. Ukuran dan identitas;
3. Lokasi dan orientasi sekuen DNA donor dalam vektor/konstruksi akhir, dan
4) Fungsi DNA donor yang disisipkan.

H. Pelabelan Produk Pangan yang Mengandung GMO


Suatu produk memerlukan tanda pengenal atau yang disebut dengan label.
Label sebagai tanda pengenal produk yang didalamnya memuat informasi
mengenai produk yang bersangkutan, antara lain seperti nama produk, berat/isi
bersih, bahan yang digunakan, nama alamat produsen, tanggal kadaluarsa dan
harga.
Label merupakan sumber informasi yang esensial bagi konsumen sehingga
konsumen memiliki kontrol dan pilihan yang efektif terhadap apa yang mereka
konsumsi, yang berhubungan dengan alasan kesehatan, keamanan, dan
kepercayaan yang diyakini konsumen (misal label halal). Oleh karena itu,
keterangan atau informasi pada label harus jujur, benar, dan tidak menyedihkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan kesadaran
konsumen akan mutu dan keamanan produk yang dikonsumsinya. Keadaan ini
menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih suatu produk yang 76
berhubungan dengan standar-standar kualitas, bahan baku, bahan tambahan,
bahan penolong, proses dan manajemen proses. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga menyebabkan produk-produk yang diperdagangkan makin
bertambah. Manajemen produksi memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

10
teknologi menciptakan produk-produk baru yang memiliki nilai ekonomi yang
lebih tinggi.
a. Pelabelan Produk
Maksud dari pelabelan tidak lain adalah memberikan informasi yang
menandai bagi konsumen mengenai produk yang dikonsumsinya. Pelabelan
produk menyediakan pengetahuan bagi konsumen sebagai dasar rasional atas
pilihan konsumen (Keraf, 1998). Sistem pelabelan antara lain:
1. Mondatory Labeling
Mondatory labeling merupakan informasi yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan tertentu. Dengan kata lain mencamtumkan informasi/label
mutlak harus ada pada suatu produk. Pada produk pangan misalnya, harus ada
informasi lengkap mengenai pangan pada setiap kemasannya. Informasi
sebagaimana dimaksud minimal mencangkup nama produk, daftar bahan yang
digunakan, berat bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke wilayah indonesia.
Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda mengenai mondatory
labeling ini. Sebagai contoh di indonesia, selain hal-hal tersebut diatas informasi
lain yang juga harus dicantumkan adalah simbol religius tanda halal pada produk
pangan yang diklaim sesuai agama islam.
2. Voluntary Labeling
Berbeda dengan mondatory labeling, voluntary labeling merupakan
pemberian informasi yang bersifat sukarela. Voluntary labeling sering kali
digunakan sebagai strategi bisnis. Contoh pelabelan Voluntary labeling adalah
eco-laveling. Jenis-jenis label antara lain:
a. Label Positif
Label positif adalah label yang menyatakan bahwa produk pangan
mengandung suatu komposisi tertentu dengan mencantumkan keterangan
tersebut pada daftar komposisi produk

11
b. Label Negatif
Label negatif adalah bentuk klaim yang dinyatakan pada label bahwa suatu
produk tidak mengandung substansi tertentu. Sebagai contoh adalah kalim
“tidak mengandung kolesterol” (Hikam, 2001).

12
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :


1. Genetically Modified Organism (GMO) adalah suatu teknik rekayasa genetika
suatu organisme dengan cara menyisipkan suatu gen organisme yang berbeda
ataupun organisme yang sama tetapi memiliki sifat genetik yang berbeda.
Tujuan dilakukannya teknik GMO ini adalah untuk mendapatkan suatu
organisme yang memiliki sifat lebih unggul dibandingkan sifat asli organisme
tersebut.
2. Regulasi keamanan pangan pangan terkait GMO di tingkat internasional secara
garis besar dapat dikaji melalui dua pendeketan, yaitu Permessive Strategy dan
Precautionary Approah. Permessive Strategy merupakan pendekatan yang
diadopsi oleh Amerika Serikat, dimana pendekatan ini tidak ada peraturan
khusus terkait produk hasil GMO, sehingga Amerika Serikat sendiri menolak
untuk diadakannya pelabelan terkait produk GMO. Lain halnya dengan
Precautionary Approach, yang diadopsi oleh European Union, pendekatan ini
memberikan peraturan yang ketat terkait produk GMO, bahkan sampai
membatasi hingga melarang peredaran produk hasil GMO.
3. Regulasi keamanan pangan pangan terkait GMO di tingkat nasional oleh
BPOM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia No. 18
Tahun 2012. Dalam Undang Undang Pangan No. 18 Tahun 2012, Pemerintah
menegaskan bahwa bagi setiap orang yang akan memproduksi pangan atau
melakukan kegiatan atau proses produksi pangan menggunakan bahan baku,
bahan tambahan pangan, dan atau bahan lain yang dihasilkan dari rekayasa
genetik pangan, harus sudah mendapat persetujuan keamanan pangan Produk
Rekayasa Genetika (PRG) yang diberikan oleh Pemerintah

13
4. Pelabelan produk yang mengandung GMO dilakukan untuk memberikan
informasi kepada konsumen untuk dapat membedakan produk pangan hasil
rekayasa genetika dan produk pangan yang diproduksi secara konvensional.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chassy, BM. 2002. Food Safety Evaluation of Crops Produced through


Biotechnology. Amerika : J American College of Nutrition.

Donat, Kim Jo Dene. 2003. Engineered Akerlof Lemons: Information Asymetry,


Externalities, and Market Intervention in The Genetically Modified Food
Market. Global Trade 417 – 423.

Falk et al. 2002. Food Biotechnology: Benefits and Concerns. J. Nutr. 132: 1384–
1390

Hikam, Muhammad. 2001. Pangan Hasil Rekayasa Genetika, Sambutan Menteri


Negara Riset dan Teknologi, Seminar Nasional Pangan Hasil Rekayasa
Genetika: Antisipasi Penerapan Peraturan Pelabelan di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya Hal. 187-190.
Yogyakarta: Kanisius.

Sarna, Ketut dkk. 2001. Buku Ajar Genetika. Singaraja: IKPN Singaraja.

Stansfield, W.D. 1991. Genetika Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai