Kedelai transgenik jenis ini diberi nama event GTS-40-3-2. Kedelai ini termasuk
kedelai transgenik generasi pertama yang diproduksi dan disisipkan gen bakteri tanah
(Agrobacterium tumefaciens). Donor gen dalam kedelai transgenik itu berasal dari dna
Agrobacterium tumefaciens strain CP4, yang memiliki tanggungjawab dalam toleransi
atau tahan terhadap glifosat (Gustave R, 2014)
3.2 Sejarah Kedelai PRG/GMO
Kedelai rekayasa genetik pertama ditanam di Amerika Serikat pada tahun
1996. Lebih dari sepuluh tahun kemudian, kedelai GM ditanam di sembilan negara
mencakup lebih dari 60 juta hektar. Kedelai ini GM memiliki gen yang memberikan
resistensi herbisida.
Amerika Serikat (85%) dan Argentina (98%) menghasilkan hampir secara
eksklusif kedelai GM. Di negara-negara ini, kedelai GM disetujui tanpa pembatasan
dan diperlakukan sama seperti kedelai konvensional. Produsen dan pejabat pemerintah
di AS dan Argentina tidak melihat alasan untuk membedakan kedelai GM dan
konvensional baik pada saat panen, pengiriman, penyimpanan atau
pengolahan. Kedelai impor dari negara-negara tersebut umumnya mengandung
sebagian besar GM.
Kedelai GM pernah tidak diizinkan di Brasil. Namun demikian, benih
GM diselundupkan dari negara-negara tetangga dan ditanam secara ilegal. Sekarang,
kedelai GM telah disetujui. Pada tahun 2007, 64 persen tanaman kedelai di negara itu
adalah rekayasa genetika. Sebagian besar kedelai konvensional Brazil ditanam di
bagian utara negara itu. Penanaman skala komersial dalam jumlahbesar kedelai
rekayasa genetik juga dapat ditemukan di Paraguay, Kanada, Uruguay dan Afrika
Selatan.
Impor kedelai didominasi untuk pakan ternak. Selama pengolahan, kedelai yang
diproses untuk menghasilkan minyak, dan minyak yang diperoleh diekstraksi dan
dimurnikan untuk penggunaan makanan. Selain itu, kedelai digunakan untuk
menghasilkan berbagai bahan makanan dan zat aditif. Lesitin, misalnya, digunakan
sebagai emulsifier dalam cokelat, es krim, margarin, dan makanan yang dipanggang.
(Cholifah, 2015)
3.3 Regulasi Pangan Terkait Kedelai PRG/GMO
Kedelai merupakan salah satu komoditi tertinggi yang di impor oleh Indonesia.
Kedelai impor tersebut biasanya adalah kedelai hasil rekayasa genetika yang berasal
dari Amerika Serikan dengan jenis event GTS-40-3-2. Indonesia memiliki regulasi
yang mengatur terkait PRG yang diimpor dan diedarkan di Indonesia. Hukum yang
mengatur PRG yaitu, Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal
37 menyebutkan, “impor pangan yang dilakukan untuk memenuhi konsumsi
dalam negeri wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, gizi, dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat”. Peraturan
Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2005 tentang Keamanan Hayati, Pasal 13 ayat 1
menyebutkan, bahwa setiap orang yang akan memasukan PRG sejenis dari luar
negeri untuk pertama kali, wajib mengajukan permohonan kepada Menteri yang
berwenang atau kepala LNPD (Lembaga Pemerintah Non Departemen) yang
berwenang. Dan, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan
Pelabelan Pangan Produk Rekasa Genetika Pasal 5 menyebutkan, Pangan PRG
wajib mencantumkan Label Pangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan pada label wajin dicantumkan keterangan berupa tulisan “Pangan
Produk Rekayasa Genetik”.
DAFTAR PUSTAKA
Gustave R. 2014. Kedelai Impor Melangkahi Regulasi Keamanan Hayati Indonesia. Jakarta:
Konphalindo
Cholifah. 2015. Pangan Rekayasa Genetika (PRG). [diakses 10 Maret 2016]. Tersedia pada:
http://okkpd.pertanian.jatimprov.go.id/