Anda di halaman 1dari 12

REGULASI PANGAN

PRODUK REKAYASA GENETIKA


I. Pendahuluan

1.1 Pengertian Produk Rekayasa Genetik (PRG)


Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup
(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makluk hidup (enzim) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada kemajuan masa ini,
bioteknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi seperti rekayasa genetik, kultur jaringn,
rekombinasi DNA, kloning, dan lain-lain.
Terjabar pada Jurnal Info POM Volume XI, No 1 (2010), rekayasa genetika
merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan
gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (dikenal juga dengan istilah
transgenik). Tujuannya adalah untuk menghasilkan tanaman/ hewan/ jasad renik yang
memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi
manusia. Dimana gen merupakan suatu unit biologis yang menentukan sifat-sifat
makhluk hidup yang dapat diturunkan. Berbeda dengan metode pertanian
tradisional/konvensional. Keduanya mempunyai maksud yang sama yaitu
menghasilkan varietas tanaman unggul dengan sifat yang telah diperbaiki, yang
menjadikannya lebih baik untuk ditanam, dan lebih menarik untuk dimakan.
Perbedaannya terletak pada bagaimana hasil itu diperoleh. ”Pemuliaan tradisional
memerlukan persilangan yang mencampur ribuan gen dari dua jenis tanaman dengan
harapan akan mendapatkan sifat yang diinginkan. Dengan bioteknologi modern,
seseorang dapat memilih sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap hama,
penyakit, atau herbisida, atau peningkatan kualitas hasil. Melalui teknik rekayasa
genetik telah dihasilkan produk rekayasa genetik diantaranya tanaman produk
rekayasa genetik yang memiliki sifat baru.
Pangan hasil rekayasa genetika merupakan pangan yang diturunkan dari
makhluk hidup hasil rekayasa genetika. Pada umumnya pangan sebagian besar
bersumber dari tanaman, dan tanamanlah yang sekarang ini paling banyak dimuliakan
melalui teknik rekayasa genetika. Rekayasa genetik menurut UU no 18 tahun 2012
tentang pangan menjelaskan bahwa rekasaya genetik adalah suatu proses yang
melibatkan pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain
yang berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu menghasilkan
produk pangan yang lebih unggul. Sedangkan Pangan produk rekayasa genetik adalah
pangan yang diproduksi atau yang menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan,
dan atau bahan lain yang dihasilkan dari proses genetik.
Tanaman produk rekayasa genetik dimanfaatkan diantaranya sebagai bahan
pangan yang biasa dikenal sebagai pangan produk rekayasa genetik (pangan PRG).
Pangan PRG meliputi pangan segar, pangan olahan, bahan tambahan pangan dan
bahan lain yang digunakan untuk produksi pangan. Pemanfaatan pangan PRG
mengundang kekhawatiran bahwa pangan tersebut mungkin dapat menimbulkan r
isiko terhadap kesehatan manusia. Kemungkinan timbulnya risiko perlu diminimalkan
melalui pendekatan ke hati-hatian (precautionary approach).
1.2 Sejarah penerapan Produk Rekayasa Genetik(PRG) di Indonesia
Bioteknologi telah berkembang sejak ribuan tahun silam. Pembuatan minuman
beralkohol melalui proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba telah dikerjakan
sejak sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Berikut penggambaran secara singkat
perkembangan bioteknologi.
 Pada tahun 1680 adanya penemuan sel khamir oleh Antonie van Leewenhoek.
 Pada tahun 1818 fermentasi sel khamir oleh Erxleben
 Pada tahu 1857 fermentasi asam laktat oleh Pasteur
 Pada tahun 1897 Buchner mengungkap enzim yang berperan dalam fermentasi
 Awal abad 20 konsep pewarisan sifat dari Gregor Mendel
 Pada tahun 1928 Fred, Griffth menemukan konsep transformasi
 Pada tahun 1944 Oswall Avery, Colin McLeod & Maclyn Mc Carty menunjukan
bahwa yang ditransformasikan adalah senyawa asam nukleat tipe deoksiribosa
(DNA), sifat genetik suatu jasad ditentukan oleh DNA, meski belum diketahui
struktur DNA.
 Pada tahun 1953 Watson & Crick menemukan struktur 3 dimensi DNA dan fungsi
gen sebagai pembawa sifat.
 Pada tahun 1970-an Nathan & Smith menemukan enzim yang dapat memotong
molekul DNA secara spesifik yaitu enzim endonuklease restriksi. Penemuan enzim
DNA ligase (enzim untuk menyambung potongan DNA). Paul Berg berhasil
menyambung molekul DNA sehingga dihasilkan DNA rekombinan yang pertama
kali (Nobel). Kemudian adanya Teknologo DNA Rekombinan atau Rekayasa
Genetik yang merupakan tulang punggung bioteknologi umum.
1.3 Produk Hasil Rekayasa Genetik
Terdapat beberapa produk hasil rekayasa genetika yang sudah beredar di dalam
maupun luar negeri. Diantaranya adalah:
1.3.1Kapas
Rekayasa genetik dari kapas telah tersebar 15 juta hektar pada tahun
2007, atau 43 persen dari ketersediaan kapas dunia. Kebanyakan rekayasa
genetic tumbuh di india dan amerika tapi juga bisa ditemukan di china,
argentina, afrika selatan, Australia, meksiko, dan kolumbia. Rekayasa genetik
tahan terhadap herbisida dan hama serangga. Lebih dari 68% kapas cina
diproduksi secara rekayasa genetic untuk memproduksi substansi yang dapat
melindungi dari hama. Produksi kapan rekayasa genetic belum disetujui di
eropa.Aplikasi sudah diterima tetapi keputusan masih ditunda.
1.3.2 Jagung
Jagung rekayasa genetik pertama kali tumbuh di amerika dan kanada
tahun 1997. Sejak itu, jagung rekayasa genetik diproduksi lebih dari 35 juta
hektar .sekarang sekitar 80 % jagung rekayasa genetic diproduksi di amerika.
Banyak Negara di selatan dan utara amerika, afrika, dan asia memproduksi
jagung RG. Spanyol menjadi Negara pertama eropa yang menggunakan jagung
RG.Kemudian dilanjutkan di republic ceko, Portugal dan jerman. Jagung RG
dapat memproduksi substansi yang mampu bertahan melawan hama.
1.3.3 Kentang
Hanya satu dari empat kentang di eropa yang sebenarnya dimakan
manusia. Kebanyakan hanya digunakan untuk bahan baku pembuatan alcohol
dan pati. Kentang menjadi sangat penting sebagai bahan baku terbaharukan pada
industry pati. Terbuat dari dua jenis pati amilosa dan amilopektin. Masalahnya,
adalah pencampuran yang berbeda pada kedua jenis pati tsb yaitu menggunakan
proses yang mahal. Maka dibuat kentang yang hanya memiliki 1 jenis pati yaitu
amilopektin.
1.3.4 Kedelai
Pada pembuatan kedelai PRG gen bakteri dipotong bagian tertentu
sesuai sifat yang diinginkan kemudian dimasukkan atau disambungkan ke dalam
genomtanaman kedelai dengan tujuan tahan hama atau resisten terhadap reaksi
kimia yang mematikan, sehingga tanaman kedelai disebut tanaman kedelai
transgenik (PRG). Pembahasan lebih lanjut terkait PRG kedelai akan dibahas
pada bab selanjutnya.
Selain itu berikut daftar produk rekaya genetika yang telah lolos uji komisi
keamanan hayati PRG dan layak diedarkan di Indonesia:
a. Jagung PRG event MON 89034 (2011)
b. Jagung PRG event NK 603 (2011)
c. Kedelai PRG event GTS 40-3-2 (2011)
d. Kedelai PRG event GTS 89788 (2011)
e. Jagung PRG event GA 21 (2011)
f. Jagung PRG event MIR 162 (2011)
g. Jagung PRG event Bt 11 (2011)
h. Jagung PRG event MIR 604 (2011)
i. Jagung PRG event 3272 (2011)
j. Tebu PRG Toleran Kekeringan event NXI-1T (2011)
k. Tebu PRG Toleran Kekeringan event NXI-4T (2012)
l. Tebu PRG Toleran Kekeringan event NXI-6T (2012)
m. Ice Structuring Protein (2011)

II. Regulasi Pangan terkait Produk Rekayasa Genetik (PRG)

2.1 Regulasi Nasional


Seperangkat peraturan & kebijakan terkait dengan pangan produk rekayasa
genetik telah dikeluarkan Pemerintah Indonesia, antara lain :
2.1.1 UU RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
Pada UU ini dijelaskan pengertian dari rekayasa genetik pangan serta
pengertian dari pangan produk rekayasa genetika. Selai itu UU ini juga
mencakup pengaturan pangan produk rekayasa genetika yang dijelaskan pada
pasal 77 yang isinya menyatakan bahwa setiap orang harus memproduksi
pangan rekayasa genetika yang memenuhi serta mendapatkan persetujuan
keamanan pangan sebelum diedarkan. Persetujuan tersebut diberikan oleh
Pemerintah.
Selain itu, pada pasal 78 juga disebutkan bahwa Pemerintah
menetapkan persyaratan dan prinsip penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan metode Rekayasa Genetik Pangan dalam kegiatan atau proses
Produksi Pangan, serta menetapkan persyaratan bagi pengujian Pangan yang
dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan.Ketentuan mengenai persyaratan
dan prinsip penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan metode Rekayasa
Genetik Pangan sebagaimana tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Adapun pasal 79 yang menjelaskan tentang sanksi administratif yang
harus ditanggung oleh setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 77
yaitu berupa:
a. Denda;
b. Penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. Penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. Ganti rugi; dan/atau
e. Pencabutan izin.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan
mekanisme pengenaan sanksi administratif tersebut diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Sedangkan ketentuan terkait sanksi yang harus ditanggung oleh setiap
orang yang memproduksi pangan yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik
Pangan yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum
diedarkan dijelaskan pada pasal 137 yaitu dijelaskan bahwa orang tersebut
akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2.1.2 Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan
Pada PP no 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan pada
umumnya menjelaskan tentang bagian utama label, label pangan, nama
produk pangan, berat bersih dan keterangan nama atau alamat, tanggal
kadaluwarsa, nomor pendaftaran pangan, keterangan tentang kode produksi
pangan dan keterangan kandungan gizi. Peraturan periklanan yaitu, iklan
harus sesuai dengan kandungan bahan yang ada pada produk tersebut dan tiak
membohongi publik.Peraturan rekayasa genetika dijelaskan pada bagian ke
12 pasal 35 di PP ini.Bagian 12 ini menjelaskan tentang keterangan tentang
irradiasi pangan dan rekayasa genetika.
Pasal 35 menjelaskan tentang mewajibkan mencantumkan tulisan
"pangan rekayasa genetika" untuk hasil pangan hasil rekayasa
genetika.Pelabelan tersebut dilakukan pada suatu produk pangan yang
menggunakan bahan hasil rekayasa genetika atau bahan yang merupakan
pangan hasil rekayasa genetik saja. Pada label dapat dicantumkan logo khusus
hasil rekayasa genetika.
Tindakan administrative untuk pelanggaran terhadap peraturan
pemerintah ini yaitu, peringatan secara tertulis terlebih dahulu, kemudian
larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu san atau pemerintah
untuk menarik produk pangan dari peredaran, pemusnahan pangan juka
terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia, penghentian produk
untuk sementara waktu, pengenaan denda paling tinggi Rp50.000.000 (lima
puluh juta rupiah), dan pencabutan izin produksi atau izin usaha.
2.1.3 UU RI no. 21 tahun 2004 tentang Protokol Cartagena tentang Keamanan
Hayati Atas Konvensi tentang keanekaragaman hayati
Pada UU ini dijelaskan mengenai manfaat dari adanya bioteknologi serta
resiko yang akan dihadapi. Pada UU ini juga berisi mengenai pelaksanaan Protocol
Cartagena sebagai perjanjian kerjasama regional dan multiteral untuk menjamin
keamanan hayati. Protocol Cartagena berisi materi-materi pokok yaitu:
a. Persetujuan Pemberitahuan Terlebih Dahulu (Advance Informed Agreements)
b. Prosedur Pemanfaatan OHMG Secara Langsung
c. Kajian Risiko (Risk Assessment)
d. Manajemen Risiko (Risk Management)
e. Perpindahan Lintas Batas Tidak Disengaja dan Langkah-langkah
Darura(Emergency Measures)
f. Penanganan, Pengangkutan, Pengemasan, dan Pemanfaatan
g. Balai Kliring Keamanan Hayati (Biosafety Clearing House)
h. Pengembangan Kapasitas
i. Kewajiban Para Pihak Kepada Masyarakat
2.1.4 Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan
Pada PP No. 28 tahun 2004 tentang keamanan, Mutu dan Gizi pangan
menjelaskan tentang pangan produk rekayasa genetik.Namun, pada
pereraturan pemerintahan ini hanya menjelaskan tentang keamanan pangan
bagi produk rekayasa genetika. Peraturan pangan produk rekayasa genetika
dijelaskan pada pasal 14 yang berisi, setiap orang yang memproduksi pangan
atau menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan atau bahan
bantu lain dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang dihasilkan dari
rekayasa genetika wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan
tersebut sebelum diedarkan.
Pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa genetik meliputi :
a. Informasi genetika (deskripsi umum pangan produk rekayasa genetika
dan deskripsi inang serta penggunaannya sebagai pangan)
b. Deskripsi organisme donor
c. Deskripsi modifikasi genetika
d. Karakterisasi modofikasi genetika
e. Informasi keamanan pangan (kesepadanan substansial, perubahan nilai
gizi, alergenitas dan toksinitas)
Pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa genetika dilaksanakan
oleh komisi yang menangani keamanan pangan produk rekayasa
genetika.Persyaratan dan tatacara pemeriksaan keamanan pangan produk
rekayasa genetik ditetapkan juga oleh komisi yang menangani keamanan
pangan produk rekayasa genetika.kepala badan menetapkan bahan baku,
bahan tambahan pangan atau bahan bantu lain hasil rekayasa genetika yang
dinyan aman sebagai pangan dengan memperlihatkan rekomendasi dari
komisi yang menangani kramanan pangan produk rekayasa genetika.
2.1.5 Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2005 tentang keamanan hayati
produk rekayasa genetika
Peraturan pemerintah ini terdiri dari 10 bab dan 37 pasal. Peraturan ini
mencakup pengertian rekayasa genetika, keamanan pangan serta lingkungan,
jenis-jenis PRG, persyaratan PRG, tata cara penelitian dan pengembangan
PRG, tata cara impor PRG, pengkajian dan pelepasan PRG, pengawasan dan
pengendalian PRG, kelembagaan yang mengatur PRG, pembiayaan, serta
peralihan.
Dengan maraknya PRG yang diimpor ke Indonesia maka pada PP ini
yang perlu diperhatikan adalah peraturan mengenai pemasukan PRG dari luar
negeri. Pada pasal 13 di jelaskan bahwa untuk pertama kali pihak yang akan
memasukkan PRG, wajib mengajukan permohonan kepada Menteri yang
berwenang atau Kepala LPND yang berwenang. Permohonan untuk
memasukkan PRG wajib dilengkapi dengan dokumen yang menerangkan
bahwa persyaratan keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/atau
keamanan pakan telah dipenuhi.
Selain memenuhi ketentuan pemasukan PRG dari luar negeri wajib
dilengkapi pula dengan:
a. Surat keterangan yang menyatakan bahwa PRG tersebut telah
diperdagangkan secara bebas (certificate of free trade) di negara
asalnya; dan
b. Dokumentasi pengkajian dan pengelolaan risiko dari institusi yang
berwenang dimana pengkajian risiko pernah dilakukan.
Setelah menerima permohonan tersebut, Menteri yang berwenang atau
Kepala LPND akan memeriksa kelengkapan dokumen dan persyaratan,
memberitahukan kepada pemohon mengenai kelengkapan dokumen dan
persyaratan yang wajib dipenuhi oleh pemohon sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku terhadap pemasukan PRG selambat-lambatnya dalam
15 (lima belas) hari sejak permohonan diterima. Kemudian Menteri yang
berwenang atau Kepala LPND yang berwenang meminta rekomendasi
keamanan lingkungan kepada Menteri. Menteri yang berwenang atau Kepala
LPND yang berwenang wajib mendasarkan keputusannya pada rekomendasi
keamanan hayati yang diberikan oleh Menteri atau Ketua KKH. Ketentuan
mengenai syarat dan tata cara pemasukan PRG dari luarnegeri diatur lebih
lanjut oleh Menteri yang berwenang atau Kepala LPND yang berwenang.
2.1.6 SKB Komisi Keamanan hayati
Surat Keputusan Bersama ini harus dimiliki oleh produsen PRG untuk
dapat melakukan peredaran. Pada SKB diputuskan bahwansuatu komoditi
PRG yang di produsen oleh sebuah perusahaan telah memenuhi persyaratan
keamanan PRG dan dapat diedarkan. SKB ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
2.1.7 Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 61 Tahun 2011 Tentang
Pelepasan Varietas Tanaman.
Pada peraturan ini menjelaskan definisi dari tanaman produk rekayasa
genetika serta lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penyebarab PRG.
Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH) adalah komisi
yang mempunyai tugas memberi rekomendasi kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan dalam menyusun dan menetapkan kebijakan serta menerbitkan
sertifikat keamanan hayati PRG.Tim Teknis Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik (TTKH) adalah tim yang mempunyai tugas membantu
KKH dalam melakukan evaluasi dan pengkajian teknis keamanan hayati serta
kelayakan pemanfaatan PRG.
Peraturan Menteri Pertanian ini terdiri dari sembilan bab yang
menjelaskan terkait pengujian PRG, jenis-jenis tanaman PRG, penilaian,
pemberian nama, penarikan varietas, tim penilaian serta penarikan varietas,
peralihan dan ditutup dengan bab penutupan.
Pada bab pengujian dijelaskan bahwa harus dilakukan uji adaptasi atau
uji observasi tanaman PRG sesuai komoditas, permohonan uji adaptasi atau
uji observasi yang dilakukan bersamaan dengan proses pengkajian keamanan
lingkungan tanaman PRG. Selain itu juga dijelaskan pada pasal 16 yaitu,
tanaman PRG yang berasal dari varietas non PRG dan telah dilepas,
selanjutnya dilakukan perbaikan sifat dan/atau penambahan satu sifat baru
dengan tidak merubah sifat-sifat lain sesuai deskripsi aslinya, dapat dilepas
tanpa melalui uji adaptasi atau uji observasi dengan tetap mengikuti ketentuan
pelepasan varietas, tanaman PRG harus mempunyai data bukti kesesuaian
deskripsi asli melalui uji petak pembanding, tanaman PRG dapat dilepas,
apabila dilengkapi bukti kesesuaian dan sertifikat dan rekomendasi keamanan
lingkungan, keamanan pangan dan/atau keamanan pakan terlebih dahulu
Adapun tindakan yang dapat dilakukan jika varietas tanaman PRG
terbukti tidak memberikan manfaat dan/atau tidak layak yaitu, Menteri
Negara Lingkungan Hidup mengusulkan kepada Menteri Pertanian untuk
mencabut keputusan pelepasan atau peredaran varietas tanaman PRG.
(Buletin Keamanan Pangan Volume 14/Tahun VII/2008)
2.2 Regulasi Internasional
Perkembangan pesat bioteknologi telah membuat National Institutes of Health
(NIH) mengeluarkan panduan tentang laboratorium yang bekerja dalam teknologi
DNA pada tahun 1976 dan direvisi pada 1980. Peraturan pangan produk GMO
kemudian diregulasikan oleh Food and Drug Administration (FDA).Pada saat awal
peraturan pangan produk GMO ini berkutat pada chymosin, triptopan, dan bovine
somatrotropin.Saat ini panduan mengenai produk pangan asal GMO disusun oleh
National Institutes of Health (NIH), the Animal Plant Health Inspection Service
(APHIS) of the USDA, Food and Drug Administration (FDA), dan Environmental
Protection Agency (EPA).(+ tambahan dari ishmah)
III. Kedelai Produk Rekayasa Genetika (PRG)

3.1 Kedelai PRG


Genetically Modified Organisms (GMO) atau istilah dipakai pemerintah
Indonesia adalah produk rekayasa genetika (PRG), yaitu dimasukkannya gen salah
satu organisme pada organismelainnya dengan tujuan penambahan sifat unggul.
Sebagai contoh, gen bakteri dipotong bagian tertentu sesuai sifat yang diinginkan
kemudian dimasukkan atau disambungkan ke dalam genomtanaman kedelai dengan
tujuan tahan hama atau resisten terhadap reaksi kimia yang mematikan, sehingga
tanaman kedelai disebut tanaman kedelai transgenik (GMO).

Kedelai transgenik jenis ini diberi nama event GTS-40-3-2. Kedelai ini termasuk
kedelai transgenik generasi pertama yang diproduksi dan disisipkan gen bakteri tanah
(Agrobacterium tumefaciens). Donor gen dalam kedelai transgenik itu berasal dari dna
Agrobacterium tumefaciens strain CP4, yang memiliki tanggungjawab dalam toleransi
atau tahan terhadap glifosat (Gustave R, 2014)
3.2 Sejarah Kedelai PRG/GMO
Kedelai rekayasa genetik pertama ditanam di Amerika Serikat pada tahun
1996. Lebih dari sepuluh tahun kemudian, kedelai GM ditanam di sembilan negara
mencakup lebih dari 60 juta hektar. Kedelai ini GM memiliki gen yang memberikan
resistensi herbisida.
Amerika Serikat (85%) dan Argentina (98%) menghasilkan hampir secara
eksklusif kedelai GM. Di negara-negara ini, kedelai GM disetujui tanpa pembatasan
dan diperlakukan sama seperti kedelai konvensional. Produsen dan pejabat pemerintah
di AS dan Argentina tidak melihat alasan untuk membedakan kedelai GM dan
konvensional baik pada saat panen, pengiriman, penyimpanan atau
pengolahan. Kedelai impor dari negara-negara tersebut umumnya mengandung
sebagian besar GM.
Kedelai GM pernah tidak diizinkan di Brasil. Namun demikian, benih
GM diselundupkan dari negara-negara tetangga dan ditanam secara ilegal. Sekarang,
kedelai GM telah disetujui. Pada tahun 2007, 64 persen tanaman kedelai di negara itu
adalah rekayasa genetika. Sebagian besar kedelai konvensional Brazil ditanam di
bagian utara negara itu. Penanaman skala komersial dalam jumlahbesar kedelai
rekayasa genetik juga dapat ditemukan di Paraguay, Kanada, Uruguay dan Afrika
Selatan.
Impor kedelai didominasi untuk pakan ternak. Selama pengolahan, kedelai yang
diproses untuk menghasilkan minyak, dan minyak yang diperoleh diekstraksi dan
dimurnikan untuk penggunaan makanan. Selain itu, kedelai digunakan untuk
menghasilkan berbagai bahan makanan dan zat aditif. Lesitin, misalnya, digunakan
sebagai emulsifier dalam cokelat, es krim, margarin, dan makanan yang dipanggang.
(Cholifah, 2015)
3.3 Regulasi Pangan Terkait Kedelai PRG/GMO
Kedelai merupakan salah satu komoditi tertinggi yang di impor oleh Indonesia.
Kedelai impor tersebut biasanya adalah kedelai hasil rekayasa genetika yang berasal
dari Amerika Serikan dengan jenis event GTS-40-3-2. Indonesia memiliki regulasi
yang mengatur terkait PRG yang diimpor dan diedarkan di Indonesia. Hukum yang
mengatur PRG yaitu, Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal
37 menyebutkan, “impor pangan yang dilakukan untuk memenuhi konsumsi
dalam negeri wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, gizi, dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat”. Peraturan
Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2005 tentang Keamanan Hayati, Pasal 13 ayat 1
menyebutkan, bahwa setiap orang yang akan memasukan PRG sejenis dari luar
negeri untuk pertama kali, wajib mengajukan permohonan kepada Menteri yang
berwenang atau kepala LNPD (Lembaga Pemerintah Non Departemen) yang
berwenang. Dan, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan
Pelabelan Pangan Produk Rekasa Genetika Pasal 5 menyebutkan, Pangan PRG
wajib mencantumkan Label Pangan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan pada label wajin dicantumkan keterangan berupa tulisan “Pangan
Produk Rekayasa Genetik”.
DAFTAR PUSTAKA

Gustave R. 2014. Kedelai Impor Melangkahi Regulasi Keamanan Hayati Indonesia. Jakarta:
Konphalindo
Cholifah. 2015. Pangan Rekayasa Genetika (PRG). [diakses 10 Maret 2016]. Tersedia pada:
http://okkpd.pertanian.jatimprov.go.id/

Anda mungkin juga menyukai