Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN REKAYASA PAKAN GENETIK

SECARA GLOBAL

BONDAN DWINARTO
NIM. D2510202038

ILMU NUTRISI PAKAN


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini, permasalahan kelaparan sudah menjadi salah satu agenda penting
dalam isu Hubungan Internasional. Pangan merupakan salah satu hal terpenting
dalam suatu kehidupan manusia, sehingga, permasalahan kekurangan pangan dan
kelaparan di suatu negara, saat ini bukan hanya menjadi isu domestik bagi negara
yang mengalami kejadian tersebut namun juga menjadi permasalahan penting di
negara lainnya (Amalina, 2012). Permasalahan tersebut berimbas langsung kepada
penyediaan sumber dari pangan yaitu hasil ternak. Hasil ternak akan mempengaruhi
terhadap kebutuhan pakan bagi ternak tersebut agar dapat produksi secara maksimal
dengan kebutuhan pakan yang minimal.
Rekayasa genetika terhadap tanaman penghasil pakan ternak merupakan
salah satu kunci untuk memecahkan permasalahan peningkatan pakan ternak. GMO
merupakan singkatan dari Genetically Modified Organism,yaitu organisme yang
DNA-nya telah diubah atau dimodifikasi dengan cara tertentu melalui rekayasa
genetika. Dalam kebanyakan kasus, GMO telah diubah dengan DNA dari
organisme lain, baik itu bakteri, tumbuhan, virus atau hewan, organisme ini kadang-
kadang disebut sebagai organisme "transgenik". Genetika dari laba-laba yang
membantu arakhnida menghasilkan sutra, misalnya, dapat dimasukkan ke dalam
DNA kambing biasa (Mardatila, 2020). Menurut Sutarno (2016), Rekayasa genetik
merupakan teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru yang
diinginkan atau kombinasi gen-gen baru atau dapat dikatakan sebagai manipulasi
organisme.
Rekayasa genetika pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang
digunakan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen
yang dapat dilakukan dalam satu sel atau mahluk hidup (organisme), bahkan dari
satu mahluk hidup ke mahluk hidup lain yang berbeda jenisnya (Mahrus, 2014).
Menurut WHO (2000), Makanan hasil rekayasa genetika adalah makanan
yang berasal dari organisme yang bahan genetiknya (DNA) telah dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi secara alami, misalnya. melalui pengenalan
gen dari organisme berbeda. Teknologi tersebut sering disebut “bioteknologi
modern” atau “teknologi gen”, terkadang juga “teknologi DNA rekombinan” atau
“rekayasa genetika”. Makanan rekayasa genetik yang tersedia saat ini sebagian
besar berasal dari tumbuhan, tetapi di masa depan makanan yang berasal dari
mikroorganisme atau hewan rekaya genetik kemungkinan besar akan diperkenalkan
di pasar. Sebagian besar tanaman hasil rekayasa genetika yang ada telah
dikembangkan untuk meningkatkan hasil melalui pengenalan ketahanan terhadap
penyakit tanaman atau peningkatan toleransi herbisida. Makanan rekaya genetik
juga memungkinkan penurunan harga pangan melalui peningkatan hasil dan
keandalan.
Tujuan utama pengembangan GMO adalah untuk mengatasi berbagai
masalah kekurangan pangan yang dihadapi penduduk dunia yang tidak mampu
dipecahkan secara konvensional, karena pertumbuhan penduduk yang begitu cepat.
Namun dalam pengembangannya sampai saat ini, GMO masih menimbulkan pro
kontra (kontroversi) di tengah-tengah masyarakat dunia, baik yang terjadi di negara
dimana GMO dikembangkan maupun di negaranegara pengguna produk GMO.
Kontroversi yang sangat tajam justru terjadi di kalangan para ilmuwan, masing-
masing kelompok bertahan pada alasan yang dapat diterima secara ilmiah (Mahrus,
2014).
Peningkatan produksi tanaman rekayasa genetika di seluruh dunia telah
menyebabkan lebih banyak insiden tingkat rendah GMO terdeteksi dalam makanan
dan pakan yang diperdagangkan. Kejadian tersebut telah menyebabkan gangguan
perdagangan antar negara dengan pengiriman biji-bijian, sereal dan tanaman
lainnya diblokir oleh negara pengimpor dan dihancurkan atau dikembalikan ke
negara asal. Identifikasi pelacakan tanaman rekayasa genetic dengan tanaman
pangan dan pakan non rekayasa genetik terjadi secara tidak sengaja pada saat
produksi dilapangan (misalnya uji coba lapangan tanaman rekayasa genetic yang
ditanam dekat dengan tanaman non rekayasa genetic), pemrosesan, pengemasan,
penyimpanan dan transportasi setelah produksi (FAO, 2014).
Bioteknologi modern berkembang pesat setelah genetika molekuler
berkembang dengan baik. Dimulai dengan pemahaman tentang struktur DNA pada
tahun 1960an dan hingga berkembangnya berbagai teknik molekuler telah
menjadikan pemahaman tentang gen menjadi semakin baik. Gen atau yang sering
dikenal dengan istilah DNA, merupakan materi genetik yang bertanggung jawab
terhadap semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup (Sutarno, 2015).
Penelitian perakitan tanaman PRG di Indonesia sudah dimulai pada tahun
1990-an. Penelitian tersebut dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian, perguruan
tinggi, badan usaha milik negara dan perusahaan swasta. Penelitian dilakukan pada
beberapa jenis tanaman pangan yaitu padi, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, tebu,
akasia dan sengon yang tahan hama dan penyakit serta toleran cekaman abiotik.
BAB II
PERKEMBANGAN REKAYASA GENETIK
DI AMERIKA SERIKAT

Teknologi rekayasa genetika sebenanrnya telah ada semenjak beratus-ratus


tahun yang lalu ketika seorang ilmuwan bernama Gregor Mendel (1822-1884)
mampu mengawinkan silang antara satu tanaman yang berbeda warna sehingga
menghasilkan warna yang baru dan terus berkembang hingga tahun 1987 untuk
pertama kalinya dikembangkan hewan hasil rekayasa genetika untuk penelitian
kanker di Universitas Harvard dan selanjutnya pada tahun 1993 diciptakan anaman
hasil rekayasa genetika untuk pertama kali yang diuji cobakan pada tanaman tomat
dan diberi nama Flavor Savor Tomato. Jenis tomat ini akan membutuhkan waktu
yang lama untuk mengalami pembususkkan setelah dipetik (Chapman, 2006). Jenis
tomat ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengalami pembususkkan
setelah dipetik dari pohonnya. Setelah tomat, Amerika Serikat terus
mengembangkan berbagai jenis tanaman untuk menciptakan tanaman yang lebih
“baik” melalui rekayasa genetika seperti kapas, jagung, dan kedelai serta beberapa
jenis hewan seperti kambing (Java, 2009).
Hasil rekayasa genetik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pakan bagi
peternakan di Amerika Serikat tetapi telah mampu sbagai salah satu komoditi
ekspor kepada beberapa negara di Eropa, Canada dan Jepang (Alasdair, 2003).
USDA (United State Departement Agriculture) yaitu Kementrian Pertanian
Amerika Serikat melalui Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS)
menetapkan peraturan untuk memastikan tanaman transgenik tidak berbahaya bagi
tanaman lain. Pengaturan ditetapkan melalui USDA’s Biotechnology Regulatory
Services (USDA, 2021). Biotechnology regulatory ini di tetapkan pada tahun 1986
dan ada tiga lembaga federal yang bertanggung jawab yaitu untuk mengatur
penggunaan yang aman dari organisme hasil rekayasa genetika adalah APHIS, the
U.S. Environmental Protection Agency (EPA), and the U.S. Department of Health
and Human Services' Food and Drug Administration (FDA).
FDA memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan keamanan
makanan manusia dan pakan hewan, serta pelabelan yang tepat dan keamanan
semua makanan dan pakan yang berasal dari tumbuhan. EPA mengatur pestisida,
termasuk tanaman dengan pelindung yang tergabung dengan tanaman (pestisida
yang dimaksudkan untuk diproduksi dan digunakan di tanaman hidup), untuk
memastikan keamanan publik. Badan itu juga mengatur residu pestisida pada
makanan dan pakan ternak. APHIS, melalui program Biotechnology Regulatory
Services (BRS), mengatur introduksi organisme tertentu yang dikembangkan
menggunakan rekayasa genetika yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan
tanaman.
Biotechnology Regulatory sejak pertama kali ditetapkan pada tahun 1986
dibawah kewenangan Undang-undang hama Tanaman Federal tahun 1957 dan
Undang-undang Karantina Tumbuhan tahun 1912, telah mengalami beberapa kali
perubahan atau amandemen. Sejak tahun 1987 biotechnology regulatory telah
mengalami enam perubahan yaitu pada tahun 1988, 1990, 1993, 1994, 1997 dan
2005, untuk mengeluarkan pengecualian dari persyaratan izin untuk melakukan
kegiatan bagi mikroorganisme tertentu (Federal Register, 2020).
BAB III
PERKEMBANGAN REKAYASA GENETIK
DI EROPA

Perkembangan rekayasa genetik di Eropa dimulai pada tahun 1998, Dr


Arpad Pusztai, yang saat itu dari Rowett Research Institute, Aberdeen, menerbitkan
penelitian yang menunjukkan bahwa kentang rekayasa genetik, yang dimodifikasi
dengan gen insektisida yang diambil dari tetesan salju, beracun bagi tikus dalam uji
coba pemberian makan. Pada tahun yang sama, Menteri Ristek Inggris, Sainsbury
pada masa pemerintahan Tony Blair Sangat mendukung teknologi genetika, dia
melepaskan tanggung jawab kementerian untuk kebijakan tentang masalah tersebut
menyusul tuduhan kemungkinan konflik kepentingan.
Pada tahun 1999, Sainsbury mengumumkan penelitian skala pertanian
tanaman rekaya genetik untuk mempelajari efek tanaman direkayasa agar tahan
terhadap herbisida memungkinkan satu dosis kuat untuk digunakan mungkin
memiliki pada satwa liar lahan pertanian. Namun, penelitian tersebut dikritik karena
ancaman yang ditimbulkan pada tanaman tetangga dan madu melalui penyerbukan
silang.
Kemudian pada Mei 2000, madu yang dijual di supermarket ditemukan
terkontaminasi serbuk sari rekayasa genetik dari uji coba tanaman di Inggris. Dua
dari sembilan sampel menunjukkan kontaminasi. Sebuah studi yang didanai
pemerintah menemukan sembilan dari sepuluh orang menolak budidaya varietas
rekayasa genetik tanpa bukti lebih lanjut tentang keamanannya bagi kesehatan dan
lingkungan. Pada tahun 2004, Sekretaris Lingkungan Margaret Beckett mengatakan
kepada Commons bahwa Pemerintah menyetujui penanaman komersial jagung RG
untuk pakan ternak. Tetapi dalam beberapa minggu, perusahaan di balik produk
tersebut membatalkan rencananya, mengatakan bahwa pembatasan Pemerintah
tentang bagaimana jagung ditanam akan membuatnya tidak ekonomis (Chapman,
2006).
Rekayasa pada genetik di Eropa berada dibawah pengawasan European
Commission (EC) yaitu suatu lembaga yang terdiri atas beberapa negara eropa
dalam menetapkan kebijakan di eropa. Lembaga ini terdiri atas beberapa komisi
salah satunya adalah komisi health and safety department. Teknologi rekayasa
genetik di Eropa diatur dengan peraturan EC nomor 1829/2003 tentang Rekayasa
Genetik pada pangan dan pakan (European Commission).
DAFTAR PUSTAKA

Alasdair R.Y. 2003. Political transfer and “trading up” ? Translantic Trade in
Genetically Modified Food an U.S.politics. Cambridge University Press

Amallina, I.F. 2012. Faktor-Faktor Penolakan Uni Eropa Terhadap Produk-Produk


Genetically Modified Food Dan Genetically Modified Organism Dari
Amerika Serikat. Skripsi. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Airlangga

FAO.2014.Steady increase in incidents of low levels of GM crops in traded food


and feed.Press Realease: Roma, 12 Maret 2014.
http://www.fao.org/news/story/en/item/216311/icode/.
Tanggal akses :10 April 2021

Chapman, James. 2006. History Of Genetically Modified Food.


http://www.dailymail.co.uk/news/article-419985/History-
geneticallymodified-food.html Tanggal akses : 14 April 2021

Federal Register. 2020. Animal and Plant Health Inspection Service 7 CFR Parts
330, 340, and 372. Movement of Certain Genetically Engineered
Organisms. Vol. 85, No. 96. May, 2020.

Mardatila,A.2020. GMO Adalah Produk Pangan Rekayasa Genetika, Ketahui Pro


dan Kontranya. https://www.merdeka.com/sumut/gmo-adalah-produk-
pangan-rekayasa-genetika-beserta-pro-dan-kontranya-kln.html?page=4
Tanggal Akses : 10 April 2021.

Sutarno.2016. Rekayasa Genetika dan Perkembangan Bioteknologi Di Bidang


Peternakan. Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-
5742), Vol 13(1) 2016: 23-27

Sutarno.2015. Genetika Non-Mendel. DNA mitokondria dan perannya dalam


produksi hewan dan kelainan pada manusia. ISBN no 978-979-498-
872-5.
UNS Press, Solo

Mahrus.2014. Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi


Masyarakat. Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014. ISSN: 1411-
9587

WHO. 2000. Safety aspects of genetically modified foods of plant origin. Report of
a Joint FAO/WHO Expert Consultation on Foods Derived from
Biotechnology

Java, A. 2009. GMO-a brief history. https://hubpages.com/food/GMO-a-breif-


history. Tanggal akses : 10 April 2021
James Chapman. 2006. History Of Genetically Modified Food.
http://www.dailymail.co.uk/news/article-419985/History-genetically-
modified-food.html. Tanggal akses : 10 April 2021

Anda mungkin juga menyukai