Anda di halaman 1dari 12

Kontroversi Produk Rekayasa Genetika

Yang Dikonsumsi Masyarakat


Oleh: Mahrus
Program Studi Pendidikan Biologi

ABSTRAK
Rekayasa genetika adalah transplantasi satu gen ke gen lainnya baik antara gen dan
lintas gen untuk menghasilkan produk yang berguna bagi mahluk hidup hidup. Pada
awalnya, rekayasa genetika hanya dilakukan pada tanaman untuk memecahkan
kekurangan pangan penduduk dunia, dan dalam pengembangannya rekayasa genetika
tidak hanya berlaku untuk tanaman dan hewan yang serupa, tetapi telah berevolusi pada
manusia dan lintas jenis. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi
perubahan komposisi asam nukleat DNA atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur
DNA mahluk hidup penerima, hal ini berarti bahwa gen yang disisipkan pada mahluk
hidup penerima dapat berasal dari mahluk hidup lain. Saat ini, penyebaran dan
penggunaan produk rekayasa genetika telah mengundang kontroversi masyarakat, oleh
karena itu tulisan ini bertujuan untuk meninjau kontroversi rekayasa genetika mahluk
hidup pada beberapa aspek kehidupan masyarakat.
Kata Kunci: gekayasa genetika, gen, DNA, GMO, kontroversi.

CONTROVERSY OF GENETIC ENGINEERING


PRODUCT CONSUMED SOCIETY

ABSTRACT
Genetic engineering is a transplant of one gene to an other gene both between genes
and gene cross to produce a useful product for living organisms. At first, genetic
engineering was only conducted on plant to solve the food’s lack for world population,
and it does not only apply to the plants and animals are similar in its development, but it
has evolved in humans and cross types. The basic principle of genetic engineering
technology is manipulating the composition changes of the nucleic acid of DNA or
tucking new genes into the DNA structure of the recipient organisms, this means that
inserted genes on a recipient organism can be derived from the other organisms. Today,
the deployment and use of genetically modified organisms have been inviting society's
controversy, therefore this paper aims to review the controversy for genetically modified
organism (GMO) on several aspects of community life.
Keywords: genetic engineering, gene, DNA, GMO, controversy.

PENDAHULUAN al., 2010). Rekayasa genetika pada

P erkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi rekayasa genetika (genetic
engineering) akhir-akhir ini cukup
drastis dan meminta perhatian serius dari
pemerintah dan para ilmuwan (Dresbach et
dasarnya adalah seperangkat teknik yang
digunakan untuk memanipulasi komponen
genetik, yakni DNA genom atau gen yang
dapat dilakukan dalam satu sel atau mahluk
hidup (organisme), bahkan dari satu
al., 2001; Curran and Koszarycz, 2004; mahluk hidup ke mahluk hidup lain yang
Small et al., 2005; Dano, 2007; Amin et berbeda jenisnya (Uzogara, 2000; Small,

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 1Ϭϴ ISSN: 1411-9587
2004; Montaldo, 2006; Alberts et al., 2008; Dampk negatif lainnya bagi para petani
Sudjadi, 2008; Artanti et al., 2010; Asaye khususnya adalah sangat merugikan
et al., 2014; Pramashinta et al., 2014). mereka, karena petani non GMO tidak
Mahluk hidup yang materi genetiknya telah mampu meningkatkan produktifitas yang
dimanipulasi secara artifisial di lebih menguntungkan (Hardinsyah, 2000).
laboratorium melalui rekayasa genetika Semua dampak negatif tersebut sampai saat
disebut dengan mahluk hidup transgenic ini kurang mendapat perhatian pemerintah
atau rekayasa genetika mahluk hidup dan ilmuwan seperti yang dilaporkan oleh
(genetically modified organism/GMO) Dano (2007).
yang memiliki sifat unggul dibandingkan Argentina adalah negara terbesar
dengan mahluk hidup asalnya (Lotter, kedua di dunia yang mengembangkan
2008; Marinho et al., 2012). tanaman GMO yang didukung oleh empat
Tujuan utama pengembangan GMO faktor utama, yaitu (Burachik (2010):
adalah untuk mengatasi berbagai masalah dukungan politik; kemampuan untuk
kekurangan pangan yang dihadapi memecahkan kebutuhan petani; faktor
penduduk dunia yang tidak mampu ekonomi dan lingkungan; dan
dipecahkan secara konvensional, karena implementasi peraturan perundang-
pertumbuhan penduduk yang begitu cepat undangan yang berlaku. Produk pangan
(Amin et al., 2010; Azadi dan Peter, 2010; dalam negeri yang ada saat ini belum
Artanti et al., 2010; Marinho et al., 2012; mampu mengatasi masalah kekurangan
Pramashinta et al., 2014). Namun dalam pangan, dan hal ini menjadi tantangan
pengembangannya sampai saat ini, GMO pembanguan pertanian di Indonesia
masih menimbulkan pro kontra (Nursamsi, 2008). Meskipun Indonesia
(kontroversi) di tengah-tengah masyarakat telah berhasil memproduksi GMO sejak
dunia, baik yang terjadi di negara dimana tahun 1999, Indonesia masih saja
GMO dikembangkan maupun di negara- mengimpor terus menerus 10 bahan pokok
negara pengguna produk GMO. dari berbagai negara yang diduga hasil
Kontroversi yang sangat tajam justru rekayasa genetika yaitu: beras, jagung,
terjadi di kalangan para ilmuwan, masing- kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula
masing kelompok bertahan pada alasan pasir, daging sapi, daging ayam, garam,
yang dapat diterima secara ilmiah (Dano, singkong, dan kentang (BPS, 2013).
2007; Sutardi, 2007; Abbas, 2009; Amin et Produk lainnya seperti buah-buahan impor
al., 2010; Burachik, 2010; Pramashinta et di supermarket merupakan produk GMO,
al., 2014). namun sayangnya semua produk GMO
Kelompok yang pro GMO beralasan yang beredar di pasaran tidak diberi
bahwa ada potensi tak terbatas dalam informasi yang jelas, oleh karena itu
rekayasa genetika yang bermanfaat untuk permasalahan yang paling menonjol dan
mengurangi penggunaan pestisida, masih menimbulkan kontroversi di
mengatasi kekurangan pangan, dan masyarakat adalah amankah produk GMO
menghasilkan makan-makanan yang lebih yang menguasai pasar saat ini utuk
bergizi serta obat-obatan. Kelompok yang dikonsumsi?.
kontra/menolak berpendapat produk Tulisan ini bertujuan untuk membahas
pangan dan obat-obatan GMO belum masalah kontroversi penerimaan dan
diyakini aman untuk dikonsumsi karena penggunaan produk GMO pada 6 aspek
masih menimbulkan berbagai dampak kehidupan masyarakat yaitu: pertanian,
negatif bagi kesehatan dan lingkungan. lingkungan, kesehatan, agama, budaya,

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϬϵ ISSN: 1411-9587
dan etika. Untuk mengkaji permasalahan Radji, 2009).
ini, penulis mencoba membandingkan Suwanto (2006) menjelaskan secara
keuntungan dan kerugian dari produk detail bahwa rekayasa genetika merupakan
GMO, dan kemudian mengidentifikasi suatu teknik alternatif untuk melakukan
dampak positif dan negatifnya secara jelas modifikasi bahan genetik pada suatu
dengan referensi yang ada pada negara- mahluk hidup. Perbedaan utamanya dengan
negara maju dan berkembang. Diharapkan teknik pemuliaan yang lain adalah dalam
dari tulisan ini, kontroversi yang hal tingkat ketepatan dan kecepatan hasil
berkembang di tengah-tengah kehidupan mutasinya. Mutan yang diperoleh melalui
masyarakat dapat ditiadakan atau paling teknologi DNA merupakan hasil
tidak dapat diminimalkan. mutagenesis langsung pada sasarannya
(site directed mutagenesis), sedangkan
METODE REKAYASA GENETIKA mutasi buatan secara fisika atau kimia
Beberapa istilah yang digunakan pada bersifat acak (random mutagenesis)
rekayasa genetika adalah: transgenik; seringkali menghasilkan mutan yang
modifikasi genetika (genetically bersifat pleiotrof (mutasi di luar gen
modified/GM); teknologi DNA; kloning sasaran). Selain itu, teknologi DNA juga
gen atau cloning molekuler merupakan memungkinkan penambahan atau
istilah yang meliputi sejumlah penyisipan gen dari kelompok mahluk
teknik/metode/prosedur yang digunakan hidup yang secara filogenetik sangat jauh
untuk mengidentifikasi, meniru, hubungan kekerabatannya atau secara
memodifikasi dan mentransfer materi seksual tidak kompatibel. Berdasarkan
genetik dari sel, jaringan atau mahluk penjelasan tersebut, maka pengertian GMO
hidup lengkap dari satu mahluk hidup ke menurut Suwanto (2006) adalah mahluk
mahluk hidup lainnya (Izquierdo, 2001; hidup hasil modifikasi bahan genetik
Karp, 2002; Sudjadi, 2008; Artanti et al., melalui teknologi DNA, sedangkan yang
2010). Teknologi yang paling banyak melalui persilangan, mutasi kimia atau
digunakan adalah rekombinasi DNA (DNA fisika tidak dikategorikan sebagai GMO.
recombinant), suatu metode yang
digunakan untuk memanipulasi langsung Kontroversi Produk GMO
DNA yang berorientasi pada ekspresi gen Pelepasan GMO ke lingkungan telah
tertentu. Teknik ini melibatkan kemampuan menjadi kontroversial di seluruh dunia
untuk mengisolasi, memotong dan (Amin dan Jahi, 2004; Singh et al., 2006).
memindahkan potongan DNA tertentu Kontroversi tersebut terkait dengan
sesuai dengan gen-gen yang menjadi target kemungkinan resiko terhadap berbagai
(Klug dan Cummings, 2002; Singh et al., aspek kehidupan masyarakat seperti:
2006; Artanti et al., 2010). Saat ini kesehatan, lingkungan, agama, budaya,
memanipulasi DNA dalam berbagai cara etika, psikologi, dan lain-lain. Suatu
dan memindahkannya dari satu mahluk teknologi dapat memberi manfaat yang
hidup ke mahluk hidup lain dapat besar bagi kesejahteraan masyarakat, akan
diprogramkan melalui teknik rekombinasi tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu
DNA untuk memproduksi berbagai zat juga dengan rekayasa genetika. Beberapa
seperti enzim, antibodi monoklonal, nutrisi, contoh dampak positif rekayasa genetika
hormon, dan berbagai produk farmasi sebagai berikut: meningkatnya derajat
termasuk obat dan vaksin dalam jumlah kesehatan manusia dengan diproduksinya
besar (Brown, 1996; Campbell, 1996; berbagai hormone manusia seperti insulin

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϬ ISSN: 1411-9587
dan hormone pertumbuhan; tersedianya kalau sudah ada kejadian baru-baru ini
bahan makanan yang lebih melimpah; seperti apel impor dari Amerika Serikat
tersedianya sumber energi terbaharui; memunculkan sejumlah bakteri yang
proses industri yang lebih murah; dan diduga sangat berbahaya bagi kesehatan
berkurangnya polusi. Menurut Epstein konsumen, baru dilakukan pengujian
(2001), sebagian besar efek dari rekayasa laboratorium.
genetika yang mampu mengubah sifat fisik Sutardi (2007) mengatakan percepatan
mahluk hidup belum diketahui. Salah satu dan penerapan inovasi teknologi rekayasa
masalah utama dalam rekayasa genetika genetika dibidang pertanian seperti
adalah apakah gen yang disisipkan dalam Genetically Modified Organism (GMO),
suatu mahluk hidup akan diwariskan atau Living Modified Organism (LMO),
tidak diwariskan dari satu generasi ke Genetically Modified Crops (GMC) dan
generasi berikutnya ?. Meskipun dengan Genetically Engineered Crops (GEC) telah
penggunaan teknologi transgenik diakui mengundang pro dan kontra di tengah-
memiliki kemampuan untuk tengah kehidupan masyarakat dunia, baik
mengekspresikan gen asing dan membuka yang terjadi di negara dimana produk itu
opsi untuk memproduksi sejumlah besar dikembangkan maupun di negara-negara
produk industri seperti industri farmasi pengguna. Selanjutnya dikatakan bahwa
komersial, tetap saja masih menyisakan dengan penerapan teknologi rekayasa
kekhawatiran (Singh et al., 2006). genetika di bidang pertanian akan
Kekhawatiran munculnya dampak berdampak buruk bagi kesehatan
negatif dari penggunaan GMO di Indonesia masyarakat. Faktor dampak yang
sangat beralasan karena Indonesia telah ditimbulkan GMO baik positif dan negatif
mengimpor berbagai komoditas yang inilah yang menyebabkan kontrorversial di
diduga sebagai hasil dari rekayasa genetika tengah-tengah masyarakat. Berikut ini
maupun yang tercemar dengan GMO yang diuraikan kontroversi masyarakat terhadap
berasal dari negara-negara yang telah penerimaan dan penggunaan produk GMO
menggunakan teknologi rekayasa genetika, baik dalam bidang pertanian, lingkungan,
mulai dari tanaman, bahan pangan dan kesehatan, agama, budaya, dan etika.
pakan, obat-obatan, hormon, bunga, 1. Kontroversi GMO di bidang
perkayuan, hasil perkebunan, hasil pertanian dan lingkungan
peternakan dan sebagainya diduga Pada dasarnya tidak selamanya
mengandung atau tercemar GMO pemindahan gen dapat dilakukan dengan
(Agorsiloku, 2006). Diakui bahwa GMO merekayasa gen-gen tertentu pada mahluk
telah menguasai pasar dunia, karena telah hidup tertentu melalui teknik DNA
memberikan manfaat bagi kehidupan rekombinan untuk memproduksi berbagai
manusia meskipun juga disadari memberi zat yang diinginkan. Menurut Phillips
dampak negatif yang tidak bisa dianggap (1994), materi genetik baru mungkin tidak
sepele, tetapi sangat disayangkan hingga berhasil dipindahkan ke sel target, atau
saat ini rasa-rasanya belum pernah mungkin dipindahkan ke sebuah tempat
dilaporkan adanya dampak negatif dari yang salah pada rantai DNA dari mahluk
penggunaan GMO. Jangankan mendeteksi hidup sasaran, atau gen baru mungkin
dampak negatif penggunaan GMO, secara tidak sengaja mengaktifkan gen
mendeteksi apakah komoditas yang dekatnya yang biasanya tidak aktif, atau
diimpor mengandung GMO saja belum mungkin mengubah atau menekan fungsi
pernah dilakukan di Indonesia. Biasanya gen yang berbeda. Fenomena ini dapat

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϭ ISSN: 1411-9587
menyebabkan mutasi tak terduga sehingga mengurangi biaya karena tidak perlu
membuat tanaman yang dihasilkan membeli herbisida yang harganya relatif
beracun, subur, atau tidak sesuai dengan mahal bagi petani. Di sisi lain perlu diingat
yang diinginkan. Selain itu, tanaman bahwa peristiwa penyerbukan silang
rekayasa genetika berpotensi merusak diduga dapat menyebabkan transfer gen
keseimbangan lingkungan di sekitarnya. yang tidak disengaja, hal ini dapat memiliki
Hama dan penyakit tanaman akan lari ke konsekuensi yang belum diketahui
ladang-ladang konvensional sehingga mau meskipun sulit untuk dibukktikan. Dalam
tidak mau petani tersebut harus beralih fenomena ini, gulma tersebut dapat menjadi
menjadi pengguna tanaman transgenik tanaman invasif dengan potensi mampu
yang harganya relatif mahal. Pemerhati menurunkan hasil panen dan mengganggu
lingkungan khawatir bahwa tanaman ekosistem alami. Tanaman transgenik yang
transgenik akan menimbulkan resiko bisa menjadi gulma tentu membutuhkan
lingkungan ketika tanaman tersebut secara program pengendalian kimia dengan biaya
luas dibudidayakan (Kaiser, 1996). mahal dan membahayakan lingkungan
Pada umumnya pola tanam produk (Rissler dan Mellon, 1993).
pertanian di Indonesia dilakukan pada areal Kemunngkinan munculnya virus baru
kecil yang dikelilingi oleh berbagai gulma dan racun pada tanaman transgenik
(tumbuhan pengganggu), dan dengan merupakan bagian dari strategi untuk
adanya sifat penyerbukan silang (cross- meningkatkan ketahanan tanaman seperti
polination) secara alamiah dari tanaman yang dilakukan di India (Phillips, 1994;
GMO, maka dikhawatirkan akan Kamle et al., 2011). Di sisi lain,
bermunculan gulma baru yang lebih komersialisasi tanaman transgenik dari
resisten terhadap herbisida misalnya. beberapa varietas telah mendapatkan
Permasalahan lain yang diduga akan dukungan dunia internasional meskipun
muncul adalah terbunuhnya mahluk hidup diduga akan menimbulkan ancaman baru
lainnya seperti larva kupu-kupu yang terutama terhadap kepunahan keragaman
selanjutnya dikhawatirkan akan punahnya genetik khususnya di negara-negara
kupu-kupu sebagai akibat dari sisa tanaman berkembang (Phillips, 1994; Koch, 1998;
transgenik bersifat toksis. Dalam jangka Pedreschi et al., 2010; Cantley, 2012). Di
panjang tanaman transgenik ini akan tengah-tengah ramainya kontroversial
merubah struktur dan tekstur tanah yang masyarakat di berbagai negara di dunia
akan berdampak pada kuantitas dan terhadap produk GMO, lain halnya dengan
kualitas produksi tanaman (Agorsiloku, sikap masyarakat Eropa khususnya telah
2006). menyetujui pengembangan dan
Jauh sebelumnya, Hileman (1999) penggunaan GMO atas persetujuan
mengatakan bahwa tanaman transgenik kementerian lingkungan meskipun masih
memiliki herbisida dan serangga menimbulkan konflik, baik antar
perlawanan yag sewaktu waktu bisa departemen, antar sektor, antar negara dan
melakukan penyerbukan silang dengan antar lembaga internasional (Cantley,
spesies liar, dan dapat memproduksi zat 2012).
tertentu yang bisa memberantas gulma 2. Kontroversi GMO di bidang
terutama pada areal pertanian kecil yang kesehatan
dikelilingi oleh tanaman liar. Dampak Derajat kesehatan masyarakat dari
positif tanaman yang mampu memproduksi waktu ke waktu terus meningkat dengan
zat yang dapat memberantas gulma adalah diproduksinya berbagai hormone manusia

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϮ ISSN: 1411-9587
seperti insulin dan hormone pertumbuhan; minimnya informasi tersebut adalah
tersedianya bahan makanan yang lebih penggunaan produk makanan dari GMO
melimpah; tersedianya sumber energi harus berhati-hati (Small et al., 2005).
terbaharui; proses industri yang lebih Kekhawatiran lainnya adalah resistensi
murah; dan berkurangnya polusi. Produksi antibiotik ke dalam tanaman yang banyak
obat GMO seperti insulin, antibodi dikonsumsi dimungkinkan memiliki
monoklonal, anti alergi, anti kanker dan dampak negatif yang tidak diinginkan bagi
masih banyak lagi obat-obatan lainnya kesehatan manusia dan hewan yang
untuk menyembuhkan berbagi penyakit mengkonsumsi tanaman tersebut (Phillips,
telah dirasakan manfaatnya oleh 1994). Di dalam tubuh mahluk hidup
masyarakat seperti yang dilaporkan oleh transgenik, memungkinkan gen penanda
Singh et al. (2006) bahwa kemampuan resisten antibiotik dimasukkan ke tanaman
untuk mengekspresikan gen asing tertentu dan dapat ditransfer ke mikroba
menggunakan teknologi rekayasa genetika penyebab penyakit dalam usus manusia
telah membuka opsi untuk memproduksi atau hewan yang mengkonsumsi makanan
sejumlah besar produk makanan dan obat- produk rekayasa genetika. Fenomena ini
obatan/farmasi komersial penting untuk dapat mengakibatkan mikroba resisten
meningkatkan derajat kesehatan terhadap antibiotik dalam populasi mahluk
masyarakat, meskipun banyak hidup, dan selanjutnya berkontribusi
kekhawatiran tentang dampak negatif yang terhadap masalah kesehatan manusia yang
muncul. resisten antibiotik (Bettelheim, 1999;
Baru-baru ini Schagen et al. (2014) Hileman, 1999).
melaporkan bahwa obat manusia pertama Selain itu, banyak makanan GMO
yang dimodifikasi secara genetik telah menggunakan mikroorganisme sebagai
diizinkan untuk digunakan di pasar Eropa donor potensial menimbulkan alergi yang
dengan mencantumkan deskripsi tidak diketahui atau belum teruji. Gen dari
penggunaannya. Young dan Lewis (1995) sumber-sumber non-makanan dan
mengatakan bahwa sedikit sekali informasi kombinasi gen baru bisa memicu reaksi
yang terkait dengan efek dari perubahan alergi pada beberapa orang yang
komposisi gizi pangan GMO baik yang mengkonsumsinya atau memperburuk yang
berasal dari tanaman dan hewan seperti sudah ada. Nordlee et al. (1996)
pada level interaksi hara, interaksi nutrisi, melaporkan bahwa kacang Brazil sebagai
interaksi gen, bioavailabilitas/absorpsi salah satu produk GMO ditarik dari
nutrisi, potensi gizi, metabolisme nutrisi, peredaran karena menyebabkan alergi
dan ekspresi gen tentang situasi di mana pada konsumen. Reaksi alergi tersebut
nutrisi diubah. Berdasarkan informasi ini, diduga disebabkan oleh modifikasi gen
diduga belum ada satu penelitian yang tertentu.
menjamin pangan rekayasa genetika 100 Gerakan penolakan terhadap pangan
persen aman untuk di konsumsi. Pangan GMO sampai saat ini terus terjadi di
hasil rekayasa genetika diduga menjadi berbagai negara di dunia. Satu contoh
penyebab berbagai penyakit dengan asumsi kampanye makanan alami dari sebuah
bahwa gen asing mungkin mengubah nilai kelompok advokasi makanan yang berbasis
gizi makanan dengan cara yang tak terduga di Washington DC telah
baik yang bisa mengurangi atau mengkampanyekan resiko pangan dari
meningkatkan beberapa gizi dan nutrisi GMO seperti kehilangan nutrisi,
lain. Faktor yang perlu diperhatikan dari kemunculan racun baru, alergen dan efek

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϯ ISSN: 1411-9587
samping potensial lainnya (Billings, 1999; luas. Singh et al. (2006) mengatakan
Coleman, 1996; Robinson, 2013). bahwa mekanisme pelacakan, penilaian
Indonesia sebagai salah satu negara yang resiko dan pemantauan yang efektif
banyak memanfaatkan GMO harus lebih merupakan prasyarat dasar kerangka
berhati-hati, sebab hingga saat ini diduga hukum untuk merespon resiko dan kehati-
belum pernah dilaporkan adanya dampak hatian yang akan memunculkan resiko
negatif dari penggunaan GMO tersebut, baru.
apalagi mendeteksi apakah komoditas yang Aspek yang juga sangat penting
diimpor mengandung GMO atau tidak. Ke adalah pencantuman sertifikat halal yang
depan, prinsip kehati-hatian penggunaan dikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian dan
GMO impor harus dikedepankan, oleh Pengawasan Obat dan Makanan Majelis
karena itu peran pemerintah dan ilmuwan Ulama Indonesia (LP POM MUI) sehingga
sangat ditunggu. kekhawatiran masyarakat yang beragama
3. Kontroversi GMO di bidang agama, Islam dalam mengkonsumsi produk GMO
budaya, dan etika tidak berkembang dan meresahkan. Kessler
Produk GMO khususnya pangan et al. (1992) melaporkan bahwa tanaman
memiliki beberapa manfaat bagi manusia, GMO memerlukan label jika menimbulkan
namun masih saja menimbulkan berbagai beberapa ancaman yang teridentifikasi
kontroversi termasuk kontroversi agama, seperti reaksi alergi atau menyebabkan
budaya, etika, sosial, hukum, dan psikologi perubahan dramatis dalam kandungan gizi.
(Anwar, 2010; Pramashinta et al., 2014). Namun, beberapa orang optimis bahwa
Produk pangan GMO memang menjanjikan teknologi yang dapat dengan mudah
efisiensi yang lebih baik daripada produk membedakan pangan GMO dari yang non
konvensional, karena kebijakan produk GMO akan segera dikembangkan, sehingga
GMO di seluruh dunia harus pelabelan sangat diperlukan dalam upaya
mengakomodir dampak terhadap banyak meyakinkan bahwa produk GMO aman
hal termasuk diantaranya kesehatan, untuk dikonsumsi oleh masyarakat (Hoef et
lingkungan, serta aspek normatif dari sisi al., 1998; Burachik, 2010).
adat/budaya, etika dan agama. Persoalan Sesungguhnya kekhawatiran terkait
agama, budaya dan etika merupakan dengan agama, budaya, dan etika telah
masalah yang sangat sensitif khusunya bagi disuarakan oleh berbagai kelompok
masyarakat Indonesia yang memiliki masyarakat sebagai alasan untuk
budaya timur. menentang produk GMO khususnya dalam
Kelompok masyarakat muslim di bidang pangan, sementara sejumlah orang
Indonesia sebagai kelompok mayoritas keberatan dengan makanan tersebut untuk
memiliki ketentuan yang mengharuskan alasan pribadi, etika, budaya, estetika, dan
pangan yang dikonsumsi adalah yang halal pelanggaran pada pilihan konsumen serta
dan baik (halalan toyyiban), sehingga ketidakmampuan untuk membedakan
menjadi sangat penting pencantuman makanan dari GMO dan non GMO
keterangan/label tentang kandungan suatu (Robinson, 1997; Thompson, 1997; Artanti
produk pangan dan obat-obatan hasil GMO et al., 2010). Sebagai contoh, orang-orang
meskipun tidak mudah untuk melacak non muslim dan muslim mungkin
kandungan GMO tersebut, untuk itu bermusuhan dengan produk tanaman GMO
diperlukan suatu mekanisme yang jelas khususnya biji-bijian yang mengandung
untuk melakukan pelacakan dan gen babi, dan biasanya mereka bersikeras
pemantauan kandungan GMO yang beredar terhadap makanan halal yang

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϰ ISSN: 1411-9587
kemurniannya dapat didokumentasikan. Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan
Demikian halnya dengan kelompok Produk Rekayasa Genetik; dan lain-lain.
vegetarian mungkin sama khawatirnya Sesungguhnya perangkat hukum yang
terhadap sayuran dan buah-buahan yang mengatur peredaran dan penggunaan GMO
mengandung gen hewan, dan beberapa sudah banyak dan memadai, hanya saja
orang takut makan makanan nabati dari implementasinya yang belum berjalan
GMO yang mengandung gen manusia maksimal. Satu contoh yang dilaporkan
(Crist, 1996). oleh Abbas (2009) adalah pencantuman
Sehubungan dengan penolakan produk keterangan halal pada kemasan atau label
GMO sekarang ini yang cenderung dari suatu produk pangan yang memang
meningkat, Pemerintah Amerika Serikat halal, merupakan keharusan karena adanya
telah mengantisipasi kehawatiran tersebut kata wajib dalam redaksi Pasal 30 ayat (1)
dengam membuat peraturan perundangan junto ayat (2) UU Pangan, hal ini berarti
yang memberikan keamanan pangan GMO bahwa ketentuan tersebut bersifat
yang terjamin (Robinson, 2013). Fenomena imperatif. Fenomena lapangan yang ada
yang hampir sama juga terjadi di negara- justru sebaliknya banyak produk pangan
negara yang tergabung dalam Uni Eropa yang beredar mencantuman kata halal pada
(UE) seperti yang dilaporkan oleh Schagen kemasannya, padahal sesungguhnya belum
et al. (2014) bahwa obat manusia pertama pernah meminta sertifikat halal pada LP
yang dimodifikasi secara genetika telah POM MUI, karena memang tidak adanya
diizinkan untuk digunakan di pasar Eropa keharusan bagi produsen pangan untuk
tanpa mendapatkan izin khusus, tetapi obat mencantumkan nomor sertifikat halalnya,
GMO tersebut harus berisi deskripsi sehingga hal ini menyulitkan BPOM untuk
penggunaannya sebagaimana yang diatur melakukan pengawasan.
dalam undang-undang lingkungan nasional Malaysia sebagai salah satu negara
masing-masing negara anggota Uni Eropa. tetangga bergerak cepat dalam meredam
Indonesia sebagai negara berkembang kekhawatiran masyarakat muslim terhadap
yang banyak menggunakan produk GMO semua produk GMO seperti yang
khususnya pangan dan obat-obatan telah dilaporkan oleh Amin et al. (2010) bahwa
mengantisipasinya dengan membuat dibutuhkan otoritas agama Islam dan para
perangkat hukum yang dapat melindungi ulama untuk mengeluarkan panduan yang
konsumen dari resiko yang tidak jelas tentang status halal dari berbagai jenis
diinginkan. Abbas (1999) melaporkan produk GMO dalam rangka membimbing
bahwa pemanfaatan produk rekayasa masyarakat muslim. Demikian juga Badan
genetika di Indonesia harus mengacu pada Pengawas Pangan dan obat-obatan yang
beberapa peraturan perundang-undangan, dibentuk pemerintah berdasarkan undang-
antara lain: (1) UU No. 7/1996 tentang undang yang ada harus bertanggungjawab
Pangan; (2) UU No. 21/2004 tentang terhadap penggunaan GMO, memberikan
Protokol Cartagena; (3) PP No. 69/1999 panduan etika yang jelas dan semua
tentang Label dan Iklan Pangan; (4) PP No. informasi terkait GMO harus
28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi disebarluaskan kepada publik. Perangkat
Pangan; (5) PP No. 21/2005 tentang hukum yang digunakan Pemerintah
Keamanan Hayati Produk Rekayasa Malaysia adalah Undang-Undang
Genetik; (6) SKB 4 Menteri Th. 1999; (7) Keamanan Hayati yang telah dikukuhkan
Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor : oleh parlemen pada tahun 2007, dan telah
HK.00.05.23.3541 Tahun 2008 tentang berlaku sejak 2009. Undang-undang

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϱ ISSN: 1411-9587
tersebut mengatur tentang impor, ekspor bahan pertimbangan rasional dalam rangka
dan penggunaan GMO dengan tujuan membuat peraturan perundangan yang
melindungi manusia, tanaman dan secara ilmiah dapat
kesehatan hewan, lingkungan dan dipertanggungjawabkan, sehingga
keanekaragaman hayati. peraturan tersebut tidak hanya melindungi
Di dalam implementasi Undang- konsumen dari bahaya yang menimpanya,
Undang Keamanan Hayati tersebut, produk tetapi juga memungkinkan konsumen
GMO yang bertentangan dengan undang- untuk memanfaatkan produk GMO dan
undang tersebut dipastikan mendapatkan teknologi pendukungnya secara maksimal;
penolakan. Amin et al. (2010) juga dan (4) peraturan perundang-undangan
melaporkan hasil penelitiannya bahwa yang terkait dengan pengembangan dan
masyarakat muslim Malaysia menolak penggunaan GMO harus dijalankan dengan
transfer gen hewan untuk tanaman, tetapi sebaik-baiknya oleh semua pihak.
mereka tidak secara tegas mengizinkan
memodifikasi makhluk hidup untuk
kepentingan mereka serta rekayasa DAFTAR PUSTAKA
genetika dapat mengancam lingkungan dan Abbas, N. 2009. Perkembangan Teknologi
mahluk hidup yang ada. Jika semua di Bidang Produksi Pangan dan Obat-
perangkat hukum yang mengatur obatan serta Hak-hak Konsumen,
penggunaan produk-produk GMO di Jurnal hukum, 3 (16): 423 – 438.
Indonesia, maka kekhawatiran dan Agorsiloku. 2006. Dampak Penggunaan
kontroversi yang terjadi di masyarakat baik Hasil Rekayasa Genetika.
dilihat dari kaca mata agama, budaya, https://agorsiloku.wordpress.com/2006
etika, psikologi, dan aspek lainnya tidak /11/13/. Diakses tanggal 10-1-2015.
akan muncul atau setidak-tidaknya dapat
dikurangi. Alberts, B., A. Johnson, J. Lewis, M. Raff,
K. Roberts, P. Walter. 2008. Molecular
SIMPULAN Biology of The Cell. 5th Ed. Garland
Kesimpulan dari pembahasan paper ini Science, USA. Pp 1268.
adalah: (1) rekayasa genetika memiliki Amin, L dan J.M. Jahi. 2004. Ethical
potensi yang sangat besar terutama dalam Aspects of Genetically Modified
mengatasi kekurangan pangan penduduk Organisms Release into the
dunia dan membantu melestarikan Environment. Malaysian Journal of
lingkungan meskipun masih memunculkan Environmental Management, (5): 99 –
kontroversial yang melibatkan konsumen, 111.
petani, perusahaan GMO, pemerintah
sebagai regulator, organisasi non- Amin, L., A. A. Azlan, M. H. Gausmian, J.
pemerintah, dan ilmuwan; (2) masyarakat Ahmad., A. L. Samian, M. S. Haron,
harus mendapatkan informasi lengkap dan N. M. Sidek. 2010. Ethical
tentang resiko dan manfaat dari produk- perception of modern biotechnology
produk GMO, dan semua pangan dari with special focus on genetically
produk GMO diberi label dengan detail modified food among Muslims in
termasuk kandungan produk dan gen yang Malaysia. AsPac J. Mol. Biol.
dimasukkan; (3) penelitian rekayasa Biotechnol., 18 (3) : 359-367.
genetika yang mendalam dan independen Anwar, A. 2010. Penerapan Bioteknologi
tetap dilanjutkan untuk digunakan sebagai Rekayasa Genetik dibidang Medis

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 ϭϭϲ ISSN: 1411-9587
Ditinjau dari Perspektif Filsafat 10–17.
Pancasila, Ham dan Hukum Kesehatan Cantley, M. 2012. European Attitudes on
di Indonesia, Jurnal Sasi, 17 (4): 39- the Regulation of Modern
51. Biotechnology and their consequences,
Artanti, G.D., Hardinsyah, D. K. S. GM Crops and Food: Biotechnology in
Swastika, dan Retnaningsih. 2010. Agriculture and the Food Chain, 3(1):
Analisis faktor-faktor yang 40-47.
mempengaruhi penerimaan petani Coleman, A. 1996. Production of proteins
terhadap produk rekayasa genetika. in the milk of transgenic livestock:
Jurnal Gizi dan Pangan, 5 (2): 113 – problems, solutions and success. Am J
120. Clin Nutr., 63: 5639–5645.
Asaye, M., H. Biyazen, dan M. Girma. Crist, W.E. 1996. Waiter, there’s a flounder
2014. Genetic engineering in animal in my fruit. (Bio-engineered fruits and
production: Applications and vegetables with animal genetic
prospects. Biochemistry and materials are not so labeled).
Biotechnology Research, 2(2): 12-22. Vegetarian Times, 231: 22.
Azadi, H dan H. Peter. 2010. Genetically Curran, G. J., Y.J. Koszarycz. 2004.
modified and organic crops in Genetic Engineering: Creating an
developing countries: A review of Ethical Framework. Australian
options for food security. eJournal of Theology 2: 1-13.
Biotechnology Advances, 28: 160–168.
Dano, E. C. 2007. Potential Socio-
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Sepuluh Economic, Cultural and Ethical
Bahan Pangan Yang Terus Diimpor. Impacts of GMOs: Prospects for
http://www.asiabusinessinfo.com/baha
Socio-Economic Impact Assessment.
n-pangan-yang-terus-di-impor/.
TWN (ISBN: 978-983-2729-23-5), 3th
Diakses 27-11-2014. World Network, Penang Malaysia. Pp
Bettelheim, A. 1999. Drug resistant 32.
bacteria: Can scientists find a way to Dresbach, S.H., H. Flax, A. Sokolowski,
control ‘superbugs’? CQ Researcher, dan J. Allred. 2001. The Impact of
9(21): 473–96. Genetically Modified Organisms on
Billings, P.R. 1999. Modified foods are Human Health. Ohio State University
like drugs. The Boston Globe, 28th Extension Fact Sheet HYG-5058-01.
August 1999. http://ohioline.osu.edu/hyg-
fact/5000/5058.html.
Brown, K. S. 1996. Prescription: one plant
please. Bioscience, 46(2) :82. Epstein, R. 2001. Redesigning the World –
Ethical Questions About Genetic
Burachik, M. 2010. Experience from use of
Engineering. Vajra Bodhi Sea: A
GMOs in Argentinian agriculture,
MonthlyJournal of Orthodox
economy and environment. N
Buddhism, 32(76): 34-39. 2001.
Biotechnol., 27 (5): 588-592.
<http://online.sfsu.edu/%7Erone/GEes
Campbell, P.O.Q. 1996. Super foods: says/
agricultural products and genetic
Hardinsyah. 2000. Potensi Kekuatan dan
engineering. Biology Digest., 1 (23):
Kelemahan Produk Pangan Hasil

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 1ϭϳ ISSN: 1411-9587
Rekayasa Genetika. Makalah pada Food, 16(1): 31–49.
Seminar Pangan Rekayasa Genetika.
Marinho, C.D., F.J.O. Martins, A.T.
Kolaborasi, Bogor.
Amaral Júnior, L.S.A. Gonçalves,
Hileman, B. 1999. UK moratorium on S.C.S. Amaral, dan M. P. de Mello.
biotech crops. Chemical & Eng News 2012. Use of transgenic seeds in
May, Pp 7. Brazilian agriculture and concentration
Hoef, A. M., E.J. Kok, E. Bowo, H.A. of agricultural production to large
Kuiper, J. Keijer. 1998. Development agribusinesses. Genet. Mol. Res., 11
and application of a selective detection (3): 1861-1880.
method for genetically modified soy Montaldo, 2006. Genetic engineering
and soy derived products. Food Add applications in animal breeding.
Contamin, 15(7): 767–74. Electronic Journal of Biotechnology
Izquierdo, R. M. 2001. Genetic ISSN: 0717-3458 Vol.9 No.2, Issue of
Engineering. 2nd Ed. Pyramid, Madrid, April 15, 2006.Redesigning.htm>
Pp 344. Nordlee, J. A, S.L. Taylor, J.A. Townsend,
Kaiser, J. 1996. Pests Overwhelm Bt L.A. Thomas, R.K. Bush. 1996.
Cotton Crop. Science, 273: 423. dentification of Brazil nut allergen in
transgenic soybeans. N Engl J Med.,
Kamle, S., A. Kumar, R.K. Bhatnagar. 334: 668–92.
2011. Development of multiplex and
construct specific PCR assay for Nursamsi, 2008. Peluang dan Tantangan
detection of cry2Ab transgene in Produk Pertanian di Era Global.
genetically modified crops and Pengukuhan Prof Nursamsi di
product. GM Crops, 2(1): 74-81. Universitas Gajah Mada.
http://www.ugm.ac.id/id/. Diakses 17-
Karp, G. 2002. Cell and Molecular 1-2015.
Biology: concepts and Experiments,
3rd Ed. John Wiley and Sons, New Pedreschi, R., M. Hertog, K.S. Lilley, B.
Nicolaï. 2010. Proteomics for the food
York, Pp 785.
industry: opportunities and challenges.
Kessler, D.A., M.R. Taylor, J.H. Crit Rev Food Sci Nutr., 50(7): 680-
Maryanski, E.L. Flamm, L.S. Kahl. 692.
1992. The safety of foods developed
Phillips, S.C. 1994. Genetically engineered
by biotechnology. Science, 256:1747.
foods: do they pose health and
Klug, W. S dan M. R. Cummings. 2002. environmental hazards?. CQ
Concepts of Genetics. 7th Ed. ISBN Researcher, 4(29): 673–96.
0130929980. Prentice Hall, New
Pramashinta, A., L. Riska, Hadiyanto.
Jersey, Pp 800.
2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah,
Koch, K. 1998. Food safety battle: organic Manfaat dan Potensi Resiko. Review.
vs. biotech. Congressional Quarterly Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3
Researcher, 9(33): 761–84. (1): 1-6.
Lotter, D. 2008. The Genetic Engineering Radji, M. 2009. Vaksin DNA:Vaksin
of Food and the Failure of Science – Generasi Keempat. Majalah Ilmu
Part 1: The Development of a Flawed Kefarmasian, 6(1): 28 – 37.
Enterprise. Int. Jrnl. of Soc. of Agr. &

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 11ϴ ISSN: 1411-9587
Rissler, J dan M. Mellon. 1993. Perils amid 2005. Understanding public responses
the promise: ecological risks of to genetic engineering through
transgenic crops in a global market. exploring intentions to purchase a
Union of Concerned Scientists, hypothetical functional food derived
Washington D.C. from genetically modified dairy cattle.
Robinson, R. E. 2013. A bumpy road ahead New Zealand Journal of Agricultural
for producers, buyers and sellers of Research, 48: 391-400.
Genetically Modified Organisms. The Sudjadi, 2008. Bioteknologi Kesehatan,
newsletter of the Illinois State Bar Kanisius, Yogyakarta. Pp 279.
Association’s Section on Agricultural
Sutardi, 2007. Produk Pertanian
Law, 23 (1).
Transgenik Belum Diyakini Aman.
Robinson, C. 1997. Genetically modified Pidato Ilmiah pada Pengukuhan Guru
foods and consumer choice. Trends in Besar Prof Sutard di Universitas Gajah
Food Science and Technol., 8:84–8. Mada. http://www.ugm.ac.id/id/.
Schagen, F.H., R. C. Hoeben, G. A. Diakses tgl 17-1-2015.
Hospers. 2014. Off-label prescription Suwanto, A. 2006. Genetically Modified
of genetically modified organism Organisms (GMOs): Keragaman
medicines in europe: emerging Genetik dan Preferensi Manusia.
conflicts of interest?. Hum Gene Ther., Institut Pertanian Bogor.
25(10): 893-896.
Thompson, P. B. 1997. Food
Singh, O.V., S. Ghai, D. Paul, R. K. Jain. biotechnology’s challenge to cultural
2006. Genetically modified crops: integrity and individual consent.
success, safety assessment, and public Hastings Center Report, 27(4): 34–8.
concern. Appl Microbiol Biotechnol.,
Uzogara, S. G. 2000. The impact of
71(5): 598-607.
genetic modification of human foods
Small, B. 2004. Emotion and evolution in in the 21st century: A review.
science and ethics. Reflections on the Biotechnology Advances, 18:179–206.
use of human genes in other
Young, A. L dan C.G. Lewis.
organisms: Ethical, spiritual, and
Biotechnology and potential nutritional
cultural dimensions. Wellington: Toi
implications for children. Pediatr Clin
teTaiao-the Bioethics Council..
North Am., 42(4): 917–30.
Small, B., T. G. Parminter, M. W. Fisher.

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 1ϭϵ ISSN: 1411-9587

Anda mungkin juga menyukai