Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TOPIK KHUSUS GIZI PANGAN

“Modified Organism (GMO)/Pangan Produk Rekayasa Genetik (Pangan Transgenetik)”

Oleh :

NAMA : Dilla Rahmawati

NIM : Q1A119031

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin dan
perkenanan-Nya lah yang senantiasa mengalir dan dicurahkan kepada kita, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas yang telah diberikan oleh dosen pada mata kuliah
Topik Khusus Gizi Pangan, yang mencakup makalah berjudul “Modified Organism
(GMO)/Pangan Produk Rekayasa Genetik (Pangan Transgenetik)”.

Penulis juga menyadari akan kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan
makalah ini dan pembuatan makalah yang lebih baik kedepannya.

Meskipun makalah ini disajikan secara sederhana, namun penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan baik bagi penulis sendiri maupun bagi pihak -
pihak lain.

Sekian dan terima kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Genetically Modified Organis (GMO) Pangan Produk Rekayasa Genetik....................... 6
2.2 Metode Rekayasa Genetika................................................................................................................. 7
2.3 Dinamika Perkembangan Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetik.................................................... 8
2.4 Kekhawatiran Terhadap Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetik...................................................... 9
2.5 Pengembangan dan Pemasaran Pangan Transgenik di Indonesia ....................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genetically Modified Organism (GMO) merupakan bagian penting dalam perkembangan


ilmu biologi terutama cabang ilmu bioteknologi. GMO adalah organisme (dalam hal ini lebih
ditekankan kepada tanaman dan hewan) yang telah mengalami modifikasi genome (rangkaian
gen dalam chromosome) sebagai akibat ditransforma sikannya satu atau lebih gen asing yang
berasal dari organisme lain (dari species yang sama sampai divisio yang berbeda). Gen yang
ditransformasikan diharapkan dapat mengeluarkan atau mengekspresikan suatu produk yang
bermanfaat bagi manusia. Salah satu produk yang banyak dikembangkan secara masal adalah
tanaman transgenik. Gen tertentu yang bersifatkan unggul disisipkan ke dalam tubuh tanaman,
sehingga diperoleh sifat yang diinginkan.

Tujuan utama pengembangan GMO adalah untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan
pangan yang dihadapi penduduk dunia yang tidak mampu dipecahkan secara konvensional,
karena pertumbuhan penduduk yang begitu cepat (Amin et al., 2010; Azadi dan Peter, 2010;
Artanti et al., 2010; Marinho et al., 2012; Pramashinta et al., 2014). Namun dalam
pengembangannya sampai saat ini, GMO masih menimbulkan pro kontra (kontroversi) di
tengah-tengah masyarakat dunia, baik yang terjadi di negara dimana GMO dikembangkan
maupun di negaranegara pengguna produk GMO. Kontroversi yang sangat tajam justru terjadi di
kalangan para ilmuwan, masingmasing kelompok bertahan pada alasan yang dapat diterima
secara ilmiah (Dano, 2007; Sutardi, 2007; Abbas, 2009; Amin et al., 2010; Burachik, 2010;
Pramashinta et al., 2014).

1.2 Rumusan Masalah

- Apa yang dimkasud dengan Genetically Modified Organism (GMO) Pangan Produk
Rekayasa Genetik ?
- Apa tujuan dilakukannya Genetically Modified Organism (GMO) Pangan Produk Rekayasa
Genetik ?
- Apa rekayasa metode genetika ?
1.3 Tujuan Penulisan

- Untuk mengetahui apa itu Genetically Modified Organism (GMO)

- Untuk mengetahui tujuan dilakukannya Genetically Modified Organism (GMO)

- Untuk mengetahui rekayasa metode genetika


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Genetically Modified Organis (GMO) Pangan Produk Rekayasa


Genetik
Genetically modified organism (GMO) merupakan organisme yang gen-gennya telah diubah
dengan menggunakan teknik rekayasa genetika. Perkembangan produk GMO semakin lama
semakin meningkat karena kebutuhan dan permintaannya yang tinggi. Kehadiran tanaman
transgenik memegang peran penting dalam ketahanan pangan nasional. Hal ini disebabkan
adanya pertambahan jumlah penduduk dunia yang tidak berbanding lurus dengan ketersediaan
lahan pertanian (Kementrian Pertahanan Republik Indonesia, 2015).

Sebagai contoh di Indonesia, kedelai yang merupakan tanaman yang banyak digunakan
terhadap produk makanan khas Indonesia seperti tempe dan tahu, terus mengalami peningkatan.
Laporan Global Agricultural Information Network (GAIN) menunjukkan bahwa konsumsi
kacang kedelai tahun 2014 mencapai 2,7 juta metrik ton yang hampir seluruhnya dipenuhi
melalui impor. Data lain menyebutkan bahwa konsumsi jagung juga mencapai angka yang
tinggi, yaitu mencapai 7,5 juta metrik ton dengan jumlah impor sebesar 3,5 juta metrik ton
(Wright & Rahmanulloh, 2016).

Permintaan yang tinggi tersebut akan menuntut peneliti untuk mencari cara dalam
meningkatkan hasil yang lebih tinggi dengan menggunakan metode rekayasa genetika.
Disamping itu, pendekatan rekayasa genetika digunakan untuk menghasilkan sifat yang unggul
terhadap herbisida, hama, dan serangga (Li et al., 2013; Natarajan et al., 2013; Xue et al., 2012).
Adapun tanaman yang telah dikembangkan di Indonesia sebagai produk GMO di antaranya
adalah padi, tebu, tomat, singkong, pepaya dan kentang (Rahayu, 2015). Menurut Mulyoprawiro,
aplikasi rekayasa genetika dapat meningkatkan efisiensi produksi, nilai tambah, dan membantu
pelestarian lingkungan (Hariadi, 2001).
2.2 Metode Rekayasa Genetika

Beberapa istilah yang digunakan pada rekayasa genetika adalah: transgenik; modifikasi
genetika (genetically modified/GM); teknologi DNA; kloning gen atau cloning molekuler
merupakan istilah yang meliputi sejumlah teknik/metode/prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, meniru, memodifikasi dan mentransfer materi genetik dari sel, jaringan atau
mahluk hidup lengkap dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lainnya (Izquierdo, 2001; Karp,
2002; Sudjadi, 2008; Artanti et al., 2010).

Teknologi yang paling banyak digunakan adalah rekombinasi DNA (DNA recombinant),
suatu metode yang digunakan untuk memanipulasi langsung DNA yang berorientasi pada
ekspresi gen tertentu. Teknik ini melibatkan kemampuan untuk mengisolasi, memotong dan
memindahkan potongan DNA tertentu sesuai dengan gen-gen yang menjadi target (Klug dan
Cummings, 2002; Singh et al., 2006; Artanti et al., 2010). Saat ini memanipulasi DNA dalam
berbagai cara dan memindahkannya dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dapat
diprogramkan melalui teknik rekombinasi DNA untuk memproduksi berbagai zat seperti enzim,
antibodi monoklonal, nutrisi, hormon, dan berbagai produk farmasi termasuk obat dan vaksin
dalam jumlah besar (Brown, 1996; Campbell, 1996 Kehadiran produk makanan ataupun tanaman
GMO tidak selamanya menguntungkan. Beberapa kasus menunjukkan produk GMO
menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan.

Aliran gen dari organisme transgenik ke wild type memiliki konsekuensi, di antaranya
mempercepat terjadinya evolusi secara invasive dan persisten, serta menyebabkan kepunahan
pada wild type. Transfer gen resisten hama seperti gen Bt akan menyebabkan organisme tersebut
lebih adaptif dan toleran terhadap hama, tetapi mempunyai potensial dalam mengganggu
keseimbangan ekosistem (De Jaramillo, 2009). Radji, 2009).

Suwanto (2006) menjelaskan secara detail bahwa rekayasa genetika merupakan suatu teknik
alternatif untuk melakukan modifikasi bahan genetik pada suatu mahluk hidup. Perbedaan
utamanya dengan teknik pemuliaan yang lain adalah dalam hal tingkat ketepatan dan kecepatan
hasil mutasinya. Mutan yang diperoleh melalui teknologi DNA merupakan hasil mutagenesis
langsung pada sasarannya (site directed mutagenesis), sedangkan mutasi buatan secara fisika
atau kimia bersifat acak (random mutagenesis) seringkali menghasilkan mutan yang bersifat
pleiotrof (mutasi di luar gen sasaran). Selain itu, teknologi DNA juga memungkinkan
penambahan atau penyisipan gen dari kelompok mahluk hidup yang secara filogenetik sangat
jauh hubungan kekerabatannya atau secara seksual tidak kompatibel. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka pengertian GMO menurut Suwanto (2006) adalah mahluk hidup hasil modifikasi
bahan genetik melalui teknologi DNA, sedangkan yang melalui persilangan, mutasi kimia atau
fisika tidak dikategorikan sebagai GMO.

2.3 Dinamika Perkembangan Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetik

Babak baru produksi bahan pangan GM Food sekitar tahun 1960an, ketika kentang Lenape
dengan kandungan padatan tinggi hasil rekayasa genetik mulai dipasarkan. Belum sempat
diadopsi secara luas, produk ini ditarik dari pasaran karena ditemukan racun Solanin pada
kentang ini. Misteri munculnya racun Solanian belum diungkapkan secara gamblang hingga saat
ini. Opini yang berkembang dikarenakan timbulnya efek tak terduga dari aktivitas gen asing di
dalam tubuh tanaman.

Lama stagnan, baru sekitar tahun tahun 1990-an muncul kembali di pasaran makanan hasil
rekayasa genetik berupa daging dan susu yang diberi recombinant procine somatotropin (rBST)
sehingga tanpa lemak. Menurut American Medical Association (AMA) dan National Institute of
Health (NIH), daging dan susu sapi ini aman dikonsumsi. Selanjutnya rBST mulai digunakan
cukup meluas dibidang rekayasa daging, susu dan sayuran. Buah tomat Flavr Savr yang lebih
tahan simpan mulai dipasarkan pada tahun 1994. Selanjutnya tanaman produk rekayasan genetik
semakin banyak jenisnya dan digunakan cukup luas di beberapa negera. Terdapat sekitar 27
jenis tanaman transgenik di dunia. Jenisjenis yang cukup dikenal diantaranya : kedelai, kapas,
jagung, padi dan kentang. Sekitar 85% kedelai yang ditanam di Amerika Serikat dan 98%
kedalai di Argentia merupakan hasil rekayasa genetik. Kedua Negara ini memperlakukan sama
antara kedelai transgenik dengan kedelai biasa. Oleh karena itu, bisa dipastikan kedelai yang
diekspor Amerika Serikat dan Argentina ke berbagai Negara, termasuk Indonesia adalah kedelai
transgenik.

Produk pangan transgenic yang dipasarkan di Indonesia cukup banyak, antara lain : keripik
kentang Mister Potato, produksi PT. Pasific Food Indonesia. No. Depkes BPOM RI ML
255501931081; keripik Kentang Pringles, diimpor oleh PT. Procter dan Gamble Home Products
Indonesia. No. Depkes BPOM RI ML 362204007321; tepung jagung Honig Maizena, diimpor
oleh Fa. Usahana No. Depkes ML 328002001014.

2.4 Kekhawatiran Terhadap Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetik

Kekhawatiran berbagai kalangan terhadap produk pangan transgenik tidak hanya terkait
stabilitas keamanan, kesehatan dan kualitas gizi produk taransgenik, tetapi juga dampaknya
terhadap lingkungan dalam jangka panjang. Pemerhati lingkungan mengkhawatirkan materi
genetik baru terkadang gagal dipindahkan ke sel target atau mungkin salah dalam
penempatannya sehingga tanpa sengaja mengaktifkan gen didekatnya yang biasanya diam
(silent), atau mungkin mengganggu, mengubah atau menghambat fungsi gen atau alel lain yang
berdampak pada terjadinya mutasi gen yang mengekspresikan sifat-sifat merugikan, seperti
mengandung racun, infertil atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.

Secara umum beberapa kekhawatiran para pihak terhadap produk pangan hasil rekayasa
genetik adalah terkait dengan : (1) kemungkinan terjadinya perubahan genetik yang tak terduga
dan berbahaya bagi kesehatan, (2) terjadinya penghanyutan genetik akibat persilangan alami
tanaman transgenik dengan tanaman non transgenik, (3) tanaman tahan terhadap hama dan
penyakit tertentu, tetap sangat peka terhadap hama atau penyakit lainnya, (4) timbulnya efek
alergi atau menghasilkan zat beracun, (5) resistensi antibiotik, (6) instabilitas gen yang disipkan,
(7) munculnya gulma resisten terhadap herbisida, dan (7) pemborosan hara dan air sehingga
menurunkan daya dukung lingkungan dengan cepat.

Pengembangan tanaman transgenik pernah dilakukan di Indonesia. Penanaman kapas


transgenik yang dimotori oleh PT. Monsato merupakan berita yang paling populer. Jika uji coba
penanaman kapas transgenik ini berhasil, maka akan dilakukan pengembangan skala luas dan
dilakukan pula uji coba tanaman transgenik lainnya, termasuk kedelai dan jagung. Sayangnya uji
coba penanaman ini belum memberikan hasil yang diharapkan.

2.5 Pengembangan dan Pemasaran Pangan Transgenik di Indonesia

Secara obyektif dinyatakan, membedakan pangan transgenik dengan pangan alami secara
kasat mata sangat sulit dilakukan. Kecuali jika pangan transgenik tersebut memiliki ciri khas.
Oleh karena itu, pemasangan label pada kemasan merupakan satu-satunya cara mengenali
produk pangan transgenik.

Secara regulatif, produksi dan pemasaran pangan berbahan baku produk transgenik antara
lain diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada Pasal 109
dinyatakan setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta
mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman
hasil teknologi rekayasa genetik harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan
manusia, dan lingkungan.

Setiap produsen pangan hasil rekayasa genetik wajib memeriksakan terlebih dahulu sebelum
diedarkan atau dipasarkan, yang dikenal sebagai premarket food safety assessment. Pengkajian
keamanan dilakukan oleh Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG).
Selanjutnya, pangan transgenik yang telah dinyatakan aman dikonsumsi wajib mencantumkan
label keterangan pangan produk rekayasa genetik pada kemasan sebelum diedarkan. Pelabelan
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.03.12. 1564 Tahun
2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekaya Genetik. Pelabelan pangan PRG
dapat mempermudah publik dalam memperoleh informasi suatu produk, sehingga konsumen
teredukasi untuk semakin selektif memilih suatu produk yang aman dan berkualitas.

Belum ada ketegasan apakah pengembangan tanaman transgenik dapat dilakukan di


Indonesia. Namun hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII pada tahun 2005
merekomendasikan: (1) pangan rekayasa genetik dapat diterima dengan prinsip kehati-hatian,
selektif, dan memperhatikan bio-etika sepanjang tidak membahayakan kesehatan dan
lingkungan, (2) mengembangkan produk rekayasa lokal berdasarkan keragaman hayati lokal
dengan tidak membahayakan kesehatan dan keragaman hayati, serta tidak menimbulkan
ketergantungan ekonomi pada Negara lain, dan (3) pelabelan produk makanan yang berbahan
pangan transgenik. Pelabelan bukan untuk menyatakan keamanan produk itu, tetapi sebagai
informasi bagi masyarakat dalam menentukan pilihan.
DAFTAR PUSTAKA

Y. Herlanti., 2014., ANALISIS ARGUMENTASI MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI


PADA ISU SOSIOSAINFIK KONSUMSI GENETICALLY MODIFIED ORGANISM
(GMO)., Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.

Prianto,Y.,Yudhasasmita,S., 2017.,TANAMAN GENETICALLY MODIFIED ORGANISM


(GMO) DAN PERSPEKTIF HUKUMNYA DI INDONESIA.,Journal of Biology.,Vol
10.,(2).,ISSN: 2502-6720

Suwardike,P.,2019.,QUO VADIS PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DI


INDONESIA.,Agricultural Journal.,Vol.,(1).,Hal 58-63.

Mahrus.,2014.,Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi Masyarakat.,Jurnal


Biologi Tropis.,Vol.14.,(2).,ISSN: 1411-9587.

Anda mungkin juga menyukai