OLEH :
Fortifikasi pangan (pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikro
adalah salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status
mikronutrien pangan. Fortifikasi harus dipandang sebagai upaya (bagian dari
upaya) untuk memperbaiki kualitas pangan selain dari perbaikan praktek-praktek
pertanian yang baik (good agricultural practices ), perbaikan pengolahan dan
penyimpangan pangan ( good manufacturing practices ), dan memperbaiki
pendidikan konsumen untuk mengadopsi praktek-praktek penyediaan pangan
yang baik.
B. Jenis-Jenis Fortifikasi
1) Fortifikasi Yodium
2) Fortifikasi Besi
Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemi gizi
besi, fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan strategi
termurah untuk memulai, mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi
yang terbesar, dan menjamin pendekatanjangka panjang (Cook and Reuser, 1983).
Fortifikasi Zat besi tidak menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan.
Inilah keuntungan pokok dalam hal keterterimaannya oleh konsumen dan
pemasaran produk-produk yang diperkaya dengan besi. Penetapan target penerima
fortifikasi zat besi, yaitu mereka yang rentan defisie zat besi, merupakan strategi
yang aman dan efektif untuk mengatasi masalah anemi besi (Ballot, 1989). Pilihan
pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan beratnya kekurangan zat besi (INAAG,
1977). Tahapan kritis dalam perencanaan program fortifikasi besi adalah
pemilihan senyawa besi yang dapat diterima dan dapat diserap (Cook and Reuser,
1983). Harus diperhatikan bahwa wanita hamil membutuhkan zat besi sangat
besar selama akhir trimester kedua kehamilan. Terdapat beberapa iortifikan yang
umum digunakan untuk fortifikasi besi seperti besi sulfat besi glukonat, besi
laktat, besi ammonium sulfat, dan lain-lain. (Siagian, 2003)
CONTOH : Fortifikasi zat besi pada mie kering yang dibuat dari formulasi
tepung terigu dan tepung singkong
3) Fortifikasi Vitamin A
5) Fortifikasi Keju
Keju cottage yang beredar di pasaran hampir memiliki semua kebaikan susu,
namun kandungan vitamin C nya sangat rendah. Selama proses pengolahan,
akibat adanya panas dan sinar, kandunga n vitamin C dalam susu hampir
sebagian besar telah teroksidasi. Padahal vitamin C yang secara kimia berguna
sebagai antioksidan bagi beberapa jenis maka nan termasuk produk olahan susu
(deMan, 1997). Menurut Sweeney dan Ashoor (1988), banyak penelitian yang
menyangkut tentang fortifikasi vitamin pada susu, tetapi tidak pada keju cottage.
Lemon merupakan salah satu jenis je ruk yang cocok untuk ditanam di daerah
tropis seperti Indonesia. Lem on mengandung vitamin C sebesar 53 mg/100 gram,
jumlah yang cukup banyak dibandingkan dengan jeruk jenis lain.
Cairan buahnya yang asam sering digunakan dalam pembuatan berbagai jenis
makanan juga obat, dan karena kandungan asam sitratnya yang tinggi, lemon juga
bersifat bakterisida. Besarnya manfaat vitamin C baik untuk tubuh maupun untuk
makanan itu sendiri membuat pentingnya fortifikasi vitamin tersebut pada keju
cottage . Diharapkan dengan fortifikasi lemon ke dalam keju cottage , maka akan
meningkatkan kandungan vitamin C dalam keju. Penelitian sebelumnya telah
dilakukan oleh Egrina (2009), menggunakan susu skim sebagai bahan dasar
pembuatan keju cottage dengan menggunakan kultur bakteri starter campuran
Streptococcus thermophilus, Lactococcus lactis dan Leuconostoc mesentroides
serta menambahkan enzim papain sebagai koagulan. Monphongchai (2003)
melakukan fortifikasi jus apel, anggur, blewah dan semangka pada produksi keju
cheddar. Menurut uji organoleptik, keju yang difortifikasi dengan 10% jus apel
menunjukkan keju tersebut dapat diterima namun belum diuji kandungan gizinya.
Jauh sebelumnya, Sweeney dan Ashoor (1988) telah melakukan fortifikasi
vitamin A dan C sintetik pada keju cottage, diperoleh hasil bahwa fortifikasi tidak
mempengaruhi pH dan sifat sensori keju secara signifikan. Kadar lemak dan
ukuran wadah tidak mempengaruhi penurunan kadar vitamin pada keju yang
disimpan pada lemari pendingin. Beberapa penelitian lebih lanjut menjelaskan
tentang pembuatan keju cottage terfortifikasi vitamin C. Penelitian yang akan
dilakukan yaitu pembuatan keju cottage berbahan dasar susu skim dengan
bakteri starter Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis, dan Leuconostoc
mesenteroides dan papain sebagai koagulan serta fortifikasi sari buah lemon
sebagai sumber vitamin C alami dalam berbagai perbandingan untuk
meningkatkan vitamin C keju yang dihasilkan.
makanan yang umumnya difortifikasi (wajib) terbatas pada jenis makanan pokok
(terigu, jagung, beras), makanan penyedap atau bumbu seperti garam, minyak
goreng, gula, kecap kedele, kecap ikan, dan Mono Sodium Glutamat (MSG).
Misalnya di
RRC : kecap kedele dan kecap ikan difortifikasi dengan zat besi ; tepung terigu
dengan zat besi, asam folat, dan vitamin A ; beras dengan zat besi dan
direncanakan juga dengan vitamin A.
India : tepung terigu dengan zat besi, asam folat, dan vitamin B ; gula dengan
vitamin A ; minyak dan lemak, teh, dan susu dengan vitamin A.
Philipina : fortifikasi tepung terigu dengan zat besi, asam folat dan vitamin A.
Thailand : mie dengan zat besi, yodium dan vitamin A ; beras dengan zat besi,
vitamin B1, B2, B6, dan niacin.
Indonesia : Garam dengan Yodium, tepung terigu dengan zat besi, seng, asam
folat, vitamin B1 dan B2, dan minyak goreng dengan vitamin A.
SUMBER :