Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MELINDA ADE KANTARI

NIM : J1A018074
KELAS : ITP GENAP
MATKUL : PENGENDALIAN MUTU

Fortifikasi merupakan salah satu bentuk intervensi Gizi mikro. Fortifikasi pangan
(pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikro adalah salah satu strategi utama yang
dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrien pangan. Fortifikasi harus
dipandang sebagai upaya (bagian dari upaya) untuk memperbaiki kualitas pangan selain dari
perbaikan praktek-praktek pertanian yang baik (good agricultural practices), perbaikan
pengolahan dan penyimpangan pangan (good manufacturing practices), dan memperbaiki
pendidikan konsumen untuk mengadopsi praktek-praktek penyediaan pangan yang baik.
Tujuan utama Fortifikasi Makanan adalah untuk meningkatkan status gizi populasi.
Fortifikasi dapat pula diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut:
1. Perbaikan dan Pencegahan defisiensi zat-zat gizi Mikro dari pangan (untuk memperbaiki
defisiensi akan zat gizi yang ditambahkan).
2. Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang signifikan
dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan.
3. Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang digunakan
sebagai sumber pangan bergizi misalnya susu formula bayi.
4. Untuk menjamin ekuivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan pangan
lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega .
Fortifikasi pangan sebagai salah satu upaya pemenuhan zat gizi mikro masyarakat
merupakan intervensi yang terbukti cost-effective. Hal itu dikarenakan fortifikasi dilakukan
melalui bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat secara luas terutama penduduk tidak
mampu dan biaya yang relatif lebih rendah. Namun pelaksanaan program ini membutuhkan
upaya lebih karena partisipasi industri pangan adalah mutlak. Fortifikasi atau pengayaan zat
gizi penting terhadap produk pangan di Indonesia selama ini telah dilaksanakan produsen,
baik secara wajib maupun sukarela.
Salah satu contoh bahan pangan yang difortifikasi yaitu minuman sari buah jeruk.
Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi non-heme dari makanan, sehingga asupan
vitamin C yang rendah akan memperburuk masalah defisiensi besi, terutama di Indonesia
orang yang hanya mengonsumsi sedikit daging, ikan atau unggas. Vitamin C dapat digunakan
sebagai aditif atau bahan tambahan pangan pada suatu produk pangan. Vitamin C (asam
askorbat) seringkali difortifikasikan pada minuman sehingga tidak hanya untuk memberikan
banyak fungsi seperti memperbaiki warna melainkan dapat meningkatkan kualitas nutrisi atau
kandungan gizi produk. Dengan meningkatkan kualitas dan teknologi dari suatu produk
pangan maka diharapkan akan meningkatkan nilai nutrisinya (Winarno, 2002). Adapun
kebutuhan individu untuk vitamin C sesuai US-RDA adalah sebesar 60 mg/hari. Minuman
sari buah biasanya difortifikasi pada konsentrasi lebih kecil dalam perhitungan vitamin C per
takaran saji.
Upaya untuk meningkatkan mutu produk minuman sari buah jeruk dengan melakukan
fortifikasi vitamin C sehingga diperlukan identifikasi teknologi fortifikasi vitamin C terbaik
sebanding dengan overage yang bersesuaian. yang diharapkan pada saat bahan pangan
dikonsumsi (OMNI, 2005).
Persen AKG pada minuman sari buah jeruk yang difortifikasi vitamin C sebesar 0%,
0.05%, 0.10%, dan 0.15% yang telah disimpan pada suhu 45 °C selama 12 hari didapatkan
hasil fortifikasi vitamin C sebesar 0.05% diperoleh jumlah vitamin C sebesar 91mg/250
sajian dengan persen AKG sebesar 152. Jumlah vitamin C tersebut sudah dapat memenuhi
standar kecukupan gizi vitamin C.
Berdasarkan persen perhitungan AKG vitamin C, maka diketahui bahwa formula
yang terpilih berdasarkan mutu sensori rasa adalah yang ditambahkan vitamin C sebesar
0.05% (91 mg per sajian 250 ml). Hasil perhitungan AKG vitamin C sebagai mikronutrien
yang terpilih tersebut dalam aturan pelabelan produk pangan dapat dilakukan klaim
kandungan zat gizi pada label yaitu tinggi vitamin C.

Sumber Pustaka :
Martianto, Drajat. 2012. Fortifikasi Pangan. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia.
https://muchlassains.wordpress.com/2013/06/18/teknologi-pangan-fortifikasi-makanan/
(diakses pada 18 Maret 2020)
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20190219/1729527/perbaiki-gizi-
pemerintah- lakukan-fortifikasi-pangan/ (diakses pada 18 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai