Praktek ke / Gol : 11 / 11
Tujuan Praktikum :
Prinsip :
Dengan mengolah beberapa jenis bahan makanan dalam bentuk bahan makanan
campuran (BMC) dapat saling melengkapi kendungan zat gizi pada bahan pangan
tersebut sehingga dapat mempertinggi mutu gizinya.
Landasan Teori :
2. Mutu zat gizi pangan yang diukur berdasarkan dapat atau tidaknya zat-zat gizi
digunakan oleh tubuh sebagai contoh, panganbermutu lemak baik bagi
kesehatan jika nisbah kadarasam lemak jenuh dan tak jenuh >2, dan pangan
bermutu protein baik jika memiliki nilai PER > 2,5.
Nilai gizi pangan dipengaruhi oleh banyak factor yang dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Faktor pra-panen yang meliputi : sifat genetik tanaman/hewan, klim/musim,
jenis tanah, cara pembudidayaan.
Fortifikasi pangan (pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizimikro adalah
salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status
mikronutrien pangan. Fortifikasi harus dipandang sebagai upaya (bagian dari upaya)
untuk memperbaiki kualitas pangan selain dari perbaikan praktek-praktek pertanian
yang baik (good agricultural practices), perbaikan pengolahan dan penyimpangan
pangan (good manufacturing practices), dan memperbaiki pendidikan konsumen
untuk mengadopsi praktek-praktek penyediaan pangan yang baik.
2. Suplementasi
Yaitu peningkatan nilai gizi makanan dengan cara mencampurkan bahan makanan
lain yang mengandung salah satu zat gizi dalam jumlah tinggi ke dalam bahan
makanan yang kandungan zat tersebut rendah sehingga didapatkan bahan campuran
dengan zat gizi yang saling melengkapi sebagai contoh beras yang mengandung asam
amino lisin yang rendah tetapi tinggi kandungan asam amino methionin, sedangkan
kedele yang mengandung methionin rendah tapi tinggi kandungan lisinnya, maka bila
kedua jenis bahan makanan tersebut dicampurkan maka akan diperoleh bahan
makanan yang mengandung asam amino essensial yang lebih lengkap.
3. Nutrifikasi
Istilah nutrifikasi lebih tepat digunakan karena maksudnya jelas yaitu “to make
nutritious” meningkatkan nilai gizinya.istilah ini lebih jelas bagi konsumen dari pada
istilah-istilah lain yang “salah guna” seperti fortifikasi dan enrichment
(Winarno.1997).
4. Enrichment
(pengkayaan) biasanya mengacu kepada penambahan satu atau lebih zat gizi pada
pangan asal pada taraf yang ditetapkan dalam standar internasional
Menurut Salim (2012), produk olahan kedelai merupakan sumber protein nabati
yang banyak dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia, sehingga
berperan dalam mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan status gizi
masyarakat.
Tepung kedelai merupakan tepung yang terbuat dari biji kedelai kering yang
digiling halus. Kedelai utuh mengandung 35 – 40% protein, paling tinggi dari segala
jenis kacang – kacangan. Ditinjau dari segi mutu, protein kedelai adalah yang paling
baik mutu gizinya yaitu hampir setara dengan protein daging. Diantara jenis kacang-
kacangan, kedelai merupakan sumber protein paling baik karena mempunyai susunan
asam amino esensial paling lengkap. Disamping itu kedelai juga dapat digunakan
sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat (Sundarsih dan Kurniaty, 2009)
Kedelai (Glycine max L.) merupakan sumber protein yang paling baik serta
sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kandungan protein berkisar 30-
40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan masih mengandung zat gizi yang lain
sehingga mempunyai potensi yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat, khususnya kebutuhan protein. Selain dari kandungan gizi yang tinggi,
kedelai merupakan sumber isoflavon. Isoflavon merupakan salah satu senyawa
fitoestrogen, yaitu senyawa nabati yang memiliki efek serupa dengan estrogen.
Fitoestrogen dapat mengurangi gejala menopause, memperbaiki lipid atau lemak
dalam plasma, menghambat perkembangan arteriosklerosis, serta menghambat
pertumbuhan sel-sel tumor atau kanker pada payudara dan endometrium.
Tepung tapioka adalah salah satu hasil olahan dari ubi kayu. Dalam bentuk umbi,
tepung tapioka lazim juga disebut tepung aci. Tepung aci ini umumnya berbentuk
butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi ubi kayu. Dengan cara memisahkan
komponen sel pati inti dengan komponen lainnya maka akan diperoleh tepung tapioka
.
Tepung kedelai dan tepung ketela dapat digunakan sebagai pengganti tepung
terigu karena tidak semua orang dapat mengkonsumsi terigu. Untuk menghilangkan
bau langu pada tepung ketela dan tepung kedelai dapat digunakan bahan tambahan
lainnya misalnya dengan menambahkan jahe.
Bahan :
- Tepung kedelei 100 gr
- Tepung ketela 150 gr
Bumbu :
Prosedur Kerja :
1. Cairkan gula merah dengan api sedang, dengan cara didihkan air, masukkan
gula merah lalu aduk sampai gula mencair, tambahkan satu dua sendok gula
pasir
2. Setelah itu masukkan kelapa muda parut lalu aduk hingg rata dan dinginkan.
Hasil :
No Nama Gambar Rasa Aroma Warna Tekstur
Olahan
Total 18.000
Rendemen : x 100
Nilai Gizi
Pembahasan :
Daging sapi untuk pembuatan abon tersebut terlebih dahulu dihaluskan dengan
cara diblender, agar tekstur dari daging tersebut lebih berserat. Apabila daging sapi
dihaluskan dengan cara digiling, maka daging sapi tersebut memiliki tekstur yang
lebih halus dan tidak menyerupai seperti abon yang selama ini kita kenal.
Dalam SNI 01-3707-1995, abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk
khas, dibuat dari daging, disayat-sayat, dibumbui, digoreng, dan dipres. Sedangkan
menurut Direktorat Evaluasi dan Standardisasi, Departemen Perindustrian (1980),
yang dimaksud dengan abon adalah hasil olahan yang berbentuk gumpalan serat
daging yang halus dan kering yang dibuat melalui proses penggorengan dan
penambahan bumbu-bumbu. Menilik dari pengertian di atas, kita dapat mengetahui
bahwa abon merupakan salah satu hasil pengeringan daging. Proses pengeringan ini
tentu saja mengacu pada tujuan tertentu. mengurangi kadar air bahan sampai batas
dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat
mempunyai waktu simpan yang lebih lama . Hal ini didukung oleh pernyataan
Winarno et al. (1982) yang menyatakan bahwa pembuatan abon merupakan salah satu
cara pengeringan dalam pengolahan bahan pangan yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan, memperkecil volume dan berat bahan, sehingga dapat
mengurangi biaya pengangkutan dan pengepakan
Kesimpulan :
Rike Putrialni
NIM: 152210774
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Salim, Emil. 2012. Kiat Cerdas Wirausaha Aneka Olahan Kedelai. Yogyakarta: Lily
Publisher.
Layla, Noor. 2015. Pemanfaatn Tepung Kedelei Sebagai bahan Substitusi Sus Kering Tepung
Mocaf Dengan Variasi Penambahan Jahe. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta
Sundarsih dan Y. Kurniaty. 2009. Pengaruh Waktu dan Suhu Perendaman Kedelai pada
Tingkat Kesempurnaan Ekstraksi Protein Kedelai dalam Proses Pembuatan Tahu. Makalah
Penelitian. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI KONSUMSI PANGAN
Oleh :
GOLONGAN 11:
RAFIQA EL AZIZY
RIKE PUTRIALNI
D IV GIZI II B
DOSEN PEMBIMBING:
KEMENTERIAN KESEHATAN
2016/2017