DISUSUN OLEH :
NAMA : FILOMENA RATNA MULIA
NIM : 2019280197
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena
berkat kemurahan-Nya makalah Gizi dan makanan ini dapat saya selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Saya menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usulan guna penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Saya sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHAULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Dan contoh fortifikasi
2. Tujuan fortifikasi
3. Alasan fortifikasi
4. Persyaratan fortifikasi
5. Pengaruh fortifikasi pada karakteristik dan kualitas bahan makanan
6. Jenis-jenis fortifikasi
7. Prosedur fortifikasi
8. Fortifikasi vitamin A, B, D asam amino, zat besi, iodium
9. Persyaratan pangan yang difortifikasi
10. Penerapan fortifikasi di masyarakat khususnya para petani
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHAULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki beban masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kkurang dan gizi lebih.
Masalah gizi kurang yang sedang kita hadapi diantaranya Anemia Defisiensi Besi (ADB),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), dan Kurang
Energi Protein (KEP). Sementara itu, masalah gizi lebih yang mulai mengalami
peningkatan prevalensi yaitu obesitas. Melihat permasalahan tersebut, pemerintah,
industry dan masyarakat harus bersama-sama bahu membahu untuk mengatasi masalah
ini. Salah satu usaha untuk mengatasinya ialah dengan jalan fortifikasi mikronutrien pada
produk pangan.
Perbaikan pangan berupa modifikasi dan diversifikasi pangan merupakan metoda yang
paling ideal. Namun, seringkali dalam prakteknya memiliki berbagai keterbatasan, antara
lain sulitnya merubah kebiasaan kesukaan seseorang akan jenis makanan serta mahalnya
bahan pangan yang kaya akan zat gizi mikro, contohnya zat besi dengan bioavailabilitas
tinggi seperti daging-dagingan. Atas dasar itulah maka perlu dilakukan terobosan
teknologi yang murah, memberikan dampak yang nyata, diterima oleh masyarakat dan
berkelanjutan. Diantara berbagai solusi perbaikan gizi, fortifikasi merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan. Fortifikasi sendiri merupakan penambahan satu atau lebih
zat gizi ke dalam pangan. Dengan demikian dengan fortifikasi ini akan mencegah
defisiensi zat gizi tertentu, memperbaiki kekurangan zat gizi, mengembalikan zat yang
pada awalnya terdapat dalam jumlah yang signifikan akan tetapi mengalami kehilangan
dalam pengolahan, meningkatkan kualitas gizi produk pangan olahan yang digunakan
sebagai sumber pangan, menajamin ekuifalensi gizi dari produk pangan olahan yang
menggantikan pangan lain seperti margarin menggantikan mentega. Makalah ini akan
membahas lebih lanjut mengenai fortifikasi, diantaranya pengertian fortifikasi, tujuan
fortifikasi, sejarah fortifikasi pangan di Indonesia, klasifikasi fortifikasi, jenisjenis
fortifikasi, peran fortifikasi pangan dalam mengatasi masalah defisiensi zat gizi mikro di
Indonesia, syarat-syarat fortifikasi pangan, contoh makanan yang difortifikasi, serta
kelebihan dan keterbatasan fortifikasi
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan Pengertian dan contoh fortifikasi
2. Menjelaskan Tujuan fortifikasi
3. Menjelaskan Alasan fortifikasi
4. Menjelaskan Persyaratan fortifikasi
5. Menjelaskan Pengaruh fortifikasi pada karakteristik dan kualitas bahan makanan
6. Menjelaskan Jenis-jenis fortifikasi
7. Menjelaskan Prosedur fortifikasi
8. Menjelaskan Fortifikasi vitamin A, B, D asam amino, zat besi, iodium
9. Menjelaskan Persyaratan pangan yang difortifikasi
10. Menjelaskan Penerapan fortifikasi di masyarakat khususnya para petani
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dan contoh fortifikasi
2. Untuk mengetahui Tujuan fortifikasi
3. Untuk mengetahui Alasan fortifikasi
4. Untuk mengetahui Persyaratan fortifikasi
5. Untuk mengetahui Pengaruh fortifikasi pada karakteristik dan kualitas bahan
makanan
6. Untuk mengetahui Jenis-jenis fortifikasi
7. Untuk mengetahui Prosedur fortifikasi
8. Untuk mengetahui Fortifikasi vitamin A, B, D asam amino, zat besi, iodium
9. Untuk mengetahui Persyaratan pangan yang difortifikasi
10. Untuk mengetahui Penerapan fortifikasi di masyarakat khususnya para petani
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tujuan fortifikasi
Fortifikasi pangan diterapkan dengan tujuan :
1) Memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki defisiensi akan
zat gizi yang ditambahkan)
2) Mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang signifikan
dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan
3) Meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang digunakan
sebagai sumber pangan, bergizi misal: susu formula bayi
4) Menjamin ekuivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan
pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega
(Siagian A, 2003).
C. Alasan fortifikasi
Alasan Fortifikasi adalah sebuah upaya yang sengaja dilakukan untuk menambahkan
mikronutrien yang penting, yaitu vitamin dan mineral ke dalam makanan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas nutrisi dari pasokan makanan dan bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat dengan risiko yang minimal untuk kesehatan.
Fortifikasi pangan atau makanan yang memiliki nutrisi tambahan yang tidak ada secara
alami berasal dari makanan tersebut. Makanan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
nutrisi dan menambah manfaat kesehatan
D. Persyaratan fortifikasi
Menurut (Soekirman, 2008 dalam Gustian, 2013) terdapat dua macam fortifikasi yaitu
fortifikasi sukarela oleh industri pangan kemasaan untuk meningkatkan nilai tambah dan
fortifikasi wajib yang bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi masyarakat,
khususnya masyarakat miskin. Syarat untuk fortifikasi :
1. Makanan yang umumnya selalu ada disetiap rumah tangga dan dimakan secara
teratur dan terus menerus oleh masyarakat termasuk masyarakat miskin
2. Makanan diproduksi dan diolah oleh produsen yang terbatas jumlahnya, agar
mudah diawasi proses fortifikasinya
3. Tersedianya teknologi fortifikasi untuk makanan yang dipilih
4. Makanan tidak berubah rasa, warna dan konsistensi setelah difortifikasi
5. Tetap aman dalam arti tidak membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, program
fortifikasi harus diatur oleh undang-undang atau peraturan pemerintah, diawasi dan
dimonitor, serta dievaluasi secara teratur dan terus menerus
6. Harga makanan setelah difortifikasi tetap terjangkau daya beli konsumen yang
menjadi sasaran Berdasarkan persyaratan tersebut, makanan yang umumnya dapat
difortifikasi wajib terbatas hanya pada jenis makanan pokok yaitu terigu, jagung,
beras serta makanan penyedap atau bumbu seperti garam, minyak goreng, gula,
kecap kedelai, kecap ikan, dan Mono Sodium Glutamat (MSG). Pilihan zat gizi
yang ditambahkan ke dalam makanan untuk difortifikasi (fortifikan) ditentukan
oleh masalah kekurangan gizi yang ada dengan pertimbangan teknis kimiawi, daya
serap dalam sistem pencernaan, manfaat biologis (bioavailability), dan pengaruhnya
terhadap rasa, penampilan, keamanan makanan, dan harga. Setiap negara
menentukan jenis makanan yang akan difortifikasi yang disebut sebagai makanan
pembawa (vehicles), sesuai dengan pola makan setempat serta memenuhi syarat
untuk fortifikasi wajib. Penentuan jenis dan dosis fortifikan yang dipakai
disesuaikan dengan makanan pembawa, peraturan pemerintah dan internasional
(WHO/FAO), kebutuhan tubuh, serta masalah kekurangan gizi setempat.
F. Jenis-jenis fortifikasi
Klasifikasi Fortifikasi Pangan, Fortifikasi terbagi menjadi :
1. Fortifikasi sukarela (voluntary)
Fortifikasi sukarela merupakan program fortifikasi yang dilakukan atas inisiatif
pengusaha atau produsen pangan tanpa diwajibkan oleh undang-undang atau
peraturan pemerintah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai jual serta
menarik konsumen lebih banyak dan bukan untuk memperbaiki gizi masyarakat.
2. Fortifikasi wajib (mandatory)
Fortifikasi yang diatur oleh undang-undang dan peraturan pemerintah dengan
tujuan utama mengatasi masalah KGM (Kekurangan Zat Gizi Mikro). Sasaran
utama program ini adalah masyarakat miskin serta masyarakat secara umum.
Program ini merupakan tanggung jawab pemerintah bekerja sama dengan
beberapa industri pangan yang terkait dengan jenis pangan yang difortifikasi.
3. Fortifikasi khusus sama dengan fortifikasi wajib, hanya sasarannya kepada
kelompok masyarakat tertentu seperti anak-anak, belita,atau anak seklolah
G. Prosedur fortifikasi
1. Menentukan prevalensi defisiensi mikronutrien
2. Segmen populasi (menentukan segmen)
3. Tentukan asupan mikronutrien dari survey makanan
4. Dapatkan data konsumsi untuk pengan pembawa (vehicle) yang potensial
5. Tentukan availabilitas mikronutrien dari jenis pangan
6. Mencari dukungan pemerintah (pembuat kebijakan dan peraturan)
7. Mencari dukungan industri pangan
8. Mengukur (Asses) status pangan pembawa potensial dan cabang industri
pengolahan(termasuk suplai bahan baku dan penjualan produk)
9. Memilih jenis dan jumlah fortifikasi dan campurannya
10. Kembangkan teknologi fortifikasi
11. Lakukan studi pada interaksi, potensi stabilitas, penyimpangan dan kualitas
organoleptik dari produk fortifikasi
12. Tentukan bioavailabilitas dari pangan hasil fortifikasi
13. Lakukan pengujian lapangan untuk menentukan efficacy dan kefektifan
14. Kembangkan standar-standar untuk pangan hasil fortifiksi
15. Defenisikan produk akhir dan keperluan-keperluan penyerapan dan pelabelan
16. Kembangkan peraturan-peraturan untuk mandatory compliance
17. Promosikan (kembangkan) untuk meningkatkan keterterimaan oleh konsumen
A. Kesimpulan
Fortifikasi adalah sebuah upaya yang sengaja dilakukan untuk menambahkan
mikronutrien yang penting, yaitu vitamin dan mineral ke dalam makanan,
sehingga dapat meningkatkan kualitas nutrisi dari pasokan makanan dan
bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dengan risiko yang minimal untuk
kesehatan (WHO, 2006).Menurut Codex Alimentarius (1983) fortifikasi atau
enrichment adalah penambahan sejumlah zat-zat gizi tertentu ke dalam bahan
pangan, baik dalam kondisi normal terdapat di dalam bahan pangan dengan tujuan
mencegah atau mengatasi defisiensi sejumlah zat gizi di dalam suatu populasi
atau kelompok masyarakat tertentu.
Tujuan fortifikasi
Fortifikasi pangan diterapkan dengan tujuan :
1. Memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki
defisiensi akan zat gizi yang ditambahkan)
2. Mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang
signifikan dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama
pengolahan
3. Meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang
digunakan sebagai sumber pangan, bergizi misal: susu formula bayi
4. Menjamin ekuivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan
pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti
mentega (Siagian A, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Nutrient Additions to Food. Nutritional, Technological and Regulatory Aspects. Trumbull,
Conn,USA: Food and Nutrition Press.Briawan, D., Hardinsyah, Setiawan B., Malrliyati S.A.
Dan Muhilal. 2008. EfikasiSuplemen Besi-Multivitamin untuk Perbaikan Status Besi Remaja
Wanita. Jurnal Gizi Indonesia, 30 (1): 30-36.Briawan, D., Sulaeman A., Syamsir E., dan
Herawati D. 2013. Efikasi FortifikasiCookies Ubi Jalar untuk Perbaikan Status Anemia Siswi
Sekolah. Majalah Kedokteran Bandung, 45: 4.Damardjati, D.S., S. Widowati dan Suismono.
1993.
Pembinaan Sistem Agroindustri Tepung Kasava Pola Usaha Tani Plasma di Kabupaten Ponoro
o. Laporan Penelitian Kerjasama Balittan Sukamandi denganPT. Petro Aneka Usaha. Sukamandi
Depkes RI. 2003. Sistem Kesehatan Nasional . Jakarta: Depkes RI.Depkes RI. 2005. Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) . Jakarta: Depkes RI.Proverawati, A. 2010. Imunisasi dan
Vaksinasi . Yogyakarta: Nuha Offset.Sediaoetama, A.D. 1985. Ilmu Gizi . Jilid I. Jakarta: Dian
Rakyat.