Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang disusun untuk
memenuhi Tugas Gizi Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Suplementasi dan
Fortifikasi Pangan”.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain busung lapar, ada lagi jenis kelaparan yang perlu kita cermati
keberadaannya, yakni kekurangan zat gizi mikro, atau yang lebih sering
disebut sebagai “kelaparan tersembunyi (hideen hunger). Zat gizi mikro
(micronutrient) adalah zat gizi berupa vitamin dan mineral, yang walaupun
kuantitas kebutuhannya relative sedikit namun memiliki peranan yang penting
pada proses metabolisme dan beberapa peran lainnya pada organ tubuh.
Kekurangan asupan dan absorbsi zat gizi mikro dapat mengakibatkan
gangguan pada kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif,
system imunitas, reproduksi dan lain-lain).
kekurangan akan tiga jenis zat gizi mikro (micronutrient) –iodium, besi dan
vitamin A secara luas menimpa lebih dari sepertiga penduduk dunia.
Konsekuensi serius dari kekurangan tersebut terhadap individu dan keluarga
termasuk ketidakmampuan belajar secara baik, penurunan produktifitas
kerja, kesakitan, dan bahkan kematian.
Beberapa Negara menetapkan target untuk menghilangkan kekurangan
zat gizi mikro pada tahun 2000an. Tujuan dasar dari semua program-program
zat gizi mikro nasional adalah untuk menjamin bahwa zat gizi mikro yang
dibutuhkan tersedia dan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, oleh
penduduk (terutama penduduk yang rentan terhadap kekurangan zat gizi
mikro tersebut). Strategi-strategi yang digunakan harus tepat untuk
menjawab kebutuhan dan harus menggunakan system dan teknologi yang
tersedia. Kombinasi beberapa intervensi mencakup promosi pemberian ASI,
modifikasi makanan (misalnya meningkatkan ketersediaan pangan dan
meningkatkan konsumsi pangan).
Peningkatan kadar gizi pangan dilakukan terhadap baik zat gizi makro
maupun zat gizi mikro. Dengan teknik peningkatan kadar zat gizi yang
diantaranya adalah suplementasi dan fortifikasi pangan. Suplementasi
pangan ditujukan untuk menambah konsumsi pangan sehari-hari yang
kurangyang diakibatkan oleh berbagai hal seperti kurangnya pengertian,
lemahnya ekonomi, dan sebagainya.
Sedangkan fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi
(nutrient) pada taraf yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada pangan
asal/awal. Dimana tujuan utama fortifikasiyakni untuk meningkatkan tingkat
konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi
populasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Suplementasi dan Fortifikasi pangan?
2. Apa saja jenis-jenis suplementasi dan fortifikasi pangan?
3. Apa tujuan suplementasi dan fortifikasi pangan?
4. Apa peran suplementasi dan fortifikasi pangan terhadap status gizi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Suplementasi dan Fortifikasi Pangan
Untuk mengetahui tentang suplementasi dan fortifikasi pangan
a. Untuk mengetahui jenis-jenis suplementasi dan fortifikasi pangan
b. Untuk mengetahui tujuan suplementasi dan fortifikasi pangan
c. Untuk mengetahui peran suplementasi dan fortifikasi pangan
terhadap status gizi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Fortifikasi pangan
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient)
kepangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi
dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi.
Harus diperhatikan bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah
pencegahan defisiensi : dengan demikian menghindari terjadinya
gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian
sosio ekonomis. Namun demikian, fortifikasi pangan juga digunakan
untuk menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan
yang diakibatkannya.
B. Suplementasi
Suplementasi harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan
tertentu. Untuk tujuan meningkatkan nilai gizi suatu bahan makanan,
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut :
a. Zat gizi yang ditambahkan tidak mengubah warna dan citrasa bahan
makanan;
b. Zat gizi tersebut harus stabil selama penyimpanan
c. Zat gizi tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu interaktif negative
dengan zat gizi lain yang terkandung dalam bahan makanan.
d. Jumlah yang ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu,
sehingga kemungkinan terjadinya keracunan (akibat over –dosis) dapat
dihindarkan.
1. Jenis-Jenis Suplementasi
a. Suplementasi Protein
Efisiensi penggunaan protein atau mutu gizi suatu protein dapat
ditingkatkan dengan cara menambahkan kepada protein yang
kekurangan (defisiensi), sejumlah kecil protein lain yang kaya akan
asam amino yang kadarnya rendah dalam protein yang defisien
tersebut.
Contoh pada jagung, kelemahan kandungan jagung adalah asam
amino esensialnya rendah.terutama lisin dan triptofan, itulah sebabnya
mengapa mengunakan jangung yag tinggi harus diimbangi dengan
penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam
aminonya tinggi , seperti tepung kedelai.
Metode yang biasanya digunakan adalah dengan cara
menambahkan kepada suatu protein defisien yang jumlahnya
ditingkatkan secara bertahap. Kemudian masing-masing campuran
dievaluasi nilai gizinya (nilai PER) menggunakan tikus percobaan.
C. Fortifikasi
Program fortifikasi sebaiknya dilaksanakan dan diikuti program gizi
lainnya. Pendekatan program yang dapat disertakan diantaranya pendidikan
gizi, suplementasi, aktifitas kesehatan masyarakat, dan perubahan konsumsi
pangan.
Program fortifikasi memiliki peranan yang sangat penting, tentunya
tidak sebatas pemenuhan gizi masyarakat tapi juga mempunyai arti
peningkatan kualitas perekonomian suatu Negara. Begitu pentingnya
program ini, ada wacana penelitian untuk memulai melakukan biofortifikasi
pangan. Biofortifikasi pangan bisa diterjemahkan sebagai fortifikasi
premature, yakni fortifikasi bukan diberikan pada produk tapi bahan-bahan
hasil pertanian seperti padi sudah memiliki kandungan zat gizi yang sengaja
“ditambahkan” mulai dari saat budidaya.
1. Tujuan Fortifikasi
Secara umum fortifikasi pangan dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan
berikut:
a. Untuk memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk
memperbaiki defisiensi akan zat gizi yzng ditambahkan)
b. Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam
jumlah yang siquifikan dalam pangan akan tetapi mengalami
kehilangan selama pengolahan.
c. Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan
(pabrik) yang digunakan sebagai sumber pangan bergizi misal:
susu formula bayi.
d. Untuk menjamin equivalensi gizi dari produk pangan olahan yang
menggantikan pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi
sebagai pengganti mentega.
2. Jenis-jenis Fortifikasi
Industry pangan/makanan memegang peranan kunci dalam setiap
program fortifikasi di setiap Negara kekurangan zat gizi mikro adalah
problem kesehatan masayarakat. Beberapa aspek program fortifikasi
pangan bagaimanapun seperti penentuan prevalensi kekurangan,
pemilihan intervensi yang tepat, perhitungan taraf asupan makanan (zat
gizi), konsumsi pangan pembawa sehari-hari dan fortifikan yang akan
ditambahkan, dan juga teknologinya (pengembangan teknologi), harus
dievaluasi oleh otoritas ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
masyarakat dan pertanian, dan yang lainnya.
Adapun jenis-jenis fortifikasi pangan/makanan yaitu :
a. Fortifikasi Yodium
Defisiensi yodium dihasilkan dari kondisi geologis yang irreversible.
Itu sebabnya, penganekaragaman panganan yang tumbuh di daerah
dengan tipe tanah yang menggunakan pangan yang sama tidak
dapat meningkatkan asupan yodium oleh individu atau komunitas.
Diantara strategi-strategi untuk penghapusan GAKI, pendekatan
jangka panjang adalah fortifikasi pangan dengan yodium. Sampai
tahun 60an, beberapa cara suplementasiyodium dalam dies yang
telah diusulkan berbagai jenis pangan pembawa seperti garam, roti,
susu, gula, dan air telah dicoba iodisasi garam menjadi metode yang
paling umum diterima di kebanyakan Negara di dunia sebab garam
digunakan secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya
adalah sederhana dan tidak mahal.
Fortifikasi yodium yang biasa digunakan adalah kalium yodida
(KI) dan kalium iodat (KID3). Iodat lebih stabil dalam ‘impure salt’
pada penyerapan dan kondisi lingkungan yang buruk. Penambahan
tidak menambahkan warna dan rasa pada garam. Negara-negara
dengan program iodisasi garam yang efektif memperlihatkan
pengurangan yang berkesinambungan akan prevalensi GAKY.
b. Fortifikasi Besi
Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk
perbaikan anemia gizi besi, fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh
beberapa peneliti merupakan strategi termurah untuk memulai,
mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi terbesar,
dan menjamin pendekatan pada jangka panjang (Cook dan
Reuser,1983).
Fortifikasi zat besi tidak menyebabkan efek samping pada
saluran pencernaan. Inilah keuntungan pokok dalam hal
keterterimaannya oleh konsumen dan pemasaran produk-produk
yang diperkaya dengan besi.
Penetapan target penerima fortifikasi zat besi yaitu mereka yang
rentan defisiensi zat besi, merupakan strategi yang aman dan efektif
untuk mengatasi masalah anemia besi (Ballot, 1989). Pilihan
pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan beratnya kekurangan zat
besi (INAAG,1977). Tahapan kritis dalam perencanaan program
fortifikasi besi adalah pemilihan senyawa besi yang dapat diterima
dan dapat diserap (Cook dan Reuser, 1983).
Harus diperhatikan bahwa wanita hamil membutuhkan zat besi
sangat besar selama akhir trimester kedua kehamilan. Terdapat
beberapa fortifikan yang umum dugunakan untuk fortifikasi besi
seperti besi sulfat, besi glukaonat, besi laktat, besi ammonium sulfat,
dan lain-lain (Siagian,2003).
c. Fortifikasi Vitamin A
Fortifikasi pangan dengan vitamin A memegang peranan penting
untuk mengatasi problem kekurangan vitamin A dengan
menjembatani jurang antara asupan vitamin A dengan
kebutuhannya. Fortifikasi dengan vitamin A adalah strategi jangka
panjang untuk mempertahankan kecukupan vitamin A.
kebanyakan vitamin yang diproduksi secara komersial (secara
kimia) identik dengan vitamin yang terdapat secara alami dalam
bahan makanan. Vitamin yang larut dalam lemak (seperti vitamin A)
biasanya tersedia dalam bentuk larutan minyak (oil solution), emulsi
atau kering, keadaan yang stabil dapat disatukan/digabungkan
dengan campuran multivitamin-mineral atau secara langsung
ditambahkan ke pangan.
Bentuk komersial yang paling penting dari vitamin A adalah
vitamin A asetat dan vitamin A palminat. Pangan pembawa seperti
gula, lemak, minyak, garam, the, sereal, dan monosodium glutamate
(MSG) telah dapat difortifikasi oleh vitamin A (Siagian, 2003).
Suplementasi Fortifikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suplementasi dan fortifikasi adalah salah satu cara untuk menambahkan
zat gizi mikro pada makanan agar kecukupan gizi individu atau kelompok
masyarakat dapat terpenuhi. Dan merupakan penanggulangan masalah bagi
masyarakat ekonomi rendah yang tidak mempunyai kemampuan untuk
membeli makanan yang berkualitas baik. Dimana dengan cara suplementasi
dan fortifikasi ini masalah status gizi yang kurang baik dapat teratasi.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami permasalah yang terjadi di masyarakat terutama
masalah gizi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya
penanggulangannya baik dalam pemahaman untuk melakukan
suplementasi dan fortifikasi pangan ataupun kegiatan lainnya.
2. Bagi Dosen
Dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang
pengaplikasian yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan
suplementasi dan fortifikasi sesuai dengan peminatannya.
3. Bagi Pembaca
Dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai suplementasi dan
fortifikasi pangan sehingga dapat secara mandiri ikut terlibat dalam upaya
penanggulangan permasalahan gizi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA