Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

UJI FORMALIN

DOSEN PENGAMPU :

Addion Nizori, S.TP., M.SC., Ph.D

ASISTEN DOSEN :

1. Mita Nurhayati (J1A120002)


2. Choryn Lorensa (J1A120006)
3. Puti Dwi Nurhaliza (J1A120008)

OLEH :
KELOMPOK 1 R004
1. Seli Anggraini (D1C021015)
2. Wisla Riska Putri. P (D1C021021)
3. Rahayu Setia Ningsih (D1C021033)
4. Marianto Pasaribu (D1C021039)
5. Jeni Lestari (D1C021043)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Formalin (CH2 O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hidrogen, oksigen,
dan karbon. Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen oxide,
oxymethylene, methylaldehyde, oxomethane, dan formic aldehyde. Formalin dalam
konsentrasi yang sangat kecil (<1%) dapat digunakan sebagai pengawet untuk berbagai
bahan non pangan seperti pembersih rumah tangga, pelembut, lilin, dan karpet.
Kegunaan formalin lainnya adalah obat pembasmi hama untuk membunuh virus,
bakteri, jamur, dan benalu yang efektif pada konsentrasi tinggi, bahan peledak, dan
sebagainya (Yuliarti, 2011).
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk,
uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot
tiap mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak
bercampur dengan kloroform dan eter. Didalam formalin mengandung sekitar 37%
formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet.
Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin,
Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,
Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan et al, 2016).
Formalin termasuk dalam daftar bahan tambahan kimia yang dilarang digunakan.
Faktor utama penyebab penggunaan formalin pada makanan adalah tingkat
pengetahuan konsumen yang rendah mengenai bahan pengawet, daya awet makanan
yang dihasilkan lebih bagus, harga murah, tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan.
Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung membeli makanan
dengan harga murah tanpa mengindahkan kualitas. Sulitnya membedakan makanan
biasa dengan makanan dengan penambahan formalin, juga menjadi salah satu
pendorong perilaku konsumen tersebut. Deteksi formalin secara akurat hanya dapat
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji
formalin. (Cahyadi, 2012).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui metode uji formalin secara kualitatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Formalin
Formalin merupakan bahan tambahan pangan yang dilarang berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MenKes/Per/IX/1988, sehingga
kandungannya dalam produk makanan harus negatif. Jika kadar formalin yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut melewati nilai ambang batas aman, maka akan
dapat berakibat toksis. Penyalahgunaan formalin biasanya dilakukan untuk keuntungan
dagang dan meminimalkan biaya kerugian akibat makanan yang tidak laku dijual. Selain
itu formalin digunakan karena mudah didapat, harganya yang murah dan memiliki
kemampuan yang baik dalam mengawetkan makanan (Rezania at al., 2018).
Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernafasan dan pencernaan.
Formalin dapat bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel tubuh
sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 formalin merupakan bahan yang
dilarang digunakan dalam makanan. Apabila formalin yang tercampur dalam makanan
termakan, maka dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala keracunan
formalin yang dapat dilihat antara lain mual, sakit perut yang akut disertai muntah
muntah, diare berdarah, timbulnya depresi susunan syaraf dan gangguan peredaran
darah. Formalin pada dosis rendah dapat menyebabkan sakit perut akut disertai muntah-
muntah, timbulnya depresi susunan syaraf serta terganggunya peredaran darah. Pada
dosis tinggi, Formalin dapat menyebabkan diare berdarah, kencing darah, muntah darah
dan akhirnya menyebabkan kematian (Alsuhendra, 2013).
Menurut Arumsari (2017), upaya pengendalian yang dapat dilakukan terhadap
kandungan formalin yang terdapat pada makanan yang dijual dipasaran adalah perlu
dilakukanya tindakan oleh BPOM untuk melakukan peninjauan kembali ke pasar-pasar
untuk melakukan uji formalin pada bahan pangan yang dijual oleh pedagang dan
menindaklanjuti penyalahgunaan formalin yang terjadi. Selain itu juga diharapkan
adanya penyuluhan-penyuluhan kepada para pedagang dan produsen mengenai larangan
penggunanaan formalin pada bahan pangan.

2.2 Uji Formalin Secara Kualitatif


Analisa kualitatif adalah suatu analisa untuk menentukan ada atau tidaknya suatu
senyawa, tetapi tidak menentukan massa atau konsentrasinya, analisa kualitatif tidak
menghitung jumlah.Larutan yang digunakan selama pengujian kandungan formalin
pada bahan pangan yaitu H2SO4 dan FeCl3. Kedua larutan tersebut digunakan sebagai
bahan pereaksi formalin pada bahan pangan. Analisis formalin dapat dilakukan untuk
menyatakan ada tidaknya formalin dalam suatu bahan yang diuji dengan cara
menambahkan pereaksi kimia (reagen) tertentu pada bahan yang diduga mengandung
formalin sehingga dihasilkan suatu perubahan warna yang khas (Rahmawati, 2017).

2.3 Tahu
Tahu merupakan produk makanan dengan bahan baku kedelai (glycine max),
berbentuk padatan dan bertekstur lunak. Di buat melalui proses pengolahan kedelai
dengan cara mengendapkan protein. Tahu memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, karena
kedelai merupakan salah-satu sumber protein nabati yang berasal dari jenis kacang-
kacangan dan biji-bijian dengan kualitas protein yang hampir mendekati protein hewani.
Hal tersebut dikarenakan kedelai banyak mengandung asam amino essensial yang
sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan sel seperti arginin,
fenilanin, histidin, isoleusin, leusin metionin, treonin, dan triptopan. Kandungan protein
pada kedelai sekitar 35% bahkan mencapai 40- 43% pada varitas yang unggul
(Rahmawati, 2017).

2.4 Ikan Teri


Ikan teri merupakan salah satu olahan makanan yang sudah dikenal dan memiliki
banyak penggemar dikalangan masyarakat umum. Skala nasional ikan teri merupakan
salah satu produk makanan yang memiliki kedudukan penting, hampir 65% produk
makanan masih diolah dan melewati proses pengawetan/penggaraman. Bahan
Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan tambahan dan campuran bahan yang secara
alami merupakan bagian dari bahan pangan tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan (Habsah, 2012).
Ikan teri yang mengandung formalin secara jelas dengan bahan makanan yang tidak
mengandung formalin. Ciri-ciri ikan teri yang mengandung formalin: tidak rusak selama
lebih dari satu bulan pada suhu kamar, Warna ikan bersih dan cerah tidak berbau khas
ikan teri, tidak dihinggapi lalat di area banyak lalat (Patrick at al., 2022).
BAB III
METODELOGI

2.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21 November 2023 pukul 09.10-11.30
WIB. Pelaksanaan praktikum ini di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Fakultas
Pertanian , Universitas Jambi.

2.2 Alat dan bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat : gelas ukur, timbangan
analitik, tabung reaksi, mortal dan saringan. Serta bahan yang digunakan yaitu :
aquades, ikan teri, tahu kuning, tisu, larutan FeCl3, larutan H2S04 dan kertas saring.

3.3 Prosedur Kerja


Pertama disiapkan bahan yang akan dianalisis dengan ditimbang sebayak 100 gram
dan dihancurkan hinggan halus dengan mortal, kemudian ditambahkan aquades
sebanyak 50 ml, selanjutnya sampel yang sudah halus disaring menggunakan kertas
saring untuk kemudian diambil filtrat sebanyak 5 ml, setelah itu sampel dipindahkan
kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 ml FeCl3 kedalam filtratnya dan
ditetes sebanyak 3 tetes H2S04. Kemudian dilakukan pengematan, jika terbentuk cicin
ungu pada campuran, maka bahan yang digunakan bertanda positif mengandung
formalin
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Tabel 1 Hasil Uji Formalin

Sampel Warna ekstrak Perubahan keterangan


warna
Tahu Putih bening Putih keruh Negatif
Ikan teri Putih keruh Putih bening Negatif

4.2 Pembahasan
Formalin (formaldehid) adalah salah satu zat yang dilarang berada dalam
bahan makanan. Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah
bereaksi dengan protein, karena ketika disiramkan ke makanan formalin akan
mengikat unsur protein (protein menjadi mati atau tidak berfungsi) mulai dari
bagian permukaan hingga meresap kebagian dalamnya. Kemudian protein yang
telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa
asam, itulah sebabnya makanan menjadi lebih awet (Mirna, 2016).
Pada praktikum ini dilakukan pengujian formalin terhadap produk tahu dan
ikan teri. Dan digunakan dua larutan yaitu FeCl₃ dan H₂SO₄ sebagai larutan
tambahan sampel tahu dan ikan teri dengan tujan untuk melihat perubahan jika
ditambahkan larutan tersebut sampel akan mengalami perubahan warna atau
tidak jika tidak mengalami perubahan warna berarti sampel tidak mengandung
formalin, tetapi jika mengalami perubahan warna menjadi ungu dan berbentuk
cincin berarti sampel mengandung formalin.
Pada saat menguji sampel terlebih dahulu melakukan penghancuran atau
penghalusan sampel kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 50ml, dan
dilakukan penyaringan dua kali dengan tujuan untuk mendapatkan filtrat sampel
yang jernih yang tidak ada ampas sampel yang terbawa pada saat dilakukan
pengujian.
Tahu dan ikan merupakan bahan makanan yang mudah mengalami
kerusakan terutama kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan khamir. Penambahan formalin dan
boraks memang secara efektif dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Berdasarkan hasil pengujian formalin sampel tahu sebelum ditambahkan
dengan FeCl₃ dan H₂SO₄ warna larutan putih bening tetapi setelah ditambahkan
larutan FeCl₃ dan H₂SO₄ berubah menjadi putih keruh setelah dihomogenkan
larutan mendapatkan hasilnya negatif yang berarti tidak mengandung formalin.
Sedangkan pengujian sampel ikan teri dengan FeCl₃ dan H₂SO₄ warna larutan
yang diambil setelah ekstrak berwarna putih keruh, akan tetapi setelah
ditambahkan dengan FeCl₃ dan H₂SO₄ berubah menjadi warna putih bening
setelah dihomongenkan, yang berarti sampel ikan teri mendapatkan hasil negatif
yang berarti tidak mengandung formalin.
Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan bahkan
merupakan zat yang tidak boleh ditambahkna pada makanan. Memang orang
yang mengkonsumsi bahan pangan (makanan) sepeti tahu, mie, bakso, ayam,
ikan dan bahkan permen. Efek dari bahan makanan berformalin baru bisa terasa
beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir
saluran pencernaan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi membenuk asam format
terutama dihati dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat
mengakibatkan. keracunan pada tubuh manusa, yaitu rasa sakit perut yang akut
disertai muntah- muntah timbulnya depresi susunan atau kegagalan peredaran
darah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
praktikum Uji Formalin pada sampel tahu kuning dan ikan teri didapatkan hasil
pengujian yaitu pada sampel tahu sebelum ditambahkan dengan FeCl₃ dan
H₂SO₄ warna larutan putih bening tetapi setelah ditambahkan larutan FeCl₃ dan
H₂SO₄ berubah menjadi putih keruh setelah dihomogenkan larutan mendapatkan
hasilnya negatif yang berarti tidak mengandung formalin. Sedangkan pengujian
sampel ikan teri dengan FeCl₃ dan H₂SO₄ warna larutan yang diambil setelah
ekstrak berwarna putih keruh, akan tetapi setelah ditambahkan dengan FeCl₃ dan
H₂SO₄ berubah menjadi warna putih bening setelah dihomongenkan, yang
berarti sampel ikan teri mendapatkan hasil negatif yang berarti tidak
mengandung formalin.

5.2 Saran
Saran pada praktikum ini yaitu praktikan harus memahami materi terlebih
dahulu supaya ketika dilakukan pengujian terhadap uji formalin bisa dilakukan
secara teliti dan pemahaman yang cukup terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada larutan sampel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Alsuhendra. (2013). Bahan Toksik dalam Makanan. Rosda, Jakarta.


Arumsari, G. (2017). Perilaku Penggunaan Formalin Pada Pedagang dan Produsen
Mie Basah dan Tahu di Provinsi Dki Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas. Universitas Andalas : Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Astawan, M., Hermanianto, J., Suliantari, & Sugiyanto, G. S. P. (2016). Application
of vacuum packaging to extend the shelf life of fresh-seasoned tempe.
International Food Research Journal, 23(6), 2571–2580.
Cahyadi, W. 2012. Analisi dan Aspek Kesehatan Bahan Tamabahan Pangan. PT.
Penerbit Bumi Akasara. Jakarta.
Habsah. (2012) Gambaran Pengetahuan Pedagang Mie Basah Terhadap Perilaku
Penambahan Boraks dan Formalin di kantin-kantin Uviversitas X, Depok.
Mirna. Karimuna, L., dan Asyik. (2016). Analisis formalin pada ikan asin di beberapa pasar
tradisional kota kendari. Journal Sains dan Teknologi Pangan. (1)1: 31-36.
Patrick R, Joke T, Vlagia P. (2022). Identifikasi Kandungan Formalin Pada Ikan
Teri (Stolephorus indicus) Di Pasar Tradisional Amurang. Jurnal
Biofarmasetikal Tropis. 2022, 5 (1), 1 – 5.
Rahmawati. (2017). Identifikasi Formalin Pada Tahu Yang Dijual di Pasar Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah. Kendari.
Rezania A, Artika N, Madani L, Yuyun P, Winarsih. (2018). Indentifikasi
Kandungan Formalin Pada Bahan Pangan (Mie Basah, Bandeng Segar dan
Preato, Ikan Asin, Tahu) Di Pasar Gede Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan.
ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Vol. 11. No. 2.
Desember 2018.
Yuliarti N (2011). 1001 khasiat buah-buahan. Yogyakarta: ANDI, pp: 1-9, 95-101,
124-153.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Uji Formalin

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Ditimbang 100 gram sampel dan dihaluskan

Ditambah aquadest 50 ml

Disaring menggunakan saringan teh

Disaring menggunakan kertas saring

Diambil filtrat 5 ml dan dimasukkan didalam tabung reaksi

Ditambah 3 ml FeCl3

Diteteskan H2SO4

Dilakukan pengamatan
Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Disaring


Ditimbang 100 Dihaluskan sampel Ditambah aquadest menggunakan
gram sampel 50 ml saringan teh

Gambar 5. Disaring Gambar 6. Diambil Gambar 7. Gambar 8.


menggunakan filtrat 5 ml dan Ditambah 3 ml Diteteskan H2SO4
kertas saring dimasukkan FeCl3
didalam tabung
reaksi

Gambar 9.
Dilakukan
pengamatan

Anda mungkin juga menyukai