Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI HASIL PERIKANAN


UJI FORMALIN

Oleh :

Kelompok 3
Sari Anggraini 05061282126020
Agnes Monica 05061282126021
Reilda Widias Harumi 05061282126025
Kharisma Intan Permata Sari 05061282126027
Aisyah Meisarani 05061282126030

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan segar adalah ikan yang dimana kondisinya di pertahankan agar tetap segar
dengan dilakukan pendinginan yang tidak di bekukan, sehingga kualitas ikan masih
sama atau mendekati keadaan pada saat ikan tersebut dalam kondisi masih hidup.
Dalam teknologi pengolahan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan
suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan suatu pangan, namum dalam masyarakat masih banyak
yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan
pangan dan non pangan. Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam penangan dan
pengolahan ikan, seperti : formalin, boraks, zat pewarna, CO, antiseptic, antibiotic,
semakin marak. Hal ini disebabkan kurangnya persediaan bahan pengawet pengganti
dan beredarnya bahan kimia berbahaya yang tidak terkontrol dan di peroleh dengan
harga murah dan sangat mudah didapatkan (Asma, 2018).
Formalin adalah senyawa formalehida dalam air dengan konsentrasi rata-rata 37%
dan methanol 15% dan sisanya adalah air. Bentuk fisik dari formalin adalah cair bening
dan baunya menyengat. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan sebab menimbulkan
efek jangka pendek dan jangka panjang terutama pada sifatnya yang akumulatif di
dalam tubuh. Formalin dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan cacat pada gen
tubuh. Formalin yang diperoleh masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Larangan
pengggunaan formalin ditegaskan di dalam pemenkes RI No. 003 tahun 2012 tentang
bahan tambahan pangan. Pengunaan formalin pada makanan oleh masyarakat
disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai formalin. Selain itu formalin dalam
jumlah sedikit efektif digunakan sebagai pengawet. Keamanan dalam produk perikanan
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sector perikanan,
mengingat konsumsi ikan diperkirakan akan terus meningkat seiring kesadaran dan
pengetahuan masyarakat bahwa pentingnya nilai gizi pada produk perikanan dalam
kesehataan dan perkembangan kecerdasan otak (Sumadi,2018).
Ikan segar yang direndam oleh larutan formalin maka akan terjadi reaksi antara
formalin dan protein, formalin masuk ke dalam sel-sel ikan mengikat protein protein
dengan mendenaturasi protein asam nukleat melalui proses alkalis dengan gugus –NH2
dan –OH dari protein asam nukleat dengan gugus hidroksementil dari formeldehid
karena inilah yang menyebabkan ikan menjadi kaku. Karena penggunaan formalin
marak maka kita harus melakukan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu antara lain,
pemberian edukasi kepada masyarakat dan penjual ikan segar mengenai bahan-bahan
pengawet yang aman dan tidak aman, sekaligus peringatan kepada pedagang yang ingin
menggunakan kesempatan dalam meraih untung tanpa memperdulikan keamanan
makanan (Harahap, 2019).

2.1. Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan kualitas atas mutu dan nilai scoresheet utuk setiap
parameter pengamatan dari 3 buah perlakuan (larutan formalin 0%, 10%, 20%, dan 30%
dalam 100 ml aquadest) dan 3 tahap pengamatan (0 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Formaldehida
Formaldehida adalah suatu senyawa kimia berbentuk gas dan baunya sangat
menusuk. Formalin mengandung 37% formaldehida dalam air. Biasanya ditambahkan
metanol 15% sebagai pengawet dan stabilisator. Formalin adalah larutan yang tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk dengan bobot tiap mililiternya 1,08 gram dapat
tercampur dalam air tetapi tidak tercampur dengan kloroform dan eter. Formaldehida
mudah larut dalam air, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai
pereduksi yang kuat. Secara alami formaldehida dapat ditemui dalam asap pada proses
pengasapan makanan yang bercampur dengan fenol, keton dan resin. Pengawet ini
memiliki unsur aldehida yang mudah bereaksi pada makanan seperti mie basah
sehingga teresap didalamnya. Selain itu tidak di serang oleh bakteri pembusuk sehingga
menghasilkan senyawa asam dan mengakibatkan makanan menjadi awet. Formaldehida
tidak hanya membunuh bakteri tetapi membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan
yang ada bawahnya, supaya tahan akan terserang bakteri lainnya (Fauziah, 2005).
Formaldehida yang memiliki bentuk seperti serbuk atau padatan disebut dengan
formalfehid. Formaldehida dalam bentuk formalin dikenal sebagai bahan pembunuh
hama (desinfektan). Formaldehida digunakan untuk desinfektan hanya dalam situasi
yang memang dapat mempertahankan tingkat keamanan terhadap bahan kimia. Hal ini
dikarenakan penggunaan formaldehida yang memang membutuhkan keamanan yang
tinggi, sebab merupakan bahan yang berbahaya. Apabila digunakan secara benar, maka
formalin akan banyak dirasakan manfaatnya, misalnya antara lain: sebagai anti bakteri
atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan indsutri. Formalin juga sering
digunakan sebagai bahan pembuatan parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras
kuku dan bahan untuk insulasi busa. Dimana dalam suatu konsentrasi yang sangat kecil
(<1%) yang akan digunakan adalah sebagai pengawetan untuk berbagai barang
konsumen seperti untuk pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
pakaian, gudang, perawat sepatu, mobil, lilin dan juga karpet (Yuliarti, 2007).
2.2. Penyebab Formaldehida Pada Makanan
Formaldehida atau formalin merupakan bahan kimia yang sering digunakan sebagai
pembersih dan sebagai bahan pembuat pupuk dalam bentuk urea. Selain digunakan
untuk hal-hal tersebut formalin juga dimanfaatkan sebagai disinfektan karena
membunuh sebagian besar jamur dan bakteri. Namun, dengan karakteristik formalin
yang cukup keras masyarakat juga banyak yang memanfaatkan formalin untuk
mengawetkan makanan meskipun itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin
banyak ditemukan pada ikan segar maupun ikan asin karena harganya yang murah
sehingga lebih terjangkau oleh pedagang ikan yang nakal. Efek penggunaan formalin
pada makanan dan dikonsumsi oleh manusia diantaranya adalah gangguan pecernaan
dikarenakan mengkonsumsi ikan berformalin yang dapat menyebabkan muntah, mual
dan nyeri perut, kejang-kejang setelah mengkonsumsi formalin dalam jumlah besar,
mengakibatkan otot berkonstraksi dan merenggang dalam waktu bersamaan. Kerusakan
ginjal dapat terjadi ketika mengkonsumsi formalin makanan karena formalin
seharusnya tidak boleh digunakan sebagai pada bahan makanan (Syah. et al. 2005).
Formaldehida tidak menumpuk pada tubuh manusia karena cepat terurai oleh
proses metabolism alami tubuh. Begitu masuk ketubuh, formaldehida dengan cepat
dipecah menjadi bahan kimia lain. Formaldehid juga dapat dikonversi menjadi
karbondioksida dan dikeluarkan oleh tubuh melalui pernafasan. Sedangkan di
lingkungan, formaldehida cepat terurai di udara oleh kelembaban dan sinar matahari,
atau oleh bakteri di tanah atau air. Formaldehida memiliki bau menyengat, dapat
menyebabkan iritasi mata, dan uapnya bereaksi cepat dengan selaput lender hidung,
tenggorokan, dan saluran pencernaan pada konsentrasi tinggi. Senyawa kimia ini
memiliki titik didih 90-100°, pH 2,8-4,0 dan dapat bercampur dengan air, alkohol, dan
aseton. Batas maksimum formalin yang telah diperbolehkan dikonsumsi dalam makanan
adalah 100 ppm yaitu 100 mg/kg makanan per orang per hari. Jika dikonsumsi
konsentrasi lebih tinggi dari batas tersebut, formalin dapat menyebabkan kerusakan
pada saluran pencernaan, ginjal, hati dan paru-paru, bahkan dapat menyebabkan
kanker. Sementara, pada ikan yang telah terkontaminasi formalin dapat dilihat dan
dirasakan yaitu pada tekstur nya kaku, sisik keras, insang merah, mata jernih, dan ikan
tidak memiliki bau amis sehingga bebas dari lalat yang ada di sekitarnya (Putra, 2009).
2.3. Bahaya formalin terhadap kesehatan
Formalin atau formaldehida merupakan salah satu zat kimia yang berbahaya bagi
manusia sehingga sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku pada makanan. Bahan
formalin tidak hanya ditemukan pada bahan makanan atau produk makanan yang
beredar di pasar tradisional akan tetapi juga diperdagangkan di beberapa supermarket
yang ada di seluruh Indonesia. Pada umumnya formalin digunakan sebagai salah satu
zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan dapat lebih bertahan lama.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 yaitu
pada penggunaan formalin dilarang digunakan pada makanan. Namun dalam
kenyataannya masih ada sekelompok masyarakat yang memanfaatkan formalin sebagai
pengawet makanan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan pemakaian formalin ini
meningkat sebagai bahan pengawet lain, dengan jumlah yang digunakan tidak perlu
sebesar pengawet lainnya, dan mudah digunakan dalam proses pengawetan karena
memiliki bentuk larutan cair. Dalam waktu pemprosesan pengawetan dapat lebih
singkat dan mudah didapatkan di bahan kimia dalam jumlah besar dan rendahnya
pengetahuan pada masyarakat produsen tentang bahaya pada formalin (Yulia, 2017).
Orang yang mengkonsumsi bahan pangan seperti tahu, mie, bakso, dan sebagainya
yang mengandung formalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya.
Akan tetapi, efek dari formalin akan baru terasa setelah beberapa tahun kemudian,
formalin di dalam tubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan
sel darah merah. Pemakian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh
manusia, yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi
susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah. Jika terhirup akan menyebabkan iritasi
dan bahkan rasa terbakar pada hidung. Jika dikonsumsi pada konsentrasi yang lebih
tinggi dari batas tersebut maka formalin dapat menyebabkan kerusakan pada saluran
pencernaan, ginjal, hati dan paru-paru, bahkan dapat menyebabkan kanker. Sebenarnya
menggunakan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan diperbolehkan selama masih
berada dalam tingkat ambang batas toleransi. Namun sering ditemukan pada bahan
pengawet yang ditambahkan ke dalam makanan yang melebihi ambang batas toleransi
sehingga dapat sangat berpotensi terhadap timbulnya suatu penyakit yang diakibatkan
oleh toksisitas senyawa pengawet tersebut terhadap kesehatan (Eigenmann, dkk. 2007).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Toksikologi Hasil Perikanan yang berjudul Uji Formalin dilaksankan
pada hari Rabu, tanggal 14 September 2022 pada pukul 10.00 WIB sampai dengan
selesai. Dilaksankan offline di Laboratorium dengan perwakilan kelompok dan sebagian
praktikan mengikuti praktikum dikelas menggunakan aplikasi tatap muka yaitu zoom.

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah baskom, neraca,
gelas ukur, sedangkan bahannya berupa es batu, formalin anhydrous, dan ikan air tawar
berupa ikan nila 3 ekor.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum mengenai uji formalin adalah sebagai
berikut:
1. Ikan air tawar sebanyak 3 ekor disiapkan dan dicuci bersih
2. Masing-masing ikan ditimbang beratnya (berat sebelum)
3. Ikan tersebut diletakkan dalam baskom berisi air sebanyak 2 liter
4. Ikan direndam dalam larutan formalin 0%, 15%, 30%
5. Es batu dimasukkan kedalam larutan formalin yang telah disiapkan
6. Ikan didiamkan selama 10 menit, lalu ikan diamati perubahan organoleptik yang
terjadi mulai dari 0 jam, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum Toksikologi Hasil Perikanan materi uji formalin sebagai
berikut.
Tabel 4.1.1 hasil uji formalin terhadap ikan air tawar mujair (Oreocromismussambicus)
0 jam
Pengamatan 0% 10% 20%
Mata 7 7 7
Insang 6 6 6
Lendir permukaan 7 7 7
Daging 7 7 7
Bau 7 7 7
Tekstur 8 8 8

Tabel 4.1.2 hasil uji formalin terhadap ikan air tawar mujair (OreocromisMussambicus)
1 jam
Pengamatan 0% 10% 20%
Mata 7 5 5
Insang 6 6 6
Lendir permukaan 6 6 6
Daging 6 6 6
Bau 6 6 6
Tekstur 7 7 7

Tabel 4.1.3 hasil uji formalin terhadap ikan air tawar mujair (Oreocromismussambicus)
2 jam
Pengamatan 0% 10% 20%
Mata 6 3 3
Insang 6 5 5
Lendir permukaan 6 5 5
Daging 5 5 5
Bau 5 5 5
Tekstur 6 5 5

Tabel 4.1.4 hasil uji formalin ikan air tawar mujair (oreocromismussambicus) 3 jam
Pengamatan 0% 10% 20%
Mata 5 3 3
Insang 5 3 3
Lendir permukaan 3 3 3
Daging 5 3 3
Bau 5 3 3
Tekstur 5 3 3
4.2. Pembahasan
Pada praktikum Toksikologi Hasil Perikanan kali ini yaitu membahas materi
tentang uji Formalin. Sebelum melakukan praktikum para praktikan terlebih dahulu
harus tau apa itu formalin, formalin atau formalehida merupakan senyawa aldehida yang
saat ini sudah sangat umum digunakan dalam kehhidupan sehari-hari misalnya sebagai
antibakteri atau sebagai pembunuh kuman dalam berbagai jenis kebutuhan industri. Alat
dan bahan yang harus dipersiapkan dalam praktikum kali ini adalah baskom, es batu,
formalin anhydrous, 3 ekor ikan nila yang sudah mati. Langkah pertama yang harus
dilakukan yaitu 3 ekor ikan nila yang telah dipersiapkan sebelumnya dicuci hinggah
bersih, lalu masing-masing ikan ditimbang beratnya dengan mengunkan neraca analitik.
Setelah ditimbang letak kan ikan tersebut kedalam baskom yang telah di isi air sebanyak
2 liter, masing-masing baskom diberi lebel atau penanda antara ikan 1,2, dan 3.
Langkah selanjutnya yaitu rendam ikan tersebut kedalam larutan formalin dengan
konsetrasi 0%, 10%, dan 20% selanjutnya es batu dimasukan kedalam larutan formalin
yang telah dipersiapkan, langkah terakhir yaitu diamkan ikan selama 10 menit, lalu ikan
diamati perubahan organoleptik yang terjadi mulai dari 0 jam, 1 jam, 2 jam ,dan 3 jam.
Setelah didiamkan selama 10 menit atau pada saat jam ke 0 dengan konsetrasi
0%,10%, 20%penampakan mata, insang, lendir,daging, bau dan juga teksturikan masih
dalam kondisi yang netral yaitu dengan nilai 7, dan pada saat dipengamatan di jam ke 1
yaitu kondisi ikan pada saat di konsentrasi 0%, 10%, 20% terjadi penampakan ikan
sudah mulai mengalami penurunan, sedangkan di pengamatan pada jam ke-2
penampakan mata, insang, lendir, daging, bau, tekstur ikan sudah mengalami
penurunan, baik itu di konsentrasi 0%, 10%, dan 20%. Dan di pengamatan yang
dilakukan di jam ke 3 penampakan mata ikan di semua konsentrasi sudah benar-benar
mengalami penurunan kesegeran, dapat dilihat dari kornea matanya yang keruh. Pupil
agak keabu-abuan, tidak mengkilap, dan dibagian insang nya sudah mulai tampak
memiliki berwarna coklat muda pucat dengan lendir keruh, dibagian permukaan
lendirnya juga sudah agak tebal, mulai berubah warna, untuk sayatan daging sudah
keliatan kusam, jaringan daging kurang kuat, bau dari ikan nya juga sudah berbau asam
dan teksturnya dikosentrasi 0% yaitu agak lunak, kurang elastis sedangkan pada saat di
konsetrasi 10% dan 20% lunak bekas jari terlihat dan juga sangat lambat hilangnnya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. formalin atau formalehida merupakan senyawa aldehid yang saat ini sudah sangat
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengawetkan makanan.
2. Formalin atau formaldehid merupakan zat kimia berbahaya bagi manusia dan
efeknya akan terasa beberapa tahun kemudian.
3. formalin dapat digunakan sebagai pembunuh kuman atau antibakteri
4. batas maksimum formalin yang telah diperbolehkan dikonsumsi dalam makanan
adalah 100 ppm yaitu 100 mg/kg makanan per orang per hari.
5. ikan segar yang baru didiamkan pada air yang sudah di campur formalin masih
keadaan segar tapi tidak dengan ikan yang di diamkan selama 1 jam, 2 jam, dan 3
jam akan mengalami penurunan mutu.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya bagi praktrikan yang di google meet harap
untuk mengunmute micropon agar tidak mengganggu praktikan lain dan juga agar
praktikan atau komti untuk segara membuat link google meet.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Kurniawan Putra. 2009. Formalin dan Boraks pada Makanan. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Asma. 2018. Uji Kualitatif Kandungan Formalin Pada Ikan Segar yang dijual di Pasar
Tradisional Kota Kendari. Skripsi Kediri. Jurusan Analisis Kesehatan. Kediri:
Politeknik kesehatan kediri.
Dahrul Syah. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Eigenmann, P.A., dan Haenggeli, C.A. 2007. Food colourings, preservatives, and
hyperactivity, The Lancet 370: 1524-1525
Harahap, F. 2019. Analisis Kadar Formalin Pada Ikan Segar di Pasar Pagi Lawe Bulan
Kutacane Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Skripsi Medan.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Syah. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tumbuhan Pangan. Himpunan Alumni
Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Yulia, A. 2017. Analisis Kandungn Formalin Pada Ikan Asin Serta Pengetahuan
Pengetahuan Dan Sikap Pembeli di Pasar Tradisional dan Pasar Modern.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
LAMPIRAN

A. Lampiran Gambar

Alat dan bahan 3 Ekor ikan nila Penambahan 10 % Penambahan 20%


formalin formalin

Timbang Ikan Keadaan Ikan 1 pada Keadaan ikan 2 Keadaan ikan 3


0 jam pada 0 jam pada 0 jam

Keadaan Ikan 1 Keadaan ikan 2 pada Keadaan ikan 3 Keadaan ikan 1


pada 1 jam 1 jam pada 1 jam pada 2 jam

Keadaan ikan 2 Keadaan ikan 3 pada Keadaan ikan 1 Keadaan ikan 2


pada 2 jam 2 jam pada 3 jam pada 3 jam

Keadaan ikan 3
pada 3 jam
B. Lampiran Pembagian Tugas
Nama Pembagian Tugas
Bab 1
Reilda Widias Harumi 1.1. Latar Belakang
1.2.Tujuan
Bab 2
Aisyah Meisarani
2.1. Formaldehida
Kharisma Intan 2.2. Penyebab formaldehida pada makanan
Reilda Widias Harumi 2.3. Bahaya Formalin terhadap kesehatan
Bab 3
3.1. Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Kharisma Intan
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Prosedur Kerja
Bab 4
Agnes Monica
4.1. Hasil
Sari Anggraini 4.2. Pembahasan
Bab 5
Reilda Widias Harumi 5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Cover
Lampiran
Aisyah Meisarani
Menggabungkan Laporan
Edit Laporan

Anda mungkin juga menyukai