Anda di halaman 1dari 17

PENETAPAN KADAR FORMALIN PADA TAHU KUNING

LAPORAN PRAKTIKUM

Islah Salma Akbari 11170960000049

Fikri Haikal 11170960000050

Astrid Dwi Indriyani 11170960000058

Alma Aulia Sahara 11170960000075

KELOMPOK IV

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga penulisan Laporan Akhir Praktikum Kimia Pangan
ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini berjudul “Penetapan Kadar Formalin
Pada Tahu Kuning”
Dalam pembuatan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Tarso Rudiana dan ibu Anna Muawanah selaku dosen mata kuliah
Praktikum Kimia Pangan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
kesempatan dan memberi fasilitas sehingga laporan ini dapat selesai dengan lancar dan
juga penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi mata kuliah
Praktikum Kimia Pangan bagi pembacanya. Harapan kami tentunya semoga tugas ini bisa
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembacanya.

Demikia laporan ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan
memiliki kontribusi bagi perkembangan karya-karya tulis ilmiah. Aamiin

Tangerang, Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Maraknya penggunaan formalin pada bahan makanan merupakan berita
yang sangat mengejutkan pada penghujung tahun 2005 hingga sekarang. Bahan
formalin tidak hanya ditemukan pada bahan makanan atau produk makanan yang
beredar di pasar tradisional tetapi juga diperdagangkan di beberapa supermarket
di seluruh Indonesia. Umumnya formalin digunakan sebagai salah satu zat untuk
mengawetkan makanan, sehingga makanan akan lebih bertahan lama [CITATION
Mah08 \l 1057 ].
Formalin adalah formaldehida dengan kadar 37% dan 7-15% metanol
dalam air [CITATION Fes82 \l 1057 ] . Formaldehida merupakan bahan kimia
berwujud gas, akan tetapi lebih mudah disimpan sebagai larutan dalam air. Kadar
formaldehida di udara memiliki ambang batas yang dibenarkan yaitu 0,1 ppm
(parts per million). International Programme on Chemical Safety menyebutkan
bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air
minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diperbolehkan
adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk
makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. National
Institute of Occupational Safety and Health menyatakan formaldehida berbahaya
bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Jika melebihi ambang batas tersebut maka
dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan, mulai dari gejala seperti sensasi terbakar di mata, hidung dan di
daerah tenggorokan, bahkan sampai mengakibatkan penyakit kanker [CITATION
Nat12 \l 1057 ].
Oleh karena itu perlu dilakukan uji formalin pada produk pangan seperti
tahu. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui produk apa saja yang
mengandung pengawet buatan atau formalin.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :

 Bagaimana hasil titrasi iodometri kandungan formalin pada jenis produk pangan
tahu?
1.3. Tujuan Percobaan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
ini adalah :

 Mengetahui adanya kandungan formalin pada sampel pangan tahu menggunakan


titrasi iodometri
1.4. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapatnya kandungan formalin pada


bahan pangan tahu

1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkhusus


kepada masyarakat mengenai food safety tentang kandungan formalin pada bahan
pangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Formalin

Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau busuk,
uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan serta rasa yang
membakar. Bobot tiap mililiteradalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan
alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter (Norman dan
Waddington, 1983). Formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air,
biasanya ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain
dari formalin adalah Formol, methylene aldehyde, paraforin, morbicid,
oxomethane, polyoxymethylene glycols, methanal, formoform, superlysoform,
formaldehyde dan formalith (Astawan, Made., 2006). Berat molekul formalin
adalah 30,03 dan rumus molekulnya HCOH. Kecilnya molekul ini memudahkan
untuk absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang
dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus -NH 2 dari protein yang ada
pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap [ CITATION Har06 \l 1057 ].

Formalin adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat membentuk


polimer pada suhu normal pada saat berwujud gas. Kadar pembakaran untuk gas
formalin adalah 4,47 kkal/gram. Daya bakar dilaporkan pada rentang volume
12,5-80% di udara. Campuran 70% formaldehid di udara sangat mudah terbakar.
Formaldehid dapat terdekomposisimenjadi metanol dan karbonmonoksida pada
suhu 150 dan pada suhu 300 C jika dekomposisi tidak menggunakan katalis. Pada
tekanan atmosfer formaldehida mudah mengalami fotooksidasi menjadi
karbondioksida [ CITATION Dru78 \l 1057 ]. Larutan formaldehid atau larutan
formalin mempunyai nama dagang formalin, formol, atau mikrobisida dengan
rumus molekul CH2O mengandung 37% gas formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan 10-15% metanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan ini sangat
kuat dan dikenal dengan larutan formalin 40% yang mengandung 40 gram
formaldehid dalam 100 ml pelarut [CITATION Cah06 \l 1057 ].
2.2. Karakteristik Formalin
Dalam udara bebas formalin berwujud gas, tetapi bisa larut dalam air
(biasanya dijual dalam kadar larutan 37% dengan merk dagang formol). Dalam
air formaldehid mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam
bentuk monomer H2CO. Umumnya lrutan ini mengandung beberapa persen
metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin merupakan larutan
formaldehid dalam air dengan kadar 10-40% [ CITATION Ary06 \l 1057 ]
Meskipun formaldehid menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya
aldehid, senyawa ini lebih reaktif dibanding aldehid lainnya. Formaldehid
merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik
dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.
Dalam keberadaan katalis basa, bisa mengalami reaksi Cannizzaro, yang
menghasilkan asam format dan metanol.
Formaldehid bisa membentuk trimer siklik 1,3,5-trioksana atau polimer
linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida
berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format,
karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak
kemasukan udara [ CITATION Gan07 \l 1057 ].
2.3. Fungsi Formalin

Formalin banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti


pembuatan perabot, dan digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan
bangunan. Selain itu, formalin juga digunakan sebagai bahan pengawet mayat
dan agen fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet ini menurut Kepala Pusat
Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono :

Penggunaan formalin diantaranya sebagai berikut :

1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih lantai, gudang,


pakaian, dan kapal
2. Pembasmi lalat dan serangga
3. Bahan pembuat sutra bahan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak
4. Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan
kertas
5. Bahan pembentuk pupuk berupa urea
6. Bahan pembuatan produk parfum
7. Pencegah korosi untuk sumur minyak
8. Bahan untuk isolasi busa
9. Bahan pengawet untuk produk kayu lapis (plywood) [ CITATION Oke08 \l
1057 ].

Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehida bereaksi


dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang
berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut.
Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya lambat sehingga
walaupun formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan sel-sel tetapi tidak
dapat melindungi secara sempurna, kecuali jika diberikan dalam waktu lama
sehingga jaringan menjadi keras [CITATION Her \l 1057 ]

2.4. Karakteristik Sampel

Tahu adalah makanan dari kedelai putih yang digiling halus, direbus dan
dicetak (KBBI). Tahu merupakan salah satu makanan sumber protein yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kandungan protein nabati yang tinggi pada
tahu dianggap dapat menggantikan protein hewani. Tetapi dibalik keuntungan
tersebut, tahu belum tentu aman dikonsumsi secara terus menerus. Tahu
merupakan produk makanan yang rentan rusak, maka tak jarang produk berbahan
dasar tahu ditambahkan pengawet seperti formalin agar lebih tahan lama
[CITATION Fer10 \l 1057 ]

Tahu kuning adalah salah satu produk olahan kedelai yang setelah matang
dan dicetak diberi pewarna kuning, biasanya digunakan kunyit. Menurut Gani
(2006), kunyit juga memiliki kekuatan pengawet yang sama dengan formalin .
kekurangan kunyit adalah warnanya dapat berubah setelah beberapa hari,
sehingga untuk mencegah perubahan warna tersebut ditambahkan zat pengawet
buatan salah satu diantaranya adalah formalin.

Tabel 1. Kandungan gizi tahu

No. Unsur Gizi Kadar/100 gr bahan tahu


1. Energi (kal) 7,9
2. Protein (gr) 7,8
3. Mineral (gr) 2,2
4. Kalsium (mg) 124
5. Fosfor (mg) 63
6. Zat besi (mg) 0,8
7. Vitamin A (mcg) 0
8. Vitamin B (mg) 0,06
9. Air 12,5
(sumber : Bayuputra, 2011)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik, mortsr lsbu ukur,
spatula, buret, kertas saring, gelas ukur, pipet ukur, erlenmeyer, gelas beker dan
peralatan gelas lainnya.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan formaldehid, NaOH 1
N, larutan iodin 0,1 N, aquadest, asam sulfat 30%, larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan
indikator kanji.
3.2. Prosedur Kerja

gr sampel yang sudah 1


dihaluskan

(+) aquadest hingga volume 100 mL

Diambil 10 mL larutan, (+) 5 mL lar I2


0,1 N; 20 mL lar KOH 1 N; 5 mL lar
H2SO4 30%

Larutan disimpan ditempat


gelap 15 menit

Dititrasi dgn lar natrium tiosulfat


0,1 N dgn indikator kanji.
Dilakukan perlakuan yg sama
untuk blanko
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar formalin dalam sampel tahu.
Formalin yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan formaldehida. Pada
percobaan ini dilakukan standarisasi Na2S2O3 dan I2 untuk menentukan konsentrasi
sebenarnya. Pada percobaan kali ini, digunakan metode titrasi iodometri. Titrasi
iodometri adalah penitaran dengan iod. Zat-zat yang bersifat pengoksidasi dalam larutan
asam membebaskan iod dari KI. Kemudian iod yang terbentuk di titar dengan tio.
Kelebihan iod menyebabkan larutan menjadi berwarna kuning, akan tetapi selalu
dipergunakan larutan kanji sebagai larutan petunjuk. Larutan kanji digunakan karena
warna pada larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga dapat bertindak sebagai indikator pada
dirinya sendiri. Iod juga memberikan warna ungu kepada pelarut seperti karbon
tetraklorida atau kloroform dan terkadang digunakan untuk mendeteksi titik akhir. Selain
menggunakan metode iodometri, formalin dapat diidentifikasi dengan metode lain secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif formalin dapat digunakan fenilhidrazina yang
akan memberikan warna merah terang jika positif formalin, kemudian dapat digunakan
larutan schiff dimana jika terbentuk warna ungu maka positif formalin. Analisis
kuantitatif formalin selain dengan metode iodometri dapat digunakan spektrofotometer
UV-Vis.
Untuk mengetahui jumlah I2 yang bereaksi dengan formaldehid dilakukan blanko
yaitu dengan melakukan perlakuan yang sama namun tidak menggunakan sampel. Hasil
kadar formalin yang didapat adalah 4,24% dengan kadar tersebut dapat diketahui
volumenya dengan rumus :
V tio x N tio x Fp x Bst HCHO
%= x 100 %
mg sampel
Formaldehid merupakan reduktor kuat sehingga dapat bereaksi dengan I2. Dalam
suasana basa, formaldehid dapat dioksidasi menjadi asam format oleh I 2 yang
ditambahkan berlebih terukur. Kelebihan I2 dapat dilihat dengan Na2S2O3 dalam suasana
asam dengan indikator kanji dengan titik akhir tak berwarna. Adapun reaksinya sebagai
berikut :
HCHO + 2 I2 (berlebih terukur) + H2O  HCOOH + 2 HI + I2
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3  2 NaI + Na2S2O3

Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan,


tetapi jika tertimbun diatas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas
yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005). Menurut International
Programme on Chemichal Safety, lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO,
UNEP serta WHO yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi
secara umum ambang batas aman didalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Sementara
formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah
1,5 mg hingga 14 mg per hari [CITATION IMa07 \l 1057 ]
Formalin dalam makanan sangat dilarang penggunaannya. Formalin dapat
memberikan dampak akut dan kronis bagi kesehatan manusia. Larangan penggunaan
formalin sebagai bahan tambahan makanan telah tercantum dalam Permenkes RI No. 033
tahun 2012, tentang Bahan Tambahan Pangan pada Lampiran II tentang bahan yang
dilarang digunakan sebagai BTP. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu
yang rentan mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan)
usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke
dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan
denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik SIgA (Sekretori Imunoglobulin A)
pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat mengangkal zat asing
masuk ke dalam tubuh. Pada anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem pertahanan
tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya
masuk ke dalam tubuh dan sulit untuk dikeluarkan [CITATION Jud06 \l 1057 ]
Makanan yang mengandung formalin dalam kadar serendah apapun akan tetap
berbahaya terhadap kesehatan. Formalin masuk ke dalam tubuh secara rutin terus
menerus akan mengakibatkan penumpukan pada tubuh. Secara umum dampak
penggunaan formalin pada manusia dapat menurunkan derajat kesehatan dan kemampuan
daya tahan tubuh manusia (Bakohumas, 2005). Allah SWT berfirman dalam QS Al-
Baqarah ayat 195 :
Kَ ‫َّن هَّللا‬K Kِ‫ إ‬Kۛ K‫ا‬K‫و‬Kُ‫ ن‬K‫ ِس‬K‫ح‬Kْ Kَ‫ أ‬K‫ َو‬Kۛ K‫ ِة‬K‫ َك‬Kُ‫ ل‬K‫َّ ْه‬K‫ت‬K‫ل‬K‫ ا‬K‫ ى‬Kَ‫ ل‬Kِ‫ إ‬K‫ ْم‬K‫ ُك‬K‫ ي‬K‫ ِد‬K‫ ْي‬Kَ‫ أ‬Kِ‫ ب‬K‫ا‬K‫ و‬Kُ‫ ق‬K‫ ْل‬Kُ‫ اَل ت‬K‫و‬Kَ Kِ ‫ هَّللا‬K‫ل‬Kِ K‫ ي‬Kِ‫ ب‬K‫ َس‬K‫ ي‬Kِ‫ ف‬K‫ا‬K‫و‬Kُ‫ ق‬Kِ‫ ف‬K‫ ْن‬Kَ‫ أ‬K‫َو‬
K‫ َن‬K‫ ي‬Kِ‫ ن‬K‫س‬Kِ K‫ح‬Kْ K‫ ُم‬K‫ ْل‬K‫ ا‬K‫ب‬
Kُّ K‫ ِح‬Kُ‫ي‬
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah memerintahkan manusia untuk


menjaga diri dari kebinasaan atau hal-hal yang dapat merusak diri sendiri, maka dari itu
manusia perlu menjaga kesehatan jiwa dan raganya. Salah satu pengaplikasian dari ayat
Al-Qur’an tersebut adalah dengan selektif memilih, membeli, dan mengkonsumsi
makanan yang tidak membahayakan bagi tubuh.

Hal yang mendasari produk makanan di dalam Islam adalah yang halal dan yang
baik bagi kesehatan tubuh. Sebagaimana yang terdapat dalan Al-Qur’an surat ‘Abasa ayat
24 :

َ :‫ ْن‬:ِ ‫إْل‬:‫ ا‬:‫ ِر‬:ُ‫ ظ‬:‫ ْن‬:َ‫ ي‬:‫ ْل‬:َ‫ف‬


:ِ‫ ه‬:‫ ِم‬:‫ ا‬:‫ َع‬:َ‫ ط‬:‫ى‬:ٰ :َ‫ ل‬:ِ‫ إ‬:‫ن‬:ُ :‫ ا‬:‫س‬
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya kita sebagai manusia yang mempunyai


akal harus menjaga dan memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi terutama demi
kesehatan sendiri. Selain itu, perlu hati-hati dalam mengkonsumsi segala sesuatu yang
masuk ke dalam tubuh, tidak hanya mementingkan rasa yang enak dan harga yang murah
bahkan tidak boleh mengabaikan resiko yang akan menimpa dikemudian hari.

Upaya yang dapat dilakukan sebagai konsumen yaitu harus mengetahui cara
membedakan makanan yang mengandung formalin dan yang tidak mengandung formalin.
Perlu diketahui, ciri-ciri tahu yang mengandung formalin sebagai berikut :

1. Semakin tinggi kadar formalin, maka tercium bau obat yang sangat menyengat.
Sedangkan tahu yang tidak mengandung formalin akan tercium bau khas kedelai
2. Tahu yang mengandung formalin mempunyai sifat membal dan saat ditekan akan
terasa kenyal. Sedangkan tahu yang tidak mengandung formalin ketika ditekan
akan hancur
3. Tahu yang mengandung formalin akan bertahan lama. Sedangkan tahu yang tidak
mengandung formalin hanya dapat bertahan 1 sampai 2 hari (Mudjajanto, 2014).

Formalin didalam tubuh dimetabolisme menjadi formaldehid. Formaldehid


memiliki waktu paruh yang cepat yaitu T½ 1,5 menit di plasma darah. Kemudian
langsung akan dimetabolisme di jaringan oleh sistem katalase (hydrogen peroxydase)
oleh Enzyme Glutathione-dependent Formaldehyde Dehydrogenase (FDH) nama lainnya
Alcohol-Dehydrogenase-5 (ADH5) dengan enzyme S-Formyl- Glutathione Hidrolase
menjadi asam format. Akumulasi asam format dalam darah memiliki waktu paruh lama
yaitu T½ 90 menit. Kemudian di distribusikan ke seluruh tubuh seperti hepar, ginjal,
paru, otak, saluran cerna, limpa, jantung, testis, dan eritrosit. Formaldehid ada di dalam
tubuh (endogen) normal dengan jumlah 2,5 ppm (2,5 mg /L), formaldehid endogen dan
eksogen semua dimetabolisme menjadi asam format atau CO2 oleh tubuh terutama
enzyme FDH.
Formaldehyde pada karbon biosintesis – tetrahydrofolat dependent memiliki sifat
reaktif terhadap protein purin, thymine, asam amino membentuk rangkaian-rangakaian
protein yang berdekatan sehingga protein sasaran menjadi menggumpal dan tidak dapat
larut merusak nucleus defek DNA dan mengkoagulasi protein. Asam format juga
berperan sebagai inhibior enzim hexokinase dan cholinesterase yang menghambat
oksidasi suksinat dan glikolisis aerobic menyebabkan penurunan sintesis adenosin
triphospat (ATP) sehingga pada tingkatan sel terjadi hipoksia histotoksik. Hipoksia
histotoksik mengakibatkan terganggunya pernafasan aerob membuat oksigenasi ke
jaringan menjadi kurang kemudian dikompensasi dengan mekanisme pernafasan anaerob
agar menghasilkan ATP untuk mempertahankan fungsi sel pada metabolisme anaerob
terjadi glikolisis yang menghasilkan asam laktat.
Formalin masih sangat banyak digunakan oleh para pedagang karena menurutnya
formalin dapat mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah serta dapat
mengawetkan makanan dalam jangka panjang sehingga pedagang tersebut tidak akan
mengalami kerugian yang cukup besar. Dimana mekanisme tahu menjadi awet karena
formalin, tahu memiliki kandungan protein yang akan diikat oleh formalin dimulai dari
bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya
protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih
kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam. Alternatif bahan lain yang bisa digunakan sebagai
pengganti formalin diantaranya adalah kunyit pada tahu, ikan dengan bumbu rempah, dan
fermentasi buah pisang yang difermentasi dengan bakteri asam laktat dan kombinasinya.
Bahan ini dapat memberikan efek menghambat mikroorganisme terutama bakteri
pembusuk sehingga makanan akan bertahan kurang lebih 48 jam dalam suhu ruang.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode


iodometri dapat disimpulkan bahwa pada sampel tahu kuning yang di analisis
mengandung formalin dengan kadar sebesar 4,24 % dan volume titran yang digunakan
adalah sebanyak 2,81 mL.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, S. (2006). Biokimia SMA Negeri 2 Semarang. Semarang: Indie Publishing.


Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Druzik, C.M.G. (1978). Formaldehyde: Detection and Mitigation. WAAC Newsletter.
Ferry, K. (2010). Solusi untuk Mengatasi Penggunaan Formalin dalam Pangan.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. (1982). Kimia Organik, diterjemahkan oleh
Pujaatmaka, A. H., Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gandjar, I.G, dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Herdiantini, E. (2003). Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet dan Pewarna)
yang Dilarang dalam Makanan. Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.
Judarwanto, W. (2006). Ancaman Formalin Bagi Kesehatan.
Mahdi, C., & Mubarak, A. S. (2008). Uji kandungan Formalin, Borak dan Pewarna
Rhodamin pada Produk Perikanan dengan Metode Spot Test. Berkala Ilmiah
Perikanan.
Mudjajanto E.S dan L.N Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya. Jakarta
National Cancer Institue. (2012). Why You Need to Know About Breast Cancer.
Departement of Health and Human Service National Institue of Health.
Oke. (2008). Mengenal Formalin.
Sukayada, I.M.K. (2006). Ada Apa dengan Formalin? Semarang: Universitas
Diponegoro
LAMPIRAN

Perhitungan Volume Titran

V tio x N tio x Fp x Bst HCHO


% = x 100 %
mg sampel

V tio x 0,1 x 10 x 15
4,24 = x 100 %
10 00

42,4 = V tio x 15

2,81 mL = V tio

Anda mungkin juga menyukai