Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya

tahansuatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang

bertujuan untukmemperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam

praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan

penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan non pangan

(Wikanta, 2014).

Formalin merupakan senyawa antimikroba serbaguna yang dapat membunuh

bakteri, jamur, serta virus. Selain itu interaksi antara formalin dengan protein 2

dalam pangan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh, dan bau yang ditimbulkan

oleh formalin menyebabkan lalat tidak mau hinggap. Diketahui bahwa tahu yang

direndam dalam larutan formalin selama 3 menit dapat memperpanjang daya

tahan simpannya pada suhu kamar selama 4-5 hari (Muchtadi, 2010).

Formalin merupakan jenis bahan kimia berbahaya yang masih sering

digunakan secara bebas oleh pedagang atau pengolah pangan yang tidak

bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena formalin jauh lebih murah

dibanding pengawet lainnya, mudah digunakan karena dalam bentuk larutan dan

rendahnya pengetahuan pedagang tentang bahaya formalin (Widyaningsih dan

Murtini, 2010).
Formalin sendiri merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan

pengawet mayat, disinfektan, pembasmi serangga, serta digunakan dalam industri

tekstil kayu lapis dan tidak layak dikomsumsi (Aswatan, 2012).

Oleh karena itu perlu dilakukan uji formalin pada produk pangan seperti ikan

asindan tahu. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui produk apa saja yang

mengandung pengwet buatan (formalin) (Winarno, 2011).

Sesungguhnya, setiap hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar.

Dalam skalakecil, formaldehida –sebutan lain untuk formalin- secara alami ada di

alam. Contohnya gaspenyebab bau kentut atau telur busuk. Di udara ia terbentuk

dari pembakaran gas metanadan oksigen yang ada di atmosfer, dengan bantuan

sinar matahari. Formalin mudah larutdalam air sampai kadar 55 %, sangat reaktif

dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai zatpereduksi yang kuat, mudah

menguap karena titik didihnya rendah yaitu -21ºC (Winarno,20011).

Meskipun Peraturan Menteri Kesehatan sudah menyatakan bahwa

formalinmerupakan bahan tambahan makanan terlarang, ternyata pada

kenyataannya masih banyakpara pedagang/produsen makanan yang “nakal” tetap

menggunakan zat berbahaya ini.Formalin digunakan sebagai pengawet makanan,

selain itu zat ini juga bisa meningkatkantekstur kekenyalan produk pangan

sehingga tampilannya lebih menarik (walaupun kadangbau khas makanan itu

sendiri menjadi berubah karena formalin). Makanan yang rawandicampur bahan

berbahaya ini biasanya seperti bahan makanan basah seperti ikan, mie,tahu hingga

jajanan anak di sekolah (Afrianto, 2013).


Hasil Pengujian Laboratorium Bioteknologi dan Pemanfaatan Limbah

Pertanian padabeberapa sampel mie menunjukkan masih terdapat sampel yang

mengandung formalin.Sampel mie diambil dari beberapa wilayah di Yogyakarta

yaitu mie pentil, mie basah kuning,dan mie mentah untuk mie ayam. Ternyata

masih ditemukan kandungan formalin pada mie

mentah untuk mie ayam. Hal ini dibuktikan dengan pengujian kualitatif kandunga

nformalin dengan menggunakan larutan Fehling A dan Fehling B. Mie yang

bebas formalintidak akan mengalami perubahan warna ketika ditambah kedua

larutan Fehling A-B yaitutetap berwarna biru,namun mie yang berformalin akan

mengalami perubahan warnalarutan dari berwarna biru menjadi berwarna

merah. Perubahan warna disebabkan olehreaksi Fehling A dan B dengan formalin

atau formaldehid yang akan membentuk endapan CU2O yang berwarna merah

(Afriyanto,2013)

Pemakaian formalin pada mie atau jenis makanan lain dapat menyebabkan

keracunantubuh manusia dengan gejala sebagai berikut : sukar menelan, mual,

sakit perut yang akutdisertai dengan muntah-muntah , timbulnya depresi susunan

syaraf atau gangguanperedaran darah.Menurut beberapa sumber baik melalui

penelitian ataupun kajian yang layakdipercaya, penggunaan formalin pada produk

makanan yang beredar di pasaran (baik dipasar modern maupun pasar

tradisional), sudah berada di ambang batas mengkawatirkan.Akankah kita

berpangku tangan dengan kondisi produk makanan yang mengganggu kesehatan?.

Sebagai konsumen “cerdas” pilihlah dan konsumsilah makanan yang bebasdari

racun demi kesehatan kita dan anak cucu kita (Cahya,2016).


1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat kandungan formalin pada bahan makanan?

2. Bagaimana menetukan kadar formalin pada bahan makanan?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengidentifikasi kandungan formalin pada bahan makanan.

2. Untuk Menentukan kadar formalin pada bahan makanan


DAFTAR PUSTAKA

Wikanta 2014. Pedoman Praktikum Bio  Pangan  dan Gizi. Universitas

Muhammadiyah. Surabaya

Winarno. 2011. Kimia Pangan Dan Gizi. gramedia pustaka utama, Jakarta.

Muchtadi D. 2010. Prinsip Teknologi Pangan Sumber Protein. Bandung : Alfabeta

Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murtini,2010, Alternatif Pengganti Formalin Pada

Produk Pangan. Surabaya : Trubus Agirasana

Aswatan, 2012. Mengenal Formalin Dan Bahayanya. Jakarta: Penebar Swadaya

Afrianto, Edi. 2013. Pengawasan Mutu Produk/Bahan Pangan 1. Direktorat

PembinaanSekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar danDepartemen Pendidikan Nasional.

Cahaya, S. 2016 . Bahan Tambahan Makanan, Manfaat dan Dampaknya Terhadap

Kesehatan. Jurnal Info Kesehatan. USU. Medan

Anda mungkin juga menyukai