Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Uji Makanan (Boraks dan Formalin)

Nama

: Novita kumala sari

NIM

: 06121010029

Kelompok

:2

Dosen pengasuh

: Maefa eka

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

I.
II.
III.

Percobaan ke
Judul percobaan
Tujuan percobaan

IV.

Dasar teori

: 6 ( enam )
: Uji Makanan (boraks dan formalin)
: Untuk mengetahui kandungan formalin pada makanan

Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek bahan pangan yang
memberikan cita rasa yang enak, tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal
yang dimana bahan pangan itu baik untuk dikonsumsi, baik dalam hal cita rasa maupun
komposisi penyusun dari makanan itu sendiri.
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu
diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya
dapat berupa positif maupun negative bagi masyarakat. Penyimpanan dan penggunaannya
akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan
bangsa.
Saat ini, bahan tambahan pangan sulit untuk kita hindari karena kerap terdapat dalam
makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, khususnya makanan olahan. Apalagi
penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas maksimum penggunaan dan
bahan tambahan kimia yang dilarang penggunaannya (berbahaya) yang kerap menjadi isu
hangat di masyarakat. Sama halnya seperti bahan pengawet lainnya, bahan tambahan pangan
seperti formalin dan boraks merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan dalam
makanan namun keberadaannya di sekitar kita sudah tidak dapat dihindari karena begitu
banyaknya produsen yang dengan sengaja menggunakan formalin dan boraks dalam
mengolah produksi pangan misalnya seperti produk olahan daging yakni bakso maupun
siomay, guna tujuan tertentu tanpa memperdulikan dampak yang akan ditimbulkan.
Boraks
Bahan kimia berbahaya lain yang sering digunakan pada produk olahan pangan
adalah boraks. Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak
merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri
nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet
(Didinkaem, 2007). Di industri farmasi, boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat
seperti bedak, larutan kompres, obat oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata.
Bahan industri tersebut tidak boleh diminum karena beracun (Winarno, 1997).

Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya

bersifat basa,

mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih
tak berwarna dan tak berbau serta agak manis. Baik boraks ataupun asam borat memiliki
khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme).
Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut,
bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan
pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006).
Asam borat dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau klorida pada boraks.
Larutannya dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata yang dikenal sebagai
boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung dan salep luka
kecil. Tetapi bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada bekas luka luas, karena
beracun bila terserap oleh tubuh (Winarno dan Rahayu, 1994).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti
bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk
mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007).
Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam
makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar
uapnya, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu
sebelumnya telah diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api
berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau maka sampel
dinyatakan positif mengandung boraks(Yellashakti, 2008).
Formalin
Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03
yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna, berbau pedas
(menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah
larut dalam etanol dan eter (Moffat, 1986).
Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan
sebaiknya pada suhu diatas 20C (Ditjen POM, 1979). Formalin sudah sangat umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan
banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam
berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian,
pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya

digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan
sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan
kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan pencegah korosi untuk
sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk
produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).
Produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet
makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi
konsumen yang memakannya. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing menunjukkan
bahwa pemberian formalin dalam dosis tertentu pada jangka panjang bisa mengakibatkan
kanker saluran cerna. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan risiko kanker faring
(tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin
melalui hirupan (Yuliarti, 2007).
Uap formalin sangat iritatif, dapat menyebabkan rasa yang menyengat dan rasa
menusuk dalam hidung dan menyebabkan keluarnya air mata. Formalin sangat cepat
diabsorbsi dari saluran pencernaan dan juga paru-paru. Formalin yang masuk melalui saluran
pernafasan menyebabkan bronkitis, pneumonitis, kerusakan ginjal, dan penekanan susunan
saraf pusat (Groliman, 1962).
Efek formalin jika tertelan menyebabkan gangguan pencernaan, asidosis yang kuat,
karena formalin dalam tubuh mengalami metabolisme menjadi asam formiat, karbondioksida,
metanol, dan dalam bentuk metabolit HO-CH 2 alkilasi (Theines dan Halley, 1955). Formalin
juga dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, diare, bahkan kematian jika dikonsumsi
pada jumlah yang melewati ambang batas aman (Gazette, 2003).
Efek jangka pendek dari mengkonsumsi formalin antara lain terjadinya iritas pada
saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa terbakar pada tenggorokan. Efek jangka
panjangnya adalah terjadinya kerusakan organ penting seperti hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, sistem susunan saraf pusat, dan ginjal (Lee, et all 1978). Batas normal tubuh dapat
menetralisir formalin dalam tubuh melalui konsumsi makanan adalah 1,5 sampai 14 mg
setiap harinya. Mengkonsumsi secara terus menerus dan dalam skala cukup tinggi dapat
menyebabkan mutasi genetik yang berakibat pada meningkatnya kemungkinan terkena
kanker (Anonim, 2006). The United States Environmental Protection Agency (USEPA) yang
merupakan salah satu badan perlindungan makanan dunia menetapkan nilai ADI (Acceptable
Daily Intake) formalin sebesar 0,2 mg/kg berat badan.

V.

Alat dan bahan


Alat : Cawan porselen/mortal

Bahan : Bakso

Plat tetes

Mie kuning

Pipet tetes

Pempek

Beker gelas

Kunyit

Saringan

Ubi ungu
Larutan boraks
Formalin
Aquadest

VI.

Prosedur Percobaan

Uji boraks

1. Sebelum menguji boraks pada makanan kita lakukan dahulu uji boraks
2. Tetesi boraks (garam bleng) dengan kunyit, buah naga dan larutan ubi ungu masingmasing pada tempat yang berbeda. Boraks akan berwarna merah kecoklatan jika ditetesi
kunyit, dan berwarna coklat muda ditetesi larutan ubi ungu. Untuk buah naga setelah
ditetesi berwarna ungu ke merah mudaan.
3. Bakso kita lumatkan di dalam krus porselen lalu angin-anginkan
4. Tetesi bakso tersebut dengan air kunyit dan ubi ungu. Biarkan selama kurang lebih
lima menit
5. Amati warna yang nampak pada bakso yang ditetesi air kunyit dan ubi ungu,
bandingkan dengan warna boraks yang ditetesi dengan kunyit dan ubi ungu.
6. Lakukan dengan cara yang sama pada pempek ikan, tahu putih dan mie kuning.
7. Catat hasil pengamatan dan simpulkan

Uji formalin

1. Mengambil larutan formalin yang ada pada wadah plastic dengan menggunakan pipet
tetes. Pada praktikum ini formalin digantikan dengan KMnO4 1 M.
2. Meneteskan larutan KMnO4 1 M tersebut pada bakso, mie kuning, tahu putih dan
pempek yang ada di cawan porselen
3. Menunggu beberapa saat sambil mengamati perubahan yang terjadi baik perubahan
pada bakso, mie kuning dan pempek maupun pada larutan tersebut
4. larutan atau sampel yang berubah menjadi warna coklat mengindikasikan formalin
5. Mencatat hasil pengamatan berdasarkan pengamatan yang dilakukan
VII.

Hasil Pengamaatan

Identifikasi boraks

No

Sampel

Kunyit

Buah Naga

Ubi Ungu

Bakso Solo Rasa

Ada indikasi boraks

Negative terhadap

Ada indikasi

Timbangan

dengan konsentrasi

indikator

boraks dengan

rendah
2

Bakso Kantin FKIP

konsentrasi rendah

Ada indikasi boraks

Negative terhadap

Negative terhadap

dengan konsentrasi

indikator

indikator

Negative terhadap

Negative terhadap

Negative terhadap

indikator

indikator

indikator

Negative terhadap

Negative terhadap

Negative terhadap

indikator

indikator

indikator

rendah
3

Pempek Putri

Tahu Sumedang

Mie Kuning

VIII.

Positif

boraks

mengandung

mengandung

boraks

boraks

Identifikasi Formalin

No.
1
2
3
4
5

Positif mengandung Positif

Sampel
Bakso Solo Rasa Timbangan
Bakso Kantin FKIP
Pempek Putri
Tahu Sumedang
Mie Kuning

Negatif
V
V
-

Hasil
Positif
V
V
V

Mekanisme reaksi
Uji formalin
R-CHO + 2 KMnO4 (ungu)

R-COOH + MnO2 (coklat) + H2O

Uji boraks
Boraks + Kurkumin Rosocyanine
Na2B4O7 + C21H20O6 B[C21H19O6]2Cl

IX.

Pembahasan

Pada uji boraks, sampel bakso, pempek, tahu putih dan mie kuning ada yang
dinyatakan positif atau mengandung boraks karena melalui indentifikasi boraks dengan
cara memberikan larutan boraks pada ubi ungu, buah naga dan kunyit sebagai standar
untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung boraks, sampel yang setelah ditetesi
ubi ungu, buah naga dan kunyit apabila berubah seperti warna pada standar
mengindikasikan terdapat boraks pada komposisinya. Dari tiga indikator yang digunakan
yaitu kunyit, buah naga dan ubi ungu hanya kunyit yang bisa diamati dengan jelas
perubahan warnanya. Untuk buah naga dan ubi ungu kurang jelas perubahannya sehingga
sulit mengamatinya. Pada indikator kunyit bakso yang kami uji diindikasikan
mengandung boraks dengan konsentrasi yang rendah, untuk pempek dan tahu putih
negatif mengandung boraks sedangkan mie kuning positif mengandung boraks. Untuk
indikator ubi ungu hanya bakso solo rasa timbangan dan mie kuning yang bisa diamati
terindikasi boraks, sedangkan bakso kantin FKIP tidak, padahal pada indikator kunyit
bakso kantin fkip terindikasi mengandung boraks. Sementara indikator buah naga semua
sampel negatif terhadap indikator, yang menandakan bahwa buah naga kurang efektif
untuk digunakana sebagai indikator.
Penggunaan boraks pada produk pangan sebenarnya sangat tidak dianjurkan karena
dapat berakibat fatal pada kesehatan tubuh yang mengonsumsinya. Meskipun boraks
dilarang penggunaannya tetapi di kalangan industri kecil maupun besar tidak
mempedulikan hal tersebut. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit.
Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan.
Untuk uji formalin dilakukan dengan larutan KMnO4 sebagai indikator larutan
KMnO4 yang semula berwarna ungu ditetesi pada setiap sampel, kemudian sampel yang
mengalami perubahan warna larutan KMnO4 nya menjadi warna agak kecoklatan
diindikasikan mengandung formalin. Dari sampel yang kami gunakan bakso solo rasa
timbangan, tahu putih sumedang dan mie kuning positif mengandung formalin dalam
komposisinya. Sedangkan bakso kantin FKIP dan pempek Putri negatif terhadap
formalin. Dari semua sampel mie kuning yang paling berbahaya untuk di konsumsi
karena mengandung boraks dan formalin, sedangkan pempek putri yang paling aman
untuk dikonsumsi karena negatif terhadap boraks dan formalin.
Formalin memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh bila sampai terkonsumsi oleh
tubuh. Lee, et all (1978) mengemukakan bahwa efek jangka pendek dari mengkonsumsi

formalin antara lain terjadinya iritas pada saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing,
dan rasa terbakar pada tenggorokan. Efek jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan
organ penting seperti hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat, dan
ginjal.
X.

Kesimpulan
1. Makanan yang mengandung boraks akan berwarna orange kecoklatan setelah
ditetesi cairan kunyit.
2. Makanan yang mengandung boraks akan berubah warna dari coklat menjadi lebih
pudar coklatnya setelah ditetesi cairan ubi ungu.
3. Makanan yang mengandung boraks akan berwarna ungu kemerah mudaan setelah
ditetesi buah naga, namun pada percobaan kami tidak ada yang berubah.
4. Bakso kantin fkip

diindikasi mengandung boraks dengan komsentrasi yang

rendah, sedangkan bakso solo rasa timbangan diindikasi mengandung boraks dan
formalin.
5. Pempek putri negatif mengandung boraks dan formalin
6. Tahu putih sumedang negatif mengansung boraks dan positif mengandung
formalin
7. Mie kuning positif mengandung boraks dan formalin dengan konsentrasi cukup
tinggi.

XI.

Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Uji kandungan boraks dalam makanan.
http://www.praktikumbiologi.com/2014/02/uji-kandungan-boraks-dalam-makanan.html
Dewi,rahmita. 2013. Uji boraks dan formalin.
http://rachmitadewii.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo_7617.html

Syaroni. 2014. Laporan uji boraks. http://syaroniipa.blogspot.com/2014/03/laporan-ujiboraks.html.

Anda mungkin juga menyukai