Anda di halaman 1dari 41

Laporan praktikum

KIMIA FARMASI
“ANALISIS KUALITATIF FORMALIN PADA MAKANAN”

OLEH :

KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : B-D3 FARMASI
ASISTEN : NICK BRIAN M. WANGI

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

1
Lembar Pengesahan

KIMIA FARMASI
“ANALISI KUALITATIF FORMALIN PADA MAKANAN”

OLEH

KELOMPOK : I

1. Anzaly Farni Amali Khantohe 821319067


2. Andi Fani Ryanti 821319066
3. Agnes Nyungo 821319040
4. Mutiara J. Dalili 821319049
5. Muhamad Yahya Muchtar 821319062

Gorontalo, Maret 2021 NILAI

Mengetahui

NICK BRIAN M. WANGI

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“ Analisis Kualitatif Formalin Pada Makanan ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Kimia Farmasi. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Analisis Kualitatif Formalin Pada Makanan
dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami
mengucapkan terima kasih telah memberikan tugas laporan ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan pratikum ini. Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2021

Kelompok I

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Maksud Percobaan.............................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan...............................................................................2
1.4 Prinsip Percobaan...............................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3
2.1 Dasar Teori.........................................................................................3
2.2 Uraian Bahan.....................................................................................9
BAB 3 METODE KERJA...........................................................................10
3.1 Waktu dan tempat...............................................................................13
3.2 Alat dan bahan....................................................................................13
3.3 Cara Kerja..........................................................................................13
BAB 4 HASIL PENGAMATAN.................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan...............................................................................15
4.2 Pembahasan........................................................................................15
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................20
5.1 Kesimpulan........................................................................................20
5.2 Saran..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan
ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk
yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Farmasi juga
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik,
memformulasi, mengidentifikasi , mengombinasi, menganalisis, serta
menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman. Salah satu cabang ilmu farmasi,yaitu kimia
farmasi.
Kimia farmasi merupakan salah satu ilmu yang tujuannya untuk
mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari bahan obat-obatan. Kimia farmasi atau
kimia dalam dunia farmasi memiliki banyak pengaruh dan cabang ilmu
diantaranya kimia dasar, kimia analisis, kimia organik, kimia fisik dan lain-lain.
Kimia farmasi juga berkaitan erat dengan bahan pangan makanan dan proses
bahan makanan.
Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk keamanan daya
tahan suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang
bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam
praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum mengerti perbedaan
penggunaan bahan pengawet untuk bahan-bahan pangan dan non pangan.
Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak
digunakan untuk mengawetkan makanan.
Formalin (CH20) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari hydrogen,
oksigen, dan karbon. Formalin dalam konsentrasi kecil dapat digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai bahan non pangan seperti pembersih rumah tangga,
pelembut, lilin, dan karpet (Yulianti, 2011).

5
Kegunaan formalin lainnya adalah obat pembasmi hama untuk membunuh
virus ,bakteri, jamur, dan benalu yang efektif pada konsentrasi tinggi, bahan
peledak dan sebagainya.
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan
manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia
dengan hampir semua zat di dalam sel, menekan fungsi sel dam menyebabkan
kematian sel, sehingga menimbulkan keracunan pada tubuh. Formalin termasuk
dalam daftar bahan tambahan kimia yang dilarang digunakan (Kurniawati dalam
Cahyadi,2012).
Kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi
lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutage 
n (menyebabkan perubahan fungsi sel atau jaringan), serta orang yang
mengkomsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing darah, dan
kematian yang
disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap diudara  b
erupa gas tidak berwarna, dengan bau yang  tajam  menyesakan sehingga merangs
ang hidung, tenggorakan, dan mata.
Faktor utama penyebab penggunaan formalin pada makanan adalah tingkat
pengetahuan konsumen yang rendah mengenai bahan pengawet, daya awet
makanan yang dihasilkan lebih bagus, harga murah, tanpa peduli bahaya yang
dapat ditimbulkan. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang
cenderung membeli makanan dengan harga murah tanpa mengindahkan kualitas.
Sulitnya membedakan makanan biasa dengan makanan dengan penambahan
formalin, juga menjadi salah satu pendorong perilaku konsumen tersebut.
Deteksi formalin secara akurat hanya dapat dilakukan dilaboratorium
dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu uji formalin.
2.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dari makanan yang menggunakan
formalin dengan makanan yang tidak menggunakan formalin.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara identifikasi formalin yang
terkandung pada makanan.

6
2.3 Manfaat Percobaan
Mahasiswa dapat membedakan makanan yang tidak mengandung formalin
dengan makanan yang mengandung formalin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori
2.1.1 Pengertian formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama
lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde, dan Formalith. (Arisworo, 2006). Formalin adalah larutan yang
tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin mengandung
sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15
persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Berat Molekul Formalin
adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini
memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang
dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada
pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap.
Formalin merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehata.
Formalin merupakan nama dagang dari larutan formaldehida. Sebenarnya
formalin adalah desinfektan yang aktif terhadap bakteri, virus dan cendawan, serta
berguna untuk mengawetkan jaringan. Di bidang kedokteran, zat kimia ini
digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dan mayat. Sedangkan di bidang
industri digunakan pada industri mesin, tekstil, pupuk dan kimia. Pada setiap
kemasan formalin selalu diberi label dengan tanda gambar tengkorak. Kemasan

7
formalin di dasar kotak berwarna jingga yang berarti bahan beracun berbahaya.
Bahan dasar formalin yang banyak beredar di pasar umumnya mempunyai
konsentrasi 37- 40%. Formalin sebagai antibacterial agent dapat memperlambat
aktivitas bakteri. Dalam makanan yang mengandung banyak protein, maka
formalin bereaksi dengan protein dalam makanan tersebut dan membuat makanan
awet. Tapi ketika masuk ke dalam tubuh, maka dia bersifat mutagenik dan
karsinogenik yang dapat merusak organ tubuh.
Formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan
pencernaan. Kandungan formalin pada makanan tidak dapat dihilangkan
meskipun sudah dilakukan perendaman atau pencucian dengan air panas.
Formaldehid inilah zat aktif yang membuat formalin berguna sebagai bahan baku
pabrik-pabrik mesin plastik, peledak, senyawa busa, disinfektan, dan insektisida.
Namun formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka di pasar. Karena ia
berwujud gas tak berwarna dan berbau sangat tajam, dengan titik leleh -21 dan -92
derajat celcius. Formaldehid sangat beracun dan menyebabkan iritasi selaput
lendir, pada pernapasan atas, mata, juga kulit. Ia juga dapat mengakibatkan reaksi
alergi, kerusakan ginjal, kerusakan gen, dan mutasi yang dapat diwariskan.
Sifat merusak ini terletak pada gugus Carbon Oksida (CO) atau aldehid.
Gugus ini bereaksi dengan gugus amina, pada protein menghasilkan metenamin
atau heksametilentetramin.Formaldehid akan bereaksi dengan Dioxyribosa
Nucleic Acid (DNA) atau Ribonucleic Acid (RNA) sehingga data informasi
genetik menjadi kacau. Akibatnya, penyakit-penyakit genetik baru mungkin akan
muncul. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan
cacat gen. Tambahan lagi, bila sisi aktif dari protein-protein vital dalam tubuh
dimatikan oleh formaldehid, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi
dalam metabolisme. Akibatnya, kegiatan sel akan terhenti. Itu sebabnya, wadah-
wadah formaldehid harus diberi label tengkorak. Artinya beracun. Dan, perlu
kehati-hatian dalam menanganinya. Tapi formaldehid dalam formalin tidak
sereaktif formaldehid murni. Meski larutan yang stabil dengan titik didih 96 ˚C ini
tetap merupakan pereduksi sangat kuat. Ia juga dapat meracuni tubuh, baik
menyusup lewat pernapasan, pencernaan, maupun kulit. Konsentrasi terendah

8
formalin yang dapat mematikan manusia lewat pernapasan adalah 17 mg per
meter kubik per 30 menit, dan lewat mulut sebesar 108 mg per kilogram berat
badan.
Saat formalin dipakai mengawetkan makanan, gugus aldehid spontan
bereaksi dengan protein-protein dalam makanan. Jika semua formaldehid habis
bereaksi, sifat racun formalin hilang. Protein makanan yang telah bereaksi dengan
formalin tidak beracun dan tidak perlu ditakuti.Namun nilai gizi makanan itu
menjadi rendah, karena proteinnya berubah.
Protein-protein dalam tahu berformalin, misalnya, menjadi sukar
dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (tripsin). Modifikasi struktur rantai
samping residu lisin dan arginin akibat reaksi dengan formaldehid membuat pusat
aktif tripsin tidak mampu mengenali sisi spesifik pemutusan ikatan peptida pada
protein tahu. Ini yang membuat tahu berformalin jauh lebih sulit dicerna
ketimbang tahu bebas formalin. Makanan berformalin akan beracun hanya jika di
dalamnya mengandung sisa formaldehid bebas. Sisa formaldehid bebas (yang
tidak bereaksi) hampir selalu ada dan sulit dikendalikan. Itulah sebabnya, formalin
untuk pengawet makanan tidak dianjurkan karena sangat berisiko. Cara sederhana
untuk menghilangkan sisa formaldehid bebas dalam formalin adalah penguapan
sampai kering (di atas 100 ˚C).Tidak menggunakan formalin untuk bahan
pengawet makanan adalah langkah terbaik. Bahan beracun tak identik dengan
bahan tidak bermanfaat. Formalin memang bukan untuk pengawet makanan. Sifat
racun formalin cocok untuk antiseptik toilet, disinfektan, senyawa pembalsem,
dan pensteril tanah.
2.1.2 Kegunaan formalin
Secara lazim formalin banyak digunakan dalam industri dan juga dalan
dunia sanitasi,antara lain digunakan sebagai:
1. Bahan pengawet mayat dan specimen penelitian.
2. Untuk membuat toksoid dalam imunolok.
3. Kadar 8% digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran.
4. Formalin 8% dalam larutan alcohol 70% untuk sterilisasi sputum pasien
tuberculosis.

9
5. Formalin digunakan sebagai desinfektan alat-alat hemodialisis dan indoskopi
karena sifat non korosifnya.
6.  Bahan pengawet dalam pembuatan produk kosmetik termasuk catkuku.
7. Bahan pengawet pencuci piring, shampo mobil, lilin, perawat sepatu, serta
produk pembersih rumah tangga dalam kosentrasi di bawah 1%.
8. Pembasmi lalat dan serangga lainnya (insektisida).
9. Menghilangkan bakteri yang biasa hidup pada sisik ikan.
10. Bahan pembuat sutera buatan.
11. Penguat warna cat pada perabotan rumah tangga termasuk peralatan makanan
yang terbuat dari melamin.
12. Pembuatan cermin kaca.
13. Dalam fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas.
14. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
15. Sebagai campuran bahan peledak.
16. Bahan pembuatan produk parfum.
17. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood.)
18. Pencegah korosi pada sumur minyak bumi.
2.1.3 Akibat yang ditimbulkan dri formalin
A. Bahaya jangka pendek paparan formalin murni
Formalin dalam keadaan murni sering digunakan pada industri kayu lapis,
industri cat, pengawetan mayat, dan lain sebagainya. Untuk itu perlu diwaspadai
bahaya formalin yang dapat timbul dalam jangka pendek. Uap formalin rentan
untuk terhirup antara lain:
1. Iritasi, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan.
2. Batuk-batuk
3. Gangguan pernafasan
4. Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti: radang paru,
pembengkakan paru
5. Tanda-tanda umum : bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan,
jantung berdebar, mual muntah

10
6. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian Formalin
murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat mudah terpercik, misalnya
saat menuang formalin jika mengenai kulit, maka pada kulit akan terjadi
perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras dan mati
rasa. Jika larutan formalin mengenai mata maka dapat menimbulkan iritasi mata,
mata menjadi merah, sakit, gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.
Pada konsentrasi tinggi menyebabkan rusaknya lensa mata. Keadaaan yang paling
mengkhawatirkan adalah pada saat formalin atau larutannya tertelan. Hal ini akan
mengakibatkan:
a. Mulut, tenggorokan, perut terasa terbakar
b. Sakit jika menelan
c. Mual, muntah, diare
d. Sakit perut yang hebat
e. Sakit kepala yang hebat
f. Tekanan darah turun
g. Dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal dan
susunan syaraf pusat
h. Kejang, tidak sadar hingga koma.
B. Bahaya jangka panjang paparan formalin murni
Bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada jangka panjang jika terjadi
pemaparan formalin secara terus menerus adalah :
1. Radang selaput lendir hidung
2. Batuk-batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru
3. Kanker pada hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak
4. Luka pada ginjal
5. Gangguan haid dan kemandulan pada wanita
6. Efek neuropsikosis : sakit kepala, mual, gangguan tidur, cepat marah,
7. Keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat
berkurang .
Hal ini terjadi pada saat uap formalin terhirup secara terus menerus dalam
waktu yang relative lama. Pemaparan formalin murni atau larutannya pada kulit

11
pada jangka waktu lama akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna kulit,
kulit terasa terbakar, menjadi merah, mengeras, mati rasa dan radang kulit yang
menimbulkan gelembung dapat merusak jaringan tubuh serta bahan yang bersifat
iritasi yaitu bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput
lendir dapat menyebabkan peradangan. Formalin termasuk bahan yang bersifat
iritasi dan karsinogenik.
2.1.4 Karakteristik formalin
Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH.
Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel
tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus
– NH2 dari protein yang ada pada tubuh  membentuk senyawa yang mengendap.
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Larutan formalin mengandung 30-50% gas formaldehid dan ditambahkan
metanol sebanyak 10-15% untuk mencegah terjadinya polimerisasi formaldehid.
Formaldehid merupakan bentuk aldehid yang paling sederhana. Formaldehid
bersifat mudah terbakar, berbau tajam, tidak berwarna, dan mudah dipolimerisasi
pada suhu ruang. Formadehid bersifat larut di dalam air, aseton, benzene, dietil
eter, kloroform, dan etanol (IARC, 1982).Pada suhu 150ºC, formaldehid mudah
terdekomposisi menjadi metanol dan karbonmonoksida. Formaldehid mudah
dioksidasi oleh oksigen di atmosfer membentuk asam format, yang kemudian
diubahmenjadi karbondioksida oleh sinar matahari (WHO, 2002).
2.1.5 Nama lain formalin
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama
berbeda-beda antara lain:
a. Formol
b. Morbicid
c. Methanal
d. Formic aldehyde
e. Methyl oxide
f. Oxymethylene

12
g. Methylene aldehyde
h. Oxomethane
i. Formoform
j. Formalith
k. Karsan
l. Methylene glycol
m. Paraforin
n. Polyoxymethylene glycols
o. Superlysoform
p. Tetraoxymethylene
q. Trioxan
2.1.6 Cara penyimpanan formalin
a. Hindari menyimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 150C.
b. Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium
murni, polietilen atau polyester yang dilapisi fiberglass.
c. Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi, tembaga, nikel atau
campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi atau dilapisi.
d. Hindari menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada
di atas 60 derajat celcius (Astawan, Made, 2006)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM RI, 1979 :65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus Molekul : C2H6OH
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,

13
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform dan
eter
Khasiat : Sebagai antiseptic
Kegunaan : Kegunaan untuk membersihkan alat.
Penyimpanan :  Dalam wadah tertutup baik terlindungdari  cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.3 Asam kromatofat (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Chromatophic Acid
Nama Lain : Asam kromatofat
Rumus Molekul :   C10H8O8S2
Berat Molekul : 320,2 g/mol
Rumus Struktur :

14
Pemerian :  Cairan berwarna ungu muda sampai dengan
ungu tua
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol dapat
larut dengan asam sulfat 60% dan 72% dapat
dilakukan dengan melarutkan natrium
kromatofat dan ditambahkan asam sulfat.
Kegunaan : Reagen
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDIUM SALICYLUM
Nama lain :  Asam Salisilat
Rumus molekul :  C7H6O3
Berat molekul : 138,12 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian :  Hablur ringan tak berwarna atau serbuk berwarna


Putih hamper tidak berbau, rasa agak manis dan
tajam
Kelarutan :  Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
bagian etanol 95% P, mudah larut dalam
kloroform P dan   dalam eter P. Larutan dalam
larutan amonium asetat P, dinatrium
hidrogenfosat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat
P.
Kegunaan : Sebagai sampel.
Khasiat : Keratolitikum, anti fungi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.5 HCL (DEPKES,1979; hal 53)
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDIUM

15
Nama Lain : Asam Klorida
Berat molekul : 36,46
Rumus Molekul : HCL
Rumus struktur  :

Pemerian : Cairan tidak berwarna,


berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan dua bagian air asap dan
bau akan hilang.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol
Penyimpanan : Baik dalam wadah tertutup
2.2.6 Kalium Permanganat ( FI Edisi III, hal 330)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama Lain : Kalium permanganat
Berat Molekul : 158,03 g/mol
Rumus Molekul : KMnO4
Rumus Struktur :

Pemerian : Habrur mengkilap unggu tua hampir lebur tidak


Berbau, rasa manis sepat
Kelarutan : Larut dalam beberapa bagian air mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Sebagai penitran
2.2.7 Fehling (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : FEHLING
Nama lain : Fehling

16
Rumus molekul : KnaC4H4O6.4H2O
Rumus struktur :

Pemerian :  Cairan berwarna biru dan tidak berbau


Kelarutan : Larut yang mudah larut dalam air
Kegunaan : Reagen
Penyimpanan : Dalam wdah tertutup rapat

17
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Farmasi II“Analisis Kualitatif Formalin Pada Makanan”
dilaksanakan pada Selasa tanggal 09 Maret 2021 pukul 11.00 sampai 01.00,
bertempat di Laboratorium Kimia Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga
Dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu handscon, kain kasa,
lumpang dan alu, penangas, pipet tetes, rak tabung reaksi, sudip, dan tabung
reaksi.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 70%,
asam salisilat, asam kromatofat, bakso, Hcl, ikan, kalium permanganat, larutan
fehling, mie basah, nugget, tahu, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Metode Permanganat
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dihaluskan sampel bakso menggunakan lumpang dan alu
4. Diperas menggunakan kain kasa dan diambil filtratnya
5. Diambil 1 ml sampel dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
6. Ditambahkan larutan KMn04 0,1 N sebanyak 3 tetes
7. Diamati perubahan warna, jika warna larutan yang awalnya ungu tua
menjadi pudar/bening maka sampel positif mengandung formalin.
3.3.2 Metode Asam Kromatofat
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

18
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dihaluskan sampel tahu menggunakan lumpang dan alu
4. Diperas menggunakan kain kasa dan diambil filtratnya
5. Diambil 2 ml sampel dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
6. Ditambahkan 3 ml asam kromatofat
7. Ditambahkan 1 ml Hcl
8. Dipanaskan selama 15 menit didalam penangas
9. Diamati perubahan warna, jika sampel berwarna ungu menunjukkan hasil
positif mengandung formalin
3.3.3 Metode Asam Sitrat
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dihaluskan sampel mie menggunakan lumpang dan alu
4. Diperas menggunakan kain kasa dan diambil filtratnya
5. Diambil 1 ml sampel dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
6. Ditambahkan 3 ml Hcl dan 0,2 g asam salisilat
7. Diamati perubahan warna, sampel warna merah tua yang stabil
menunjukkan hasil positif mengandung formalin.
3.3.4 Metode Fehling
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Dihaluskan sampel ikan menggunakan lumpang dan alu
4. Diperas menggunakan kain kasa dan diambil filtratnya
5. Diambil 1 ml sampel ikan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
6. Ditambahkan larutan fehling 1 ml
7. Dipanaskan selama 15 menit didalam penangas
8. Diamati perubahan warna dan endapan, jika warna sampel menjadi biru
tua dan membentuk endapan merah bata maka sampel positif mengandung
formalin.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Sebelum Sesudah

4.1.1 Tabel
No Sampel Metode Hasil Keterangan
Permanganat - Negatif
Asam Kromatofat + Posotif
Bakso
1 Fehling - Negatif
Asam Sitrat + Positif
Permanganat + Positif
Asam Kromatofat + Positif
2 Nugget Fehling - Negatif
Asam Sitrat + Positif
Permanganat + Positif
Asam Kromatofat - Negatif
3
Ikan Fehling - Negatif
Asam Sitrat + Positif

Permanganat - Negatif
Asam Kromatofat + Positif
4 Mie Fehling + Positif

20
Asam Sitrat - Negatif
Permanganat + Positif
Asam Kromatofat - Negatif
5
Tahu Fehling + Positif
Asam Sitrat - Negatif
4.1.2 Hasil Reaksi
1. CH2O + 2KMNO4 + H2O 3CH2O2 + 2KOH + MnO2
2. CH2O + C10H6O8S2Na2 . 2H2O + H2O C6H5O7 + 3O
3. CH2O + C10H6O8S2Na2 . 2H2O + H2O C6H5O7 + 3O
4. CH2O + C6H8O7 + H2O C6H5O7 + H3O
5. CH2O + 2CuO + H2O C6H5O7 + H3O
4.2 Pembahasan
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau
menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa
membakar. Bobot tiap mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air
dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter (Norman and
Waddington, 1983).
Sedangkan menurut literatur lain bahwa Formaldehid membunuh bakteri
dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air) sehingga sel
bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya formalin
tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang
melindungi lapisan di bawahnya supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila
desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh
maka formalin akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi
tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya (Cipta Pangan, 2006).
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi
dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang
berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut
(Herdiantini, 2003). Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi gerakan
penetrasinya lambat sehingga walaupun formaldehid dapat digunakan untuk
mengawetkan sel-sel tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna, kecuali jika
diberikan dalam waktu lama sehingga jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003)

21
Pada percobaan ini akan dilakukan pengujian analisis kualitatif formalin
pada makanan menggunakan beberapa metode yaitu metode permanganat, metode
asam kromatofat, metode asam sitrat, metode fehling. Pertama yang dilakukan
yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, serta dibersih kan alat
dengan menggunakan alkohol 70% yang bertujuan sebagai desinfektan dengan
cara mendenaturasi protein yang dimiliki oleh mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
Karena menurut Favera dan Rutala dalam Tietjen, dkk (2004) penggunaan alkohol
70% bertujuan untuk mensterilkan alat sebagaimana dijelaskan bahwa alkohol
dapat digunakan sebagai larutan disinfeksi jika konsentrasinya 60-90% dan tidak
diencerkan atau dilarutkan atau digunakan secara penuh.
Pada metode permanganat kami menggunakan sampel bakso, nugget, ikan,
mie dan tahu. Pada langkah awal sampel digerus hingga halus menggunakan
lumpang dan alu, kemudian sampel disaring menggunakan kain saring untuk di
ambil fitratnya, kemudian sampel di ambil dan ditambahkan KMnO 4 sebanyak 3
tetes dikocok dan diamati perubahan warna. Untuk bakso hasilnya negative (-),
untuk nugget hasilnya positif (+), untuk Ikan hasilnya Positif (+), Untuk Mie
Hasilnya negative (-), untuk Tahu hasilnya positif (+). Hal ini karena sampel yang
dikatakan negative tidak mengalami perubahan warna apapun, namun untuk
sampel ikan, nugget dan tahu hasilnya positif karena terjadi perubahan warna
menjadi bening. Karena Menurut Kuntum Khaira, (2016) bahwa Uji kandungan
formalin pada makananan biasanya dilakukan melalui pemeriksaan di
laboratorium dengan mengunakan zat kimia. Pada penelitian ini akan dilakukan
pengujian formalin dengan menggunakan zat kimia yaitu kalium permanganat
(KMnO4). Mengenai validasi uji formalin dengan pereaksi schryver dan kalium
permanganat dilaporkan bahwa kalium permanganat merupakan pereaksi spesifik
dari formalin. Pada metode ini fitrat sampel dicampurkan dengan larutan kalium
permanganat (KMnO4) menghasilkan warna coklat maka dapat dikatakan bahwa
sampel ini negatif (-) mengandung formalin. karena tidak berubah menjadi warna
bening. Oleh karena itu kalium permanganat dapat digunakan untuk pengujian
formalin pada sampel-sampel yang diduga mengandung formalin Hal ini
ditunjukkan oleh perubahan warna dari larutan kalium permanganat yang semula

22
berwarna ungu menjadi tidak berwarna setelah bereaksi dengan sampel. Kalium
permanganat merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi formaldehid
yang terkandung dalam formalin yang ditandai dengan hilangnya warna kalium
permanganat dalam waktu beberapa detik setelah tabung reaksi berisi sampel
digoyang-goyangkan (Kuntum Khaira, 2016).
Pada tahap kedua kami menggunakan metode asam kromatofat, sampel
yang sama digunakan pada metode sebelmunya yakni sampel bakso, nugget, ikan,
mie dan tahu. Sampel tersebut digerus hingga halus menggunakan lumpang dan
alu, kemudian sampel disaring menggunakan kain saring untuk di ambil fitratnya,
kemudian sampel di ambil 2 ml .Kemudian ditambahkan asam kromatofat
sebanyak 3 tetes dikocok dan diamati perubahan warna. Untuk bakso hasilnya
positif (+), untuk nugget hasilnya positif (+), untuk Ikan hasilnya neegatif (-),
Untuk Mie Hasilnya positif (+), untuk Tahu hasilnya negatif (-). Hal ini
dikarenakan sampel ikan dan tahu sama sekali tidak terjadi perubahan warna, akan
tetapi untuk bakso, nugget, dan mie mengalami perubahan warna menjadi bening.
Pada metode ini filtrat sampel dicampurkan dengan larutan kalium permanganat
(KMnO4) menghasilkan warna coklat maka dapat dikatakan bahwa sampel ini
Positif (+) mengandung formalin. karena berubah menjadi warna bening. Oleh
karena itu kalium permanganat dapat digunakan untuk pengujian formalin pada
sampel-sampel yang diduga mengandung formalin hal ini ditunjukkan oleh
perubahan warna dari larutan kalium permanganat yang semula berwarna ungu
menjadi tidak berwarna setelah bereaksi dengan sampel. Kalium permanganat
merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi formaldehid yang
terkandung dalam formalin yang ditandai dengan hilangnya warna kalium
permanganat dalam waktu beberapa detik setelah tabung reaksi berisi sampel
digoyang-goyangkan (Kuntum Khaira, 2016).
Berdasarkan literatur lain Asam Kromatofat digunakan untuk mengetahui
keberadaan formalin di dalam sampel secara kualitatif dan dipakai untuk mengikat
formalin agar terlepas dari bahan formalin mampu bereaksi dengan asam
kromatofat sehingga menghasilkan senyawa kompleks yang warnanya merah
muda hingga ungu. kompleks semakin berwarna ungu, mengindikasikan kadar

23
formalin yang semakin tinggi. Jika senyawa Produk yang mengandung formalin
akan menunjukan adanya perubahan warna menjadi merah muda hingga ungu
(Hastuti, 2010). Sedangkan alasan penambahan asam klorida encer berdasarkan
literatur dari metode penelitian dari dari metode penelitian dari Noverda
Ayuchearia (2007), Tambakan 2 tetes larutan yang mengandung formadehid ke
dalam tabung reaksi 5 ml asam kromatofat 0,5% dan ditambahkan 3 ml asam
klorida, maka kedua zat tersebut akan bereaksi larutan menjadi ungu apabila
positif mengandung formalin.
Pada metode selanjutnya kami menggunakan metode asam sitrat sampel
bakso, nugget, ikan, mie dan tahu. sampel dihaluskan hingga halus, kemudian
disaring menggunakan kain saring, kemudian sampel di ambil 1 ml dan di
tambahkan 3 ml hcl dan 20 mg asam salisilat alasan penambahan asam salisilat
dikocok dan di amati perubahan warna merah keunguan. Pada metode ini fitrat
sampel dicampurkan dengan Asam Klorida (HCl) dan asam salisilat (C 7H6O3)
menghasilkan warna yang seharusnya violet akan tetapi beberapa sampel tidak
mengalami perubahan warna. berdasarkan penelitian kami bakso hasilnya negatif
(-), untuk nugget hasilnya positif (+), untuk Ikan hasilnya positif (+), Untuk Mie
Hasilnya negatif (-), untuk Tahu hasilnya negatif (-). Pada literatur menyatakan
bahwa larutan asam sitrat pekat akan membentuk warna violet. Reaksi ini terjadi
berdasarkan kondensasi formaldehida dengan sistem aromatik dari asam
kromatropat, membentuk senyawa berwarna (3, 4, 5, 6-dibenzoxanthylium).
Pewarnaan disebabkan terbentuknya ion karbenium - oksonium yang stabil karena
mesomeri dalam asam salisilat 60% dan larutan dipanaskan selama 15 menit
menggunakan penangas air. Alasan di panaskan agar formalin yang digunakan
sebagai pengawet pada makanan akan mengalami proses penguraian. Adanya
energi panas saat pemanasan dengan suhu 100oC dalam penelitian ini, sehingga
formalin lepas dari ikatan dengan karbohidrat pada sampel bakmi basah Jika
sampel bakmi basah positif mengandung formalin larutan akan berwarna merah
keunguan (Yusthinus, 2017)
Kemudian metode terakhir yaitu kami gunakan metode fehling dengan
menggunakan sampel bakso, nugget, ikan, mie dan tahu, sampel di haluskan

24
hingga halus, kemudian sampel di saring menggunakan kain saring untuk di ambil
fitratnya, kemudian sampel di ambil 1 ml dan di tambahkan 1 ml larutan fehling,
dipanaskan diamati perubahan warna menjadi merah bata. Untuk bakso hasilnya
positif (+), untuk nugget hasilnya negatif (-), untuk Ikan hasilnya negatif (-),
Untuk Mie Hasilnya negatif (-), untuk Tahu hasilnya negatif (-). Jadi berdasarkan
penelitian Nia Surya Wijayanti (2016) dengan sampel ikan asin bahwa perubahan
warna yang terjadi, jika apabila warna biru berubah menjadi warna hijau dan
terdapat endapan berwarna merah maka sampel tersebut positif (+) mengandung
formalin. Serta berdasarkan penelitian Wijayanti dan Lukitasari (2016), ditetesi
fehling sebanyak 1 ml, lalu kocok sampai warna berubah menjadi biru.
Memasukkan tabung reaksi yang sudah ditetesi fehling kedalam aquades yang
telah dipanaskan. Mengamati perubahan warna yang terjadi, apabila warna biru
berubah menjadi warna hijau dan terdapat endapan berwarna merah maka sampel
ikan asin tersebut positif (+) mengandung formalin. Namun apabila dibandingkan
dengan hasil sama sekali tidak terdapat endapan berwarna merah.
Kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh praktikan saat melakukan
percobaan, yaitu praktikan kurang teliti dalam pengukuran larutan, kesalahan
dalam penimbangan, serta kurang teliti dalam menganalisis hasil akhir pada
sampel.

25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Perbedaan pada makanan yang telah tercampur dengan formalin yaitu
terlihat pada nampak makanan itu, sehingga makanan tersebut lebih terlihat
memiliki warna yang lebih mengkilap, tidak lengkep, bertekstur keras,dan kenyal.
2. Dari kelima sampel yang kita gunakan pada saat praktikum keempat
sampel tersebut mendapatkan hasil yang negatif dalam penggunaan formalin
tetapi pada sampel nugget kami mendapatkan positif dalam penggunaan formalin
dengan menguji sampel tersebut memakai metode asam kromatofat, dan
memenuhi syarat pada metode tersebut.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan adanya penambahan dan perbaikan sarana serta prasarana
untuk membantu dalam prose perkuliahan.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium


Diharapkan adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar
lebih lengkap sehingga jalannya praktikum lebih efisien baik dalam waktu maupun
hasilnya.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar meningkatkan kerja sama antara asisten dan praktikan
dengan banyak memberi wawasan praktek laboratorium kimia farmasi. Hubungan
antara asisten dan praktikan diharapkan selalu terjaga keharmonisannya agar dapat
tercipta suasana kerja yang baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. WHO Drug Information, Vol 16, No.3. Geneva: World Health
Organization.

Arisworo, D. Yusa. Dan Sutresna, N. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam

(Fisika, Biologi, Kimia). Bandung : Grafindo Media Pratama.

Astawan, Made, 2006. Mengenal Formalin Dan Bahayanya. Jakarta: Penebar


SwadayaCipta Pangan. 2006. Formalin bukan formal. (diakses 22 April
2015)

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2002.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Cipta Pangan. 2006. Formalin bukan formal. (diakses 22 April 2015)
Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.Halaman 155, 159

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Eka Herdiantini. (2003). Analisis Bahan Tambahan Kimia (bahan Pengawet dan
Pewarna) yang Dilarang Dalam Makanan. Bandung: Universitas
Pasundan

Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin
di Madura. Jurnal Agrointek. 4(2):132-137

International Agency for Research on Cancer (IARC), (1982), Some Industrials


Chemicals and Drystuffs. IARC Monograph.

Khaira, K. 2016. Pemeriksaan Formalin pada Tahu yang Beredar di Pasar


Batusangkar Menggunakan Kalium Permanganat (KMnO4) dan Kulit
Buah Naga. [Skripsi]. Jurusan Tarbiyah. STAIN Batusangkar

Male, Yusthinus T.; Lina I. Letsoin dan Netty A. Siahaya. 2017. Analisis
Kandungan Formalin Pada Mie Basah Pada Beberapa Lokasi Di Kota
Ambon. Majalah BIAM 13 (02) Desember (2017) 5-10.

27
Nia Surya Wijayanti dan Marheny Lukitasan (2016). Analisis Kandungan
Formalin Dan uji  organoleptis Ikan Asin Yang Beredar Di Pasar Besar
Madiun

Norman, R.O.C and D.J. Waddington, 1983. Modern Organic Chemistry. New
York: Colliens Educational.

Pratiwi, Sylvia., T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Jakarta, Erlangga.

Rinto, 2009. Kajian Keamanan Pangan (Formalin, Garam, Dan Mikrobia) Pada
Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya. Jurnal pembangunan manusia

Tietjen., Linda., dkk.(2004). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas


Pelayanan Dengan Sumber Daya Terbatas. Penerbit Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawiroharjo.

28
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Lampiran 1

a. Alat
N Nama alat Gambar Fungsi
O

1. Kain saring Untuk memisahka sampel


dengan cairan pada sampel

2. Lumpang dan Untuk menghaluskan sampel


alu

3. Neraca Untuk menimbang bahan kimia


analitik

4. Penangas Untuk memanaskan aqudest

5. Pipet Untuk memindahkan cairan


dalam jumlah sedikit

6. Rak tabung Untuk meletakkan tabung


Reaksi reaksi yang berjumlah banyak

29
7. Tabung reaksi Untuk mencampur,
menampung, dan memanaskan
bahan kimia dalam jumlah
yang kecil

b. Bahan

No Nama bahan Gambar Fungsi

1. Alkohol 70% Untuk membersikan alat agar


bebas dari bakteri

2. Aluminium foil Untuk membungkus alat lab


yang berisi cairan kimia

3. Asam Sebagai pereaksi


kromatofat

4. Asam salisilat Sebagai pereaksi

5. aquadest Sebagai bahan tambahan

30
6. Bakso Sebagai sampel

7. HCL Sebagai pereaksi

8. Ikan Sebagai sampel

9. Kalium Sebagai pereaksi


permanganat

10. Mie basah Sebagai sampel

11. Nugget Sebagai sampel

12. Tahu Sebagai sampel

31
13. Tisu Untuk mengrinkan alat yang
masih basah

32
Lampiran 2

Permanganat

Dibersikan alat menggunakan alkohol 70%


Dihaluskan sampel
Diperas dengan menggunakan kertas saring
kemudian diambil filtratnya
Diambil sebanyak 1 ml dan masukan kedalam tabung
reaksi
Ditambahkan larutan KMnO4 0,1 N sebanyak 3 tetes
Dikocok sampel dan pereaksi sampai tercampur
Dilihat perubahan warna pada sampel

Hasil

33
Asam Kromatofat

Dibersikan alat menggunakan alkohol 70%


Dihaluskan sampel
Diperas dengan menggunakan kertas saring
kemudian diambil filtratnya
Diambil sebanyak 1 ml dan masukan kedalam tabung
reaksi
Ditambahkan 1 mg serbuk asam kromatofat
Ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat
Dikocok sampel dan pereaksi sampai tercampur
Dilihat perubahan warna pada sampel
Hasil

34
Asam Sitrat

Dibersikan alat menggunakan alkohol 70%


Dihaluskan sampel
Diperas dengan menggunakan kertas saring
kemudian diambil filtratnya
Diambil sebanyak 5 ml dan masukan kedalam tabung
reaksi
Ditambahkan asam salisilat 20 mg
Dipanaskan selama 15 menit dalam tabung reasksi
Dilihat perubahan warna pada sampel

Hasil

35
Fehling

Dibersikan alat menggunakan alkohol 70%


Dihaluskan sampel
Diperas dengan menggunakan kertas saring
kemudian diambil filtratnya
Diambil sebanyak 1 ml dan masukan kedalam tabung
reaksi
Ditambahkan 1 ml larutan fehling
Dipanaskan selama 15 menit dalam tabung reasksi
Dilihat perubahan warna pada sampel

Hasil

36
Lampiran

1. Metode permanganate

2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dihaluskan Diperas
Dibersihkan alat 8.
sampel menggunakan
menggunakan 9. kain saring dan
alkohol 70% diambil filtratnya

1.
2.
3.
4.
Ambil sebanyak 1
Ditambahkan
5. ml masukan
Dilihat perubahan
KMnO4 0,1 N kedalam tabung
warna pada sampel
sebanyak 3 tetes reaksisi

37
2. Metode asam kromatofat

Dihaluskan Diperas
Dibersihkan alat
sampel menggunakan
menggunakan
alkohol 70% kain saring dan
diambil filtratnya

Ditambahkan 1 Ambil sebanyak


Dipanaskan selama mg serbuk asam 2 ml masukan
15 menit kromatofat 0,5% kedalam tabung
dalam asam sulfat reaksi
72%

Dilihat terjadinya
perubahan warna
pada sampel

38
3. Metode asam sitrat

Dihaluskan Diperas
Dibersihkan alat sampel
menggunakan menggunakan
alkohol 70% kain saring dan
diambil filtratnya

Ambil sebanyak
Dilihat terjadinya 1 ml masukan
perbubahan warna Ditambahkan 5 ml
asam sulfat dan 20 kedalam tabung
pada sampel reaksi
mg asam salisilat

39
4. Metode fehling

Dihaluskan Diperas
Dibersihkan alat sampel menggunakan
menggunakan kain saring dan
alkohol 70% diambil filtratnya

Dipanaskan di atas Ambil sebanyak


penangas air 1 ml masukan
Ditambahkan 1 ml kedalam tabung
larutan fehling reaksi

Dilihat terjadinya
perubahan warna
pada sampel

40
41

Anda mungkin juga menyukai