1
DISUSUN OLEH : RUSMIYANTI
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat membuat makalah
dengan baik dan mendekati sempurna.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................1
2.1 Definisi.....................................................................................................4
3.1 Kesimpulan.............................................................................................14
Daftar Pustaka...............................................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk didalamnya
adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
sengaja ataupun tidak disengaja bercampur dengan makanan atau minuman
tersebut. Apapun jenis pangan, produksi pangan merupakan kegiatan atau
proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan,
mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah bentuk pangan.
5
polutan hasil pembakaran kendaraan. Akan tetapi hal-hal tersebut bukanlah
suatu halangan bagi manusia untuk selalu mengkonsumsi makanan ( pangan
) karena makanan adalah kebutuhan pokok manusia.
Setiap hari manusia harus makan untuk memberi tenaga pada tubuh.
Kebutuhan pokok manusia akan pangan menuntut manusia untuk
memperhatikan hal-hal berikut dalam proses produksi makanan, yaitu
mencegah tercemarnya makanan oleh cemaran biologi, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
konsumen. Mengendalikan proses antara lain bahan baku, penggunaan
bahan tambahan makanan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutan serta cara penyajian.Memang sudah ada UU Nomor 7 Tahun
1996 yang mengatur tentang pangan, pasal-pasal dan ayat-ayatnya mengatur
kesehatan pangan dan keselamatan manusia.
Memang sudah ada Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selalu
melakukan inspeksi mendadak serta pengawasan ke pasar-pasar dan pusat
perbelanjaan. Namun banyak kalangan yang menilai hanya terkesan reaktif,
melakukan sidak manakala ada reaksi heboh dari masyarakat berkenaan isu
beredarnya suatu bahan makanan dan makanan yang tidak aman dansehat.
Salah satu kemajuan yang memiliki dua dampak positif dan negatif
adalah kemajuan di bidang bisnis makanan dan minuman instant (siap saji)
baik dalam bentuk kalengan maupun dalam bentuk botolan/juga sachetan.
Dalam makanan/minuman ini biasanya terdapat zat pengawet
(preservatives). Bahan pengawet (preservatives) ini dicampurkan dalam
makanan/minuman instant agar bisa memperpanjang daya tahan
makanan/minuman. Kebanyakan makanan/minuman yang beredar di
pasaran bisa bertahan hingga beberapa bulan, bahkan bisa sampai 1 tahun.
Namun ada satu alasan lagi, mengapa para produsen makanan/minuman
mencampurkan bahan pengawet dalam produk mereka. Sebenarnya, hal ini
dilakukan agar rasa makanan/minuman itu menjadi lebih enak dan warnanya
6
pun menjadi lebih menarik, sehingga konsumen merasa tertarik untuk
membelinya.
Meskipun demikian, masyarakat luas masih lebih suka memilih
makanan/minuman siap saji yang mudah dan praktis dari pada yang alami.
Padahal di dalam makanan/minuman tersebut terdapat pengawet kimia.
1.3 Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
8
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin
dan karpet (Astawan, 2006).
Formalin (CH2O) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari
hidrogen, oksigen, dan karbon (ACC, 2011).
Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde, methanal, methylen
oxide, oxymethylene, methylaldehyde, oxomethane, dan formic aldehyde.
Formalin dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1%) dapat digunakan
sebagai pengawet untuk berbagai bahan non pangan seperti pembersih
rumah tangga, pelembut, lilin, dan karpet (Yuliarti, 2011).
Kegunaan formalin lainnya adalah obat pembasmi hama untuk
membunuh virus, bakteri, jamur, dan benalu yang efektif pada konsentrasi
tinggi, bahan peledak, dan sebagainya (Whindolz et al. dalam Cahyadi,
2012).
Dalam bidang farmasi formalin digunakan sebagai pendetoksifikasi
toksin dalam vaksin dan obat penyakit kutil karena kemampuannya
merusak protein (Angka dalam Cahyadi, 2012).
Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety),
secara umum ambang batas aman formalin di dalam tubuh adalah 1 mg/l.
Formalin dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh
manusia jika masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut. Akibat yang
ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat dan jangka panjang
melalui hirupan, kontak langsung, atau tertelan (Cahyadi, 2012).
Formalin termasuk dalam daftar bahan tambahan kimia yang dilarang
digunakan (Kurniawati dalam Cahyadi, 2012).
9
perilaku konsumen tersebut. Deteksi formalin secara akurat hanya dapat
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan bahan-bahan kimia, yaitu
melalui uji formalin. (Cahyadi, 2012).
10
2.2 Bahaya Formalin bagi Kesehatan
Kasus pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan
produk makanan lainnya menunjukkan kurangnya pengetahuan produsen
serta minimnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan
bahaya bahan aditif. Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan
maupun minuman, karena dalam jangka panjang dapat memicu
perkembangan sel sel kanker. Formalin sangat berbahaya jika terhirup,
tertelan atau mengenai kulit karena dapat mengakibatkan iritasi pada saluran
pernapasan, reaksi alergi serta luka bakar (Yuliani, 2007).
a. Bila terhirup dapat menimbulkan iritasi, kerusakan jaringan dan luka pada
saluran pernafasan, hidung, dan tenggorokan. Tanda tanda lainnya adalah
bersin, batuk-batuk, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, lelah,
jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang
sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
11
b. Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit
menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan terbakar.
d. Bila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit,
mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, atau tidak
sadar hingga koma. Selain itu juga terjadi kerusakan pada hati, jantung,
otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat, dan ginjal (Yuliani,
2007).
haid dan kemandulan pada perempuan, serta kanker pada hi- dung, rongga
hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.
b. Bila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, gatal gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan
radang kulit yang menimbulkan gelem- bung.
12
d. Bila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-
muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu
badan, dan rasa gatal di dada (Yuliani, 2007).
a. Dengan Fenilhidrazina
13
3) Larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5% dalam H 2 SO 4 60% sebanyak
5 ml dimasukkan dlam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil
destilasi sambil diaduk.
14
4) Adanya HCHO ditunjukkan dengan adanya warna merah muda ungu
(SNI ).
15
pada tiap konsentrasi yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi
dengan metode regresi linear (Hastuti, 2010).
16
b) Tambahkan aquades sebanyak 500 ml atau 20 ppm, buat konsentrasi
yang berbeda yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,5; 0,75; 1,0; 1,5; dan 2,
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Test for Aldehyde Schiff s Reagent. Dipetik April 22, 2010, dari d_e.htm
Yuliani, S. (2007). Formalin dan Masalahnya. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Indonesia, 29(5), 7-9.11
19