Anda di halaman 1dari 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Bahan Makanan
Pangan merupakan salah satu faktor yang langsung berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan manusia. Pangan yang aman, bermutu dan bergizi dibutuhkan tubuh untuk menunjang
aktivitas. Namun sebaliknya, pangan yang tidak memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi akan
membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena itu, pemilihan pangan sebelum dikonsumsi sangat
penting agar terhindar dari produk pangan yang tidak memenuhi standar serta dapat
membahayakan kesehatan (www.edukasi.net).
Bahan makanan, apakah itu sayur-sayuran, buah-buahan ataupun telur, daging dan ikan,
sekarang ini selalu diawetkan agar bisa disimpan lebih lama sebelum dipergunakan. Para pedagang
dan ibu rumah tangga, sekarang jarang berbelanja setiap hari, mereka selalu berusaha agar bahan
makanan yang mereka jual ataupun yang dikomsumsi untuk keluarganya, biasa disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama sebelum diolah. Karena itu diperlukan berbagai cara agar bahan
makanan tersebut biasa tahan disimpan lebih lama dan agar bisa lebih awet, tanpa merusaknya
sama sekali (Bihar, 2008).

2. 2 Bahan Tambahan Makanan


Salah satu yang perlu diperhatikan dalam memilih pangan adalah bahan tambahan yang
digunakan dalam produk pangan. Pangan yang aman harus menggunakan bahan tambahan yang
oleh pemerintah dinyatakan aman untuk digunakan pada pangan (www.e-dukasi.net).

Menurut undang-undang RI No.07 tahun 1995 tentang pangan, pada bab II mengenai
keamanan pangan. Pasal 10 tentang bahan tambahan makanan dicantumkan (Depkes, 1995) :
1. Setiap orang yang memperoduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan
apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang atau melampai ambang
batas maksimal yang telah ditetapkan.

2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat digunakan sebagai
bahan tambahan pangan dan kegiatan atau proses produksi pangan serta ambang batas
maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
2. 2. 1 Bahan Tambahan Makanan Yang Di izinkan
Adapun bahan tambahan makanan yang di izinkan sesuai dengan peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 722/MENKES/PER/IX/98 tentang bahan makanan (Depkes RI, 1998) :
1. Bahan tambahan makanan yang di izinkan digunakan pada makanan terdiri dari golongan :
a. Antioksidan ( Antioxidant )
b. Antikempal ( Anticaking Agent )
c. Pengatur keasaman ( acidity regulator )
d. Pemanis buatan ( Artificial Sweetener )
e. Pemutih dan pematang tepung ( flour treatment Agent )
f. Pengemulsi, pemantap, pengental ( Emulsifier, Stabilizer, Thickener )
g. Pengawet ( Preservative )
h. Pengeras ( Firming Agent )
i. Penyedap rasa dan Aroma, penguat rasa ( Flavour, Flavour Enhancer )
j. Pewarna ( Colour ) dan Sekuestran ( Sequestrant )

1.
Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam antioksidan, maka
hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak
boleh lebih dari satu.
2.
Untuk makanan yang di izinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka hasil
bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh
lebih dari satu.
3.
Batas penggunaan secukupnya adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi
yang baik, yang maksudnya jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan
tambahan bahan makanan tersebut.
4.
Pada bahan tambahan makanan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan garam
benzoat dihitung sebagai asam benzoat, garam sorbat sebagi asam sorbat dan senyawa sulfit sebagi
SO2.
5.
Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis
pada makanan, yang tidak atau hampir mempunyai nilai gizi.
6.
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasaman atau perguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
2. 3 Bahan Pengawet
2. 3. 1 Persyaratan Bahan Pengawet Kimia
Terdapat beberapa persyaratan untuk bahan pengawet kimia, selain persyaratan yang
dituntut untuk semua bahan tambahan pangan, antara lain sebagai berikut (Wisnu, 2006) :

1.

Memberi arti ekonomis dari pengawetan.

2.
Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau tidak
tersedia.
3.

Memperpanjang umur simpan dalam pangan.

4.

Tidak menurunkan kualitas ( warna, cita rasa, dan bau ) bahan pangan yang diawetkan.

5.

Mudah dilarutkan

6.

Menunjukkan sifat-sifat anti mikroba pada jenjang pH pangan yang diawetkan.

7.

Aman dalam jumlah yang diperlukan.

8.

Mudah ditentukan dengan analisis kimia.

9.

Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan.

10.
Tidak dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu senyawa kompleks yang
bersifat lebih toksik.
11.

Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.

12.
Mempunyai spektra antimikrobia yang luas yang meliputi macam-macam pembusukan
oleh mikrobia yang berhubungan dengan bahan pangan yang diawetkan.
2. 3. 2 Jenis Pengawetan Bahan Makanan
Pengawetan bahan makanan tersebut biasa digolongkan atas (Bihar, 2008) :
1
Pengawetan secara alami, misalnya dengan memasak makanan dengan pemanasan, dengan
pendinginan, pembekuan, pengalengan ataupun pengeringan. Dengan pengawetan secara alami ini,
diharapkan pertumbuhan bakteri pada bahan makanan akan terhambat ataupun mencegah proses
oksidasi.

Pengawetan secara biologis, misalnya secara fermentasi.

3
Pengawetan makanan dengan pemakaian bahan-bahan kimiawi yang ditambahkan berupa
bahan tambahan makanan (BTM) atau food-additives. BTM ini bisa merupakan bahan-bahan
tambahan, seperti vitamin atau asam-asam amino esensial, bahan pewarna makanan, bahan yang
memberikan rasa tertentu dan juga bahan-bahan pengawet, sehingga makanan bisa disimpan lebih
lama.

2. 3. 3 Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet


Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut (Wisnu,
2006) :
1.
Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen
maupun yang tidak patogen.

2.

Memperpanjang umur simpan pangan.

3.

Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa dan bau bahan pangan yang diawetkan.

4.

Tidak menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.

5.
Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak
memenuhi persyaratan.
6.

Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

2. 4 Formaldehid
2. 4. 1 Sejarah Formaldehid
Formaldehid ditemukan pertama kali oleh seorang ahli kimia Rusia, Alexander
Mikhaelovich Butlerov pada tahun 1859. Formaldehid yang diketemukan secara tidak sengaja ini,
di alam didapatkan dalam bentuk gas yang dihasilkan dari pembakaran senyawa karbon yang tidak
sempurna. Gas ini biasa didapat dalam asap yang timbul akibat kebakaran hutan, asap knalpot
mobil hingga asap rokok. Gas formnaldehid ini juga didapat di udara, karena reaksi antara sinar
matahari, oksigen, metana dan hidrokarbon yang lainnya (Bihar, 2008).

Seorang ahli kimia Jerman, August Wilhelm Hoffmann, sekitar tahun 1868 mengolah
formaldehid menjadi larutan formaldehid. Dia mencampurkan metanol, sehingga gas formaldehid
ini biasa dilarutkan dalam air. Komposisi 37 % formaldehid dalam air inilah yang kemudian
dikenal dan diperjual-belikan sebagai larutan formaldehid (Bihar, 2008).
Formaldehid adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40
persen. Di pasaran, formaldehid dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan
kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 % serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing
sekitar 5 gram. Pada awalnya formaldehid adalah barang impor yang harus didatangkan dari luar
negeri. Impor formaldehid hanya boleh dilakukan oleh Importir Produsen Bahan Berbahaya (IPB2) yang diakui oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan RI,
dan disetujui untuk mengimpor sendiri formaldehid yang diperuntukkan semata-mata hanya untuk
kebutuhan produksi sendiri. Selain itu, formaldehid dapat diimpor oleh Importir Terdaftar Bahan
Berbahaya (IT-B2), bukan produsen pemilik Angka Pengenal Importir Umum (API-U) yang
mendapat tugas khusus untuk mengimpor formaldehid dan bertindak sebagai distributor untuk
menyalurkan bahan berbahaya yang diimpornya kepada perusahaan lain yang membutuhkan.
Dalam hal ini, pengguna akhir adalah badan usaha yang menggunakan formaldehid sesuai dengan
peruntukannya dan dilarang diperjualbelikan/diperdagangkan maupun dipindahtangankan kepada
siapa saja (www.suaramerdeka.com).

Kini formaldehid telah bisa dibuat di dalam negeri. Data dari Asosiasi Pedagang dan
Pemakai Bahan Berbahaya (Aspembaya) mengungkapkan, kapasitas produksi 23 perusahaan
pembuat formaldehid di Indonesia saat ini mencapai 866.000 ton lebih. Hal inilah yang
menyebabkan formaldehid mudah didapat. Harganya juga relatif murah, yakni berkisar antara Rp
3. 000 hingga Rp 8.000 per liter (www.suaramerdeka.com).
3. 4. 2 Struktur dan Nama Lain
Formaldehid yang merupakan suatu zat kimia organik, merupakan campuran dari 37
bagian formaldehid dan 63 bagian air serta ditambahkan sedikit methanol agar larutan menjadi
stabil. Formaldehid ini juga dikenal sebagai metanal atau metal aldehida, dengan rumus kimia
CH2O (Bihar, 2008).
Formaldehid

Struktur : Bentuk molekul trigonal planar Nama Sistematis Metanal, nama lain formol, metil
aldehida, oksida metilena (http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida).
Di pasaran formaldehid memiliki beberapa nama lain yaitu Formol, Morbicid, Methanal,
Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methyl aldehyde, Oxomethane, Formoform,
Formalith, Oxomethane, Karsan, Methylene glycols, Paraforin, Polyoxymethylene glycols,
Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane (www.e-dukasi.net).

2. 4. 3 Sifat Formaldehid
Untuk mengenali bahan makanan yang dibubuhi formaldehid sebagai bahan pengawetnya,
misalnya tahu yang dibumbuhi formaldehid akan lebih kenyal dan tidak mudah hancur, juga lebih
awet dengan bau yang menyengat (Bihar, 2008).
Dalam udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air
(biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin atau formol).
Dalam air, formaldehid mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer
H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi
polimerisasinya. Formaldehid adalah larutan formaldehid dalam air, dengan kadar antara 10%40% (http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida).
Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehid berbeda dari hukum gas ideal, terutama
dalam tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehid bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer
menjadi asam format, karena itu larutan formaldehid harus ditutup serta diisolasi supaya tidak
kemasukan udara (http://sman12bandung.sch.id/12_view_content.php?id=78).
Formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka di pasar. Karena ia berwujud gas tak
o
berwarna dan berbau sangat tajam, dengan tidik didih dan titik leleh -21 dan 92 C. Sifat merusak
ini terletak pada gugus CO atau aldehid. Gugus ini bereaksi dengan gugus amina, pada protein
menghasilkan metenamin atau heksametilentetramin (http://arnie41.multiply.com/journal).

Sifat desinfektannya yang dapat membunuh kuman cukup tinggi, sehingga bisa mencegah
terjadinya pembusukan dan dipakai sebagai bahan lem untuk alat-alat rumah tangga, lemari atau
meja dan kursi. Mobil juga mengandung bahan formaldehid ini, misalnya pada bodi mobil, bumper
mobil, sistem transmisi, blok mesin, panel pintu dan sebagainya. Bahan tinta ataupun bahan
pakaian, juga mengandung formaldehid, sehingga warna pakaian tidak cepat pudar dan menjadi
tahan lebih lama. Formaldehid juga dipakai dalam proses penyamakan kulit atau juga dalam
peralatan untuk makan yang terbuat dari melamin (Bihar, 2008).
Formaldehid sifatnya sangat beracun dan bisa menyebabkan iritasi dari selaput lendir pada
saluran pernafasan bagian atas, mata dan juga kulit. Iritasi pada selaput lendir bagian atas dapat
menimbulkan luka pada rongga hidung sampai tenggorokan, termasuk selaput lendir saluran nafas
yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit pada paru-paru. Iritasi pada mata akan menyebabkan
selaput lendir mata menjadi merah dengan rasa gatal, rasa sakit, banyak keluar air mata dan
penglihatan menjadi kabur. Kalau kadar formaldehid lebih tinggi dapat merusak mata secara
keseluruhan. Iritasi pada kulit secara langsung dapat menimbulkan perubahan warna kulit, kulit
menjadi keras dan bisa juga timbul mati rasa (Sudarmadji, 1989).

2. 4. 4 Ciri Makanan Yang Mengandung Formaldehid


Adapun ciri-ciri produk makanan yang mengandung formaldehid adalah
(http://wowsalman.blogspot.com/2006/01/bahaya-formalin-dan-boraks) :
o
a. Mi basah: -Bau sedikit menyengat. -Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25 C). Pada suhu
o
10 C atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari.

-Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak lengket.
b. Tahu:
1.
Bentuknya sangat bagus. -Kenyal
o

2.
Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu kamar 25 C). Pada suhu
o
lemari es 10 C tahan lebih dari 15 hari. -Bau agak menyengat dan aroma kedelai sudah tak nyata
lagi.
3.

Ikan:

4.
Warna putih bersih. -Kenyal. -Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.
-Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. -Tidak terasa bau amis
ikan, melainkan ada bau menyengat.
5.

Bakso: -Kenyal.

6.

Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.

7.

Ikan asin: -Ikan berwarna bersih cerah.

8.

Tidak berbau khas ikan.

9.

Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 C). -Liat (tidak mudah hancur).

10.

Ayam potong:

11.

Berwarna putih bersih.

12.

Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.

Menurut Dra. Erna Suryati, Apt., M.Kes. dari Dinas Kesehatan DIY bahwa Formaldehid
tidak hanya dapat dapat masuk kedalam tubuh lewat makanan yang dikomsumsi, tetapi juga dapat
diserap oleh kulit dan dapat juga terhirup melalui pernafasan. Oleh karena itu, kontak langsung
dengan bahan tersebut tanpa menelannya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Ciri-ciri
umum pada beberapa makanan yang diduga mengandung formaldehid untuk jenis mie basah
o

adalah tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada
0

suhu 10 C. Bau mie agak menyengat yakni bau khas formaldehid, dan mie basah tersebut tidak
lengket serta lebih mengkilap dibanding mie tanpa formaldehid. Ciri-ciri itu memang hanya
bersifat umum, namun setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang ciri
makanan yang diduga mengandung formaldehid (www.suaramerdeka.com).
Ikan yang segar yang memiliki ciri-ciri kulit dan warnanya cerah, sisik melekat kuat, mata
jernih, bau amis khas ikan pada bagian luar dan insang, warna insang merah darah segar, dan
sedikit lender pada kulit (Buckle, 1987).
Makanan yang mengadung formaldehid dapat dibedakan secara kasat mata. secara umum
makanan tersebut mempunyai ciri tidak mudah busuk dan selalu segar. Misalnya, di dalam tahu
yang mengandung formaldehid di antaranya mempunyai ciriciri lebih kenyal dan mempunyai
tekstur yang lebih halus. Ciri lainnya adalah tahu berformaldehid lebih tahan lama dan air bekas
merendamnya mengeluarkan bau menyengat. Mi basah yang mengandung formaldehid
mengeluarkan zat yang bisa membuat mata pedih dan tidak mudah basi serta mengeluarkan bau
menyengat. Sementara pada ayam potong yang mengandung zat berbahaya, cirinya adalah
mempunyai warna daging yang lebih putih dan tidak mudah busuk. Sedangkan pada ikan, cairan
formaldehid membuat hewan laut tersebut mempunyai insang yang lebih merah, daging yang lebih
kenyal, dan tentu lebih awet (www.suaramerdeka.com).

Petugas penyelia Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, dari BB POM,


membeberkan ciri mie basah yang mengandung formaldehid adalah bila dicium berbau bahan
kimia (http://wowsalman.blogspot.com/2006/01/bahaya-formalin-dan boraks.html).
Ikan basah yang berformaldehid akan kelihatan warna kulit dan matanya lebih bersih dan
lebih cerah dan tidak mudah hancur atau rusak. Lagipula ikan asin yang berformaldehid ini tidak
lagi mempunyai bau yang khas dari ikan asin secara umum. Mie basah berformaldehid kelihatan
sangat berminyak dengan bau yang menyengat. Mie basah berformaldehid lebih awet dan lebih
tahan lama. Sedangkan ayam atau unggas lainnya yang diawetkan dengan formaldehid kelihatan
lebih kaku dan tidak ada lalat yang mau hinggap (Bihar, 2008).

2. 4. 5 Formaldehid Dalam Makanan


Banyaknya penggunaan formaldehid, zat pewarna dan zat kimia lainnya di masyarakat,
disebabkan oleh dua hal yakni karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak bahan
kimia terhadap kesehatan dan untuk mempertahankan hidup di tengah himpitan ekonomi saat ini.
Masyarakat awam umumnya memang tidak mengetahui apakah bahan makanan yang dikonsumsi
tersebut mengandung bahan berbahaya atau tidak. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi
pemerintah maupun petugas kesehatan untuk melindungi masyarakat, termasuk dari bahan
makanan yang berbahaya (http://resep-online.blogspot.com/2007/12/bahaya-formalin bukan-hanyakanker-lho.html).

Formaldehid merupakan bahan yang dilarang digunakan untuk pangan. Adanya


penyalahgunaan penggunaan formaldehid dalam pangan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, produsen pangan termasuk masyarakat sebagai konsumen. Dengan mengetahui
bahaya penggunaan formaldehid pada pangan dan ciri-ciri produk yang mengandung formaldehid,
diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan terhindar dari bahaya produk pangan mengandung
formaldehid tersebut (www.e-dukasi.net).
Formaldehid adalah bahan pengawet beracun. Bahan pengawet beracun ini dilarang
digunakan untuk mengawetkan makanan seperti tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan
No.1168 tahun 1999. Formaldehid yang diambil dari nama dagang larutan formaldehid dalam air
dengan kadar 10 hingga 40 persen (www.mailarchive.com).
Formaldehid sudah lama digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan. Di antaranya
adalah sebagai bahan baku industri lem, playwood, resin, disinfekstan untuk pembersih lantai,
kapal, gudang, dan pakaian, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran, serta
sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya. Penggunaan formaldehid dalam makanan karena
formaldehid bisa mengawetkan bahan makanan tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama.
Selain itu, bahan ini juga dinilai murah dan mudah didapat (www.suaramerdeka.com).
Permen dan manisan menjadi rusak dan busuk jika disimpan tanpa bahan pengawet.
Formaldehid memang mampu mempertahankan tekstur dan mencegah pembusukan bahan pangan,
sehingga dapat memperpanjang daya simpan. Namun, formaldehid tersebut sangat berbahaya jika
ikut terkonsumsi oleh manusia. Sesuai dengan sifatnya, formaldehid sangat mudah terserap saluran
pencernaan dan pernafasan (http://sman12bandung.sch.id/12_view_content.php?id=78) .

Harga

formaldehid

yang

relatif

murah,

mengakibatkan

formaldehid

seringkali

disalahgunakan. Berdasarkan pengawasan terhadap pangan yang dilakukan oleh Badan Pengawas
Obat dan Makanan (2005), ditemukan adanya penyalahgunaan formaldehid sebagai pengawet
dalam produk pangan, misalnya dalam produk ikan segar, ikan asin, ayam potong, mie basah, dan
tahu. Mengingat formaldehid sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh, maka seluruh masyarakat
hendaknya mengenali ciriciri produk pangan yang mengandung Formaldehid sehingga dapat
terhindar dari produk pangan tersebut. Namun demikian, untuk memastikan bahwa suatu produk
pangan mengandung Formaldehid, harus dilakukan pengujian secara laboratorium (Uji Kualitalif
dan Kuantitatif) (www.e-dukasi.net).
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) telah melarang penggunaan
formaldehid dalam bahan pangan. Hal ini diperkuat pula oleh American Conference of
Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) yang mengelompokkan formaldehid sebagai zat
yang dicurigai sebagai penyebab kanker pada manusia (suspected human carcinogen).
Formaldehid juga dapat menyebabkan iritasi mukosa mulut, diare, kerusakan fungsi organ, hingga
koma. Penggunaan formaldehid tidak hanya pada permen dan manisan, namun berpotensi pula
terdapat dalam bahan pangan lain, seperti daging dan ikan. Daging berpotensi sebagai media
pertumbuhan mikroba. Formaldehid digunakan untuk mencegah kebusukan. Formaldehid bersifat
sangat mudah larut (highly soluble) dalam air, sehingga memudahkan formaldehid untuk diserap
jaringan dalam daging. Penyerapan tersebut berjalan melalui proses osmosis melalui membran sel
(http://sman12bandung.sch.id/12_view_content.php?id=78).

2. 4. 6 Formaldehid Dalam Kosmetik


Berdasarkan surat edaran No. KH.02.01.1.6344 tentang formaldehid dalam sediaan
kosmetik, maka dengan ini diinformasikan pada masyarakat sebagai berikut
(http://megapharma.multiply.com/journal/item /7/FORMALDEHID_DLM_KOSMETIK):
1.
Penggunaan formaldehid dalam kosmetik sebagai pengawet diizinkan dengan batas kadar
maksimal 0,1% untuk sediaan higiene mulut (pasta gigi), 0,2% untuk sediaan kosmetik lainnya,
formaldehid dilarang digunakan pada sediaan aerosol.

2.
Ketentuan tersebut diatas sesuai dengan aturan yang berlaku secara internasional seperti
pada ASEAN Cosmetic Directive dan European Union (EU) Directive, juga SK. Ka Badan POM
No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kosmetik.
2. 4. 7 Identifikasi Formaldehid
Identifikasi formaldehid dapat diketahui berdasarkan (Roth, et al., 1991) :
1. Reaksi dengan Asam Kromatropat
Reaksi asam kromatropat dengan formaldehid dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Reaksi Asam Kromatropat dengan Formaldehid

Reaksi formaldehid dengan asam kromatropat merupakan reaksi warna yang spesifik untuk
mengetahui adanya senyawa ini. Bila senyawa tersebut dipanaskan dengan asam kromatropat
dalam larutan asam sulfat pekat akan membentuk warna ungu. Reaksi ini terjadi berdasarkan
kondensasi formaldehid dengan sistem aromatik dari asam kromatropat.
2. Reaksi dengan Perak Amoniakal
Formaldehid bila ditambahkan larutan perak amoniakal lalu dipanaskan akan
menghasilkan endapan cermin perak. Reaksi ini terjadi berdasarkan sifat reduksi gugus aldehid
dari formaldehid dengan pereaksi perak amoniakal. Reaksi : AgNO3 + NaOH AgOH putih +
NaNO3 2 AgOH Ag2O abu-abu + H2O Ag2O + 4 NH4OH 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O
HCHO + 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O 2 Ag cermin perak + HCOOH + 4 NH4OH

2. 4. 8 Kegunaan Formaldehid
Formaldehid adalah suatu senyawa kimia organik yang selama ini hanya dikenal di
kalangan dunia kedokteran dan penggunaannya dilaboratorium, menjadi sangat terkenal di
kalangan seluruh anggota masyarakat awam. Formaldehid yang selama ini hanya dikenal sebagai
bahan pengawet mayat ataupun pengawet binatang yang percobaan di laboratorium, ternyata juga
dipergunakan sebagai bahan pengawet untuk berbagai jenis bahan makanan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat. Formaldehid inilah yang merupakan zat aktif yang membuat
formaldehid sebagai bahan baku pabrik plastik, senyawa busa, bahan desinfektan ataupun
insektisida, dipakai pada industri kayu lapis, bahan perabotan dari kayu, kertas film, shampoo,
deodorant, cat kuku, ataupun tekstil (Bihar, 2008).

Formaldehid dikenal sebagai bahan baku pembuatan perekat (lem) yang memiliki daya
rekat yang sangat kuat, sehingga banyak digunakan pada bahan bangunan secara multiplek. Selain
itu formaldehid juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis tinta dan
pengikat warna pada bahan tekstil sehingga warna pakaian menjadi tahan lama. Di bidang
kesehatan, formaldehid dalam konsentrasi yang sangat rendah banyak dan sering digunakan
sebagai disinfektan dan pengawet dalam vaksinasi (http://v12n.blogspot.com/2007/12/seluk belukformalin.html ).
Turunan formaldehid yang lain adalah metilen difenil diisosianat, komponen penting dalam
cat dan busa poliuretan, serta heksametilen tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehid
untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formaldehid, larutan senyawa kimia ini sering
digunakan sebagai insektisida, serta sering juga digunakan bahan baku pabrik-pabrik resin plastik
dan bahan peledak (http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida).
Adapun

kegunaan

lain

dari

formaldehid

adalah

sebagai

berikut

(http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida) :

Pengawet mayat

Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca

Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.

Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan untuk pembuatan produk parfum.

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

Pencegah korosi untuk sumur minyak.

Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formaldehid digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

2. 4. 9 Produksi Formaldehid
Secara industri, formaldehid dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering
dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam
sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi
pada

250

dan

menghasilkan

formaldehid,

berdasarkan

persamaan

kimia

(http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida) :
2 CH3OH + O2 2 H2CO + 2 H2O Katalis yang menggunakan perak biasanya
dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 C. dalam keadaan begini, akan
ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehid : satu seperti yang di atas,
sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi. CH3OH H2CO + H2.
Bila formaldehid ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada
dalam larutan formaldehid dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formaldehid bisa
juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.

2. 4. 10 Bahaya Formaldehid
Salah satu bahan yang dilarang digunakan untuk pangan adalah Formaldehid. Formaldehid
sangat berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya menimbulkan efek jangka pendek, misalnya mual,
muntah diare, dsb, namun juga menimbulkan efek jangka panjang, misalnya luka pada ginjal, paru,
dan kanker (www.e-dukasi.net).
Bahan makanan yang mengandung bahan pengawet ini jelas sangat berbahaya bagi
kesehatan. Salah satu dampaknya adalah dalam waktu menahun bisa menimbulkan kanker. Dalam
jangka panjang, bahan ini juga bisa menyebabkan iritasi saluran pernafasan, muntah-muntah,
pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Lebih parah
lagi bahan ini juga bisa memicu kerusakan hati, jantung, otak limfa, sistem susunan syaraf pusat
dan ginjal (http://wowsalman.blogspot.com/2006/01/bahaya-formalin-dan-boraks.html).
Kalau terpapar formaldehid dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehid dikonversi jadi asam format yang meningkatkan
keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai
kepada kematiannya. Karena resin formaldehid dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu
lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehid
pelan-pelan, formaldehid merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan.
Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehid yang terhisap bisa menyebabkan iritasi
kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa
terbakar, serta kegerahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida).

Di dalam tubuh, formaldehid bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga
mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehid
terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami
oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila
formaldehid dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak
menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut
(http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida).
Tertelannya larutan formaldehid bisa melukai dinding bagian dalam saluran pencernaan
bagian atas atau esofagus dan lambung. Kalau kadar formaldehid ini lebih besar bisa menyebabkan
rasa sakit perut, muntah-mencret, sakit kepala dan suhu tubuh menurun. Disamping itu semua
formaldehid ini juga bisa menyebabkan reaksi alergi, kerusakan pada ginjal, kerusakan gen, mutasi
gen, dan juga bersifat karsinogenik (diduga merupakan penyebab dari penyakit kanker). Beberapa
organisasi dunia seperti IARC (International Agency for Research on Cancer), menggolongkan
formaldehid sebagai karsinogen tingkat B1, artinya sangat mungkin menyebabkan kanker pada
manusia. Formaldehid dalam konsentrasi yang tinggi dapat memicu pembentukan sel kanker.
Penemuan di bidang patologi menunjukkan bila bahan ini terhirup dapat menyebabkan nekrosis
pada membran mukosa. Selain itu, ditemukan perubahan degeneratif pada hati dan ginjal
(Dreisbach and Robertson, 1982).
Formaldehid memang merupakan racun yang keras. Karenanya pada botol atau wadah
lainnya yang menyimpan formaldehid ini harus diberi label dengan gambar tengkorak. Walaupun
disebutkan bahwa formaldehid yang sudah bereaksi dengan protein dari bahan makanan, sifat
racunnya menjadi hilang, jadi artinya formaldehid tersebut tidak beracun lagi. Makanan yang
berformaldehid akan beracun hanya jika di dalam bahan makanan tersebut ada didapati sisa
formaldehid yang bebas, yang tidak terikat dengan protein. Untuk menghindari resiko akibat
formaldehid ini, lebih baik kita tidak mempergunakan formaldehid untuk bahan pengawet
makanan (Bihar, 2008).

Formaldehid umumnya mengandung Formaldehid 37% dan Metil Alkohol 1015 %


Formaldehid jika dikonsumsi dapat merusak hati, ginjal, limpa, pancreas, otak dan menimbulkan
kanker dalam jangka panjang terutama kanker hidung. Dapat menimbulkan vertigo dan persaaan
mual dan muntah. Metil Alkohol jika dikonsumsi dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan hati
dan saraf dan menimbulkan kanker pada keturunan selajutnya
(http://groups.google.com/group/soc.culture.malaysia/browse_thread/thread/f56cdbb3
5ed2f73d/93dc7581460560d7?lnk=raot).
Formaldehid dikatakan sebagai karsinogenik karena ditemukan pada pekerja di pabrik
yang menggunakan formaldehid, sebagian besar mengalami kanker hidung dan sakit pernafasan.
Paparan formaldehid juga bisa menyebabkan muntah, diare, suhu badan turun, lemah, tidak sadar
dan bisa menyebabkan kematian. Keberadaan formaldehid dalam permen adalah hal yang aneh.
Sebenarnya, pengawetan permen cukup menggunakan gula yang memang banyak digunakan
sebagai bahan dasar permen. Glukosa dan sukrosa adalah bahan pengawet yang lazim digunakan
dalam makanan (Bihar, 2008).
a. Bahaya Formaldehid Bila Tertelan

- Bahaya Jangka Pendek (Akut)


Apabila Formaldehid dihirup pada konsentrasi 0,1-5,0 bpj dapat mengakibatkan iritasi
pada hidung dan tenggorokan, pada konsentrasi 10-20 bpj mengakibatkan gangguan pernafasan,
rasa terbakar pada hidung dan kerongkongan serta batuk, dan pada konsentrasi 25-50 bpj
mengakibatkan kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan, misalnya radang paru
(pneumonitis) dan pembengkakan paru (pulmory edema), bahkan pada konsentrasi sangat tinggi
dapat mengakibatkan kematian.

Gejala lain yang tampak apabila Formaldehid terhirup yaitu bersin, pharingitis (radang
tekak), radang tenggorokan, sakit dada, rasa haus berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala,
mual, dan muntah. Dapat menyebabkan mulut, tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah yang rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga
dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat
dan ginjal.
- Bahaya Jangka Panjang (Kronis)
Pada dasarnya, formaldehid dalam jaringan tubuh sebagian akan dimetabolisir
kurang dari 2 menit oleh enzim formaldehid dehidrogenase menjadi asam format yang kemudian
diekskresikan tubuh melalui urin dan sebagian diubah menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas.
Fraksi formaldehid yang tidak mengalami metabolisme akan terikat secara stabil dengan
makromolekul seluler protein DNA yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked ).
Ikatan silang formaldehid dengan DNA dan protein ini diduga bertanggung jawab atas
terjadinya kekacauan informasi genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik
dan sel kanker. Oleh karena itulah, International Agency Research on Cancer (IARC)
mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan I (cukup bukti sebagai karsinogen pada
manusia), khususnya pada saluran pernafasan. Mutasi genetik tersebut mungkin dapat
menyebabkan penyakit-penyakit genetik. Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir
generasi dengan cacat gen. Dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan pernafasan, radang selaput
lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal, sensitisasi paru-paru, gangguan tidur, cepat
marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan penurunan daya ingat. Selain itu,
pada wanita dapat menyebabkan gangguan haid serta kemandulan. Formaldehid dapat
menyebabkan kanker pada hidung, rongga hidung dan radang nasofaring.

b. Bahaya Formaldehid Bila Kontak Dengan Kulit


Bila kulit terpapar uap formaldehid ataupun larutan formaldehid, dapat mengakibatkan
perubahan warna kulit, kulit mengeras, mati rasa dan rasa terbakar. Bila paparan formaldehid
terjadi dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan rasa panas, mati rasa, gatal-gatal,
kulit memerah, kerusakan pada jari/tangan, pengerasan pada kulit, sensitisasi dan dermatitis yang
menimbulkan gelembung (vesicular) (www.e-dukasi.net).

c. Pertolongan Pertama Penderita Yang Terpapar Formaldehid


Penderita yang terpapar formaldehid harus ditangani secara cepat dan tepat untuk
menghindari berkembangnya bahaya akibat paparan formaldehid. Adapun pertolongan pertama
bila terpapar formaldehid yaitu ( www.e-dukasi.net) :
Bila terhirup, penderita segera dipindahkan dari daerah paparan untuk melakukan
pernafasan buatan dan segera hubungi dokter. Orang yang menolong hendaklah memakai masker.
Bila kontak dengan kulit, segera lepas pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi,
kemudian cuci kulit dengan sabun dan atau deterjen lunak dan air yang banyak sampai dipastikan
tidak ada lagi formaldehid yang tersisa di kulit (selama 15-20 menit). Untuk bagian tubuh yang
terbakar, tutupi dengan pakaian longgar, kering dan steril, dan bila perlu hubungi dokter.

Bila tertelan, penderita dapat diberikan arang aktif (norit) dan jangan melakukan
rangsangan muntah karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Bila
perlu segera hubungi dokter.
Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum
ke rumah sakit, berikan arang aktif ( norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar
korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah
sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif
(walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi
adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk
meningkatkan eliminasi formaldehid dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (cuci darah).
Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat (www.edukasi.net).
2. 4. 11 Data Penggunaan Formaldehid
Dalam pengumumannya bernomor KH.01.04.53.094 tertanggal 24 Juli 2007, Badan POM
menyebutkan dari 39 produk China yang berupa permen, manisan, dan buah kering, ditemukan
sebanyak tujuh produk positif mengandung formaldehid. Tujuh produk pangan China tersebut
adalah (http://perwira-kuwait.org/2007/08/daftar7-permen-china-yang-mengandung.html):
1. White Rabbit Creamy Candy (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang
ditemukan di Snack Zone Mall Kelapa Gading, Jakarta.
2. Permen Kiamboy (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di Toko
Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.
3. Permen Classic Candy (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di
Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.
4. Permen Blackcurrant (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di
Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No. 037, Jakarta.
5. Permen White Rabbit (bernomor Depkes RI SP No. 231/10.09/96) yang ditemukan di Toko
Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.
6. Permen White Rabbit (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di
Toko Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.
7. Manisan Plum (tidak memiliki izin edar, dijual dalam bentuk curah) yang ditemukan di Toko
Manisan Lezat, Pasar Jaya Glodok Lantai Basement No 037, Jakarta.

Kepala Badan POM Husnian Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Kamis (26/7) menjelaskan,
untuk melindungi masyarakat dari produk-produk tidak bermutu dan berisiko tidak aman untuk
dikonsumsi, Badan POM telah menyegel produk-produk permen dan manisan yang mengandung
formaldehid tersebut di tempat-tempat penjualannya untuk selanjutnya produk ini dapat
dimusnahkan. (http://perwirakuwait.org/2007/08/daftar-7-permen-china-yang-mengandung.html ).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyegel tujuh produk berupa permen,
manisan, dan buah kering diimpor dari Tiongkok. Dalam surat peringatan publik BPOM bernomor
KH.01.04.53.094 tentang produk pangan impor Tiongkok yang mengandung bahan berbahaya,
Selasa (24/7), terdapat tujuh sampel yang dinyatakan positif mengandung formaldehid dalam
makanan yang dianalisa (http://ruhyana.wordpress.com/2007/07/27/bpom-tarik-permen-manisandan-buahkering-berformalin/) .

2. 4. 12 Pengganti Formaldehid
Seperti disebutkan untuk menghindari resiko kesehatan kita akibat formaldehid ini yang
didapati dalam bahan makanan, lebih rasanya kita tidak mempergunakan formaldehid tersebut
sebagai bahan pengawet makanan apapun. Sejak dulu sebenarnya ada beberapa cara sederhana
untuk mengawetkan bahan makanan tersebut, agar bahan makanan dapat lebih lama. Cara
pengawetan alami itu antara lain dengan pemanasan, termasuk dengan pemanggangan, perebusan,
penggorengan, pasteurisasi dan sterilisasi. Cara pendinginan juga termasuk cara memperpanjang
daya simpan makanan, agar tahan lebih lama, dengan penyimpanannya dalam lemari pendingin/es.
Dengan cara pendinginan di dalam lemari es ini, misalnya telur yang utuh bisa tahan sampai 3
minggu, sedangkan telur yang sudah dimasak tahan sampai 1 minggu (www.republika.co.id).
Daging sapi dan daging kambing bila didinginkan bisa tahan sampai 3-5 hari, bahkan bila
didinginkan sampai beku, bisa tahan sampai 6-12 bulan. Ikan segar dengan pendinginan tahan 5-20
hari dan kalau dibekukan bisa tahan sampai 6-10 bulan. Produk unggas, semisal ayam yang utuh
bila didinginkan didalam lemari es, bisa tahan 1-2 hari, tetapi bila dibekukan daya tahan bisa 8-10
bulan.
Mentega bisa bertahan samapai 2 bulan bila didinginkan dan akan tahan sampai 1 tahun
bila dibekukan. Es krim bila dibekukan bisa bertahan sampai berapa bulan, sedangkan roti tahan
sampai beberapa minggu. Bahan sayuran yang didinginkan tahan sampai 3-20 hari, sedangkan
buah-buahan segar bisa sampai 180 hari. Tahu bisa bertahan sampai 4 hari bila direbus atau
direndam dalam air masak. Kalau disimpan dengan dibungkus dalam lemari es, tahu bisa tahan
sampai 8 hari.

Ikan asin bisa lebih awet jika dimasukkan kedalam kantong plastik yang kedap udara atau
disimpan ditempat yang kering, sejuk dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Sebenarnya ada beberapa bahan alami lain yang dipakai sebagai bahan pengawet makanan, yang
juga bersifat sebagai antimikroba, seperti kunyit, lengkuas dan sebagainya. Bahan-bahan alami ini
sudah dipakai sejak dahulu oleh para ibu rumah tangga, bukan saja untuk mengawetkan makanan
tetapi juga untuk membuat rasanya lebih enak dan lebih menarik (www.republika.co.id).
Para peneliti dan tenaga ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB), telah meneliti dan
menghasilkan suatu bahan yang disebut sebagai Chitosan yang dapat mengawetkan bahan
makanan, chitosan ini dibuat dari kulit kepiting rajungan dan kulit udang yang mengandung khitin,
yang nantinya sesudah diolah dengan cara tertentu. Untuk mengawetkan ikan misalnya, ikan
tersebut cukup dicelupkan saja kedalam larutan chitosan ini, lalu dijemur (Republika, 2005).
Chitosan elain dipakai untuk mengawetkan ikan asin, chitosan ini juga dapat dipakai untuk
memperpanjang daya tahan tahu, bakso, mie dan ikan basah (Republika, 2005).
Para peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian Gajah Mada, Yogyakarta yang
mempergunakan asap cair ( Liquid smoke ), sebagai bahan pengawet untuk menggantikan
formaldehid. Asap cair ini dikatakan bisa mengawetkan bahan makanan tertentu samapai 25 hari.
Asap cair tersebut di peroleh dari pembakaran batok kelapa atau ranting kayu kering, yang
kemudian melalui suatu proses tertentu asap tersebut dicairkan, Setiap 1 kg batok kelapa atau
ranting kayu bisa mengahsilkan sekitar 0.5 liter asap cair. Dari uraian yang telah disampaikan ini
dapatlah diambil kesimpulan bahwa formaldehid yang unsur utamanya adalah formaldehid,
memang mempunyai berbagai manfaat dalam berbagai keperluan. Tetapi penggunaaannya
sebagaibahan pengawet makanan, jelas sama sekali tidak menguntungkan bahkan sangat
merugikan bagi kesehatan kita. Karena itu penggunaan formaldehid ini dalam bahan makanan
apapun, atau juga dengan alasan apapun, tidak dilakukan.

Ada berbagai cara ataupun bahan lainnya yang jauh lebih aman bagi kesehatan kita. Yang
dapat dipakai sebagai bahan atau cara pengawetan makanan tersebut. Kita bisa memilih berbagai
cara dan bahan itu, karena juga sebenarnya biayanya tidaklah terlampau berbeda dengan
pemakaian formaldehid yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan itu (Bihar, 2008).

2. 5 SPEKTROSKOPI
Spektroskopi hasil pengukuran dan pembacaan spektra yang terbentuk daripada interaksi
radiasi

elektromagnet

dengan

jirim

(matter).

Jenis

kaidah

spektroskopi

yaitu

(http://pkukmweb.ukm.my/~mamot/STKM2022/SPEKTRO.htm) :
-Spesies yang hendak dianalisis (spektroskopi molekul, atom)
-Jenis interaksi radiasi-jirim yang hendak dipantau (penyerapan, pancaran atau pembiasan)
-Kawasan spektrum elektromagnet yang digunakan dalam analisis (UV=200 350 nm,
Vis=350 900 nm, IR dan NMR)
Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat beberapa kaidah spektrofotometri seperti:
-AAS/AES = penyerapan/pancaran atom.
-UV-Vis = penyerapan molekul.

-Fluoromentri = pancaran molekul.


-Spektrometri Jisim (MS) = pemecahan molekul disebabkan oleh elektron bertenaga tinggi,
pecahan molekul berkas.
-NMR (nuclear magnetic resonance) = sensitivitas magnet nukleus atom (spin nucleus)
terhadap persekitaran molekul atau ion nya.
-ESR (electron spin resonance) = sama seperti NMR tetapi melibatkan elekron tunggal (spin
elektron) dan ion logam dalam paramagnet.
-IR (infra red) = mengukur penyerapan radiasi pada frekuensi berbeda. Radiasi IR = 0.8 100
nm. IR dekat = 0.8 2.5 nm, IR pertengahan = 2.5 15 nm, IR jauh = 15 100 nm.
2. 5. 1 Spektrofotometri UV-Vis
Alat ini mempunyai dua sumber cahaya (Sinar ultra ungu dan sinar tampak). Masingmasing sumber cahaya dipergunakan untuk penentuan kandungan aromatik dan senyawa anionik
dalam sampel (www.lemigas.esdm.go.id) :

1
Jenis UV/VIS Spektrofotometer -Type Lamda-40 -Merk Perkin Elmer Buatan Jerman
-Lokasi Lab.Spektroskopi, Kel.Analitik dan Kimia Terapan
2
Kondisi Baik Fungsi Untuk analisis kandungan aromatik dan senyawa anionik dalam
sampel air buangan dll. -Sejarah Pemeliharaan Mengikuti sistem pemeliharaan pada sistem mutu
yang ada
3

Tahun Penggunaan Dari tahun 2000 s/d sekarang.

Alat spektrofotometer sinar tampak pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator,
tempat sel untuk zat yang diperiksa, detector, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. Sel serap
yang digunakan untuk pengukuran pada daerah sinar tampak dibuat dari kaca, dengan tebal sel 1
cm. Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu tungsten (Depkes.RI, 1979).
Spektrofotometer berbeda dengan fotometer, pada penggunaan monokromator sebagai
ganti filter yang dalam daerah pengukuran keseluruhan sekitar 220 sampai 280 nm dapat
menghasilkan cahaya monokromatik yang diinginkan. Seperti pada fotometer dikenal juga
peralatan dengan cahaya tunggal (Monobeam) dan dengan cahaya ganda (Doublebeam). Cahaya
monokromatik diperoleh dari cahaya polikromatik melalui penguraian cahaya dengan suatu prisma
atau kisi, cahaya dengan daerah panjang gelombang yang lebih sempit akan dipancarkan melalui
celah. Kisi secara prinsip adalah cermin dengan sekitar 1000 sampai 2000 goresan garis paralel per
mm. Spektrofotometer dilengkapi dengan alat optik yang dapat meneruskan sianr UV. Sebagai
sumber cahaya, alat ini mempunyai lampu pijar wolfram atau lampu halogen untuk daerah sinar
tampak dan sinar UV yang berdekatan, untuk daerah UV lampu hidrogen yang memancarkan sinar
ultra violet secara kontinyu.
Sebagai pelarut spektrofotometri dapat digunakan semua cairan yang sesuai yang dapat
diperoleh dalam bentuk murni dalam daerah ukur 220 sampai 800 nm dan tidak atau hanya sedikit
menunjukkan absorbsi sendiri serta dapat melarutkan dengan mudah senyawa yang hendak di
analisis. Yang terutama digunakan adalah air, etanol, metanol, asetonitil, sikloheksan dan heksan.
Letak maksimum absorpsi tergantung pada pelarut dan akan bergeser ke arah panjang gelombang
yang lebih panjang dengan bertambahnya polaritas pelarut. Formaldehid bebas Menurut Ph. Eur. II
senyawa yang sudah diencerkan yang sesuai direaksikan dengan larutan asetil aseton yang
mengandung ion amonium dan dipanaskan dengan kondisi yang ditentukan. Larutan yang
diperlakukan demikian ini tidak boleh berwarna lebih kuat dari pada larutan pembanding yang
dibuat dengan kadar formaldehid tertentu yang diperlakukan dengan kondisi sama (Hermann,
1981).

Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah
satunya, dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Beberapa istilah
dan hubungan digunakan untuk menggambarkan gelombang ini. Panjang gelombang merupakan
jarak linier dari suatu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang
berdekatan. Frekuensi merupakan banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tertentu dalam
satuan waktu. Dimensi frekuensi adalah seperwaktu (1/T) dan satuan yang digunakan biasanya
detik. Satuan frekuensi juga dapat dinyatakan sebagai putaran perdetik Hertz (Hz) (Sudarmadji,
1989).

Anda mungkin juga menyukai