PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa itu zat aditif?
2 Untuk memahami pengertian zat aditif perasa dan pengenyal dalam makanan?
3 Untuk memahami macam-macam dan kandungan zat perasa dan pengenyal?
4 Untuk memahami dampak penggunaan zat aditif (perasa dan pengenyal)?
5 Untuk memahami Pengaruh penambahan karagenan terhadap sifat fisik dan
organoleptik bakso ikan tongkol?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa sumber lain mengatakan zat aditif makanan atau bahan tambahan
makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam
jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan
memperpanjang daya simpan.
Di zaman modern seperti sekarang ini, bahan tambahan makanan digunakan dalam
skala yang makin luas. Luasnya penggunaan bahan tambahan makanan dapat dilihat dari
pengelompokannya seperti diatur dalam peraturan Menkes nomor 235 (1979). Dalam
peraturan Menkes tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya, bahan tambahan
makanan (zat aditif) dikelompokkan menjadi 14, di antaranya, yaitu: antioksidan dan
antioksidan sinergis, pengasam, penetral, pemanis buatan, pemutih dan pematang,
penambah gizi, pengawet, pengemulsi (pencampur), pemantap dan pengental, pengeras,
pewarna alami dan sintetis, penyedap rasa dan aroma, dan lainnya.
Komposisi adalah semua bahan baku pembuat makanan kemasan, termasuk zat
aditif yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan. Bahan
aditif yang mesti dicantumkan dalam kandungan isi meliputi bahan buatan atau alami.
Biasanya, bahan aditif diberi kode huruf E (Eropa) dan diikuti dengan tiga angka.
Misalnya, E 100 sebagai kode pewarna, E 200 kode konsevator, E 300 kode antioksida,
dan E 400 kode pengemulsi atau stabilisator. Contoh bahan aditif itu adalah E 200 asam
sorbat, E 201 Na sorbat, E 300 asam askorbat, E 311 oktil gallat, E 320 butilhidroksil
anisol (BHA), dan E 321 butilhidroksil toluena (BHT).
Dari sumbernya, zat aditif dibagi menjadi dua yaitu zat aditif alam dan buatan atau
hasil sintesis. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan
yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan
efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Zat aditif alami adalah merupakan
zat tambahan yang diperoleh dari alam, tanpa disintesis atau dibuat terlebih dulu.
Sedangkan zat adiktif buatan atau sintesis adalah zat tambahan makanan yang diperoleh
melalui sintesis (pembuatan), baik di laboratorium maupun industri, dari bahan-bahan
kimia yang sifatnya hampir sama dengan bahan alami yang sejenis, keunggulan zat adiktif
sintesis adlah dapat diproduksi dalam jumlah besar, lebih stabil, takaran penggunaannya
lebih sedikit, dan biasanya tahan lebih lama, sedangkan kelemahan zat adiktif sintesis
adalah dapat menimbulkan risiko penyakit kanker atau bersifat karsiogenetik.
4. Nilai praktis
Kecenderungan umum terhadap makanan yang mudah dan cepat saji
(makanan instan) juga menjadi alasan peningkatan penggunaan zat aditif.
Hal ini secara implisit dipahami bahwa zat aditif makanan dan produk-
produk degradasinya haruslah non toksik dan digunakan dalam batas yang
direkomendasikan. Ini berlaku sama untuk keracunan akut dan kronis, terutama
potensi efek karsinogenik, teratogenik (menyebabkan cacat janin) dan mutagenik
(Belitz, 2009).
2.3 Pengertian Zat aditif Perasa dan Pengenyal
2.3.1 Perasa
Bahan Perasa (Flavor) yang berasal dari bahan sintetis ini relatif lebih aman.
Namun demikian, kadar dan pemakaiannya perlu dikontrol dengan baik. Hampir
semua makanan yang ada dipasaran mengandung bahan perasa buatan. Mulai dari
snack anak-anak, permen, kue, sampai minuman ringan, jus buah, dan susu hampir
semuanya menggunakan bahan tersebut. Bahan perasa merupakan salah satu dari
beberapa bahan tambahan makanan yang berguna untuk memantapkan rasa dan
aroma dalam pengolahan makanan. Selain itu juga untuk meminimalkan biaya
produksi. Contoh zat perasa seperti perasa buah-buahan (nanas, jeruk, anggur dan
lain-lain) dan juga ada perasa daging atau unggas. Bahan perasa atau flavor memang
sudah menjadi kebutuhan bagi industri pangan dewasa ini. Dengan bahan perasa
tersebut para produsen bisa menghasilkan berbagai rasa hanya dengan mengubah rasa
atau flavor yang digunakan. Misalnya saja pada sirup bahan dasarnya adalah air dan
gula. Namun dengan ditambahkan flavor dapat dihasilkan berbagai jenis minuman
dengan rasa yang berbeda
Bahan perasa sendiri dari segi pembuatannya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Flavor Natural (alami)
Perasa alami diambil dari bahan-bahan alami, misalnya rasa bawang maka
diambil dari ekstrak bawang dan rasa ayam diambil dari sari ayam.
Gurih adalah salah satu komponen rasa dasar yang dikenal oleh manusia, selain
manis, asin, asam, dan pahit. Bahan pangan yang memiliki rasa gurih memiliki
komponen utama berupa nukleotida dan asam amino seperti glutamat dan aspartat.
Senyawa glutamat merupakan salah satu asam amino yang banyak ditemukan pada
tomat, keju, susu, terasi, dan lainnya. Dalam dunia kuliner Indonesia, rasa gurih
sangat kuat terasa pada gulai, sup, kaldu, soto, dan masakan tradisional lainnya.
Rasa gurih banyak terkandung secara alami di dalam beraneka ragam bahan
pangan, seperti teh hijau, ikan sardin, rumput laut, tiram, jamur, tomat, ikan tenggiri,
ikan tuna, keju, bonito, dan lain-lain. Sedangkan secara buatan, rasa gurih dapat
ditingkatkan melalui proses pengasapan daging, pembuatan kaldu, pengawetan,
pemeraman, dan pengeringan produk pangan.
Di benua Asia, berbagai bumbu penegas rasa gurih juga telah dikenal luas, contohnya:
- douchi dan jiang dari Cina - patis dan bagoong dari Filipina
Siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai Assugrin, Sucaryl, dan Sugar
Twin dan Weight Watchers.siklamat lebih banyak digunakan oleh produsen tingkat
industri besar, disebabkan sifatnya yang tidak menimbulkan ‘after taste’ pahit serta
sifatnya yang mudah larut dan tahan panas, sehingga banyak digunakan terutama
dalam produk-produk minuman ringan.
Zat aditif atau disebut juga zat tambahan yang selalu dan sering digunakan
pada makanan dan minuman ternyata dapat mempengaruhi kesehatan. Zat-zat
tambahan ini ditembahkan pada makanan sebagai pewarna makanan, pemanis
buatan dan zat pengawet. Zat-zat ini dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan
pada ginjal serta organ tubuh lainnya.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 722/88 dikatakan ada 26 jenis pengawet yang
diizinkan penggunaannya pada makanan dan minuman, yaitu:
* Propil-P-Hidroksi Benzoate
1. Karies gigi
2. Diabetes Mellitus
3. Panyakit kardiovaskuler,asteroklerosis
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili
Rhodophyceae seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai
poliglikan bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta
bersifat hidrokoloid. Karagenan tidak mempunyai nilai nutrisi dan digunakan pada
makanan sebagai bahan pengental, pembuatan gel, dan emulsifikasi. Tiga tipe utama
karagenan yang digunakan dalam industri makanan adalah ι-karagenan, κ-karagenan (E.
cottonii), dan λ-karagenan (E. spinosum). Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari
rumput laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan
menggunakan alkohol atau KC1. Alkohol yang digunakan terbatas pada metanol, etanol,
dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi
1500mg/kg.
Karagenan dapat diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat
digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk geli,
bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak dapat
dimakan oleh manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena
itu, karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya yang
dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan utamanya,
mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
Jenis Karagen
1. Iota karagenan (ι-karagenan) adalah jenis yang paling sedikit jumlahnya di alam, dapat
ditemukan di Euchema spinosum (rumput laut) dan merupakan karagenan yang paling
stabil pada larutan asam dserta membentuk gel yang kuat pada larutan yang
mengandung garam kalsium. Karagenan tipe iota mengandung gugus 4-sulfate ester
dalam semua gugus D-galaktose dan gugus 2-sulfate ester dalam 3,6 anhydro-D-
galaktose. Ketidakberaturan gugus 6-sulfate ester menggantikan gugus ester 4-sulfate
dalam D-galaktose. Gugus ini dapat digantikan dengan pengolahan dalam kondisi basa
untuk meningkatkan kekuatan gel.
Ciri-ciri :
· Larut dalam air panas, Natrium karagenan iota larut dalam air dingin dan air panas.
· Penambahan ion kalsium akan menyebabkan pembentukan gel tahan lama, elastic,
dan meningkatkan temperatur pembentukan gel dan pelelehan.
· Gel bening
2. Kappa karagenan (κ-karagenan) merupakan jenis yang paling banya terdapat di alam
(menyusun 60% dari karagenan pada Chondrus crispus dan mendominasi pada Euchema
cottonii). Karagenan jenis iniakan terputus pda larutan asam, namun setelah gel terbentuk,
kargenan ini akan resisten terhadap degradasi. Kappa karagenan membentuk gel yang kuat
pada larutan yang mengandung garam kalium. Karagenan kappa memiliki struktur D-
galaktose dan beberapa gugus 2-sulfate ester pada 3,6 anhydro-D-galaktose yang
ditunjukan gambar. Gugus 6-sulfate ester mengurangi daya kekuatan geli namun dapat
mengurangi loss akibat pengolahan dengan menggunakan basa.hal ini akan memberikan
keteraturan rantai yang lebih baik.
Ciri-ciri :
· Penambahan ion Kalium menyebabkan pembentukan gel yang tahan lama, namun
rapuh, serta manambah temperatur pembnetukan gel dan pelelehan.
· Kuat, gel padat, beberapa ikatan dengan ion K+ dan Ca++ menyebabkan bentuk
helik terkumpul, dan gel menjadi rapuh
3. Lambda karagenan (λ-karagenan) adalah jenis karagenan kedua terbanyak di alam serta
merupakan komponen utama pada Gigartina acicularis dan Gigatina pistillata dan
menyusun 40% dari karagenan pada Chondrus crispus. Selain itu, lambda karagenan adalah
yang kedua paling stabil setelah iota karagenan pada larutan asam, namun pada larutan
garam, karagenan ini tidak larut. Karagenan tipe lambda mengandung residu disulfated-D-
galaktose yang tidak mengandung gugus ester 4-sulfate namun sejumlah gugus ester 2-
sulfate.
Ciri-ciri :
· Diperkirakan mengandung 35% ester sulfat dan sedikit atau bahkan tidak mengandung
Manfaat Karagen
Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel yang dapat digunakan untuk
mengenyalkan bakso dan mie basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti borax.
Karagenan dihasilkan dari rumput laut Euchema sp yang telah dibudidayakan di berbagai
perairan Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5 - 1,5
gram karagenan untuk mengenyalkannya. Di pasaran 0,5 - 1,5 gram karagenan dijual
dengan harga Rp750 sampai Rp900.
Pengenyal Bakso yang masuk dalam katagory food grade.ada dua macam
pengenyal bakso, yaitu pertama pengenyal bakso yang di ektrak dari bahan alami dan yang
kedua pengenyal bakso yang terbuat dari sintesis kimia.
Karagenan adalah pengenyal bakso yang alami karena terbuat dari bahan rumput
laut. sifatnya bisa mengentalkan adonan, saya punya contoh, kalau anda pernah bikin agar-
agar, dengan memakai hanya sekitar 7 gram tepung agar-agar kemudian ditambah air 4
gelas (800 cc), di sini terlihat tepung agar-agar yang jumlahnya sangat sedikit 7 gram,
mampu mengikat air sebanyak 4 gelas menjadi seperti jelly. luar biasa kan.
Pengenyal bakso karagenan juga mempunyai sifat demikian dalam sebuah adonan
bakso.Karaginan merupakan kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi dari rumput
laut. Sebagian besarkaraginan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat
terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa.
(Nehen,1987)
Karena pengenyal bakso karagenan ini alami dan berserat tinggi, maka sangat baik bila
digunakan untuk pengenyal bakso. tetapi karena spesifikasi karagenan sangat beragam, ada
yang untuk mie, es krim, yogurt, bakso dll, maka sebaiknya pilih karagenan yang
dispesifikasikan khusus untuk bakso.Sedangkan faktor harga, relatif cukup tinggi untuk
kalangan industri bakso.Kadar pemakaiannya 1-2% dari berat total adonan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan tongkol segar yang diperoleh dari nelayan di
Pantai Ampenan, tapioka merk Tiga Mawar, jeruk nipis, bawang putih, garam, es batu dan
lada diperoleh dari Pasar ACC Ampenan, aquades, dan karagenan Semi Refine
Carragenaan (SRC) dari UKM binaan Tim Peneliti MP3EI Fakultas Teknologi Pangan
dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3.2 Metode
Pembuatan Bakso Prosedur pembuatan bakso ikan tongkol mengacu pada prosedur
pembuatan bakso ikan tongkol hasil penelitian Nofianti (2009). Ikan tongkol dibersihkan
dari tulang kemudian dicuci bersih. Diberi perasan jeruk nipis sebanyak 0,5% (b/v) yang
didiamkan selama 5 menit untuk
Daya Ikat Air Penambahan karagenan 0% tidak berbeda nyata dengan penambahan
karagenan 1% namun berbeda nyata dengan penambahan karagenan 2%, 3%, dan 4%.
Terlihat pula dengan penambahan karagenan dengan konsentrasi yang semakin tinggi,
daya ikat air cenderung meningkat. Daya ikat air yang tinggi karena penambahan
karagenan. Sesuai dengan fungsi karagenan yaitu dapat menahan air dengan baik.
Menurut Keeton (2001) karagenan dapat menyerap air sehingga menghasilkan tekstur
yang kompak dan meningkatkan daya mengikat air. Pada penelitian Sudrajat (2007),
daya ikat air bakso kerbau dan bakso sapi dengan penambahan karagenan 0,3% yaitu
25,99% dan 29,45%. Daya ikat air bakso ikan tongkol lebih tinggi dengan bakso
kerbau dan bakso sapi karena pengaruh dari penambahan konsentrasi karagenan yang
lebih tinggi.menyerap air sehingga menghasilkan tekstur yang kompak dan
meningkatkan daya mengikat air. Pada penelitian Sudrajat (2007), daya ikat air bakso
kerbau dan bakso sapi dengan penambahan karagenan 0,3% yaitu 25,99% dan 29,45%.
Daya ikat air bakso ikan tongkol lebih tinggi dengan bakso kerbau dan bakso sapi
karena pengaruh dari penambahan konsentrasi karagenan yang lebih tinggi.
Perbedaan daya ikat air ini sangat dipengaruhi oleh pH bakso yang digunakan
(Sudrajat, 2007). pH bakso kerbau yaitu 5,79, pH bakso sapi yaitu 5,8, dan pH bakso
ikan tongkol yaitu 6,2. pH yang rendah mengakibatkan daya ikat air yang rendah
karena mendekati pH isoelektriknya (Aberle et al., 2001). Daya ikat air yang baik juga
disebabkan oleh kemampuan karagenan dalam membentuk jala tiga dimensi yang
dapat memerangkap air (Pietrasik dan Jarmolouk, 2003). Selain itu kandungan protein
yang masih tinggi terutama jenis aktin dan miosin dalam bentuk bebas mampu
mengikat air dengan baik (Muchtadi dan Sugiono, 1992).
5.1 Kesimpulan
Penambahan karagenan (0-4% b/b) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
parameter fisik seperti daya ikat air dan warna, sedangkan kekenyalan tidak berbeda nyata
(p>5%), namun berbeda nyata pada p>15%. Pada parameter organoleptik, kekenyalan dan
warna (Scoring) saja yang menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Penambahan
karagenan 2% (b/b) dapat meningkatkan daya ikat air dan kekenyalan (Scoring)
dibandingkan dengan kontrol.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
A.Z, Ridwan. 2012. Bahaya Bahan Pewarna Dan Pengawet Dalam Makanan. http://bahaya
bahan-pewarna-dan-pengawet-pada-makanan_RidwanAZ.com.html. Diakses pada tanggal 7
Mei 2015.
Aberle, E. D., J. C. Forrest, D. E. Gerrard and E. W. Mills, 2001. Principles of Meat Science.
Fourth Ed. Kendal Hunt Publishing Company, America.
Anggraeni, D., 2002. Pengaruh Konsentrasi Sorbitol Terhadap Mutu Edible Film dari
Rumput Laut (Gracilaria sp.) untuk Pelapis Permen. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.