Pertama-tama kami ucapkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT,
karena atas berkat rohmat dan hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan
pada waktunya.
Adapun penyusunan makalah ini yang berjudul “Pewarna Makanan dan
Bahan Aditif Makanan”, bertujuan untuk memenuhi syarat menunaikan tugas
mata kuliah “Ilmu Gizi”. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang
kurang berkenan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dan membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna. Semoga ini bisa dapat
bermanfaat bagi semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Zat Aditif Makanan ………………………………………..3
2.2 Zat Pewarna…………………………………………………………….6
2.4 Pemanis Makanan ……………………………………………………..10
2.4 Pengawet Makanan……………………………………………………11
2.5 Penyedap Makanan…………………………………………………….13
2.6 Dampak Penggunaan Zat Aditif Pada Makanan……………………….14
2.7 Upaya Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif…………17
BAB 111
PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu banyak zat aditif pada makanan yang saat ini digunakan para
produsen pada setiap produknya. Hal itu membuat kalangan masyarakat
semakin sulit memilih makanan atau bahan makanan yang betul – betul
bebas dari zat aditif makanan.. Perlu diketahui bahwa pemakaian zat aditif
pada makanan tidak pernah dapat dihindari karena dalam beberapa hal
fungsinya memang diperlukan dalam proses pembuatan bahan makanan
tersebut. Selain itu, tidak semua zat aditif pada makanan berbahaya atau
tidak bernilai gizi. Beberapa di antaranya malah berguna bagi tubuh karena
mengandung vitamin atau bahkan bisa mencegah kanker. Namun begitu,
penggunaan zat aditif makanan yang berlebihan dapat merugikan
kesehatan. Oleh karena itu, pemakaiannya arus selalu terkendali sehingga
dampak negatifnya dapat diminimalkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah zat adiktif makanan?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis pewarna makanan?
1.2.3 Apa saja jenis- jenis pemanis makanan?
1.2.4 Apa saja bahan pengawet makanan?
1.2.5 Apa saja bahan penyedap makanan?
1.2.6 Apa saja dampak dari zat adktif makanan?
1.2.7 Bagaimana upaya mengurangi dampak penggunaan zat adiktif
makanan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui zat adiktif makanan
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis pewarna makanan
1.3.3 Mengetahui jenis-jenis pemanis makanan
1.3.4 Mengetahui bahan pengawet makanan
1.3.5 Mengetahui bahan penyedap makanan
1.3.6 Mengetahui dampak dari zat adiktif makanan
1.3.7 Mengetahui upaya mengurangi dampak penggunaan zat adiktif
makanan
2
BAB II
ISI
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat
aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan
makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak
atau hilang selama proses pengolahan. Umumnya zat aditif alami tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi,
jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang
lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu,
industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan
(sintesis). Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek
samping seperti gatal-gatal, dan kanker.
Dewasa ini zat aditif pada makanan digunakan untuk tujuan yang lebih
beragam sesuai dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Kendati
begitu, penggunaan zat aditif makanan pada produk pangan terikat pada norma –
norma yang arus dipatuhi secara moral. Zat aditif pada makanan yang digunakan
harus mempunyai sifat – sifat sebagai berikut:
Melihat luasnya cakupan fungsi zat aditif pada makanan, tampaknya memaang
sulit untuk lepas sama sekali dari penggunaannya. Meskipun begitu, sering juga
terjadi kasus – kasus yang merugikan , yakni ketika zat aditif pada makanan
digunakan pada situasi yang searusnya tidak diperlukan, penggunaan yang
berlebihan, menyalahi spesifikasi, atau sengaja digunakan bahan – bahan
3
terlarang. Misalnya, kasus penggunaan boraks dan formalin pada produk – produk
seperti susu, tahu, dan bakso.
Berdasarkan bahannya, kita dapat membedakan zat aditif menjadi dua jenis, yaitu:
1. Zat aditif alami merupakan zat aditif yang bisa diperoleh dari alam, seperti
daun salam, daun pandan, kunyit, jahe, gula aren, dan asam.
2. Zat aditif sintetis merupakan zat yang dibuat dengan serangkaian proses
kimia. Zat yang diperoleh dari proses kimia ini jika dikonsumsi secara
tubuh. Beberapa bahan makanan yang termasuk ke dalam zat aditif sintetis
sakarin. Biasanya, zat aditif sintetis lebih berbahaya bagi kesehatan jika
dibandingkan dengan zat aditif alami. Karena pada proses pembuatan zat
4
dampak negatif terhadap tubuh konsumen. Beberapa fungsi dari zat aditif
Tabel 1.1
Pemanfaatan Zat Aditif
Zat aditif Contoh Keterangan
5
Zat aditif Contoh Keterangan
asam laktat
6
situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan
kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat
berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya.
Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan
tidak memiliki afinitas terhadap substrat.
7
- zat warna klorofil dari daun suji dan daun pandan yang menghasilkan
warna hijau untuk mewarnai kue, seperti kue lapis dan kue pisang;
- zat warna kurkumin yang berasal dari kunyit yang menghasilkan warna
kuning untuk memberi warna pada tahu, minuman ringan, dan nasi kuning;
- zat warna kapxantin yang dikandung oleh cabai merah untuk memerahkan
rendang dan sayur ikan;
- zat warna antosianin yang dikandung bit menghasilkan warna abu-abu
violet pada keadaan basa dan warna merah pada keadaan asam;
- zat warna coklat pada karamel dihasilkan dari reaksi karamelisasi sukrosa
pada pemanasan sekitar 170o C;
- zat warna kuning pada wortel disebut beta-karoten untuk memberi warna
kuning pada makanan;
- beberapa zat warna alami lainnya, seperti sari jeruk yang menghasilkan
warna kuning, riboflavin, paprika, dan ekstrak kulit anggur.
Masih ada beberapa pewarna alami lainnya seperti:
Anato
Beta-Apo-8’Karotenoat
Etil Beta-Apo-8’Karotenoat
Xantasantin
Karamel, Amonia Sulfit Proses
Karmin
Beta Karoten
Klorofil
Klorofil Tembaga Komplex
Kurkumin
Riboflavin
Tartrazin
8
sintetis ini mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami,
yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih
stabil, dan biasanya lebih murah. Adapun jenis – jenis pewarna sintetis
yaitu:
- Tartrazine (E102 atau Yellow 5). Pewarna kuning yang banyak
digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi
meningkatkan hiperaktivitas anak , pada sekitar 1-10 dari 10.000 orang,
Tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam
kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam). Intoleransi
ini lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitive terhadap
aspirin.
- Sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6). Pewarna yang dapat
ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju,
jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil
individu, konsumsi pewarna adiktif ini dapat menimbulkan urtikaria,
rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah.
- Ponceau 4R (E124 atau SX Purple). Pewarna merah hati yang
digunakan dalam berbagai produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan
minuman ringan. Selain berpotensi memicu hiperaktivitas pada anak,
pewarna ini dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa
Negara.
- Allura Red (E129). Pewarna sintetis merah jingga yang banyak
digunakan pada permen dan minuman. Pewarna ini sudah banyak
dilarang di banyak Negara.
- Quinoline Yellow (E104). Pewarna makanan kuning ini digunakan
dalam produk seperti es krim dan minuman energy. Zat ini sudah
dilarang di banyak Negara karena dianggap maningkatkan resiko
hiperaktivitas dan serangan asma.
- Metanil Yellow. Pewarna makanan ini juga merupakan salah satu zat
pewarna yang tidak diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan
9
makanan. Metanil Yellow digunakan sebagai pewarna untuk produk-
produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis.
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan
warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya
sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun
sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami
mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan.
Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan
segera pudar ketika mengalami proses penggorengan.
2.3 PEMANIS MAKANAN
Gula putih dan gula merah adalah pemanis alami yang sangat umum
pemakaiannya. Namun, penderita diabetes (kencing manis) dan obesitas
(kegemukan) tidak dianjurkan menggunakan pemanis alami ini karena dapat
meningkatkan kadar gula dan menambah berat badan. Untuk itu telah tersedia
pemanis sintesis renda kalori seperti siklamat dan sakarin. Namun, sejak tahun 70-
an penggunaan siklamat dan sakarin telah dilarang di Amerika Serikat karena
dicurigai dapat mengakibatkan kanker. Sebagai gantinya, tahun 1981 diproduksi
aspartam sebagai pemanis sintetis yang kemanisannya kira – kira 160 kali gula
putih. Sorbitol adalah salah satu jenis pemanis sintetis yang tidak terurai dalam
mulut sehingga tidak merusak gigi, tetapi pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan diare.
Jenis
Keterangan Contoh
Pemanis
Mempunyai nilai kalori sukrosa (gula tebu)
Pemanis Aman di konsumsi, kecuali bagi laktosa (gula susu)
Alami penderita obesitas dan diabetes. glukosa (gula darah)
Fruktosa (gula buah)
10
buatan juga digunakan untuk penderita Gliserol
obesitas dan penderita diabetes.
Table Jenis-Jenis Pemanis Makanan
Baru – baru ini telah ditemukan pemanis sintetis generasi terkini, yaitu
neotam. Pemanis ini merupakan turunan dari aspartame yang kemanisannya 7000-
13000 kali tingkat kemanisan gula. Tak kurang dari seratus penelitian telah
membuktikan bahwa neotam aman dikonsumsi oleh semua kalangan, baik anak-
anak, wanita hamil maupun penderita diabetes.
Asam cuka merupakan pengawet alami yang efektif karena mikroba tidak
dapat bertumbuh dengan baik pada suasana asam. Asam cuka sering digunakan
11
sebagai bahan pengawet untuk mentimun, bawang, cabe, dan lain-lain. adapun
pengawet makanan lainnya yaitu:
Asambenzot Untuk jus buah dan Dapat menghentikan pertumbuhan bakteri buah dan
Sodium/Natrium minuman ragi
benzoat
12
Penggunaan zat pengawet tersebut harus selalu dikontrol karena
pemakaian yang berlebihan dapat mmerugikan kesehatan. Misalnya, natrium nitrit
dapat mengakibatkan kanker, sedangkan natrium benzoat dapat mengakibatkan
gangguan syaraf dan alergi. Sampai saat ini di Indonesia masi terjadi
penyalahgunaan pemakaian bahan pengawet untuk makanan. Boraks yang
merupakan bahan kimia pembuatan keramik sering digunakan sebagai pengawet
pada proses pembuatan mie dan bakso. Sedangkan formalin, bahan kimia
pengawet mayat, banyak digunakan untuk mengawetkan ikan segar dan tahu. Hal
ini berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengakibatkan keracunan, gatal –
gatal, iritasi paru – paru, gangguan sistem pencernaan dan kematian.
Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal
dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa
hasil sintesis:
Oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika
dicampur dengan zat penyedap ini;
Etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada
makanan;
Amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
Amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan
beraroma seperti buah apel.
13
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas,
terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis
masakan, yaitu penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa,
tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang
sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant
syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan
berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu.
Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra.
14
merupakan penyakit yang menyerang mata, yaitu terjadinyakerusakan pada
kornea mata. Penyakit ini jika tidak diatasi,maka dapat menimbulkan kebutaan.
Untuk menghindaripenyakit Xerophtalmia, perlu mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung vitamin A.
2. Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif
Kemajuan teknologi di bidang pangan dapat memacu manusia untuk
menciptakan bahan makanan dengan kualitas yang makin baik. Kualitas makanan
yang baik tidak dapat dilihat dari bentuk tampilan luarnya saja, akan tetapi yang
paling penting adalah kandungan gizi dalam makanan tersebut. Saat ini telah
banyak ditemukan makanan yang unggul karena telah melalui berbagai proses
produksi sehingga memiliki ketahanan yang lebih lama jika dibandingkan dengan
kondisi normalnya. Misalnya, ikan sarden dalamkemasan kaleng dapat bertahan
berbulan - bulan, bahkan hingga satu tahun lamanya tanpa mengalami
pembusukan. Ikan sarden tersebut dapat bertahan lama setelah ditambahkan zat
pengawet pada proses produksi makanan tersebut. Namun, bahan makanan yang
menggunakan zat pengawet tidak dapat dikonsumsi setelah melewati masa
kadaluarsa. Beberapa bahan makanan yang berdampak negatif terhadap orang
yang mengkonsumsinya adalah sebagai berikut.
a) Formalin yang digunakan sebagai pengawet makanan jika dikonsumsi secara
terus-menerus dapat mengganggu fungsi organ pencernaan, kanker paru – paru,
penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
b) Boraks yang digunakan juga sebagai pengawet makanan bila dikonsumsi
secara teur – menerus dapat mengakibatkan mual, muntah, diare, penyakit kulit,
kerusakan ginjal,serta gangguan pada otak dan hati.
c) Natamysin yang digunakan sebagai zat pengawet mengakibatkan mual,
muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
d) Kalium Asetat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat menyebabkan
kerusakan fungsi ginjal.
e) Nitrit dan Nitrat yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengkibatkan
keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai
15
organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-
muntah.
f) Kalsium Benzoate yang digunakan sebagai zat pengawet dapat memicu
terjadinya serangan asma.
g) Sulfur Dioksida yang digunakan sebagai zat pengawet dapat mengakibatkan
perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan
alergi.
h) Kalsium dan Natrium propionate adalah zat pengawet yang apabila digunakan
melebihi angka batas maksimum dapat menyebabkan migren, kelelahan, dan
kesulitan tidur
i) Natrium metasulfat zat pengawet yang dapat mengakibatkan alergi pada kulit.
j) CFC dan Tetrazine yang digunakan sebagai zat pewarna dapat merusak organ
hati, ginjal dan meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada masa kanak-kanak.
k) Rhodamin B adalah zat pewarna tekstil yang apabila digunakan sebagai
pewarna makanan dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan pada
paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.
l) Sunset Yellow yang dipergunakan sebagai zat pewarna dapat menyebabkan
kerusakan kromosom
m) Ponceau 4R yang apabila dipergunakan untuk pewarna makanan dapat
mengakibatkan anemia dan kepekatan pada hemoglobin.
n) Carmoisine (merah) adalah zat pewarna yang dapat menyebabkan kanker hati
dan menimbulkan alergi.
o) Quinoline Yellow adalah zat pewarna makanan yang dapat mengakibatkan
hypertrophy, hyperplasian dan carcinomas kelenjar tiroid.
p) Siklamat yang digunakan sebagai zat pemanis dapat menyebabkan penyakit
kanker ( karsinogenik ).
q) Sakarin yang juga digunakan sebagai zat pemanis dapat menyebabkan infeksi
dan kanker kandung kemih
r) Aspartan yang juga digunakan sebagai pemanis buatan dapat menyebabkan
gangguan saraf dan tumor otak.
16
s) Penggunaan Monosodium Glutamat ( MSG ) sebagai bahan penyedap dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf, kelainan hati, trauma, hipertensi,
stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah,
migren, asma, ketidak mampuan belajar, dan depresi.
2.7 UPAYA MENGURANGI DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN
ZAT ADITIF
Penggunaaan zat aditif pada makanan sering kali menimbulkan berbagai
dampak negatif. Dampak yang paling sering muncul adalah dari penggunaan
bahan aditif sintetik karena menggunakan bahan kimia hasil olahan industri. Dari
berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan bahan aditif, kita
perlu berhati - hati dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari
penggunaan zat aditif makanan adalah sebagai berikut.
a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif tidak berlebihan.
b) Teliti memilih makanan yang mengandung zat aditif dengan memeriksa
kemasan, karat atau cacat lainnya.
c) Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari
warna aslinya. Biasanya makanan yang mencolok warnanya mengandung
pewarna tekstil.
d) Cicipi rasa makanan tersebut. Lidah juga cukup jeli membedakan mana
makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman
umumnya berasa tajam, misalnya sangat gurih dan membuat lidah
bergetar. Biasanya makanan-makanan seperti itu mengandung penyedap
rasa dan penambah aroma berlebih.
e) Memilih sendiri zat aditif yang akan digunakan sebagai bahan makanan.
f) Menggunakan zat aditif yang berasal dari alam.
g) Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi dan serta kadaluarsa
yang terdapat pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
h) Bau juga aromanya. Bau apek atau tengik menandakan bahwa makanan
tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
17
f) Amati komposisi serta bahan - bahan kimia yang terkandung dalam
makanan dengan cara membaca komposisi bahan pada kemasan.
g) Memeriksa apakah makanan yang akan dikonsumsi telah terdaftar di
Departemen Kesehatan atau belum.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zat aditif adalah zat-zat tambahan yang digunakan pada makanan dengan
tujuan tertentu.
• Tujuan penambahan zat aditif pada makanan adalah memberikan rasa sedap,
• Contoh bahan pewarna alami adalah beta - karoten ( kuning ), klorofil ( hijau
• Contoh bahan pewarna alami adalah eritrosin ( merah ), kuning FCF ( kuning
makanan sehingga makanan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
• Anti oksidan merupakan suatu zat aditif pada makanan berupa senyawa yang
mudah teroksidasi.
menggunakan zat aditif yang alami dan mengurangi penggunaan zat aditif sintesis
Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan didalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran baik
dari dosen pemimbing maupun dari pembaca budiman. Atas kritik dan saran
nantinya kami ucapkan terima kasih.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Sri dkk.2009.Sains Biologi 2 SMA/MA.Jakarta: Bumi Aksara
Puspita, Diana. 2009.Alam Sekitar IPA Terpadu.Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
www.scribd.com
www.informasisehat.wordpress.com
www.sephinapt.com
www.chem-is-try.org
www.nitrosoxyde.wordpress.com
www.amel-riris.blogspot.com
www. shvoong.com
20