Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH RENCANA PEMASARAN

MATA KULIAH SOSIOLOGI OLAHRAGA

Dosen Pengampu : Fathan Nurcahyo S.Pd.Jas M.Or

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Allta Lintang Pratama


NIM : 21601244008
Kelas : PJKR A 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, 18 November 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zat aditif dan zat adiktif sering dijumpai di sekitar kita. Zat aditif sering kita
konsumsi secara disengaja. Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan
selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu.
Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan
kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang
mungkin
rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Kepedulian terhadap bahan kimia dalam
makanan yang sering dilupakan. Jajanan anak-anak yang sering dijumpai setiap kali
istirahat sekolah. Bahan yang membuat jecanduan seperti rokok dan bahan yang
dapat membahayakan kita tanpa disadari kita konsumsi. Pengarahan dari orang tua
sangat kurang dan perhatian orang tua sangatlah penting dalam hal ini, karna
pengaruh bahan kimai sangat lah berbahaya bagi keberlangsungan hidup atau
kesahatan. Pengaruhnya
tidak secara langsung namun berakibat fatal apabila tidak dicegah dari mulai
sekarang. Zat adiktif adalah zat-zat yang dapat membuat pemakainya kecanduan
(adiksi).
Kecanduan adalah suatu keadaan fisik (jasmani) maupun nonfisik (psikologis)
dari seseorang yang merasa tidak normal jika tidak menggunakan zat tertentu.
Biasanya si pecandu akan menuruti keinginannya dengan kembali mengonsumsi zat
tersebut.
Sejak zaman dahulu, manusia sudah mengenal zat yang tergolong adiktif,
misalnya suku indian merokok dan mengunyah tembakau disetiap upacara adat. Pada
awalnya, semua bahan adiktif berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contoh tumbuh-
tumbuhan itu adalah ganja (cannabis sativa), opium (papaver somniverum), kokain
(Erythroxylum coca), mariyuana (Cannabis indica). Akan tetapi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan alam, khususnya bidang kimia, saat ini manusia
telah dapat membuat bhan-bahan adiktif buatan (sintetis) yang berkemampuan sama
dengan zat adiktif alami. Zat adiktif sintetis ada berbagai macam jenis dan khasiatnya
berbeda-beda

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud zat aditif dan zat aditif?
2. Apa macam-macam zat aditif dan zat adiktif?
3. Bagaimana dampak zat aditif dan zat adiktif bagi manusia (pemakainya)?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi zat aditif dan zat aditif.
2. Mengetahui macam-macam zat aditif dan zat adiktif.
3. Mengetahui dampak dari zat aditif dan zat adiktif bagi manusia (pemakainya)?
BAB II ZAT ADITIF
A. Definisi Zat Aditif
Zat aditif menurut WHO (World Health Organization) adalah zat – zat yang
ditambahkan pada makanan dalam jumlah sedikit untuk memperbaiki warna, bentuk,
cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa penyimpanan. Persyaratan
penambahan zat aditif dalam makanan yaitu:
1. Memperbaiki kualitas atau gizi makanan.
2. Membuat makanan tampak lebih menarik.
3. Meningkatkan cita rasa makanan.
4. Membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi atau busuk.
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat
aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan
tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau
hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan
efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah
penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar
sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan
memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku
pembuatannya adalah
dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan.
Zat aditif makanan adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam makanan
selama proses pengolahan, penyimpanan, atau pegepakan makanan. Pada awalnya,
orang hanya menggunakan bahan aditif makanan yang alami, seperti gula, cabe,
kunyit, garam, dan merica. Akan tetapi, dengan perkembangan industri makanan
yang membutuhkan bahan dalam jumlah yang besar dan waktu penyimpanan yang
lebih lama, orang mulai memproduksi dan menggunakan bahan sintetis, Berdasarkan
fungsinya, zat aditif makanan dapat digolongkan ke dalam pewarna, pemanis,
pengawet, penyedap, anti oksidan, penambah gizi, pengemulsi, pengatur keasaman,
pembentuk serat, anti kempal, pemutih atau pemucat, perenyah, pengisi, pemantap,
zat pengering, pencegah buih, pengkilap/pelembab, dan pencegah lengket.
B. Macam-macam Zat Aditif

Pengelompokan zat aditif berdasarkan asalnya :


1. Zat aditif alami : berasal dari sumber alami
2. Zat aditif sintetik : berasal dari bahan-bahan kimia (buatan pabrik)
Pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya :
1. Pewarna
Tujuan pemberian warna pada makanan adalah agar terlihat menarik dan
menggugah selera makan.
Jenis-jenis pewarna, antara lain adalah:
a. Alami
Kuning : Kunyit Hijau
Daun suji : Coklat
Buah coklat : Merah coklat
Daun jati : Kuning-merah
Wortel : orange
Kelebihan dari zat pewarna alami adalah aman dikonsumsi,
menghasilkan aroma yang enak dan khas selain warnanya. Kekurangan dari zat
pewarna alami adalah pilihan warnanya terbatas dan warnanya tidak tajam seperti
pewarna sintetis dan tidak praktis.
b. Sintetik
Tartrazin : kuning
Amaranth : merah
Sunset yellow : orange
Briliant blue FCF : Biru
Kelebihan dari pewarna sintetik adalah pilihan warna banyak dan praktis
Kekurangan dari zat pewarna sintetik adalah tidak menghasilkan aroma, ada
pewarna yang tidak cocok untuk makanan dan beresiko menimbulkan penyakit.
Pewarna sintetik yang berbahaya bagi kesehatan contohnya adalah pewarna tekstil.
Terkadang orang mempergunakan pewarna tekstil untuk mewarnai makanan.
Warnanya sangat menyolok dan tampak bagus. Tetapi sangat berbahaya bagi
kesehatan.
Beberapa pewarna sintetis sudah dilarang digunakan untuk makanan :
1) Rodhamin B, karena menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada
kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati.
2) Metanil yellow, menyebabkan : iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada
kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada
kandung dan saluran kemih.
2. Pemanis

Berfungsi menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Bahan ini tidak
atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x
gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat
(kemanisannya 50x gula) dan serbitol.
Ada 2 jenis pemanis, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
a. Pemanis alami, berasal dari buah dan madu, jika dikonsumsi secara
berlebihan dapat menyebabkan kegemukan, pemanis ini berbahaya jika
dikonsumsi penderita diabetes.
b. Pemanis buatan, tidak dapat dicerna sehingga tidak dapat dijadikan sebagai
sumber energi. Pemanis buatan merupakan pilihan untuk penderita dibetes.
Contoh pemanis buatan adalah sakarin, natrium siklamat, magnesium
siklamat, kalsium siklamat, aspartam. Pemakaian berlebihan merangsang
tumor kandung kemih dan bersifat karsinogenik (penyebab kanker).
3. Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan,
kecap, acar ketimun dalam botol dan caos.
b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet
kalangan.
d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
4. Penyedap rasa
Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma

makanan.
a. Penyedap rasa dan aroma (flavour)
Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari
golongan ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa
apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)
b. Penguat rasa (flavour echancer)
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak
digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak
dengan nama vetsin.
5. Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Contoh:

a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium),

digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.


b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak

makanan.
c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan,

margarin dan mentega.


6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental
Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem disperse yang
homogen pada makanan. Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab
7. Pemutih dan pematang tepung
Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga
dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida,
dan kalium bromat
8. Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam
klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat
9. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk.
Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam
meja)
10. Pengeras.
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium
glukonat (pada buah kalangan)
11. Sekuestran
adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam
fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium
dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA penambah gizi. Zat aditif yang
ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi
makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

C. Dampak Zat Aditif

Nama zat pengawet dan Penyakit yang ditimbulkan

1. Formalin : Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung


dan merusak sistem saraf.

2. Boraks :Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan

pada otak dan hati.


3. Natamysin : Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
4. Kalium Asetat : Kerusakan fungsi ginjal.
5. Nitrit dan Nitrat : Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah
membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala,
anemia, radang
ginjal, dan muntah-muntah.
6. Kalsium Benzoate : Memicu terjadinya serangan asma.
7. Sulfur Dioksida : Perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi

genetik, kanker dan alergi.


8. Kalsium dan Natrium propionate : Penggunaaan melebihi angka maksimum

tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.


9. Natrium metasulfat : Alergi pada kulit

Nama Zat Pewarna dan Penyakit yang ditimbulkan :

1. Rhodamin B (pewarna tekstil): Kanker dan menimbulkan keracunan pada


paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus
2. Tartazine: Meningkatkan kemungkinan hyperaktif pada masa kanak-kanak.
3. Sunset Yellow: Menyebabkan kerusakan kromosom
4. Ponceau 4R: Anemia dan kepekatan pada hemoglobin.
5. Carmoisine (merah): Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
6. Quinoline Yellow: Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar
tiroid Nama Zat Pemanis dan Penyakit yang ditimbulkan:
1. Siklamat : Kanker (Karsinogenik)
2. Sakarin : Infeksi dan Kanker kandung kemih
3. Aspartan : Gangguan saraf dan tumor otak
4. Semua pemanis buatan : Mutagenik

1.1 Aspartam
Aspartam yang dikenal dengan nama dagang Equal, merupakan salah satu

bahan tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan

menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Pada penggunaan dalam

minuman ringan, aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam

waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Aspartam merupakan

pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam batas tertentu. Menurut

ketentuan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. H.K.00.05.5.1.4547 tentang

persyaratan penggunaan BTP pemanis buatan dalam produk pangan, maka

aspartam dapat digunakan secara aman dan tidak bermasalah bila sesuai takaran

yang diperbolehkan. Untuk kategori pangan minuman berkarbonasi dan non

karbonasi, batas maksimum penggunaan Aspartam adalah 600 mg/kg, aspek

konsumsi keamanan kandungan aspartam sesuai dengan kadar yang diizinkan.

Yang kemudian akan menjadi masalah adalah bila seseorang mengkonsumsi

produk yang mengandung aspartam secara berlebihan sehingga jika diakumulasi

dapat melebihi kadar asupan harian yang dapat diterima tubuh (Acceptable

Daily Intake/ADI), nilai ADI Aspartam adalah 50 mg/kg berat badan.

Aspartam adalah BTP pemanis buatan yang merupakan bentuk metil ester
dari L-aspartil-L-fenilalanin yang dihasilkan dari asam amino asam aspartat dan
asam amino essensial fenilalanin yang banyak digunakan sebagai pemanis non

nutritif (Fitriana, 2013 : 22).

Gambar 1.4.1. Struktur Aspartam (Martindale, 2009 : 1930).

Tiga senyawa aspartam dihidrolisis dalam saluran pencernaan yaitu : 1)

metil alkohol , 2) asam aspartat , 3) fenilalanin. Aspartam digunakan sebagai

pemanis intens, dengan tingkat kemanisan sekitar 180 sampai 200 kali sukrosa.

Aspartam digunakan dalam makanan, minuman, dan obat-obatan. Setiap gram

menyediakan sekitar 17 kJ ( 4 kkal ) (Martindale, 2009 : 1930).

Aspartam dapat diabsorbsi dan dimetabolisme menjadi 3 metabolit, yaitu

asam aspartat, fenilalanin dan metanol dengan persentase berat per berat (b/b)

masing-masing yaitu 40%, 50% dan 10% (Fitriana, 2013 : 23).

1.2 Dampak Pemanis Aspartam Terhadap Kesehatan


Dampak aspartam bagi kesehatan, terjadi keluhan secara spontan dari

konsumen masalah yang sering terjadi adalah sakit kepala, neuropsikiatri atau

gejala perilaku, kejang, dan hipersensitivitas atau gejala dermatologis hal

tersebut akan terjadi jika yang menkomsumsi aspratam memiliki sensitivitas

yang tidak biasa. Penelitian menunjukan bahwa kelebihan penggunaan aspartam


pada anak-anak akan berefek peningkatan insiden kanker otak. (Martindale,

2009 : 1930).

Aspartam tidak boleh dikonsumsi oleh individu yang menderita penyakit

fenilketonuria (PKU) atau fenilalaninemia atau fenilpiruvat oligofrenia. PKU

merupakan penyakit kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya tidak

dapat atau dapat namun sangat sedikit memetabolisme fenilalanin, karena

tubuhnya tidak mampu menghasilkan enzim pengolah asam amino fenilalanin,

sehingga kadar fenilalanin dalam darah meningkat atau terakumulasi di jaringan

tubuh dan membahayakan kesehatan karena dapat meracuni otak serta

menyebabkan keterbelakangan mental. Dalam keadaan normal, fenilalanin

diubah menjadi tirosina dan dibuang dari tubuh (Fitriana, 2013 : 23-24).

Menurut penelitian mengenai aspartam dan produk hasil

metabolismenya pernah dilakukan secara in vivo menggunakan uji aberasi

kromosomal dan uji perubahan kromatidnya pada sel-sel sumsum tulang pada

mencit. Dari hasil penelitian ini, ternyata perlakuan dengan aspartam dosis

tertentu dapat menginduksi aberasi kromosom namun tidak menginduksi

perubahan kromatid. Dengan kata lain, aspartam tidak menurunkan indeks

mitosis. Secara analisis statistik kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan

bahwa aspartam tidak secara nyata bersifat genotoksik pada konsentrasi yang

rendah (Fitriana, 2013 : 25).

Tingkat asupan aspartam yang normal pada individu sehat setiap

fenilalanin yang dihasilkan tidak berbahaya, namun disarankan konsumsi

aspartam harus dihindari atau dibatasi asupannya oleh orang-orang penderita


fenilketonuria. WHO telah menetapkan asupan harian aspartam yang dapat diterima

adalah 40 mg/kg berat badan. Sejumlah efek samping telah dilaporkan setelah

konsumsi aspartam, terutama pada individu yang konsumsi dalam jumlah besar

(hingga 8 liter per hari dalam satu kasus). Efek samping yang terjadi meliputi: sakit

kepala, kehilangan memori, gejala gastrointestinal, dan gejala dermatologis.

Meskipun aspartam dapat menyebabkan hiperaktif dan masalah perilaku pada anak-

anak, double-blind controlled trial dari 48 anak usia diet makan yang mengandung

asupan harian 38 ± 13 mg/kg berat badan aspartam selama 3 minggu hal ini tidak

menunjukkan efek samping yang timbul pada perilaku anak-anak atau fungsi

kognitif (Rowe, Raymond C., 2006 : 54).

Aspartam dapat menyebabkan pengerasan otak dan sum-sum tulang

belakang, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, masalah jantung, mual,

muntah, insomnia, gelisah, tumor otak, multiple sklerosis bahkan cacat mental

(Novita, 2014 : 13).


BAB III ZAT ADIKTIF
A. Definisi Zat Adiktif
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi
oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan
ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secara terus- menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek
lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.

B. Macam-macam Zat Adiktif


Macam-macam zat adiktif diantaranya adalah:
1. Heroin (Putau)
Heroin atau Putau adalah adalah sejenis opioid alkaloid.. Heroin berasal
dari bunga Papaver somniferum (Lihat Gambar Disamping), sejenis bunga di
iklim panas dan kering. Bunga tersebut menghasilkan zat lengket yang menjadi
cikal bakal dari heroin, opium, morfin dan kodein. Heroin adalah zat depresan.
Obat- obatan depresan tidak langsung membuat Anda merasa tertekan. Zat-zat
tersebut memperlambat pesan dari otak ke tubuh dan sebaliknya. Beberapa
nama lain dari zat tersebut adalah bedak, putih. Tidak seperti Morphine yang
masih mempunyai nilai medis, heroin yang masih berasal dari candu, setelah
melalui proses kimia yang sangat cermat dan mempunyai kemampuan yang
jauh lebih keras dari
morphine. Rumus molekul heroin adalah C21H23NO5C21H23NO5
2. Kokain
Kokain (benzoylmethylecgonine) adalah kristalin tropane alkaloid yang
diperoleh dari daun koka nama latinya adalah Erythroxylum coca (lihat gambar
disamping). Daun koka atau Erythroxylon coca adalah jenis pokok
Erythroloxylon yang terdapat di Peru, Bolivia dan Colombia di
Pergunungan Andes,Amerika
Serikat. Bahan ini kebanyakannya digunakan di Amerika
Serikat. Rumus Molekul Untuk Kokain Adalah
:C17H21NO4C17H21NO 4
3. Opium

Getah berwarna putih yang keluar dari kotak biji tanaman papaper
sammi
vervum yang kemudian membeku, dan mongering berwarna hitam cokelat
dan diolah menjadi candu mentah atau candu kasar.
4. Morpin
Morphine dalam dunia pengobatan digunakan untuk bahan obat
penenang
dan obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri, yang bahan bakunya
berasal dari candu atau opium.
5. Tembakau
Tembakau berasal dari tumbuhan yang bernama nicotiana tabacum.
Walaupun orang-orang percaya bahwa rokok meregangkan saraf-saraf, namun
secara ilmiah terbukti bahwa merokok melepaskan zat epinefrin, yaitu hormon
yang menghasilkan stres psikis pada perokok, daripada peregangan. Ketika
rokok dihisap, nikotin diserap oleh paru-paru dan secara cepat berpindah ke
aliran darah,
di mana zat tersebut disirkulasikan ke otak.
Nikotin bekerja secara langsung pada jantung untuk mengubah denyut
jantung dan tekanan darah, sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi,
serangan jantung, penyakit pembuluh darah lainnya, dan pembengkakan
pembuluh darah. Zat tersebut juga bekerja pada saraf yang mengendalikan
pernafasan untuk mengubah pola pernafasan. Dalam konsentrasi tinggi, nikotin
sangat mematikan; kenyataannya setetes pemurnian nikotin di lidah akan
membunuh orang tersebut. Zat itu begitu mematikan sehingga zat tersebut
telah digunakan sebagai pestisida
selama berabad-abad.
Kecanduan rokok adalah sepertiga penyebab dari semua penyakit
kanker, dan kanker yang paling banyak disebabkan oleh rokok adalah kanker
paru-paru. Tingkat keseluruhan kematian yang disebabkan oleh kanker diderita
oleh perokok, dua kali lebih banyak daripada non-perokok. Seperlima dari
kematian yang disebabkan oleh serangan jantung, diakibatkan karena
merokok. Perokok pasif
atau perokok sekunder juga meningkatkan resiko banyak penyakit sejenis.
Rokok juga dapat berperan sebagai pintu masuk utama dari bentuk lain
kecanduan narkoba. Sepertiga dari populasi kaum muda yang “bereksperimen”,
akhirnya menjadi kecanduan rokok ketika mereka berusia 20 tahun. Perokok
remaja memiliki kecenderungan 100 kali untuk menghisap ganja dan
menggunakan obat-obatan terlarang lainnya, seperti kokain dan heroin di masa
depan.

Merokok sangat berbahaya terutama bagi para remaja karena tubuh


mereka masih dalam tahap perkembangan dan perubahan, serta zat tersebut
dapat berpengaruh negatif pada proses ini.
tembakau adalah zat berbahaya. Zat ini membuat kecanduan, merusak
kesehatan dan menyebabkan pengurangan tenaga dan penyakit yang
mengubah kehidupan
yang mematikan. Tembakau dikemas dan dijual seperti rokok.
6. Ekstasi (Metilendioksimetamfetamin)
MDMA atau ekstasi, begitu orang mengenalnya, struktur kimia dan
efeknya sejenis dengan amfetamin dan bersifat halusinogen. Ekstasi biasanya
hadir dalam dalam bentuk tablet berbagai warna dengan desain yang berbeda.
Ekstasi juga dapat berupa bubuk atau kapsul. Seperti narkoba lainnya, tidak ada
pengawasan terhadap kekuatan dan kebersihan dari zat tersebut. Tidak ada
jaminan bahwa sebuah pil ekstasi mengandung MDMA secara keseluruhan,
karena zat-zat tersebut sering dicampur dengan zat-zat berbahaya lainnya. Nama
lain: Inex, XTC,
Dolphin, Black Heart, Gober, Circle K, dan lain-lain.
7. Ganja
Ganja (Cannabis sativa) adalah obat depresan terbuat dari daun
tanaman cannabis. THC (Delta 9 tetrahidrokanibinol) adalah salah satu dari 400
zat kimia yang ditemukan di dalam ganja dan yang menyebabkan efek
perubahan suasana hati. Sebagai obat depresan, ganja memengaruhi sistem
saraf dengan
memperlambat aktivitas otak.
Ganja hadir dalam berbagai bentuk. Ganja adalah tembakau hijau-
seperti campuran daun. Hasis dan minyak hasis adalah bentuk yang lebih kuat
dampaknya dari ganja. Hasis adalah hasil lelehan dari tanaman yang dijual
dalam bentuk minyak atau blok kecil hasil pemadatan. Ganja mempunyai
beberapa nama
populer seperti dele, daun, cimeng, Pot, Weed, dan lain-lain.
Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika
Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk
khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol
perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap
negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva
menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan
dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan
meminum
Bhang.
8. Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini
disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada
minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga
dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas
lagi. Alkohol juga bisa sebagai pengawet hewan.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk
senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat
pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom
karbon
lain.
Alkohol adalah zat pengalih suasana hati. Zat tersebut ,merupakan
sebuah depresan yang mengurangi aktivitas otak dan sistem saraf. Minuman
beralkohol mengandung zat etanol dan mempunyai warna dan rasa yang
berbeda-beda, tergantung bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatannya.
Alkohol tersaji dalam
banyak variasi termasuk bir, anggur, brandy, arak, whisky, dan lain-lain.
9. Barbiturates

Barbiturat disebut juga asam barbiturate. Barbiturat digunakan secara


medis untuk menenangkan orang dan sebagai obat tidur. Barbiturat merupakan
obat yang dibeli dengan resep.
Barbiturat mempengaruhi sistim syaraf pusat, menyebabkan perasaan
lembab, dan tergantung pada dosisnya, efeknya dapat bertahan antara tiga
hingga enam jam. Barbiturat dapat menyebabkan orang jadi sembrono, merasa
bahagia dan kebingungan mental -- ketidakbahagiaan juga dapat
diakibatkan oleh
barbiturat.
Dosis yang tinggi dapat menyebabkan pingsan, masalah pernapasan dan
kematian. Kematian akibat overdosis merupakan bahaya yang sangat nyata,
karena dosis yang berbahaya takarannya sangat dekat dengan dosis normal yang
aman. Kemungkinan overdosis lebih meningkat lagi bila barbiturat
dikonsumsi

bersamaan dengan alkohol. Risiko penggunaan barbiturat juga meningkat bila


obat

tersebut disuntikkan.
Tubuh dapat dengan cepat menjadi toleran terhadap barbiturate, yang
mengakibatkan ketergantungan fisik dan mental. Sakaw dapat menunjukkan
gejala mudah marah, tidak bisa tidur, sakit-sakitan, tidak bisa diam, kejang-
kejang, dan halusinasi.

C. Dampak Zat Adiktif


Dampak dari pemakaian zat adiktif bagi tubuh diantaranya:
1. Otak dan syaraf dipaksa untuk bekerja di luar kemampuan yang
sebenarnya

dalam keadaan yang tidak.


2. Peredaran darah dan Jamtung dikarenakan pengotoran darah oleh zat-zat
yang mempunyai efek yang sangat keras, akibatnya jantung di rangsang
untuk
bekerja di luar kewajiban.
3. Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah sekali.
4. Penggunaan lebih dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan
mendatangkan

kematian secara mengerikan.


5. Timbul ketergantungan baik rohani maupun jasmani sampai timbulnya
keadaan yang serius karena putus obat. (Hawari, dadang, “Narkoba Strategi
Global Hancurkan Generasi Muda”)
Ganja (Cannabis) adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis sativa.
Istilah ganja umumnya mengacu kepada pucuk daun, bunga dan batang dari
tanaman yang dipotong, dikeringkan dan dicacah dan biasanya dibentuk
menjadi rokok. Nama lain untuk tanaman ganja adalah marijuana, grass, weed,
pot, tea, Mary jane dan produknya hemp, hashish, charas, bhang, ganja, dagga
dan sinsemilla (Camellia, 2010).
Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai dua meter. Berdaun menjari
dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda. Ganja hanya tumbuh
di pegunungan tropis dengan elevasi di atas 1.000 meter di atas permukaan air
laut (BNN, 2015).
Ada tiga jenis ganja yaitu Cannabis sativa, Cannabis indica, dan Cannabis
ruderalis. Ketiga jenis ganja ini memiliki kandungan tetrahidrokanabinol (THC)
berbeda-beda (BNN, 2015). Kandungan THC didalam Charas dan hashish
sekitar 7-8% dalam rentang sampai 14%. Ganja dan Sinsemilla berasal dari
bahan kering dan ditemukan pada pucuk tanaman betina, dimana kandungan
THC rata-rata sekitar 4-5% (jarang diatas 7%). Bhang sediaan tingkat rendah
diambil dari tanaman sisa kering, kandungan THC sekitar 1%. Minyak hashish,
suatu cairan pekat dari penyulingan hashish, mengandung THC sekitar 15-70%
(Camellia, 2010).
Ganja (Cannabis) digunakan untuk tujuan pengobatan, ritual atau rekreasional.
Senyawa ini juga menghasilkan konsekuensi merugikan yang tidak diinginkan
yaitu Cannabinoids. Konsentrasi tertinggi dari kanabinoid psikoaktif ditemukan
pada puncak bunga dari kedua jenis tanaman jantan (male) dan betina (female).
Kannabinoid pada dasarnya berasal dari tiga sumber: (a) Fitokannabinoid
adalah senyawa kannabinoid yang diproduksi oleh tanaman Cannabis sativa
atau Cannabis indica; (B) Endocannabinoids adalah neurotransmiter yang
diproduksi di otak atau di jaringan perifer, dan bekerja pada reseptor
kannabinoid; (C) Kannabinoid sintetis, yang disintesis di laboratorium, secara
struktural analog dengan fitokannabinoid atau endokannabinoid dan bekerja
dengan mekanisme biologis yang serupa (Madras, 2015).
Gangguan Psikotik akibat Penggunaan Ganja (Cannabis)
Etiologi kelainan psikotik, seperti skizofrenia, tetap sulit dipahami. Meskipun tidak
mungkin ada satu penyebab skizofrenia, sejumlah faktor genetik dan lingkungan
telah diidentifikasi dapat menyebabkan risiko psikosis. Salah satu faktor
lingkungan yang mendapat perhatian karena berkontribusi terhadap risiko
gangguan psikotik adalah terpapar ganja. Perlu dicatat bahwa sebagian besar
individu yang terpapar ganja tidak berkembang menjadi psikosis dan kebanyakan
individu dengan gangguan psikotik mungkin tidak pernah terpapar ganja. Dengan
demikian, ganja tidak perlu dan tidak cukup untuk menyebabkan skizofrenia.
Kemungkinan besar, ganja dapat berkontribusi menyebabkan psikosis pada
individu yang rentan (Wilkinson, et al., 2014).
Gangguan psikotik akibat cannabis didiagnosis dengan adanya psikosis akibat
cannabis. Gangguan psikotik cannabis jarang terjadi; ide paranoid transien lebih
sering terjadi. Florid psychosis agak umum terjadi di negara-negara di mana
beberapa orang memiliki akses jangka panjang ke ganja dengan potensi tinggi.
Episode psikotik kadang-kadang disebut sebagai “hemp insanity" penggunaan
ganja jarang menyebabkan pengalaman "bad-trip", yang sering dikaitkan dengan
intoksikasi halusinogen. Bila gangguan psikotik ganja tidak terjadi, hal itu mungkin
berkorelasi dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya pada orang
yang terkena dampak (Sadock, et al., 2015).
Gejala Positif
Ekstrak ganja mengandung sejumlah THC yang dapat menghasilkan gejala positif
transien, yang secara kualitatif mirip dengan gejala positif skizofrenia. Gejala ini
termasuk kecurigaan, paranoid dan waham kebesaran, disorganisasi konseptual,
pemikiran yang terfragmentasi dan perubahan persepsi. Selain itu ganja dan THC
juga mengakibatkan depersonalisasi, derealisasi, perubahan dalam persepsi
sensorik dan perasaan tak nyata. Efek ini secara konsisten telah ditunjukkan oleh
rokok ganja, ekstrak ganja oral/THC (dosis 5-20mg), THC intravena (kisaran dosis
0,015-0,03 mg/kg) dan melalui saluran pernapasan dengan vaporizer
(Radhakrishnan, et al., 2014). 18
Gejala Negatif
Delta-9-tetrahydrocannabinol juga menghasilkan berbagai efek yang sama dengan
gejala negatif skizofrenia, termasuk afek tumpul, penarikan emosional diri,
retardasi psikomotor, kurangnya spontanitas dan berkurangnya interaksi.
Morrison et al menunjukkan bahwa efek dari THC pada gejala negatif tidak
bergantung pada efek sedasi (Radhakrishnan, et al., 2014).
Salah satu komplikasi penggunaan jangka panjang adalah "sindrom amotivasional"
pada pengguna yang berat. Sindrom ini terlihat terutama pada pengguna sehari-
hari yang berat dan ditandai dengan munculnya dorongan dan ambisi yang
menurun, sehingga "amotivasional." Hal ini juga terkait dengan gejala gangguan
sosial dan pekerjaan lainnya, termasuk rentang perhatian yang singkat, penilaian
yang buruk, gangguan kemampuan komunikasi, introversi dan berkurangnya
efektivitas dalam situasi interpersonal. Kebiasaan pribadi bisa memburuk, dan
mungkin ada kehilangan wawasan, dan bahkan perasaan depersonalisasi (Stahl,
2013).

Anda mungkin juga menyukai