Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia membutuhkan energi dalam setiap aktivitas yang

dijalankannya. Energi tersebut bisa diperoleh dari makanan dan minuman. Di

dalam makanan dan minuman tersebut terdapat bahan aditif (bahan tambahan

pangan). Bahan aditif atau bahan tambahan pangan adalah bahan yang

ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk

meningkatkan mutu.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.722/Menkes/Per/IX/1988 bahan tambahan makanan adalah bahan yang

biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan

ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang

dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi

(termasuk organoleptik), pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,

pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk

menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau

mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Bahan tambahan pangan terdiri

dari antioksidan dan anti oksidan sinergis, antikempal, pengatur keasaman,

Pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap dan

pengental, pengeras, pengawet, pewarna, penyedap rasa dan aroma serta

penguat rasa , dan sekuestan.

1
Bahan tambahan itu sendiri terbagi menjadi 2 ada yang alami dan

buatan. Untuk bahan tambahan buatan ada yang boleh digunakan dan ada

yang dilarang untuk digunakan. Untuk bahan tambahan buatan yang

diperbolehkan memiliki batas-batas maksimum dalam penggunaannya. Bahan

tambahan pangan yang banyak digunakan umumnya di masyarakat adalah

bahan pewarna, pemanis dan pengawet.

Bahan pewarna yang sering disalahgunakan dalam masyarakat adalah

rhodamin b. Hal ini bisa dikarenakan warna yang dihasilkan rhodamin lebih

bagus dari pewarna alami. Padahal sebenarnya rhodamin b bukanlah pewarna

pada makanan tetapi pewarna tekstil. Dan untuk bahan pemanis, masyarakat

seringkali menggunakan pemanis buatan dibandingkan pemanis alami.

Pemanis buatan yang sering digunakan adalah natrium siklamat dan sakarin.

Natrium siklamat dan sakarin diperbolehkan untuk digunakan akan tetapi

dalam dosis yang ditetapkan pemerintah karena pada penggunaan berlebih

dapat mengganggu kesehatan manusia. Begitu juga untuk bahan tambahan

pengawet, masyarakat juga kadang salah menggunakan pengawet entah

karena faktor kesengjaan atau ketidak tahuan. Salah satu pengawet yang

dimaksudkan yaitu boraks dan formalin. Boraks dan formalin tidak

diperbolehkan untuk digunakan pada makananan. Formalin bukan merupakan

pengawet pada makanan akan tetapi sebagai pengawet mayat. Selain itu ada

juga pengawet yang diperbolehkan yaitu natrium karbonat tetapi dalam

penggunaannya juga dibatasi.

2
Bahan pewarna, pemanis dan pengawet yang diuraikan diatas adalah

bahan-bahan yang dapat mengganggu kesehatan manusia seperti dapat

menyebabkan gangguan ginjal bahkan kanker. Oleh karena itu, penting sekali

untuk kita ketahui keamanan suatu pangan. Maka dari itu untuk mengetahui

kemanan suatau makanan dan minuman yang kita curigai mengandung

bahan-bahan pewarna, pemanis dan pengawet maka kami membuat makalah

ini sebagai bentuk informasi dan pengetahuan untuk pembaca maupun

penulis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu bahan tambahan pangan ?

2. Apa bahaya bahan tambahan pangan ?

3. Benapa perlu bahan tambahan pangan ?

4. Bagaimana cara mengidentifikasi bahan tambahan pangan ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian bahan tambahan pangan

2. Untuk mengetahui dan memahami bahaya bahan tambahan pangan

3. Untuk mengetahui dan memahami alasan diperlukannya bahan tambahan

pangan

4. Untuk mengetahui dan memahmi cara mengidentifikasi bahan tambahan

pangan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)

Makanan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari yang berperan

penting untuk kelangsungan hidup manusia (UU No. 28 Tahun 2012).

Makanan berasal dari bahan pangan yang merupakan segala sesuatu yann

berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, perhutanan,

perikanan, peternakan, perairan, baik yang diolah maupun tidak olah yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam

proses penyiapan, pengolahann, dan pembuatan makanan atau minuman,

sehingga stiap orang perlu dijamin untuk memperoleh pangan yang bermutu

dan aman (Kristina, 2010).

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan

kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Bahan

tambahan pangan itu bisa memiliki nilai gizi, atau tidak memiliki nilai gizi.

Menurut ketentuan yang ditetapkan, ada beberapa kategori BTP. Pertama,

bahan tambahan pangan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak dibatasi,

misalnya pati. Kedua, bahan tambahan pangan dengan dosis yang tentukan,

dan dengan demikian penggunaannya juga telah ditetapkan. Ketiga, bahan

tambahan pangan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta telah

mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang. sebaiknya kita

4
menggunakan bahan tambahan pangan secara tepat sebab apabila tidak

demikian maka bahan tambahan pangan ini dapat pula mengakibatkan

gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang terjadi mungkin tidak akan

lansung dirasakan, tetapi bisa pula muncul dalam beberapa tahun setelah

mengonsumsi makanan tersebut (Yuliarti, 2007).

Berdasarkan jenisnya bahan tambahan makanan dibagi menjadi dua

bagian, yaitu : (1) dengan sengaja ditambahkan, yaitu bahan tambahan yang

diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, untuk

meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa, dan mengendalikan keasman. (2)

tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan bahan tambahan makanan dalam

jumlah yang sangat kecilakibat dari proses pengelohan (Natipulu, 2006).

Saat ini, banyak bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam makanan dan

minuman dengan berbagai macam tujuan. BTM (Bahan Tambahan Makanan)

terdiri atas pemanis, pewarna, penyedap, pengawet dan masih banyak lagi

jenisnya. Pembuatannya dapat terjadi secara alamiah atau juga sengaja dibuat

oleh manusia. BTM (Bahan TambahanMakanan) berdasarkan pembuatannya

dibedakan menjadi dua macam yaitu alami dan sintetis/buatan (Winarno,

2004).

B. JENIS-JENIS BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

menyebabkan perubahan yang sangat besar dalam hal pengolahan pangan.

Pada saat sekarang ini, banyak bahan-bahan yang ditambahkan kedalam

5
makanan dan minuman dengan berbagai tujuan. Undang-undang No. 18 tahun

2012 tentang pangan menyatakan bahwa kulitas bahan pangan yang

dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah aman (bebas

dari cemaran mikrobiologis, biologis, kimia, logam, dan cemaran lain yang

dapat mengganggu manusia), bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya

beli masyarakat (Dahlia A, 2013).

Penggunaan bahan tambahan pangan dalam proses produksi pangan

perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen.

Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi

masyarakat. Produsen industri pangan umumnnya memakai bahan tambahan

pangan yang meliputi pewarna, pengawet, antioksidan, pemantap, dan pemanis

( Cahyadi, 2009).

Di Indonesia tela disusun peraturan tentang bahan tambahan makanan

yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (bahan tambahan kimia) oleh

Departemen Kesehatan diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88, terdiri ddari Golongan ;

a. Antioksidan (Antioxidant)

b. Antikempal (Anticaking agent)

c. Pengaturan keasaman (Acidity regulator)

d. Pemanis (Artificial)

e. Pemutih dan pematang telur (Flour treatment agent)

f. Pengemulsi, pemantap dan pengnental

6
g. Pengawet (Preservatif)

h. Pengeras (Firming agent)

i. Pewarna (Colour)

j. Penyedap rasa, aroma, dan penguat rasaa

k. Sekuestran (Sequestrant)

Secara umum ada tiga jenis bahan tambahan pangan yang paling

sering digunakan oleh suatu produsen makanan, penambahan bahan pangan

ini berdasarkan peranannya yang sangat penting dalam suatu makanan dan

minuman, baik dari segi fisiknya, yaitu memperbaiki tampilan makanan dan

minuman dan juga dari segi kimianya, yaitu ketahanan makanan dan

minuman terhadap cemaran mikroorganisme serta memperbaiki rasa. Ketiga

bahan tambahan makanan tersebut juga telah dilakukan pengujian

identifikasi, sehingga akan jadi pokok pembahasan dalam materi ini. Diantara

pengawet tersebut yaitu ;

1. PEMANIS

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman

dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa

dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki

sifat-sofat kimia sekaligus sebagai sumber kalori bagi tubuh, mengontrol

program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan

gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama (Yuliany, 2005).

7
Berdasarkan proses produksi bahan pemanis dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu ; pemanis alami dan pemanis sintetis. Pemanis alami

biasanya berasal dari tanaman yaitu tebu dan Bit (Beta vulgaris L), bahan

pemanis yang dihasilkan kedua pemanis tersebut dikenal sebagai gula

alam atau sukrosa. Sedankan pemanis sintetis merupakan bahan tambahan

yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki

nilai gizi.

a. Pemanis sintetis

Dari berbagai jenis pemanis hanya sebagian saja yang diizinkan

penggunaannya dalam makanan sesuai peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 208/Menkes/per/IV/1985, diantaranya Na. Sakarin, Na. Siklamat, dan

Aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan Dosis tertentu dan

selebihnya merupakan pemanis sintetis yang dilarang penggunaannya

dalam makanan seperti Dulcin (Yuliarti, 2007).

Pemanis Na. Siklamat merupakan pemanis sintetis yang

diperbolehkan penggunaannya dalam makanan berkalori rendah dan untuk

penderita diabetes melitus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 722/Menkes/per/IX/88 dengan kadar 3 g/kg atau 3000 ppm bahan

makanan atau minuman. Menurut WHO batas konsumsi harian siklamat

yang aman adalah 11 mg/kg atau 11 ppm berat badan.

Pemanis Na. Sakarin menurut peraturan Menteri kesehatan RI No.

722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan pangan, menyatakan

bahwa pada makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah

8
dan untuk penderita penyakit diabetes mellitus maksimum Na. Sakarin

yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg.

Pemanis Aspartam sesuai dengan petunjuk Badan Pengawas Obat

dan Makanan, batas konsumsinya per hari adalah 40 mg/kg. Artinya jika

berat badan 60 kg, maka batas konsumsi aspartam dalam sehari adalah

2.400 mg

b. Pemanis Alami

Pemanis alami adalah pemanis yang dihasilkan langsung dari alam

atau dengan kata lain pemanis yang dihasilkan tanpa melalui proses kimia,

pemanis dari golongan ini tidak dilarang dalam penggunaannya.

Contohnya Sukrosa, Glukosa, Galaktosa, Fruktosa, dll, merupakan gula

yang paling banyak ditemukan dari bahan alam seperti buah dan

karbohidrat. Adapun syarat Penggunaannya sesuai dengan peraturan

Menteri Kesehatan RI yaitu 50 gram gula atau setara dengan 5-9 sendok

teh dalam setiap harinnya.

2. PEWARNA

Zat pewarna makanan digunakan untuk merubah penampilan fisik

makanan agar terlihat lebih menarik, warna-warna cerah pada makanan

dapat meningkatkan daya tarik, merangsang indera penglihatan,

menyeragamkan ddan menstabilkan warna, serta menutupi dan mengatasi

perubahan warna (Dahlia A, 2013).

Berdasarkan proses pembuatannya zat pewarna dibagi menjadi

dua, yaitu ;

9
a. Pewarna alami

pewarna alami adalah tumbuhan, binatang, dan

mikroorganisme menyatakan bahwa pewarna alami dapat diperoleh

dari tumbuhan, binatang atau mineral. Dari berbagai sumber

tersebut hanya sedikit yang tersedia dalam jumlah yang cukup

untuk digunakan secara komersial sebagai pewarna makanan dari

jumlah yang sedikit tersebut sebagian besar berasal dari tumbuhan

(Aberoumand, 2011).

sesuai dengan peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI No. 37 Tahun 2013 tentang batas maksimum

penggunaan bahan tambahan pangan yang diperbolehkan

diantarnya ;

1. Kurkumin

Kategori pangan yang biasa ditambahkan dengan pengawet

ini adalah minuman berbasis susu yang berperisa dan atau

fermentasi serta produk olahan susu dan keju lainnya dengan

persyaratan kadar yaitu, 0,3 mg/kg berat badan

2. Ribovlafin

Pengawet ini biasa ditambahkan pada margarin dan produk

sejenisnya dengan persyaratan kadar yaitu, 0-0,5 mg/kg berat

badan.

3. Karmin

10
Pewarna ini biasanya ditambahkan pada sayur dalam

kemasan kaleng, dengan kadar yang disyaratkan 0,5 mg/kg berat

badan.

4. Karatenoid

Ditambahkan pada bauh dalam bentuk kemasan, dengan

syarat kadar yang ditetapkan yaitu 0,5 mg/kg.

b. Pewarna Sintesis

pewarna buatan adalah zat warna buatan yang diperoleh

melalui proses kimia buatan yang mengandalkan bahan kimia.

Penggunaan pewarna bertujuan untuk memperkuat warna asli dan

memberikan tampilan makanan lebih menarik (Winarno, 2004).

sesuai dengan peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI No. 37 Tahun 2013 tentang batas maksimum

penggunaan bahan tambahan pangan dibagi menjadi dua, yait

diperbolehkan dan dilarang.

Untuk pewarna sintesis yang diperbolehkan diantaranya ;

1. Kuning FCF

Ditambahkan pada Eskrim dengan kadar 100 mg/kg

sedangkan pada yogurt ditambahkan sebanyak 12 mg/kg.

2. Eritrosin

Ditambahkan pada buah yang dalam bentuk kemasan

kalengan, adapun batas penambahannya yaitu kisaran 100-300

mg/kg.

11
3. Hijau CFC

Merupakan pewarna sintesis yang biasa ditambahkan pada

eskrim,. Adapun persyaratan batas penambahannya yaitu 100-

300 mg/kg.

4. Biru berlian

Merupakan pewarna sintesis yang biasa ditambahkan pada

makanan kaleng, seperti kapri kalengan. Adapun persyaratan

batas penambahannya yaitu 100-300 mg/kg.

5. Cokelat HT

Biasa ditambahkan pada makanan cair dn minuman ringan,

adapun persyaratan penambahan yaitu, 70-300 mg/kg.

Untuk pewarna sintesis yang dilarang, Diantaranya ;

1. Rhodamin B

Merupakan pewarna sintesis berbentuk serbuk kristal, dan

berwarna hijau atau ungu kemerahan. Biasanya pewarna ini

digunakan dalam pewarna tekstil, kertas daan produk kosmetik.

2. Metanil Yellow

Adalah pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna

kuning kecoklatan, dan larut dalam air dan alkohol. Pewarna ini

biasanya digunakan sebagai pewarna tekstil, kertas, tinta,

plastik, kulit, cat, dan sebagainya.

12
3. PENGAWET

Zat pengawet merupakan salah satu bentuk bahan tambahan

makanan atau minuman untuk menghambat ataupun menghentikan

aktivitas mikroorganisme sehingga makanan dan minuman tetap segar,

bau, dan rasanya tidak berubah, serta tidak cepat rusak atau membusuk

akibat terkena bakteri atau jamur (Cahyadi, 2009)

Secara ideal, bahan pengawet akan menghambat atau

membunuh mikroba yang penting dan kemudian memecah senyawa

berbahaya menjadi tidak berbahaya dan tidak toksik. Bahan pengawet

akan mempengaruhi dan menyeleksi jenis mikroba yang dapat hidup

pada kondisi tersebut. Derajat penghambatan terhadap kerusakan bahan

pangan oleh mikroba bervariasi dengan jenis bahan pengaet yang

digunakan dan besarnya penghambatan ditentukan oleh konsentrasi

bahan pengawet yang digunakan (Cahyadi, W.,2006).

a. Bahan pengawet makanan alami

Pengawet alami adalah pengawet yang biasa diperoleh dari

bahan makanan segar seperti garam, karagenan, buah picung dan biji

kepayang. Bahan pengawet alami ini tidak dilarang penggunaannya

dalam makanan, tetapi dalm penggunaannya tentu juga harus dalam

takaran yang sesuai dengan kebutuhan pakai. Karena kalau tidak

akan menimbulkan gangguan kesehatan.

13
1) Garam

seperti yang ditetapkan oleh world Health Organization

(WHO) penggunaan garam untuk setiap harinya yaitu kisaran 5-6 g

atau kira-kira satu sendok teh. Apabila pengunaan garam ini tidak

dikontrol maka akan menimbulkan gejala kesehatan yaitu Tekanan

darah tinggi.

2) Karagenan

Karagenan, Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel

yang dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso dan mie basah

sebagai bahan alternatif yang aman pengganti boraks. Karagenan

dihasilkan dari rumput laut Euchema sp. yang telah dibudidayakan di

berbagai perairan Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram

bakso membutuhkan 0,5-1,5 gram karagenan untuk

mengenyalkannya.

3) Buah picung

Buah Picung, Pohon picung atau kluwak (dalam bahasa

Jawa) banyak tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu

masak dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai

pengawet alami ikan segar. Seorang nelayan untuk mempertahankan

mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1 :1

berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan

membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan

14
memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya

membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar.

4) Biji Kepayang

Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan pengawet

ikan. Untuk dapat memanfaatkannya sebagai pengawet, terlebih

dahulu biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil

cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut ikan

laut yang telah dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji kepayang

memiliki efektivitas sebagai pengawet ikan hingga 6 hari . Khusus

untuk pengangkutan jarak jauh, tanaman ini dicampur garam, dengan

perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji Kepayang.

b. Bahan pengawet bahan makanan sintesis

Terbagi atas dua bagian yaitu bahan pengawet yang

Diizinkan dan yang dilarang.

Berikut bahan pengawet makanan yang diizinkan ;

1) Asam sorbat

asam sorbat juga berfungsi mencegah pertumbuhan

bakteri dalam minuman. Penggunaan asam sorbat juga

dimaksudkan agar minuman berkesan berasa asam. Asam

sorbat biasa digunakan pada produk beraroma jeruk, keju,

salad, buahn dan kerap juga ditambahkan pada produk

minuman. Batas penggunaannya yaitu 0-25 mg/kg berat

badan

15
2) Asam benzoat

Asam benzoat adalah bahan pengawet yang sering

dipakai dalam pembuatan makanan. Penggunaan bahan

pengawet ini cukup banyak mendominasi produk makanan.

Berat yang dipersyaratkan yaitu, 0-5 mg/kg berat badan.

3) Etil para-hidroksibenzoat

Etil para-hidroksi benzoate merupakan salah satu

jenis pengawet yang diizinkan penggunaannya pada pangan

kategori tertentu di Indonesia. Batas penggunaanya pada

makanan yaitu sekitar 0-10 mg/kg berat badan.

4) Sulfit

Sulfit dan beberapa turunannya dinilai efektif

menghambat pertumbuhan serangga dan mikroorganisme.

Batas persyaratan penggunaannya pada makanan yaitu, 0-

0,7 mg/kg berat badan.

5) Nisin

Nisin termasuk senyawa antibiotik karena memiliki

kandungan senyawa lanthionine. Nisin dapat menghambat

pertumbuhan bakteri gram positif, terutama yang berspora,

terutama: Staphylococcus, Streptococcus, Lactobacillus,

Micrococcus, dan spesies Clostridium dan Bascillus yang

berspora.persyaratan penggunaannya yaitu 0-33000 unit/kg

berat badan

16
6) Asam propionat

Asam propionat dapat menghambat pertumbuhan

fungi dan bakteri, banyak digunakan sebagai pengawet

untuk pakan ternak dan makanan manusia. Persyaratan

penggunaannya pada makanan yaitu, 2-2,5 g/kg berat

badan.

Bahan Makanan yang dilarang penambannya dalam

makanan, diantaranya ;

1) Boraks

Boraks atau natrium tetra boraks adalah senyawa

yang biasa digunakan dalam desinfektan, detergen, cat,

plastik, maupun pembersih permukaan logam.

2) Formalin

Adalah senyawa dengan nama dagang formaldehid,

senyawa ini sering disalahgunakan untuk mengawetkan

mie, tahu basa, bakso, dan ikan asin. Penggunaan formalin

pada makanan dapat menyebabkan keracunan dan bersifat

Karsinogenik.

C. METODE IDENTIFIKASI BAHAN TAMBAHAN PANGAN

1. Pewarna

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dihaluskan sampel terlebih dahulu

c. Ditimbang 20 gram sampel, ditambahkan 50 ml asam asetat 10%

17
d. Diaduk hingga mengeluarkan warna, diamkan hingga warna terpisah

dengan sampelnya. Lalu tuang ke cawan porselin

e. Dipanaskan diatas waterbath hingga menjadi ekstrak

f. Ditambahkan ammonia, dimasukkan benang wol 3 helai kemudian

diaduk hingga warnanya meresap

g. Dipanaskan campuran diatas hingga mendidih, setelah mendidih tunggu

hingga 5 menit

h. Dikeluarkan benang wol, bilas dengan aquadest kemudian dibuang hasil

pembilasan. Lalu ditambahkan ammonia 10% sebanyak 5 ml

i. Dipanaskan diatas penangas air sampai pelarutnya menguap

j. Ditotol pada lempeng

k. Dimasukkan dalam chamber dengan eluen yang telah dijenuhkan

l. Diukur nilai Rf pada lembeng untuk menyimpulkan hasil adanya

pewarna Rhodamin B

2. Pemanis

- Uji Siklamat

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Diukur sampel sebanyak 100 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer

c. Ditambahkan Barium Chlorida 2 gram, dibiarkan sampai larut

d. Diukur sebanyak 5 ml Hcl konsentrasi, dimasukkan dalam larutan

sampel

e. Didiamkan sebentar, kemudian disaring ke dalam Erlenmeyer

menggunakan kertas saring

18
f. Diukur Natrium Nitrit 10% sebanyak 10 ml masukkan dalam larutan

sampel. Amati sampai terbentuk endapan. Jika tidak maka

dipanaskan diatas penangas air sampai terbentuk endapan.

Note : Terbentuk endapan menandakan mengandung siklamat

- Uji Sakarin

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Di ukur sampel 100 ml, dimasukkan kedalam beaker glass

ditambahkan NaOH 10 ml

c. Dipanaskan diatas api kecil menggunakan cawan hingga sedikit

mengental lalu dinginkan

d. Setelah dingin ambil sedikit lalu tambahkan 2 ml Hcl 2N

e. Dimasukkan dalam tabung reaksi, tambahkan 1 tetes Fecl 3.

Amati perubahan warna yang terjadi

Note : Perubahan warna menjadi ungu berarti positif sakarin

3. Pengawet

- Uji Formalin

a. Ditimbang sampel 10 gram, kemudian dihaluskan

b. Ditambahkan 20 ml aquadest, aduk dan saring

c. Diambil 5 ml hasil penyaringan, kemudian masukkan kedalam

tabung reaksi

d. Ditambahkan 5 tetes larutan KMnO4 0,1 N

e. Digoyang – goyangkan tabung reaksi lalu amati perubahan yang

terjadi. Sampel dapat dikatakan positif apabila warna ungu dari

KMnO4 berubah menjadi bening atau (menghilangkan warna

KMnO4)

19
- Uji Boraks

a. Dibuat kertas numerik : kunyit ditumbuk halus dengan menggunakan

mortar, ditambahkan sedikit air. Cairan disaring di dalam beaker

glass, air kunyit di dalam gelas sebagian dituang ke petridish

kemudian kertas whatman dicelupkan ke dalam petridish dan dibolak

balik hingga semua permukaannya rata dengan air kunyit kemudian

dikeringkan

b. Dicincang atau di iris kecil – kecil bahan yang akan di uji (Bakso dan

Mie basah)

c. Ditimbang sampel sebanyak 25 gram, ditambahkan air 100 ml dan

panaskan

d. Sampel diasamkan dengan Hcl (sebanyak 7 ml setiap 100 ml sampel)

e. Dicelupkan kertas numerik pada sampel dan keringkan. Setelah

kering ditetesi ammonia dengan perubahan warna khas yaitu menjadi

warna biru atau hijau tua

f. Sampel dikatakan positif mengandung boraks apabila warna kertas

numerik berubah warna hujau tua hingga biru.

- Uji Natrium benzoat

a. Ditimbang sampel sebanyak 20 gram, dimasukkan kedalam beakers

glass tambahkan Nacl jenuh hingga 100 ml

b. Ditambahkan larutan NaOH 10% kemudian distirer/diaduk selama 5

menit kemudian dibiarkan semalaman

c. Hasil sampel yang telah dibiarkan semalaman disaring. Hasil fitrat

ditambahkan 2 ml Hcl pekat kemudian diekstraksi dengan kloroform

sebanyak 10 ml dan dilakukan berulang selama 3x

20
d. Hasil ekstrak kloroform dipanaskan pada suhu 80oC dipenangas

e. Hasil residu yang diperoleh dilarutkan dalam aquadest

f. Kemudian dipanaskan dipenangas selama 10 menit pada suhu 80 o -

85oC

g. Didinginkan dan ditambahkan beberapa tetes larutan Fecl 3 5%

Apabila terbentuk endapan merah kecoklatan hal ini menunjukkan

adanya pengawet natrium benzoate pada sampel

D. HASIL PENGAMATAN

1. Uji Pewarna Sintesis Rhodamin B

Sampel Nilai RF
No Eluen Hasil
Makanan Sampel Rhodamin
1. Kue Lapis N-Butanol :
Pelangi Asam Asetat : 0,98 0,96 +
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,94 0,90 +
(3:2:2)
2. Kue kura- N-Butanol :
kura Asam Asetat : 0,76 0,93 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,75 0,93 -
(3:2:2)
3. Kue Bakpao N-Butanol :
Asam Asetat : 0,32 0,97 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,16 0,83 -
(3:2:2)
4. Kue lapis N-Butanol :
Asam Asetat : 0,17 0,81 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,39 0,95 -
(3:2:2)
5. Kue Apang N-Butanol : 0,52 0,64 +
China Asam Asetat :

21
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,23 0,35 +
(3:2:2)
6. Kue Kukus N-Butanol :
Asam Asetat : 0 0,93 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0 0,79 -
(3:2:2)

2. Uji Pemanis Sintesis Siklamat dan Sakarin

Sampel
No Jenis Pengujian Hasil Kesimpulan
Minuman
Pulpy Siklamat Tidak ada endapan -
1.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Teh Pucuk Siklamat Tidak ada endapan -
2.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Okky Jelly Siklamat Tidak ada endapan -
3.
Drink Sakarin Tidak ada Perubahan -
Panther Siklamat Terbentuk endapan +
4.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Teh Gelas Siklamat Tidak ada endapan -
5.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Ale-Ale Siklamat Terbentuk endapan +
6
Sakarin Tidak ada Perubahan -

3. Uji Pengawet Boraks, Formalin dan Natrium Benzoat

No Sampel
Jenis Pengujian Perubahan Terjadi Kesimpulan
. Makanan
1. Bakso Boraks Merah Maroon -
2. Mie Basah Boraks Merah Maroon -
3. Ikan Asing Formalin Hilangnya Warna
+
KmnO4
4. Tahu Formalin Hilangnya Warna
+
KmnO4
5. Lombok Nat. Benzoat Tidak ada perubahan -
6. Kecap Nat. Benzoat Tidak ada perubahan -

22
E. PEMBAHASAN

1. Pewarna

Praktikum kali ini membahas tentang identifikasi pewarna makanan yang

mengandung rhodamin B dalam sampel makanan dengan tujuan dapat

mengedentifikasi adanya kandungan Rhodamin B dalam sampel makanan dengan

menggunakan metode kromatografi kertas.

Rhodamin B Sangat mudah larut dalam air dan dalam alcohol di awal

pelarutan zat pewarna dari sampelnya digunakan alkohol 70% dan alcohol 96%

dan ammonia 2% serta aquadest sampai 50 ml. menurut peraturan mentri

kesehatan (Permenkes) n0-033 tahun 2012 tentang bahan tambahan menetapkan

30 zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna yang berbahaya dan dilarang

digunakan produk pangan.

Nama lain dari Rhodamin B adalah D dan Red no 19, food red 15, ADC

Rhodamin B, aizen Rhodamin dan Brilliant pink (Maryadele, 2006). Rhodamin B

merupakan zat warna golongan xanthenes eyes yang digunakan pada industri

tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika pada produk, pembersih mulut

dan sabun.

Pada rhodamin B terdapat senyawa anorganik dan organik menurut aries et

al (1986). Senyawa organik atau anorganik pada teksil atau sintetik lainnya yang

tertelan secara cepat akan diserang lambung dan usus halus kemudian masuk

kedalam pebuluh darah.

23
Penggunaan zat pewarna makanan tambahan tidak dapat diabaikan

walaupun masi ada beberapa zat pewarna sintetik yang masi diisinka dengan batas

maksimum 70-300 ppm. Dampak penggunaan rhodamin B bagi kesehatan adalah

gangguan fungsi hati yang memicu timbulnya kanker hati. Pemberian dosis

rhodamin B 150 ppm pada mencit menunjukkan perubahan sel hati menjadi

nekrosis da disentegrasi jaringan disekitarnya (Pipih dkk 2000). Dampak

penggunaan pewarna teksil dan pewarna sintetik bagi kesehatan khususnya anak

anak dalam jangka pendek diantaranya dapat menyebabkan tumor otak, pewarna

Rhodamin B kedalam tubuh bersifat neorotoksik (Meracuni saraf) dan

hepatotoksik (Meracuni hati) (Fardiaz 1980)

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi Rhodamin pada sampel dengan

cara sampel ditimbang sebanyak 20 gram pada gelas kimia ditambahkan 10 ml

larutan ammonia 2% dalam etanol 70% dibiarkan beberapa lama lalu bagian

jerninya dituan dalam cawan porselin dan diuapkan hingga kering, lartan residu

dalam air yang telah ditambahkan asam asetat, diambil benang woll yang

sebelumnya direndam dengan eter, ditambahkan ammonia encer kemudian

dipanaskan air hingga zat warna benang woll untuk kemudian larutan disaring dan

dipekatkan, kemudian ditotol pada lempeng kertas yang terdiri dari sampel dan

Rhodamin B sebagai pembanding dan kemudian dimasukkan kedalam bejana

yang berisi eluen yang terlebih dahulu dijenuhkan. Tujuan penjenuhan ini adalah

untuk memastikan partikel fase gerak terdistribusi merata pada seluruh bagian

camber/ bejana sehingga pergerakan spot diatas fase dalam oleh fase gerak

berlangsung optimal. Setelah mencapai jarak tempuh, kertas diangkat dan

24
dibiarkan dikeringkan diudara, untuk menguapkan sisa pelarut yang ada pada

kertas lempeng

Pada perobaan yang dilakukan kita dapat memahami 2 hal yaitu jarak

lintasan sampel (mempengaruhi Nilai RF) dengan warna dua totolan kedua

pewarna ini tidak saling berkaitan sampel dikatakan positif apabila kedua

pengamatan sampel sama tetapi lainnya berbeda maka sampel dikatakan negatif.

Pertama, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (lapis) dengan

menggunakan eluen N-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan dengan

4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,9821 sedangkan pada rhodamin B

diperoleh nilai 0,9642 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan

perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,9423 sedangkan pada

rhodamin B diperoleh nilai RF 0,9038, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel

yang diuji mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf yang

diperoleh hampir sama antara sampel dan Rhodamin B.

Kedua, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (kura Kura)

dengan menggunakan eluen N-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan

dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,7608 sedangkan pada rhodamin B

diperoleh nilai 0,8260 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan

perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,7555 sedangkan pada

rhodamin B diperoleh nilai RF 0,9333, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel

yang diuji tidak mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf

yang diperoleh hampir tidak sama antara sampel dan Rhodamin B.

25
Ketiga, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (Bakpao)

dengan menggunakan eluen N-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan

dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,32 sedangkan pada rhodamin B

diperoleh nilai 0,97 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan

perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,16 sedangkan pada rhodamin

B diperoleh nilai RF 0,83, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji

tidak mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf yang

diperoleh tidak sama antara sampel dan Rhodamin B.

Keempat, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (lapis)

dengan menggunakan eluen N-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan

dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,17 sedangkan pada rhodamin B

diperoleh nilai 0,81 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan

perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,39 sedangkan pada rhodamin

B diperoleh nilai RF 0,95, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji

tidak mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf yang

diperoleh tidak sama antara sampel dan Rhodamin B.

Kelima, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (Apang Cina)

dengan menggunakan eluen N-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan

dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,52 sedangkan pada rhodamin B

diperoleh nilai 0,64 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan

perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,23 sedangkan pada rhodamin

B diperoleh nilai RF 0,35, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji

26
mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf yang diperoleh

hampir sama antara sampel dan Rhodamin B.

Keenam, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (Apem)

dengan menggunakan eluen N-butanol : asam asetat : air dengan perbandingan

dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,16 sedangkan pada rhodamin B

diperoleh nilai 0,93 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan

perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,11 sedangkan pada rhodamin

B diperoleh nilai RF 0,79, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji

tidak mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf yang

diperoleh tidak sama antara sampel dan Rhodamin B.

2. Pemanis

Pada praktikum ini dilakukan untuk menganalisa keberadaan zat pemanis

siklamat dan sakarin pada sampel makanan dan minuman dengan menggunakan

pereaksi. Siklamat dan sakarin merupakan pemanis sintesis atau buatan yang

biasanya digunakan oleh pedagang makanan dan minuman rumahan atau industri

karena memiliki rasa yang lebih murah. Pemanis sintetik atau buatan ini boleh

digunakan dalam bahan makanan ataupun minuman dalam batas yang telah

ditentukan oleh pemerintah, yakni untuk sakarin 150 – 5000 mg/kg bahan,

sedangkan untuk siklamat 1000 mg/kg bahan.

Pertama. Hasi pengamatan yang diperoleh dari sampel pulpy yang

dilakukan dengan uji kualitatif melalui metode pengendapan untuk uji siklamat,

pengendapan dilakukan dengan cara menambahkan barium klorida dalam suasana

asam ( penambahan HCL ) kemudian ditambah natrium nitrit sehingga akan

27
membentuk endapan putih. Endapan tersebut merupakan siklamat yang berasal

dari hasil reaksi antara natrium nitrit, barium klorida dalam suasana asam natrium

siklamat. Dari percobaan yang telah dilaksanakan sampel yang diuji kali ini tidak

menghasilkan endapan yang menunjukkan bahwa sampel mengandung pemanis

sintetis siklamat.

Hasil pengamatan yang diperoleh Untuk pemanis sakarin ditentukan

dengan reaksi perubahan warna dari larutan sampel ( pulpy ) menjadi warna

violet. Dimana sampel ditambahkan natrium hidroksida 2 N sebanyak 2 ml

kemudian dilanjutkan dengan pemanasan pada api kecil untuk mengeringkan atau

menguapkan sampel, lalu ditambahkan HCL 2 N sebanyak 2 ml, kemudian

diteteskan 1 tetes ferri klorida untuk melihat reaksi yang terjadi setelah

penambahan ferri klorida dalam suasana asam. Apabilah terdapat sakrin maka

sampel akan berubah menjadi warna violet ( ungu tua ). Adapun hasil yang

diperoleh pada praktikum tidak terjadi perubahan warna maka sampel dinyatakan

negatif mengandung sakarin.

Kedua, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel teh pucuk yang

dilakukan dengan uji kualitatif dengan metode pengendapan untuk uji siklamat.

Dari percobaan yang telah dilakukan sampel ( teh pucuk ) tidak menghasilkan

endapan yang menunjukan bahwa sampel mengandung pemanis sintetis siklamat.

Namun untuk kadarnya tidak diketahui karena untuk menentukan kadar maka

harus dilakukan dengan uji kuantitatif. Untuk pemanis sakarin yang ditentukan

dengan reaksi perubahan warna dari warna sampel menjadi warna violet ( ungu

28
tua ), pada percobaan kali ini sampel ( teh pucuk ) negatif mengandung pemanis

sakarin karena tidak adanya perubahan yang terjadi setelah penambahan pereaksi.

Ketiga, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel ( okky jelly drink )

dengan menggunakan metode pengendapan diperoleh hasil pengamatan yang

menunjukkan bahwa sampel ( okky jelly drink) negatif mengandung pemanis

sintetis siklamat karena sampel ( okky jelly drink ) tidak menghasilkan endapan

yang menunjukkan bahwa sampel mengandung pemanis sintetis siklamat. Untuk

pemanis sakarin yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna

sampel menjadi warna violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel ( okky

jelly drink ) negatif mengandung pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan

yang terjadi setelah penambahan pereaksi.

Keempat, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel ( panther ) dengan

menggunakan metode pengendapan diperoleh hasil pengamatan yang

menunjukkan bahwa sampel ( panther ) positif mengandung pemanis sintetis

siklamat karena sampel ( panther ) menghasilkan endapan putih yang

menunjukkan bahwa sampel mengandung pemanis sintetis siklamat. Untuk

pemanis sakarin yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna

sampel menjadi warna violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel

( panther ) negatif mengandung pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan

yang terjadi setelah penambahan pereaksi.

Kelima, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel ( teh gelas ) dengan

menggunakan metode pengendapan diperoleh hasil pengamatan yang

menunjukkan bahwa sampel (teh gelas ) negatif mengandung pemanis sintetis

29
siklamat karena sampel ( teh gelas ) tidak menghasilkan endapan yang

menunjukkan bahwa sampel mengandung pemanis sintetis siklamat. Untuk

pemanis sakarin yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna

sampel menjadi warna violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel ( teh

gelas ) negatif mengandung pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan yang

terjadi setelah penambahan pereaksi.

Keenam, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel (ale -ale) dengan

menggunakan metode pengendapan diperoleh hasil pengamatan yang

menunjukkan bahwa sampel (ale - ale) positif mengandung pemanis sintetis

siklamat karena sampel (ale- ale) menghasilkan endapan putih yang menunjukkan

bahwa sampel mengandung pemanis sintetis siklamat. Untuk pemanis sakarin

yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna sampel menjadi warna

violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel (ale - ale) negatif mengandung

pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan yang terjadi setelah penambahan

pereaksi.

3. Pengawet

Pada praktikum ini, ada tiga uji yang digunakan yakni uji boraks, uji

formalin,dan uji natrium benzoate. Boraks dan formalin merupakan zat kimia

yang biasa digunakan sebagai pengawet. Namun, bukan sebagai pengawet

makanan. Boraks biasa digunakan untuk mengawetkan kayu dan keramik,

sedangkan formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat. Boraks dan

formalin apabila digunakan sebagai pengawet makanan dan jika dimakan dengan

30
intensitas yang tinggi maka akan terakumulasi di dalam tubuh dan dapat

menyebabkan kerusakan organ seperti hati, otak dan testis

Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam

produk seperti makanan, minuman, obat-obatan, cat, sampel biologis, kosmetik,

kayu, dan produk lainnya untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang

disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba atau oleh perubahan kimiawi

Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tingi yang dipakai

dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar.

Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.

Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya

ditambahkan methanol hingga 15% sebagai pengawet

Natrium benzoat rumusnya NaC7H5O2. Digunakan sebagai pengawet

makanan dengan nomor E E211. Merupakan garam natrium dari asam benzoat

yang muncul ketika dilarutkan dalam air.

Percobaan ini menggunakan beberapa sampel untuk uji boraks

menggunakan sampel bakso dan mie basah. Sedangkan, untuk uji formalin

menggunakan sampel ikan kering dan tahu, untuk pengujian boraks sampel

terlebih dahulu digerus dengan mortal dan ditimbang sebanyak 25 g lalu

ditambahkan air dan dipanaskan. Kemudian sampel diasamkan dan dicelupkan

kertas numerik yang sebelumnya telah direndam menggunakan kunyit, apabila

kertas numerik berubah menjadi hijau tua maka sampel dapat dikatakan positif

akan tetapi sampel yang diuji pada bakso dan mie basah tidak berubah menjadi

31
warna hijau tua akan tetapi pada bakso berwarna merah maron dan mie basah

berwarna merah pada kertas numerik

Untuk pengujian formalin menggunakan sampel bakso dan mie basah

dengan langkah sampel ditimbang 10 g lalu dihaluskan ditambahkan aquadest,

diaduk dan disaring. Hasil penyaringan diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi dan ditetesi larutan KMnO4 dan digoyang-goyangkan, apabila

warna dari KMnO4 hilang maka sampel positif mengndung formalin, untuk

sampel yang diuji setelah dilakukan pengujian sampel tersebut positif

mengandung formalin ditandai dengan hilangnya KMnO4 pada hasil penyaring

sampel.

Untuk Natrium benzoate adalah salah satu bahan pengawet yang diizinkan

untuk digunakan sebagai pengawet pada makanan Natrium benzoate merupakan

garam atau ester dari asam benzoat yang secara komersial dibuat dengan sintesis

kimia. Dalam pengujian natrium benzoat sampel ditimbang sebanyak 20 g

kemudian ditambahkan NaCl jenuh dan NaOH. Penambahan NaCl disini

berfungsi untuk menjenuhkan larutan sampel dari asam benzoat menjadi natrum

benzoat yang larut air dengan penambahan NaOH kemudian sampel dibiarkan

bermalam semalaman setelah itu sampel disaring dan ditambahkan 2 ml HCl

pekat dan diekstraksi dengan kloroform untuk memisahkan fase nonpolar dan fase

polarnya. Pada crong pisah terbentuk dua fase dan diambil fase polarnya yang

berada pada bagian bawah corong yang mengandung natrium benzoat. Kloroform

mudah diuapkan dan residu dilarutkan dalam alcohol dan ditetesi beberapa larutan

FeCl 5% apabila terbentuk endapan merah kecoklatan maka sampel dikatakan

32
sebagai positif mengandung natrium benzoate tetapi pada sampel yang diuji tidak

mengalami perubahan.

33
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa semua metode yang digunakan, baik metode pada pengujian pewarna,

pemanis dan pengawet menggunakan cara kerja yang mudah dan lebih mudah

dimengerti. Sehingga hasil yang diperoleh dalam identifikasi senyawa kimia

yg terdapat di sampel makanan dan minuman dapat diketahui dengan jelas

hasilnya.

B. SARAN

Saran yang diberikan pada percobaan ini yaitu agar lebih

memperhitungkan kembali perbandingan eluen yang digunakan serta lebih

memperhatikan keselamatan kerja ketika bekerja dengan zat kimia berbahaya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Aberoumand, A. 2011. A Review Article on Edible Pigments Properties and


Sources as Natural Biocolorants in Foodstuff and Food Industry. World J Dairy
Food Sci, 6(1): 71-78.

Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara ;
Jakarta
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan. Edisi pertama.
Bumi Aksara ; Jakarta
Dahlia, A dan Hardiono, A. 2013. Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Gula
Kapas Merah yang Dijual Di Kota Mataram Tahun 2013. Universitas Nahdatul
Wathan. Mataram
Dirjen Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 1988. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. NO. 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang
Bahan Tambahan makanan. Jakarta.
Dirjen Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 1985. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.208/Menkes/Per/IV/85 Tentang
Pemanis Buatan. Jakarta.
Kristina, F. 2010. Post Market Vigilance. Buletin Keamanan Pangan Vol 17
Tahun IX. BPOM. Jakarta.
Natipulu, L.H. 2006. Analisis zat warna dan pemanis buatan pada eskrim yang
dijajankan dibeberapa pasar dikota Medan tahun 2006. Fakkultas Kesehatan
Masyarakat Universitas sumatra Utara. Medan. Hal 25-26.
Yuliarti Nurheti. 2007. Awas ! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta :
CV ANDI OFF.
Yuliany, F. 2005. Penentuan Kadar Beberapa Pemanis Sintesis Dalam Makanan
Jajanan Dengan Metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Tugas
akhir Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Bandung. Hal 16-59.
Winarno, F. G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

35

Anda mungkin juga menyukai