PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dalam makanan dan minuman tersebut terdapat bahan aditif (bahan tambahan
pangan). Bahan aditif atau bahan tambahan pangan adalah bahan yang
meningkatkan mutu.
ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
1
Bahan tambahan itu sendiri terbagi menjadi 2 ada yang alami dan
buatan. Untuk bahan tambahan buatan ada yang boleh digunakan dan ada
rhodamin b. Hal ini bisa dikarenakan warna yang dihasilkan rhodamin lebih
pada makanan tetapi pewarna tekstil. Dan untuk bahan pemanis, masyarakat
Pemanis buatan yang sering digunakan adalah natrium siklamat dan sakarin.
karena faktor kesengjaan atau ketidak tahuan. Salah satu pengawet yang
pengawet pada makanan akan tetapi sebagai pengawet mayat. Selain itu ada
2
Bahan pewarna, pemanis dan pengawet yang diuraikan diatas adalah
menyebabkan gangguan ginjal bahkan kanker. Oleh karena itu, penting sekali
untuk kita ketahui keamanan suatu pangan. Maka dari itu untuk mengetahui
penulis.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
pangan
pangan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan berasal dari bahan pangan yang merupakan segala sesuatu yann
perikanan, peternakan, perairan, baik yang diolah maupun tidak olah yang
termasuk bahan tambahan pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
sehingga stiap orang perlu dijamin untuk memperoleh pangan yang bermutu
tambahan pangan itu bisa memiliki nilai gizi, atau tidak memiliki nilai gizi.
bahan tambahan pangan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak dibatasi,
misalnya pati. Kedua, bahan tambahan pangan dengan dosis yang tentukan,
tambahan pangan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta telah
4
menggunakan bahan tambahan pangan secara tepat sebab apabila tidak
lansung dirasakan, tetapi bisa pula muncul dalam beberapa tahun setelah
bagian, yaitu : (1) dengan sengaja ditambahkan, yaitu bahan tambahan yang
meningkatkan konsistensi nilai gizi, cita rasa, dan mengendalikan keasman. (2)
terdiri atas pemanis, pewarna, penyedap, pengawet dan masih banyak lagi
jenisnya. Pembuatannya dapat terjadi secara alamiah atau juga sengaja dibuat
2004).
5
makanan dan minuman dengan berbagai tujuan. Undang-undang No. 18 tahun
dari cemaran mikrobiologis, biologis, kimia, logam, dan cemaran lain yang
dapat mengganggu manusia), bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya
( Cahyadi, 2009).
yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (bahan tambahan kimia) oleh
a. Antioksidan (Antioxidant)
d. Pemanis (Artificial)
6
g. Pengawet (Preservatif)
i. Pewarna (Colour)
k. Sekuestran (Sequestrant)
Secara umum ada tiga jenis bahan tambahan pangan yang paling
ini berdasarkan peranannya yang sangat penting dalam suatu makanan dan
minuman, baik dari segi fisiknya, yaitu memperbaiki tampilan makanan dan
minuman dan juga dari segi kimianya, yaitu ketahanan makanan dan
identifikasi, sehingga akan jadi pokok pembahasan dalam materi ini. Diantara
1. PEMANIS
7
Berdasarkan proses produksi bahan pemanis dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu ; pemanis alami dan pemanis sintetis. Pemanis alami
biasanya berasal dari tanaman yaitu tebu dan Bit (Beta vulgaris L), bahan
yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki
nilai gizi.
a. Pemanis sintetis
Aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan Dosis tertentu dan
bahwa pada makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah
8
dan untuk penderita penyakit diabetes mellitus maksimum Na. Sakarin
dan Makanan, batas konsumsinya per hari adalah 40 mg/kg. Artinya jika
berat badan 60 kg, maka batas konsumsi aspartam dalam sehari adalah
2.400 mg
b. Pemanis Alami
atau dengan kata lain pemanis yang dihasilkan tanpa melalui proses kimia,
yang paling banyak ditemukan dari bahan alam seperti buah dan
Menteri Kesehatan RI yaitu 50 gram gula atau setara dengan 5-9 sendok
2. PEWARNA
dua, yaitu ;
9
a. Pewarna alami
(Aberoumand, 2011).
diantarnya ;
1. Kurkumin
2. Ribovlafin
badan.
3. Karmin
10
Pewarna ini biasanya ditambahkan pada sayur dalam
badan.
4. Karatenoid
b. Pewarna Sintesis
1. Kuning FCF
2. Eritrosin
mg/kg.
11
3. Hijau CFC
300 mg/kg.
4. Biru berlian
5. Cokelat HT
1. Rhodamin B
2. Metanil Yellow
kuning kecoklatan, dan larut dalam air dan alkohol. Pewarna ini
12
3. PENGAWET
bau, dan rasanya tidak berubah, serta tidak cepat rusak atau membusuk
bahan makanan segar seperti garam, karagenan, buah picung dan biji
13
1) Garam
atau kira-kira satu sendok teh. Apabila pengunaan garam ini tidak
darah tinggi.
2) Karagenan
mengenyalkannya.
3) Buah picung
berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan
14
memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya
4) Biji Kepayang
dahulu biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil
1) Asam sorbat
badan
15
2) Asam benzoat
3) Etil para-hidroksibenzoat
4) Sulfit
5) Nisin
berat badan
16
6) Asam propionat
badan.
makanan, diantaranya ;
1) Boraks
2) Formalin
Karsinogenik.
1. Pewarna
17
d. Diaduk hingga mengeluarkan warna, diamkan hingga warna terpisah
hingga 5 menit
pewarna Rhodamin B
2. Pemanis
- Uji Siklamat
sampel
18
f. Diukur Natrium Nitrit 10% sebanyak 10 ml masukkan dalam larutan
- Uji Sakarin
ditambahkan NaOH 10 ml
3. Pengawet
- Uji Formalin
tabung reaksi
KMnO4)
19
- Uji Boraks
dikeringkan
b. Dicincang atau di iris kecil – kecil bahan yang akan di uji (Bakso dan
Mie basah)
panaskan
20
d. Hasil ekstrak kloroform dipanaskan pada suhu 80oC dipenangas
85oC
D. HASIL PENGAMATAN
Sampel Nilai RF
No Eluen Hasil
Makanan Sampel Rhodamin
1. Kue Lapis N-Butanol :
Pelangi Asam Asetat : 0,98 0,96 +
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,94 0,90 +
(3:2:2)
2. Kue kura- N-Butanol :
kura Asam Asetat : 0,76 0,93 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,75 0,93 -
(3:2:2)
3. Kue Bakpao N-Butanol :
Asam Asetat : 0,32 0,97 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,16 0,83 -
(3:2:2)
4. Kue lapis N-Butanol :
Asam Asetat : 0,17 0,81 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,39 0,95 -
(3:2:2)
5. Kue Apang N-Butanol : 0,52 0,64 +
China Asam Asetat :
21
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0,23 0,35 +
(3:2:2)
6. Kue Kukus N-Butanol :
Asam Asetat : 0 0,93 -
Air (4:5:1)
Isobutanol :
etanol : air 0 0,79 -
(3:2:2)
Sampel
No Jenis Pengujian Hasil Kesimpulan
Minuman
Pulpy Siklamat Tidak ada endapan -
1.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Teh Pucuk Siklamat Tidak ada endapan -
2.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Okky Jelly Siklamat Tidak ada endapan -
3.
Drink Sakarin Tidak ada Perubahan -
Panther Siklamat Terbentuk endapan +
4.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Teh Gelas Siklamat Tidak ada endapan -
5.
Sakarin Tidak ada Perubahan -
Ale-Ale Siklamat Terbentuk endapan +
6
Sakarin Tidak ada Perubahan -
No Sampel
Jenis Pengujian Perubahan Terjadi Kesimpulan
. Makanan
1. Bakso Boraks Merah Maroon -
2. Mie Basah Boraks Merah Maroon -
3. Ikan Asing Formalin Hilangnya Warna
+
KmnO4
4. Tahu Formalin Hilangnya Warna
+
KmnO4
5. Lombok Nat. Benzoat Tidak ada perubahan -
6. Kecap Nat. Benzoat Tidak ada perubahan -
22
E. PEMBAHASAN
1. Pewarna
Rhodamin B Sangat mudah larut dalam air dan dalam alcohol di awal
pelarutan zat pewarna dari sampelnya digunakan alkohol 70% dan alcohol 96%
30 zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna yang berbahaya dan dilarang
Nama lain dari Rhodamin B adalah D dan Red no 19, food red 15, ADC
merupakan zat warna golongan xanthenes eyes yang digunakan pada industri
tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika pada produk, pembersih mulut
dan sabun.
al (1986). Senyawa organik atau anorganik pada teksil atau sintetik lainnya yang
tertelan secara cepat akan diserang lambung dan usus halus kemudian masuk
23
Penggunaan zat pewarna makanan tambahan tidak dapat diabaikan
walaupun masi ada beberapa zat pewarna sintetik yang masi diisinka dengan batas
gangguan fungsi hati yang memicu timbulnya kanker hati. Pemberian dosis
rhodamin B 150 ppm pada mencit menunjukkan perubahan sel hati menjadi
penggunaan pewarna teksil dan pewarna sintetik bagi kesehatan khususnya anak
anak dalam jangka pendek diantaranya dapat menyebabkan tumor otak, pewarna
larutan ammonia 2% dalam etanol 70% dibiarkan beberapa lama lalu bagian
jerninya dituan dalam cawan porselin dan diuapkan hingga kering, lartan residu
dalam air yang telah ditambahkan asam asetat, diambil benang woll yang
dipanaskan air hingga zat warna benang woll untuk kemudian larutan disaring dan
dipekatkan, kemudian ditotol pada lempeng kertas yang terdiri dari sampel dan
yang berisi eluen yang terlebih dahulu dijenuhkan. Tujuan penjenuhan ini adalah
untuk memastikan partikel fase gerak terdistribusi merata pada seluruh bagian
camber/ bejana sehingga pergerakan spot diatas fase dalam oleh fase gerak
24
dibiarkan dikeringkan diudara, untuk menguapkan sisa pelarut yang ada pada
kertas lempeng
Pada perobaan yang dilakukan kita dapat memahami 2 hal yaitu jarak
lintasan sampel (mempengaruhi Nilai RF) dengan warna dua totolan kedua
pewarna ini tidak saling berkaitan sampel dikatakan positif apabila kedua
pengamatan sampel sama tetapi lainnya berbeda maka sampel dikatakan negatif.
Pertama, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (lapis) dengan
diperoleh nilai 0,9642 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan
rhodamin B diperoleh nilai RF 0,9038, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel
Kedua, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (kura Kura)
dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,7608 sedangkan pada rhodamin B
diperoleh nilai 0,8260 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan
rhodamin B diperoleh nilai RF 0,9333, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel
25
Ketiga, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (Bakpao)
dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,32 sedangkan pada rhodamin B
diperoleh nilai 0,97 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan
perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,16 sedangkan pada rhodamin
B diperoleh nilai RF 0,83, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji
dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,17 sedangkan pada rhodamin B
diperoleh nilai 0,81 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan
perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,39 sedangkan pada rhodamin
B diperoleh nilai RF 0,95, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji
Kelima, hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel kue (Apang Cina)
dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,52 sedangkan pada rhodamin B
diperoleh nilai 0,64 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan
perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,23 sedangkan pada rhodamin
B diperoleh nilai RF 0,35, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji
26
mengandung Rhodamin B karena menunjukkan jarak nilai Rf yang diperoleh
dengan 4:5:1 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,16 sedangkan pada rhodamin B
diperoleh nilai 0,93 sedangkan pada eluen isobutanol : etanol : air dengan
perbandingan 3:2:2 pada sampel diperoleh nilai Rf 0,11 sedangkan pada rhodamin
B diperoleh nilai RF 0,79, hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel yang diuji
2. Pemanis
siklamat dan sakarin pada sampel makanan dan minuman dengan menggunakan
pereaksi. Siklamat dan sakarin merupakan pemanis sintesis atau buatan yang
biasanya digunakan oleh pedagang makanan dan minuman rumahan atau industri
karena memiliki rasa yang lebih murah. Pemanis sintetik atau buatan ini boleh
digunakan dalam bahan makanan ataupun minuman dalam batas yang telah
ditentukan oleh pemerintah, yakni untuk sakarin 150 – 5000 mg/kg bahan,
dilakukan dengan uji kualitatif melalui metode pengendapan untuk uji siklamat,
27
membentuk endapan putih. Endapan tersebut merupakan siklamat yang berasal
dari hasil reaksi antara natrium nitrit, barium klorida dalam suasana asam natrium
siklamat. Dari percobaan yang telah dilaksanakan sampel yang diuji kali ini tidak
sintetis siklamat.
dengan reaksi perubahan warna dari larutan sampel ( pulpy ) menjadi warna
kemudian dilanjutkan dengan pemanasan pada api kecil untuk mengeringkan atau
diteteskan 1 tetes ferri klorida untuk melihat reaksi yang terjadi setelah
penambahan ferri klorida dalam suasana asam. Apabilah terdapat sakrin maka
sampel akan berubah menjadi warna violet ( ungu tua ). Adapun hasil yang
diperoleh pada praktikum tidak terjadi perubahan warna maka sampel dinyatakan
Kedua, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel teh pucuk yang
dilakukan dengan uji kualitatif dengan metode pengendapan untuk uji siklamat.
Dari percobaan yang telah dilakukan sampel ( teh pucuk ) tidak menghasilkan
Namun untuk kadarnya tidak diketahui karena untuk menentukan kadar maka
harus dilakukan dengan uji kuantitatif. Untuk pemanis sakarin yang ditentukan
dengan reaksi perubahan warna dari warna sampel menjadi warna violet ( ungu
28
tua ), pada percobaan kali ini sampel ( teh pucuk ) negatif mengandung pemanis
sakarin karena tidak adanya perubahan yang terjadi setelah penambahan pereaksi.
Ketiga, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel ( okky jelly drink )
sintetis siklamat karena sampel ( okky jelly drink ) tidak menghasilkan endapan
pemanis sakarin yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna
sampel menjadi warna violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel ( okky
jelly drink ) negatif mengandung pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan
pemanis sakarin yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna
sampel menjadi warna violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel
Kelima, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel ( teh gelas ) dengan
29
siklamat karena sampel ( teh gelas ) tidak menghasilkan endapan yang
pemanis sakarin yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna
sampel menjadi warna violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel ( teh
gelas ) negatif mengandung pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan yang
Keenam, hasil pengamatan yang diperoleh dari sampel (ale -ale) dengan
siklamat karena sampel (ale- ale) menghasilkan endapan putih yang menunjukkan
yang ditentukan dengan reaksi perubahan warna dari warna sampel menjadi warna
violet ( ungu tua ), pada percobaan kali ini sampel (ale - ale) negatif mengandung
pemanis sakarin karena tidak adanya perubahan yang terjadi setelah penambahan
pereaksi.
3. Pengawet
Pada praktikum ini, ada tiga uji yang digunakan yakni uji boraks, uji
formalin,dan uji natrium benzoate. Boraks dan formalin merupakan zat kimia
formalin apabila digunakan sebagai pengawet makanan dan jika dimakan dengan
30
intensitas yang tinggi maka akan terakumulasi di dalam tubuh dan dapat
Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
makanan dengan nomor E E211. Merupakan garam natrium dari asam benzoat
menggunakan sampel bakso dan mie basah. Sedangkan, untuk uji formalin
menggunakan sampel ikan kering dan tahu, untuk pengujian boraks sampel
kertas numerik berubah menjadi hijau tua maka sampel dapat dikatakan positif
akan tetapi sampel yang diuji pada bakso dan mie basah tidak berubah menjadi
31
warna hijau tua akan tetapi pada bakso berwarna merah maron dan mie basah
dalam tabung reaksi dan ditetesi larutan KMnO4 dan digoyang-goyangkan, apabila
warna dari KMnO4 hilang maka sampel positif mengndung formalin, untuk
sampel.
Untuk Natrium benzoate adalah salah satu bahan pengawet yang diizinkan
garam atau ester dari asam benzoat yang secara komersial dibuat dengan sintesis
berfungsi untuk menjenuhkan larutan sampel dari asam benzoat menjadi natrum
benzoat yang larut air dengan penambahan NaOH kemudian sampel dibiarkan
pekat dan diekstraksi dengan kloroform untuk memisahkan fase nonpolar dan fase
polarnya. Pada crong pisah terbentuk dua fase dan diambil fase polarnya yang
berada pada bagian bawah corong yang mengandung natrium benzoat. Kloroform
mudah diuapkan dan residu dilarutkan dalam alcohol dan ditetesi beberapa larutan
32
sebagai positif mengandung natrium benzoate tetapi pada sampel yang diuji tidak
mengalami perubahan.
33
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
bahwa semua metode yang digunakan, baik metode pada pengujian pewarna,
pemanis dan pengawet menggunakan cara kerja yang mudah dan lebih mudah
hasilnya.
B. SARAN
34
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara ;
Jakarta
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Bahan Tambahan Pangan. Edisi pertama.
Bumi Aksara ; Jakarta
Dahlia, A dan Hardiono, A. 2013. Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Gula
Kapas Merah yang Dijual Di Kota Mataram Tahun 2013. Universitas Nahdatul
Wathan. Mataram
Dirjen Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 1988. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. NO. 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang
Bahan Tambahan makanan. Jakarta.
Dirjen Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. 1985. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.208/Menkes/Per/IV/85 Tentang
Pemanis Buatan. Jakarta.
Kristina, F. 2010. Post Market Vigilance. Buletin Keamanan Pangan Vol 17
Tahun IX. BPOM. Jakarta.
Natipulu, L.H. 2006. Analisis zat warna dan pemanis buatan pada eskrim yang
dijajankan dibeberapa pasar dikota Medan tahun 2006. Fakkultas Kesehatan
Masyarakat Universitas sumatra Utara. Medan. Hal 25-26.
Yuliarti Nurheti. 2007. Awas ! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta :
CV ANDI OFF.
Yuliany, F. 2005. Penentuan Kadar Beberapa Pemanis Sintesis Dalam Makanan
Jajanan Dengan Metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Tugas
akhir Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Bandung. Hal 16-59.
Winarno, F. G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
35