MAKANAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas akhir semester dan dipresentasikan.
2. Membahas tentang apa itu zat aditif dan pengelompokkannya.
3. Macam-macam bahan kimia yang terkandung dalam zat aditif dan apa
keuntungan serta kerugian bagi kesehatan manusia.
BAB II
ISI
2.1 Zat Aditif
Zat aditif makanan adalah zat atau campuran dari beberapa zat yang
ditambahkanke dalam makanan baik pada saat produksi, pemrosesan, pengemasan
atau penyimpanan dan bukan sebagai bahan baku dari makanan tertentu. Pada
umumnya, zat aditif atau produk degradasinya akan tetap berada dalam makanan,
akan tetapi dalam beberapa kasus zat aditif dapat hilang selama pemrosesan
(Belitz,2009)
Sedangkan menurut undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami
bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna,
pengawet, penyedap rasa,anti gumpal, pemucat dan pengental. Beberapa sumber
lain mengatakan zat aditif makanan atau bahan tambahanmakanan adalah bahan
yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan
tujuan untuk memperbaiki penampakan,cita rasa, tekstur , flavor dan
memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti
protein, mineral dan vitamin.di zaman modern seperti sekarang ini, bahan
tambahan makanan digunakan dalam skala yang makin luas. Luasnya penggunaan
bahan tambahan makanan dapat dilihat dari pengelompokannya seperti diatur
dalam peraturan Menkes nomor 235 (1979) Menkes tersebut, disebutkan bahwa
berdasarkan fungsinya, bahan tambahan makanan (zat aditif) dikelompokkan
menjadi 14, di antaranya, yaitu antioksidan dan antioksidan sinergis, pengasam,
penetral, pemanis buatan, pemutih dan pematang, penambah gizi, pengawet,
pengemulsi (pencampur), pemantap dan pengental, pengeras, pewarna alami dan
sintetis, penyedap rasa dan aroma, dan lainnya.
Komposisi adalah semua bahan baku pembuat makanan kemasan, termasuk
zataditif yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam
kemasan. Bahan aditif yang mesti dicantumkan dalam kandungan isi meliputi
bahan buatan atau alami.Biasanya, bahan aditif diberi kode huruf E (Eropa) dan
diikuti dengan tiga angka. Misalnya, E100 sebagai kode pewarna, E200 kode
konsevator, E300 kode antioksida,dan E400 kode pengemulsi atau stabilisator.
Contoh bahan aditif itu adalah E200 asamsorbat, E201 Na sorbat, E300 asam
askorbat, E311 oktil gallat, E320 butilhidroksilanisol (BHA) , dan E321
butilhidroksil toluena (BHT).
Dari sumbernya, zat aditif dibagi menjadi dua yaitu zat aditif alam dan buatanatau
hasil sintesis. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-
tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. umumnya zat aditif alami
tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Zat
aditif alami adalah merupakan zat tambahan yang diperoleh dari alam, tanpa
disintesis atau dibuat terlebih dulu. Sedangkan zat adiktif buatan atau sintesis
adalah zat tambahan makanan yang diperoleh melalui sintesis (pembuatan), baik
di laboratorium maupun industri, dari bahan-bahan kimia yang sifatnya hampir
sama dengan bahan alami yang sejenis,keunggulan zat adiktif sintesis adlah dapat
diproduksi dalam jumlah besar, lebih stabil, takaran penggunaannya lebih sedikit,
dan biasanya tahan lebih lama, sedangkankelemahan zat adiktif sintesis adalah
dapat menimbulkan risiko penyakit kanker atau bersifat karsiogenetik.
2.2 Fungsi Zat Aditif
Beberapa alasan berikut menggambarkan serta mendukung penggunaan zat
aditif makanan menurut Belitz (2009) yaitu untuk meningkatkan :
2.2.1 Nilai Gizi Makanan
Aditif seperti vitamin, mineral, asam amino dan asam amino derivatif yang
digunakan untuk meningkatkan nilai gizi makanan. Beberapa menu makanan
tertentu juga memerlukan penggunaan zat-zat aditif seperti pengemulsi, pemanis,
dll.
2.2.2 Nilai Sensorik Pangan
Warna, bau, rasa dan kekentalan atau tekstur, yang penting untuk nilai sensorik
makanan, dapat menurun selama pemrosesan dan penyimpanan. penurunan
tersebut dapat diperbaiki atau disesuaikan dengan zat aditif seperti pewarna,
pemberi aroma atau penguat rasa.
2.2.3 Ketahanan Penyimpanan Makanan
Kondisi produksi bahan makanan dan distribusinya saat ini dituntut untuk lebih
meningkatkan usia ketahanan dari suatu bahan makanan. Selain itu, situasi
pasokan pangan dunia membutuhkan penjagaan kualitas makanan dengan
menghindari kerusakan sebanyak mungkin. perpanjangan masa simpan
melibatkan perlindungan terhadap pembusukan mikroba, misalnya, dengan
menggunakan aditif antimikroba dan dengan menggunakan bahan aktif yang
menekan dan menghambat perubahan kimia dan fisik yang tidak diinginkan
dalam makanan.
2.2.4 Nilai Praktis
Kecenderungan umum terhadap makanan yang mudah dan cepat saji (makanan
instan) juga menjadi alasan peningkatan penggunaan zat aditif.
Hal ini secara implisit dipahami bahwa zat aditif makanan dan produk-produk
degradasinya haruslah non toksik dan digunakan dalam batas yang
direkomendasikan. 1ni berlaku sama untuk keracunan akut dan kronis, terutama
potensi efek karsinogenik,teratogenik (menyebabkan cacat janin) dan mutagenik
(Belitz, 2009).
Secara umum diakui pengguanaan zat aditif hanya untuk keperluan nutrisi,
nilaisensorik atau untuk pengolahan. penggunaan zat aditif makanan diatur oleh
organisasi nasional tertentu di setiap negara dan untuk 1ndonesia organisasi yang
bergerak di bidang ini adalah Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM)
peraturan-peraturan ini berbeda di setiap negara namun atas dasar pengetahuan
toksikologi dan pesyaratan pangan modern maka di upayakan peyelarasan di
setiap Negara.
2.3 Jenis-Jenis Bahan Aditif
2.3.1 Bahan Pengawet
Zat pengawet pada makanan di maksudkan agar makanan menjadi tahan lama dan
tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah atau melindungi makanan dari proses
pembusukan oleh bakteri. Bahan pengawet bersifat karsinogen, untuk itu batasan
penggunaan bahan pengawet sebaiknya sesuai dengan peraturan Menteri
Kesehatan No. 722/menkes/per/IX/88.
Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penggunaan suhu
rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan bahan pengawet. produk-
produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan panas atau disebut
sterilisasi komersil seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam kemasan
tetrapak tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah cukup
untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan pathogen. Produk-produk ini akan
awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar. ;amun, beberapa
produk pangan dalam kemasan misalnyasambal dan selai dalam botol, kedua jenis
produk ini biasanya tidak segera habis,sehingga supaya awet terus pada suhu
kamar maka untuk mempertahankan keadaan suatumakanan agar tetap dalam
kualitas yang baik maka penambahan bahan pengawet adalahsalah satu cara yang
baik dalam pengupayaannya. pengawet digunakan agar makanan lebih tahan lama
dan tidak cepat busuk bila disimpan karena bahan pengawet dapatmenghambat
atau mematikan pertumbuhan mikroba atau mikroorganisme yang dapat merusak
dan membusukkan makanan. Bahan pengawet yang ditambahkan dapat berupa
bahan alami maupun hasil sintesis. Berikut adalah beberapa bahan pengawet
alami.
Menurut FDA (Food and Drug Administrasion), keamanan suatu pengawet
makanan harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam
produk makanan atau jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari
penggunaan pengawet, efek akumulasi dari pengawet dalam makanan dan potensi
toksisitas yangdapat terjadi (termasuk menyebabkan kanker) dari pengawet jika
dicerna oleh manusia atau hewan.
Secara garis besar pengawet dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
2.3.1.1 GRAS (Generally Recognized As Safe) yang umumnya bersifat alami,
sehingga aman dan tidak ber efek racun sama sekali. Berikut ini adalah contoh-
contoh pengawet alami :
a. Gula tebu, memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan. Gula
pasir,dihasilkan dari tebu dan digunakan sebagai pengawet, karena gula dapat
menyerap kandungan air (bersifat higroskopis). Dengan tidak adanya air,maka
mikroorganisme di dalam makanan tidak dapat berkembang dan mati.
b. Gula merah, Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat
mengawetkanseperti halnya gula tebu.
c. Garam, merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapanair
laut. Garam dapur (NaCl) digunakan sebagai pengawet makanan karena dapat
menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dalam makanan. Hal itu
disebabkan karena garam dapur bersifat hidroskopis (menyerap kandunganair
dalam makanan) seperti halnya gula pasir.
d. Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. $engan
penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
e. Kulit kayu manis, merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet.
Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
f. Cengkih, merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman
cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah
aroma.
g. Bawang putih, yang diiris akan mengeluarkan alisin, yaitu suatu zat yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga bawang putih dapat dipakai sebagai
bahan pengawet.
h. Jeruk (asam sitrat), digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
padaikan mentah atau juga daging biasanya ditambahkan bersama dengan garam.
2.1.3.2 ADI (Acceptable Daily Intake) yang selalu ditetapkan batas penggunaan
hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen. Bahan-bahan
pengawet tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Asam asetat, dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan
inimenghasilkan rasa asam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu
selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam
asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso,atau
soto. asam asetat mempunyai sifat antimikroba. makanan yang memakai
pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
b. Benzoat, banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium
benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah,nata
de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan
jenis ini.
c. Sulfit, Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium
bisulfit. potongan kentang, sari nanas dan udang beku biasa diawetkan
denganmenggunakan bahan ini.
d. Propil galat, digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau
lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan padasosis. +ropil
galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan.
e. Propianat, jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalahasam
propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selainmenghambat
kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillusmesentericus
yang menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti
dan keju biasanya menggunakan bahan ini. Penggunaan yang berlebihan bisa
menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
f. Garam nitrit, biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Kalium nitrit
berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini terutama
sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging
olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering.
perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya,
pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkandaging.
penggunaan yang berlebihan, bisa menyebabkan keracunan. Selain memengaruhi
kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, juga
menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan
muntah-muntah.
g. Sorbat, yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat
sering digunakan dalaam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar.
Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak
mempengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang di perbolehkan. Meskipun
aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bias membuat luka di kulit
2.3.1.3 Zat Pengawet Ynag Memang Tidak Layak Dikonsumsi atau berbahaya,
zat-zat pengawet yang bukan untuk makanan dan sudah di larang penggunaannya
tetapi masih sering dipakai oleh pihak-pihak tak betanggung jawab. Beberapa di
antaranya yaitu :
a. Boraks aytau natrium tetraborat, dengan rumus kimia Na2B4O7.10 H2O adalah
senyawa yang biasa digunakan sebagai bahan baku disinfektan, detergen, cat,
plastic, ataupun pembersih permukaan logam sehingga mudah disolder. Karena
boraks bersifat antiseptik dan pembunuh kuman, bahan ini di gunakan untuk
pengawet kosmetik dan kayu. Banyak ditemukan kasus boraks yang disalah
gunakan untuk pengawetan bakso, sosis, krupuk, gendar, mie basah, pisang
molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Jika boraks termakan dalam
kadar tertentu dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di
antaranya :
1. Gangguan pada system saraf, ginjal, hati, dan kulit
2. Gejala pendarahan di lambung dan gangguan simulasi saraf pusat
3. terjadinya komplikasi pada otak dan hati, dan
4. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3 – 6 gram
a. Fast Green FCF warana hijau yang digunakan dalam makanan dan
minuman misalnya es krim dan buah kalengan. Ada pun kadar yang
ditentukan untk penggunaan zat pewarna ini dalam tiap kilogram bahan
makanan adalah sebanyak 300mg.
b. Sunset yellow FCF warna kuning yang digunakan dalam makanan dan
minuman misalnya minuman ringan,permen,selai dan agar-agar. Sunset
yellow adalah zat pewarna dalam spektrofotometer yang berwarna kuning.
Pewarna ini merupakan pewarna sintetik yang bersifat asam yang
mengandung kelompok kromofor NN dan CC. Sunset Yellow dapat
digunakan sebagia pewarna makanan,kosmetik,dan medikasi.
Penggunaannya dalam bahan makanan dan minuman adalah sebanyak
300mg/Kg bahan makanan.
Nama kimia senyawa ini adalah disodium 2-hidroksi-1-(4
sulfonatofenilazo) naftalen-6-sulfonat dengan rumus kimia C