Anda di halaman 1dari 21

“ LAPORAN AUDIT ENERGI RUMAH TIPE 45 DISUSUN

SEBAGAI SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH


MANAJEMEN ENERGI ”

Dosen Pengampu: Ari Andriyas Puji.ST.,MT

Disusun oleh :
Dian Kristina (170103041)
Fira Putri Aldiyanti (170103062)
M.Aldi Adhiaksa (170103111)
Saiful Amri (170103040)
Heri Sumarlin (170103097)
Putra Tri Suyitno (170103077)

PRODI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Kami Panjatkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT, karena dengan Ridho-
Nyalah Kami bisa menyelesaikan makalah ini, dalam kesempatan kali ini kami
akan membahas mengenai Audit Energi. Tugas ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah Manajemen Energi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan dari Bapak Ari Andriyas Puji. ST.,MT yang telah
memberikan semangat kepada kami, sehingga kami termotivasi dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki . Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah materi ini dapat bermanfaat dan menjadi bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Pekanbaru, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Energi merupakan salah satu faktor penting dalam operasional sebuah
industri, perusahaan, maupun instansi lain, karena memiliki tingkat
ketergantungan tinggi terhadap kebutuhan energi untuk operasional usahanya.
Sehingga diperlukan upaya konservasi untuk mencapai tujuan efisiensi. Energi
listrik memilki kontribusi besar terhadap biaya operasional yang harus
dikeluarkan. Dalam audit energi merupakan kegiatan penelitian pemaanfaatan
energi untuk mengetahui keseimbangan dan mengidentifikasi peluang-peluang
penghematan energi. Melalui audit energi, kita dapat mengetahui pola distribusi
energi, sehingga bagian yang mengkonsumsi energi terbesar dapat diketahui. Dari
hasil audit energi juga dapat diketahui besarnya peluang potensi penghematan
apabila dilakukan peningkatan efisiensi.
Dari berbagai sektor konsumsi energi tersebut, salah satu objek yang selalu
mengkonsumsi energi adalah bangunan. Bangunan menggunakan 50% energi
secara umum atau 70% listrik dari total konsumsi di Indonesia, menjadikannya
sebagai pengguna energi terbesar bahkan melebihi sektor industri dan transportasi.
Besarnya konsumsi energi pada bangunan ini berkontribusi terhadap tingginya
biaya operasional bangunan sebesar 25-30%, selain kontribusi yang cukup besar
terhadap emisi gas rumah kaca dan pemanasan global (USAID Indonesia, 2015).
Pengelolaan konsumsi energi pada bangunan berarti melakukan efisiensi
konsumsi energi. Salah satu teknik yang sering dipakai untuk melakukan efisiensi
pemakaian energi listrik adalah konservasi energi (Untoro, Gusmedi, & Purwasih,
2014). Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu untuk
melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya (PP No.70 Tahun 2009). Tujuan konservasi energi adalah
memelihara sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan
pemanfaatan energi secara efisien dan rasional.
Hal yang paling mempengaruhi kegiatan audit dari prosedur Standar
Nasional Indonesia ini adalah target nilai intensitas konsumsi energi (IKE). Nilai
IKE menjadi parameter terhadap target IKE dari Standar Nasional Indonesia
(SNI). Metodologi audit energi SNI menjadikan nilai IKE suatu bangunan sebagai
parameter analisis utama untuk menghasilkan kesimpulan yang menjadi dasar
pengambilan keputusan-keputusan strategis, yaitu penilaian performa bangunan
dan tindakan lanjut pada kegiatan audit energi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah:
1. Apa itu Audit Energi dan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) ?
2. Bagaimana hasil perbandingan antara analisis IKE awal dengan IKE
rekomendasi?
3. Bagaimana cara mengklasifikasi kriteria berdasarkan hasil IKE yang
didapatkan?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan yaitu:
1. Untuk mengetahui Audit Energi dan Intensitas Konsumsi Energi (IKE).
2. Untuk mengetahui hasil perbandingan antara analisis IKE awal dengan
IKE rekomendasi
3. Untuk mengetahui cara mengklasifikasi kriteria Bagaimana cara
mengklasifikasi kriteria berdasarkan hasil IKE yang didapatkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Audit energi


Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup (LH) berupaya
melakukan pengawasan terhadap penggunakan energi melalui Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Program Konservasi Energi. Melalui insentif dan disinsentif reputasi yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan, pemerintah mendorong setiap
perusahaan agar mampu mengelola energi yang digunakan secara bijak. Bijak
berarti sesuai dengan kebutuhan tanpa meninggalkan fungsinya.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan energi, komponen penilaian yang
diatur dalam Permen LH No. 03 Tahun 2014 tentang PROPER adalah pencapain
di bidang efisiensi energi dan penurunan emisi gas rumah kaca. Kriteria penilaian
ketaatan ditetapkan dengan cara memberikan peringkat biru, merah atau hitam
kepada perusahaan. Sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari yang
dipersyaratkan (Beyond Compliance) adalah hijau dan emas.
Tujuan dilakukan audit energi adalah menemukan peluang potensi
penghematan dari seluruh peralatan pengguna energi dalam proses diperusahaan
dengan mengkaji cost benefit ratio terhadap implementasinya.
1. Persiapan. Menyusun rencana pelaksanaan berupa : jadwal pelaksanaan,
pembuatan kuisioner, pembentukan team, penyediaan alat ukur yang
diperlukan, dan kesiapan di lapangan termasuk administrasi.
2. Survey lapangan. Mengidentifikasi manajemen energi pada organisasi,
melakukan pengumpulan dan verifikasi data primer maupun sekunder, dan
mengklarifikasi hasil survey.
3. Analisa data. Analisa penerapan sistem manajemen energi, data primer dan
sekunder, peluang penghematan, sehingga didapatkan peningkatan kinerja
peralatan pengguna energi.
4. Pelaporan. Keluaran yang diperoleh dari kegiatan audit energi adalah
intensitas konsumsi energi, variabel yang berhubungan dengan konsumsi
energi, kinerja peralatan pengguna energi dan faktor yang berpengaruh
terhadap efisiensi peralatan. Juga pola distribusi energi dari sumber sampai
ke pengguna peralatan energi, energy cost center dan significant energy
users.
Keempat tahapan diatas adalah keahlian yang harus dimiliki oleh seorang
auditor energi sesuai dengan SKKNI yang berlaku. Audit energi adalah proses
evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi. Hasil
akhir audit energi adalah penetapan rekomendasi peningkatan efisiensi pada
pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi.
Pelaksanaan Audit Energi dimaksudkan untuk mengidentifikasi :
1. Peralatan, unit dan bagian mana saja dari suatu fasilitas pengguna energi
yang menghabiskan lebih banyak energi dari yang seharusnya digunakan.
2. Apa yang menyebabkan tingginya penggunaan energi tersebut.
3. Berapa besar potensi penghematan yang mungkin untuk dilakukan.
4. Dan bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap biaya produksi.
Dengan melakukan audit energi, akan diperoleh gambaran secara
menyeluruh terhadap penggunaan energi pada suatu perusahaan. Serta upaya apa
yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan energi
(konservasi energi). Melalui Program Konservasi Energi, perusahaan dapat
mempercepat proses transformasi menuju manajemen energi yang lebih efisien.
Juga pengurangan emisi gas buang dan implementasi teknologi yang ramah
lingkungan.
ISO 50002 tentang audit energi, bertujuan untuk mengidentifikasi berbagi
peluang yang ada guna meningkatkan performa energi dari suatu organisasi,
peralatan, sistem atau proses berdasar pengamatan dan pengukuran yang sesuai.
Output dari audit energi berupa laporan yang berisi informasi penggunaan dan
performa energi dan memberikan prioritas rekomendasi untuk meningkatkan
performa energi dan keuntungan finansial. Audit energi yang dilakukan dapat
digunakan sebagai review energi dan membantu dalam monitoring, pengukuran
dan proses analisa sebagaimana disebutkan dalam sistem manajemen energi ISO
50001 ataupun digunakan secara terpisah. Berikut ini adalah diagram alir proses
audit energi berdasar standar internasional ISO 50002:
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Audit Energi Berdasar Standar Internasional
ISO 50002
Sumber: https://www.auditenergi.co.id/landasan-hukum-audit-energi/

Dalam pelaksanaannya seorang auditor energi haruslah memiliki cukup


pegetahuan dan ketrampilan yang diperlukan, familiar dengan persyaratan
keselamatan kerja.
Audit Energi adalah proses evaluasi pemanfaat energi dan identifikasi
peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada suatu
perusahaan. Sedangkan arti kata Audit sendiri dalam arti luas bermakna evaluasi
terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh
pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor.
Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah
diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah
disetujui dan diterima.
Audit energi diperlukan karena kita memerlukan penggunaan energi yang
terukur, dalam pengelolaan energi kita mengenal energy accounting yaitu
aktivitas untuk merekam dan menghubungkan antara penggunaan energi dan
biaya yang dikeluarkan. Selain itu juga untuk memonitor penggunaan energi
dalam skala waktu. Keuntungan dari audit energi adalah meningkatkan
pengetahuan tentang efisiensi energi, mengidentifikasi biaya energi yang
digunakan, mengidentifikasikan dan meminimumkan hal yang terbuang, membuat
perubahan prosedur, peralatan, dan sistem untuk menyimpan energi,
menghematkan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, menjaga lingkungan
dengan mengurangi pembangkitan tenaga, dan mengurangi running costs.
Untuk mengetahui berapa besar energi yang kita konsumsi dan kemudian
berapa besar energi tersebut yang digunakan dan berapa pula yang tidak berguna
seperti halnya seperti kita menggunakan lampu pijar yang membutuh enegi listrik
dan dari energi listrik tersebut berapa besar dikonversi menjadi cahaya dan berapa
pula yang tidak berguna (menjadi panas). Maka untuk itu kita melakukan audit
energi dan dari audit energi kita dapat mengetahui potensi untuk melakukan
efisiensi energi.
Tahapan audit energi dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap 1: Audit Energi Awal :
Pengumpulan dan penyusunan data historis energi tahun sebelumnya
menghitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) tahun sebelumnya
bandingkan dengan standard IKE hemat sedang boros.
2. Tahap 2: Audit Energi Rinci :
Jika ada indikasi pemborosan, baru dilakukan tahapan berikut lakukan
penelitian dan pengukuran konsumsi energi bandingkan hasil pengukuran
dengan standard IKE identifikasi kemungkinan Peluang Hemat Energi
(PHE) Analisis PHE rekomendasi PHE.
3. Tahap 3: Implementasi :
Implementasikan rekomendasi dari hasil analisis PHE Re-enginering
investasi tambahan investasi baru lakukan monitoring dan evaluasi terhadap
implementasi kemungkinan hasil : baik ada peluang lebih baik.
Audit energi industri meliputi energi listrik listrik kantor listrik fasilitas
umum listrik unit produksi energi bahan bakar bbm/gas keperluan kantor bbm/gas
keperluan produksi. Objek listrik yang diaudit, kualitas daya meliputi rugi
tegangan rugi daya harmonik karakteristrik sistem meliputi : jaringan peralatan
sistem perlengkapan sistem pengoperasian sistem. Berikut adalah flowchart audit
energi sebagai berikut:
Gambar 2.2 Flowchart Audit Energi

3.2. Intensitas Konsumsi Energi


Intensitas Konsumsi Energi (Energy Use Intensity) atau IKE (EUI)
berdasarkan formula perhitungan dalam Peraturan Gubernur No. 38 tahun 2012
adalah besar energi yang digunakan suatu bangunan gedung perluas area yang
dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun. Area yang dikondisikan adalah
area yang diatur temperatur ruangannya sedemikian rupa sehingga memenuhi
standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata udara gedung.
IKE dijadikan acuan untuk melihat seberapa besar konservasi energi yang
dilakukan gedung tersebut. Bila di industri/pabrik, istilah yang digunakan dan
serupa tujuannya adalah konsumsi energi spesifik (Spesific Energy Consumption)
yaitu besar penggunaan energi untuk satuan produk yang dihasilkan. Berdasarkan
Peraturan Gubernur No. 38 tahun 2012, standar IKE untuk berbagai tipe/fungsi
bangunan adalah sebagai berikut:
Jika pada rentang lebih rendah daripada batas bawah, maka bangunan
gedung tersebut dikatakan hemat sehingga perlu mempertahankan dengan
melaksanakan SOP dan pemeliharaan yang sistematis. Jika di antara batas bawah
dan acuan, maka bangunan gedung tersebut dikatakan agak hemat sehingga perlu
meningkatkan kinerja dengan melakukan tuning up. Jika di antara acuan dan batas
atas, maka bangunan gedung tersebut dikatakan agak boros sehingga perlu
melakukan beberapa perubahan. Bila di atas batas atas, maka perlu
dilakukan retrofitting atau replacement.
BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Tata Letak Ruangan Pada Rumah Audit Energi


Adapun tata letak atau denah yang telah dipetakan berdasarkan hasil
observasi rumah salah satu warga, yang mana rumah tersebut berada di Jl. Bundo
Kanduang, Perumahan Arengka Lestari Blok C No.17 dengan rumah tipe 45 yang
dilakukan audit energi yaitu:

Kanopi

Teras Depan (2x3)

Kamar 1 (3 x3)
Kamar 2
Ruang Tamu (6 x3) (6x3)

Dapur (4x2)

Kamar Mandi
(2 x1) Belakang Rumah
(2x2)

Gambar 3.1. Tata Letak Ruangan Pada Rumah Tipe 45


Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa total ruangan pada rumah
tersebut sebanyak 8 (delapan) ruangan baik room maupun non-room dan luas
keseluruhan rumah adalah 9 m x 15 m. Dengan dipetakannya denah rumah
mempermudah peneliti dalam melakukan audit energi secara langsung.
3.2. Perhitungan kWH Total
3.2.1.Perhitungan kWH Berdasarkan Besar Pembayaran Listrik
Besar pembayaran listrik yang dibayarkan oleh pemilik rumah tersebut
yaitu sebesar Rp.250.000/bulan dan jumlah kWH yang diterima yaitu 171,25
Kwh/bulan. Maka dalam 1 tahun kWH yang didapatkan sebesar 2.055
kWh/m²/tahun.
3.2.2.Perhitungan kWH Berdasarkan Rekomendasi dan Observasi Peneliti
Berikut adalah hasil perhitungan kWH yang didapatkan pertahunnya
terhadapt rumah tersebut setelah dilakukannya observasi audit energi yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Perhitungan kWH Total Berdasarkan Rekomendasi Dan Observasi
Peneliti
Waktu kWH/
Jumlah Kapasitas
Pemakaian Bulan
Luar Kanopi 1 Lampu 11 watt 8 Jam 2.64
Ruangan Teras Depan 1 Lampu 11 watt 8 Jam 2.64
1 Lampu 25 watt 8 Jam 6
Ruang Tamu
1 Tv 110 watt 10 Jam 33
1 Kipas Angin 18 watt 12 Jam 6.48
kamar 1 1 Lampu 11 watt 8 Jam 2.64
1 Kipas Angin 18 watt 8 Jam 4.32
kamar 2 1 Lampu 11 watt 8 Jam 2.64
Dalam 1 Kipas Angin 18 watt 8 Jam 4.32
Ruangan
1 Lampu 11 watt 12 Jam 3.96
Dapur
1 Mesin Cuci 350 watt 2jam/minggu 2.8
2 Magicom 300 watt 4 Jam 72
Kamar
Mandi 1 Lampu 11 watt 12 Jam 3.96
Belakang
Rumah 1 Mesin Air 375 watt 1 Jam 11.25
1 Setrika 100 watt 2Jam/minggu 0.8
Penambahan Fasilitas
4 Charger 15 watt 2Jam/minggu 0.48
Total 159.93
kWH/Tahun 1919.16
3.3. Data Luas Bangunan
Berikut hasil komposisi luas pada rumah yang telah diaudit yaitu:
Tabel 3.2. Perhitungan Data Luas Bangunan Total
No Nama Total (m2)
1 Room 114
2 Non Room 21
Jumlah 135

3.4. Perhitungan Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)


Adapun cara perhitungan Data Tingkat Hunian ( Occupamcy Rate) yaitu
Occ rate = (Ruangan Terpakai/Ruangan Tersedia) x 100%
= 5/8 x 100%
= 0,63 x 100%
= 63 %
3.5. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
3.5.1.Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Berdasarkan Besar
Pembayaran Listrik
Berdasarkan data yang telah didapat dari narasumber bahwa besar
pembayaran perbulan yaitu Rp.250.000 dengan dan jumlah Kwh yang didapatkan
sebesar 171,25 Kwh/bulan dan kwh selama 1 tahun yaitu sebesar 2.055. berikut
adalah perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yaitu sebagai berikut:L

kWh/m²/tahun
3.5.2.Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Rekomendasi dan
Observasi Peneliti
Berikut perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada audit Energi
yaitu sebagai berikut:
kWh/m²/tahun
3.6. Perhitungan Biaya
Perhitungan Biaya Berdasarkan Rekomendasi Peneliti yaitu:
Harga 1 kWh sebesar Rp.1.467
Biaya
BAB IV
ANALISIS

4.1. Analisis Intensitas Konsumsi Energi (IKE)


Dari hasil perhitungan yang berdasarkan hasil pembayaran listrik
perbulannya yaitu sebesar Rp.250.000 dan IKE yang didapatkan selama sebulan
yaitu 22,13 kWh/m²/tahun dengan kriteria “Cukup Efisien” dan hasil perhitungan
berdasarkan rekomendasi dan observasi audit energi yang dilakukan oleh peneliti
yaitu mendapatan IKE sebesar 20.68 kWh/m²/tahun dan biaya yang dihitung
sebesar Rp.234.000, hasil tersebut diklasifikasi berdasarkan kriteria Gedung Tidak
Ber-AC termasuk dalam kriteria “Cukup Efisien”. Perhitungan IKE dilakukan
dengan menghitung hasil Kwh total pertahun dibagi Occ Rate dikali area Room
lalu ditambah area Non Room. Artinya pemakaian energi tidak terlalu boros dan
sesuai dengan porsinya. Pernyataan ini dapat dibuktikan pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Kriteria IKE pada Gedung Non-AC
Kriteria Keterangan
a) Pengelolaan gedung dan peralatan
energi dilakukan dengan prinsip konfersi
energi listrik
Efisien b) Pemeliharaan peralatan energi
(10 – 20) dilakukan sesuai dengan
kWh/m2/Tahun prosedur
c) Efisiensi pengguanaan energi masih
mungkin ditingkatkan melalui penerapan
sistem manajemen energi
a) Penggunaan energi cukup efisien
namun masih memiliki peluang konservasi
Cukup Efisien energi
(20 – 30) b) Perbaikan efisiensi melalui
kWh/m2/Tahun pemeliharaan bangunan dan peralatan energi
masih
dimungkinkan
a) Audit energi perlu dilakukan untuk
menentukan langkahlangkah perbaikan
sehingga pemborosan energi dapat
dihindari
Boros
b) Desain bangunan maupun
(30 – 40) pemeliharaan dan pengoperasian gedung
kWh/m2/Tahun belum mempertimbangkan
konservasi energi

a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian


dan pemeliharaan tidak mengacu pada
penghematan energi
b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas
Sangat Boros semua instalasi
(40 – 50) /peralatan energi serta penerapan managemen
kWh/m2/Tahun energi dalam
pengelolaan bangunan
c) Audit energi adalah langkah awal yang
perlu dilakukan

4.2. Analisis Biaya


Biaya yang dikeluarkan perbulannya berdasarkan hasil pemakaian Kwh
perbulannya sebesar Rp.250.000 dan biaya yang dihitung dari hasil observasi
audit energi yaitu sebesar Rp.234.000, maka dapat dikatakan biaya yang keluar
perbulannya mungkin terdapat Looses Energy atau pemakaian alat yang
berlebihan.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil audit energy ini adalah:
1. Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya
konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk
penghematannya. Intensitas Konsumsi Energi adalah pembagian antara
konsumsi energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas
bangunan gedung.
2. Perbandingan yang dapat dilihat pada tabel berikut adalah hasil
observasi penganalisisan audit energi yang dilakukan dirumah salah satu
warga dengan tipe rumah 45 di Jl.Bundo Kanduang. Berikut
perbandingan yang didapat dalam audit energi ini yatitu sebagai berikut:
Tabel 5.1. Perbandingan pada Audit Energi
Intensitas Konsumsi
No Analisis Data Pembayaran Listrik Energi (IKE)
kWh/m²/tahun
1 Hasil Pembayaran Token
Rp. 250.000 22,13
Listrik perbulan
2 Rekomendasi/Observasi
Rp. 234.000 20,68
Peneliti perbulan
Gambar 4.1. Perbandingan Pada Audit Energi

PERBANDINGAN PADA AUDIT ENERGI


250,000 234,000

Pembayaran Listrik IKE

22.13 20.68

Pembayaran Rekomendasi/
Token Listrik Observasi
Peneliti
3. Klasifikasi kriteria hasil IKE yang didapatkan berdasarkan pembayaran
listrik sebesar 22,13 kWh/m²/tahun dan IKE yang didaptkan berdasarkan
hasil observasi audit energi yaitu sebesar 20,68 kWh/m²/tahun dengan
menghitung hasil Kwh total dibagi Occ Rate dikali area Room lalu
ditambah area Non Room. Hasil dari kedua perhitungan tersebut
diklasifikasi berdasarkan kriteria Gedung Tidak Ber-AC termasuk dalam
kriteria “Cukup Efisien”. Artinya pemakaian energi tidak terlalu boros
dan sesuai dengan porsinya.

5.2. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu:
1. Dengan menggunakan PHE (Peluang Hemat Energi), maka
rekomendasikan untuk penghematan energi dengan cara mematikan
semua peralatan yang menggunakan listrik saat sedang tidak ada
diruangan tersebut.
2. Gunakan lampu sesuai kondisi ruangan dan luas ruangan dan saat
membeli peralatan lihat terlebih dahulu spesifikasi alat tersebut.
Berikut adalah urutan alat dan pemakaian dari yang terbesar hingga
terkecil yaitu:
Tabel 5.1. Urutan Fasilitas dan Pemakaiannya
Waktu
No Jumlah Kapasitas KWH/Bulan
Pemakaian
1 2 Magicom 300 watt 4 Jam 72
2 1 TV 110 watt 10 Jam 33
3 1 Mesin Air 375 watt 1 Jam 11.25
4 1 Kipas Angin 18 watt 12 Jam 6.48
5 1 lampu 25 watt 8 Jam 6
6 1 Kipas Angin 18 watt 8 Jam 4.32
7 1 Kipas Angin 18 watt 8 Jam 4.32
8 1 lampu 11 watt 12 Jam 3.96
9 1 lampu 11 watt 12 Jam 3.96
10 1 Mesin Cuci 350 watt 2jam/minggu 2.8
11 1 lampu 11 watt 8 Jam 2.64
12 1 lampu 11 watt 8 Jam 2.64
13 1 lampu 11 watt 8 Jam 2.64
14 1 lampu 11 watt 8 Jam 2.64
15 1 Setrika 100 watt 2Jam/minggu 0.8
16 4 Charger 15 watt 2Jam/minggu 0.48
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA. 2002. Audit
Energi, Modul 2, Energi Conservation
Dewi, Resti Permata. 2012. audit dan konservasi energi pada RSAL dr. Ramelan
Surabaya. (jurnal). Surabaya: ITS
Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi:Prosedur
Audit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: Departemen Pertambangan dan
Energi. Direktorat Jendral Pengembangan Energi.
Erdianta,L.N. 2009. Analisa Performansi Penggunaan Energi Listrik di Gedung
C, P, dan E Jurusan Teknik Fisika ITS Surabaya Berbasis SNI berbasis SNI 03-
6196-2000. (tesis). Surabaya: ITS
Rianto,A. 2007. Audit Energi dan Analisis Peluang Efficiency and Cost Saving
Course. Bandung: PT. Fiqry Jaya Mandiri Pengematan Konsumsi Energi pada
Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premier Semarang. (tesis).
Semarang: UNNES.

Anda mungkin juga menyukai