Anda di halaman 1dari 25

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK


SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
2. Mengetahui pengaruh perubahan cahaya lampu terhadap keluaran PLTS.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan jenis sel surya terhadap keluaran PLTS.

II. Dasar Teori


2.1 Defenisi Solar Cell
Sel surya (solar cell) adalah suatu elemen aktif yang mengubah cahaya matahari menjadi
energi listrik. Sel surya pada umumnya memiliki ketebalan minimum 0.3 mm, yang terbuat
dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub positif dan kutub negatif. Prinsip dasar
pembuatan sel surya adalah memanfaatkan efek fotovoltaik, yaitu suatu efek yang dapat
mengubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik. Material yang sering digunakan
untuk membuat sel surya adalah silikon kristal (Pratama, 2017).

2.2 Cara Kerja Solar Cell


Mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya perpindahan elektron bebas di
dalam suatu atom. Sel surya pada umumnya menggunakan material semikonduktor sebagai
penghasil elektron bebas. Material semikonduktor adalah suatu padatan berupa logam, yang
konduktifitas elektriknya ditentukan oleh elektron valensinya. Material semikonduktor
konduktifitasnya akan meningkat secara signifikan. Saat foton dari sumber cahaya menumbuk
suatu elektron valensi dari atom semikonduktor, akan mengakibatkan suatu energi yang cukup
besar untuk memisahkan elektron tersebut terlepas dari struktur atomnya. Elektron yang
terlepas tersebut bermuatan negatif menjadi bebas bergerak di dalam bidang kristal dan berada
pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor. Hilangnya elektron mengakibatkan
terbentuknya suatu kekosongan pada struktur kristal yang disebut dengan “hole” dengan
muatan positif (Pratama, 2017).
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif bertindak sebagai
donor electron, daerah ini disebut negative type (n-type). Sedangkan daerah semikonduktor
dengan hole, bersifat positif dan bertindak sebagai penerima (acceptor) elektron, daerah ini

1
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

disebut dengan positive type (p-type). Ikatan dari kedua sisi positif dan negatif menghasilkan
energi listrik internal yang akan mendorong elektron bebas dan hole untuk bergerak ke arah
berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi negatif, sedangkan hole bergerak menjauhi
sisi positif. Ketika p-n junction ini dihubungkan dengan sebuah beban (lampu) maka akan
tercipta sebuah arus listrik (Pratama, 2017). Skema sederhana struktur sel surya diilustrasikan
pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Sistem Kerja Solar Cell


(Sumber: Pratama, 2017)

2.3 Karakteristik Solar Cell


Daya yang dihasilkan dari sel surya adalah tegangan (V) operasi dikalikan dengan arus
(I) operasi. Tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan ketika sel surya memperoleh
penyinaran merupakan karakteristik yang disajikan dalam kurva I-V pada gambar 2. Kurva
ini menunjukkan bahwa pada saat arus dan tegangan berada pada titik kerja maksimal
(Maximum Power Point - MPP) maka akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMMP).
Tegangan di Maximum Power Point (MPP) VMPP, lebih kecil dari tegangan open circuit
(VOC) dan arus saat MPP IMPP, adalah lebih rendah dari arus short circuit (ISC) (Pratama,
2017).

2
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Gambar 2. Grafik Arus Terhadap Tegangan dan Daya terhadap Tegangan sebagai
Karakteristik Solar Cell
(Sumber: Yuwono, 2005)

2.4 Jenis-Jenis Solar Cell


Berdasarkan jenis dan bentuk susunan atom-atom penyusunannya, solar cell dapat
dibedakan menjadi (Afifuddin, 2012):
A. Monokristal
Merupakan sel surya yang terdiri atas p-n junction monokristal silikon, mempunyai
kemurnian yang tinggi yaitu 99,999%. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang
memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim ekstrim.
Memiliki efisiensi konversi yang cukup tinggi yaitu sekitar 16% sampai 17%.
Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi dengan baik ditempat yang
cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca
berawan. Gambar 3 menunjukkan solar cell jenis monokristral.

3
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Gambar 3. Solar Cell Monokristal


(Sumber: Yuwono, 2005)

B. Polikristal
Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak. Jenis ini panel
surya ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur/dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Tipe ini
memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Memiliki efisiensi
konversi berkisar antara 12% hingga 15%. Gambar 4 menunjukkan solar cell
jenis polikristal.

Gambar 4. Solar Cell Polikristal


(Sumber: Yuwono, 2005)

4
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

C. Amorfous
Sel surya bermateri Amorphous Silicon merupakan teknologi fotovoltaik
dengan lapisan tipis atau thin film. Ketebalannya sekitar 10μm (micron) dalam
bentuk modul surya. Memiliki efisiensi konversi berkisar 6% sampai dengan
9%. Gambar 5 menunjukkan solar cell jenis amorfous.

Gambar 5. Solar Cell Amorfous


(Sumber: Yuwono, 2005)

2.5 Daya Output Solar Cell


Solar PV mengubah energi matahari menjadi energi listrik dengan nilai
maksimum daya pembangkitan solar PV sebanding dengan radiasi matahari dan
kapasitas sistem PV. Besar daya output yang dapat dibangkitkan oleh sel surya secara
teoritis dapat dihitung secara matematis dengan persamaan berikut:
𝐺
𝑃𝑃𝑉 = 1000 . 𝑃𝑃𝑉,𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 . 𝜂𝑃𝑉,𝑐𝑜𝑛𝑣 ...............................................................(1)

Keterangan:
𝑃𝑃𝑉 = Daya output model sel surya
𝑃𝑃𝑉,𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = Daya maksimum model sel surya pada kondisi standar
𝐺 = Radiasi matahari pada permukaan array
𝜂𝑃𝑉,𝑐𝑜𝑛𝑣 = Efisiensi converter PV
Oleh karena itu, daya dan energi listrik yang dapat dibangkitkan array PV pada
waktu 𝑡 dibatasi oleh kapasitas daya PV yang terpasang dan radiasi matahari pada
waktu itu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

5
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

𝑃𝑆 (𝑡) ≤ 𝑃𝑃𝑉 (𝑡) ..........................................................................................(2)


Keterangan:
𝑃𝑆 (𝑡) = Daya listrik real yang dihasilkam array PV pada waktu 𝑡 (kW)
𝑃𝑃𝑉 (𝑡) = Daya teoritis PV pada waktu 𝑡 (kW)

2.6 Wind Solar Hybrid Controller


Wind solar hybrid controller merupakan alat yang digunakan untuk mengubah
tegangan AC 3 phasa menjadi tegangan DC yang dikeluarkan oleh generator dan
tegangan keluaran panel surya yang kemudian diolah dan disimpan pada tempat
penyimpanan (aki). Wind solar hybrid controller berfungsi mengatur keluaran
tegangan dan arus agar selalu kostan walaupun keluaran dari generator turbin angin
dan panel surya tidak konstan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah ke proses
pemakaian beban dan media penyimpanan (Kahfi, 2017). Wind solar hybrid yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Wind Solar Hybrid Controller

2.7 Aki
Aki adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya berlangsung proses elektrokimia yang
reversible (dapat berkebalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan
proses elektrokimia reversible adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan
kimia menjadi tenaga listrik (pengosongan) dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga
kimia (pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu

6
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel)
(Daryanto, 2015). Oleh karena itu, dengan menggunakan aki, diharapkan tegangan dan arus
yang dihasilkan dapat disimpan sementara dan dilanjutkan menuju inverter untuk disamakan
tegangannya untuk kemudian dilanjutkan ke sistem pembebanan. Pada penyimpanan ini
digunakan Aki QuickStart N70-65D31R dengan tegangan 12VDC dan kemampuan 70Ah.
Berikut ini adalah gambar kondisi fisik aki yang digunakan pada penelitian yang ditunjukan
pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Aki

2.8 Inverter
Inverter merupakan rangkaian elektronika daya yang digunakan untuk
mengkonversikan tegangan searah (DC) ke tegangan bolak- balik (AC). Ada
beberapa topologi inverter yang ada sekarang ini, dari yang hanya menghasilkan
tegangan keluaran kotak bolak-balik (push-pull inverter) sampai yang sudah bisa
menghasilkan tegangan sinus murni (tanpa harmonisa). Teknik kendali yang
digunakan agar inverter mampu menghasilkan sinyal sinusoidal, yang paling
sederhana adalah dengan cara mengatur keterlambatan sudut penyalaan inverter
ditiap lengannya. Cara yang paling umum digunakan adalah dengan modulasi lebar
pulsa (PWM). Sinyal kontrol penyaklaran didapat dengan cara membandingkan
sinyal referensi (sinusoidal) dengan sinyal carrier (digunakan sinyal segitiga).
Dengan cara ini frekuensi dan tegangan fundamental mempunyai frekuensi yang
sama dengan sinyal referensi sinusoidal (Kahfi, 2017). Inverter BL-500 VA memiliki
spesifikasi masukan tegangan 10.5-15 VDC, pengaman (fuse) 40A sebanyak dua,

7
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

dan kemudian di-step up kan ke 220VAC dengan transformator step up. Penggunaan
inverter ini biasanya digunakan di PLTB dan PLTS, berikut tampak inverter yang
digunakan pada penelitian yang ditunnjukkan pada gambar 8.

Gambar 8. Inverter

2.9 Sensor
Sensor digunakan sebagai penunjang dalam proses pengambilan data. Adapun dari
beberapa rangkaian sensor yang diperlukan diantaranya sebagai berikut:

2.9.1 Sensor Arus ACS712


Sensor ini digunakan untuk mengukur arus dari baterai. Gambar 9 merupakan
rangkaian dari sensor arus ACS712.

Gambar 9. Rangkaian Sensor Arus ACS712


(Sumber: Muttaqin, 2017)
Pin 1 dan 2 merupakan input dari sumber (fasa), sedangkan pin 3 & 4 merupakan
output (fasa) yang tersambung ke beban. Pin 5 dan 8 merupakan pin untuk VCC 5V dan
ground dari sumber catu daya. Sensor ACS712 ini memiliki range deteksi arus beragam
yaitu 5A, 20A dan 30A. Modul sensor ACS712 ditunjukkan pada gambar 10.

8
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Gambar 10. Modul Sensor Arus ACS712

2.9.2 Sensor Tegangan


Sensor ini digunakan untuk mengukur tegangan keluaran dari turbin angin dan
panel surya. Adapun keluaran dari sensor ini tidak boleh melewati 5 VDC agar tidak
merusak inputan dari mikrokontroler yang hanya bisa menerima input maksimal 5 VDC,
tampilannya ditunjukkan pada gambar 11 dan gambar 12.
VCC

30 k

7K4

-
GND

Gambar 11. Diagram Rangkaian Sensor Tegangan

Gambar 12. Modul Sensor Tegangan

9
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

2.9.3 Sensor Cahaya BH1750


Modul sensor cahaya BH1750 adalah sebuah modul sensor cahaya berbasis IC
BH1750FVI dari ROHM semikonduktor yang sensitif terhadap intensitas cahaya
disekitarnya (ambience light). BH1750 adalah sebuah IC sensor cahaya dengan
antarmuka IC. Modul ini memberikan nilai output digital melalui IC bus dan dapat
melakukan pengukuran dengan keluaran lux (lx) yang tampilannya ditunjukkan pada
gambar 13.

Gambar 13. Modul Sensor Cahaya BH1750

2.10 Arduino Uno


Arduino Uno merupakan salah satu variant dari keluarga Arduino. Arduino Uno adalah
sebuah board mikrokontroler yang unit prosesnya berbasis pada ATmega328. Arduino Uno
ini memiliki kelebihan tersendiri dibanding board mikrokontroler yang lain, selain bersifat
open source, dalam board Arduino Uno sendiri sudah terdapat loader yang berupa USB
sehingga memudahkan pemrograman mikrokontroler di dalam Arduino Uno, bentuk Arduino
Uno seperti pada gambar 14.
Sedangkan pada kebanyakan board mikrokontroler yang lain, masih membutuhkan
rangkaian loader terpisah untuk memasukkan program ketika kita memprogram
mikrokontroler. Port USB tersebut selain untuk loader ketika memprogram, juga difungsikan
sebagai port komunikasi serial.

10
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Gambar 14. Board Arduino Uno

Pada Arduino Uno disediakan 20 pin I/O yang dapat diprogram sesuai kebutuhan, yaitu
terdiri dari 6 pin input analog dan 14 pin digital input/output. Untuk 6 pin analog sendiri bisa
juga difungsikan sebagai output digital jika diperlukan output digital tambahan selain 14 pin
yang sudah tersedia (Kahfi, 2017). Adapun karakteristik dari Arduino Uno dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Arduino Uno

Item Spesifikasi
Mikrokontroler ATmega 328
Tegangan operasi 5V
Tegangan input yang disarankan 7-12 V
Batas tegangan 6-20 V
Jumlah pin I/O digital 14 (6 diantaranya menyediakan fitur PWM)
Jumlah pin input analog 6
Arus DC tiap pin 40 mA
Arus DC untuk pin 3.3 V 50 mA
Memori flash 32 kB, 0.5 kB digunakan oleh bootloader
SRAM 2 kB
EEPROM 1 kB
Clock speed 16 Hz
Sumber: Wardoyo dan Pramudya, 2015

11
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

2.11 Software Arduino


Untuk pemrograman board Arduino Uno digunakan software Arduino IDE (Integrated
Development Environment). Software ini menggunakan bahasa C sebagai basis programnya,
sehingga memudahkan dalam mengembangkan aplikasi (Kahfi, 2017).
Mikrokontroler mulai dari menuliskan source program, kompilasi, upload hasil
kompilasi, dan uji coba secara terminal serial, seperti terlihat pada gambar 15.

Gambar 15. Software Arduino

Software Arduino IDE terdiri dari:


1) Editor program, sebuah window yang memungkinkan pengguna menulis dan mengedit
program dalam bahasa processing.
2) Compiler, sebuah modul yang mengubah kode program (bahasa processing) menjadi
kode biner. Bagaimanapun sebuah mikrokontroler tidak akan bisa memahami bahasa
processing. Yang bisa dipahami oleh mikrokontroler adalah kode biner, itulah sebabnya
compiler diperlukan dalam hal ini.
3) Uploader, sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer ke dalam memori di
dalam papan Arduino Uno.

12
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

2.12 Delphi 7

Gambar 16. Delphi 7

Delphi 7 adalah suatu bahasa pemrograman (development language) yang digunakan


untuk merancang suatu aplikasi program. Delphi 7 termasuk dalam pemrograman bahasa
tingkat tinggi (high level language). Maksud dari bahasa tingkat tinggi yaitu perintah-perintah
programnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh manusia. Bahasa pemrograman
Delphi 7 disebut bahasa prosedural artinya mengikuti urutan tertentu. Dalam membuat
aplikasi perintah-perintah, Delphi 7 menggunakan lingkungan pemrograman visual seperti
terlihat pada gambar 16.
Khusus untuk pemrograman database, Delphi 7 menyediakan fasilitas objek yang
sangat kuat dan lengkap serta memudahkan dalam pembuatan program untuk aplikasi
database. Format database yang dimiliki Delphi 7 yaitu format database paradox, dBase, Ms
Access, ODBC, syBase, Oracle dan lain-lain.

2.13 Database
Basis data (database) adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer
secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk
memperoleh informasi dari basis data tersebut. Perangkat lunak yang digunakan untuk
mengelola dan memanggil kueri (query) basis data disebut sistem manajemen basis data
(Database Management System/DBMS) (Arrosyid, 2011).

13
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

III. Alat dan Bahan


1. Simulator PLTS
2. PC
3. Regulator AC
4. Modul Beban AC
5. Modul Beban DC

IV. Prosedur Percobaan


4.1 Tanpa Beban
1. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan.
2. Menghubungkan input sumber cahaya (lampu) ke regulator AC.
3. Mengatur tegangan keluaran regulator AC menjadi 220V kemudian menyalakan
sumber cahaya (lampu)
4. Menguhubungkan PC dengan Arduino Uno melalui kabel USB.
5. Menyamakan port serial (COM) pada Delphi 7 dan Arduino Uno dengan mengklik

gambar .

6. Mengkoneksikan sistem dengan mengklik gambar .

7. Mengukur besar intensitas cahaya.

8. Memutuskan koneksi sistem dengan mengklik gambar .

9. Mengulangi langkah percobaan 3-8 untuk tegangan keluaran regulator AC 200V-


120V.

4.2 Berban
1. Mempersiapkan alat dan bahan percobaan.
2. Menghubungkan input sumber cahaya (lampu) ke regulator AC.
3. Mengatur tegangan keluaran regulator AC menjadi 220V kemudian menyalakan
sumber cahaya (lampu)
4. Meng-ON-kan beban 1 buah lampu pijar AC.

14
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

5. Menguhubungkan PC dengan Arduino Uno melalui kabel USB.


6. Menyamakan port serial (COM) pada Delphi 7 dan Arduino Uno dengan mengklik

gambar .

7. Mengkoneksikan sistem dengan mengklik gambar .

8. Mengukur besar tegangan, arus dan daya dengan menggunakan beban 1 buah lampu

Pijar AC.

9. Memutuskan koneksi sistem dengan mengklik gambar .

10. Mengulangi langkah percobaan 4-9 untuk jenis beban lainnya, seperti: 2 buah lampu
pijar AC, 1 buah kipas AC, 1 buah lampu pijar DC, 1 buah lampu TL DC dan 1 buah
kipas DC.

V. Rangkaian Percobaan

Gambar 17. Wiring Electrical Diagram

15
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

VI. Data Hasil Percobaan


6.1 Berbeban
6.2.1 Beban AC 500 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
1. 2 Lampu Pijar 11,76 8,36 98,29

6.2.2 Beban DC 500 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
Lampu Pijar +
1. 12,20 4.05 49,45
Kipas

6.2.3 Beban AC dan DC 500 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
3 Lampu Pijar +
1. 11,5 10,70 123,57
Kipas

6.2.4 Beban AC 1000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
1. 2 Lampu Pijar 12,00 4,93 59,23

6.2.5 Beban DC 1000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
Lampu Pijar +
1. 12,15 4,01 48,66
Kipas

16
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

6.2.6 Beban AC dan DC 1000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
3 Lampu Pijar + 10,85
1. 11,52 125,00
Kipas

6.2.7 Beban AC 1500 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
1. 2 Lampu Pijar 11,81 7,43 87,73

6.2.8 Beban DC 1500 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
Lampu Pijar +
1. 12,12 4,25 51,53
Kipas

6.2.9 Beban AC dan DC 1500 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
3 Lampu Pijar +
1. 11,52 10,51 121,06
Kipas

6.2.10 Beban AC 2000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
1. 2 Lampu Pijar 11,72 8,36 97.89

17
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

6.2.11 Beban DC 2000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
Lampu Pijar +
1. 12,06 4,35 52,51
Kipas

6.2.12 Beban AC dan DC 2000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
3Lampu Pijar +
1. 11,47 10,70 122,80
Kipas

6.2.13 Beban AC 4000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
1. 2 Lampu Pijar 11,93 5,03 60,04

6.2.14 Beban DC 4000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
Lampu Pijar +
1. 12,10 3,91 47,29
Kipas

6.2.15 Beban AC dan DC 4000 LUX

Pengukuran
No. Jenis Beban
Tegangan (V) Arus (A) Daya (W)
3 Lampu Pijar +
1. 11,47 10,65 122,24
Kipas

18
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

VII. Analisis

Grafik 1. Beban DC 500 lux

Grafik 2. Beban AC dan DC 500 lux

Grafik 3. Beban AC 500 lux

19
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Grafik 4. Beban DC 1000 lux

Grafik 1. Beban AC dan DC 1000 lux

Grafik 1. Beban AC 1000 lux

20
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Grafik 7. Beban DC 1500 lux

Grafik 8. Beban AC dan DC 1500 lux

Grafik 9. Beban AC 1500 lux

21
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Grafik 10. Beban DC 2000 lux

Grafik 11. Beban AC dan DC 2000 lux

Grafik 12. Beban AC 2000 lux

22
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Grafik 13. Beban DC 4000 lux

Grafik 15. Beban AC dan DC 4000 lux

Grafik 16. Beban AC 4000 lux

23
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum PLTS dapat disimpulkan dengan melihat data dan grafik
yang diperoleh :
1.Pada saat dibebani dengan beban DC maka dayanya cenderung konstan adapun
perubahan.a sangat kecil, begitu juga dengan tgangan dan arus memiliki nilai
yang konstan
2.Pada saat dibebani dengan beban DC dan AC nilai daya terus mengalami
kenaikan yang sangat signifikan tetapi arus dan tegangan tetap konstan.
3.Pada saat dibebani dengan arus AC terjadi ketidak stabilan daya dan arus yang
setiap waktu berubah ubah terkadang naik dan terkadang juga turun, adapun
tegangan.a memiliki nilai yang hampir konstan dengan perubahan nilai yang
tidak terlalu signifikan.
4.Pada percobaan ini perubaha nilai lux tidak terlalu mempengaruhi nilai daya,
arus, dan tegangan

24
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
LAB PEMBANGKIT DAN PEMBANGKIT LISTRIK
SEMESTER I
PENYALURAN STL TENAGA SURYA

Daftar Pustaka
1. Afifuddin, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
2. Arrosyid, Moch Harun dkk. 2011. Implementasi Wireless Sensor Network Untuk Monitoring
Parameter Energi Listrik Sebagai Peningkatan Layanan Bagi Penyedia Energi Listrik.
Surabaya: Politeknik Negeri Surabaya.
3. Daryanto. 2015. Konsep Dasar Teknik Elektronika Kelistrikan. Bandung: Alfabeta.
4. Kahfi, Ashabul dan Rahmat Harianto. 2017. Perancangan Alat Monitoring Parameter Keluaran
Generator Turbin Angin. Skripsi. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.
5. Muttaqin, Rusdan. 2017. Analisa Performansi dan Monitoring Pembangkit Listrik Tenaga
Surya di Departemen Teknik Fisika FTI-ITS. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
November
6. Pratama, Andika Yudha. 2017. Simulasi dan Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrida
Tenaga Angin dan Tenaga Surya sebagai Energi Alternatif yang Ramah Lingkungan dan
Berkelanjutan. Tugas Akhir. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
7. Yuwono, Budi. 2005. Optimalisasi Panel Sel Surya dengan Menggunakan Sistem Pelacak
Berbasis Mikrokontroler AT89C51. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

25

Anda mungkin juga menyukai