Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAa
2.1 Penelitian Terkait
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan studi literatur yang merupakan pencarian
referensi-referensi dari teori yang bersangkutan dengan judul, masalah penelitian, tujuan
penelitian, dan metode. Teori-teori yang dibahas didapatkan mulai dari buku, jurnal
maupun dari sumber-sumber lain yang relevan.

Penelitian Prima (2017) yang berjudul Analisa Teknis dan Ekonomis Perbandingan
Penggunaan Bahan Bakar PLTMG terhadap PLTG di Pusat Listrik Balai Pungut – Duri.
Pada penelitian ini prima melakukan perbandingan pemakaian bahan bakar pada PLTMG
yang menggunakan dua bahan bakar, yaitu BBM dan Gas dengan PLTG yang hanya
menggunakan bahan bakar gas dalam pengoperasiannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa rasio antara pemakaian dan biaya bahan bakar untuk PLTMG dan PLTG dan
membandingkan tingkat hasil efisiensi dalam penggunaan bahan bakar pada PLTMG dan
PLTG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode langsung atau lebih
dikenal dengan metode input – output karena metode ini hanya memerlukan keluaran dan
panas masuk (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi dari segi konsumsi bahan bakar.
Penelitian Imansyah, dkk (2014), Dengan judul “Kajian Potensi Kerugian Akibat
Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali”. Penelitian ini bertujuan
agar daya beban tetap terpenuhi, sedangkan biaya operasi dapat ditekan. Faktor yang
menjadi pertimbangan dalam meminimalkan biaya operasi adalah harga bahan bakar.
Selama ini pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam pengoperasian pembangkit
listrik menimbulkan kerugian dari sisi biaya operasi. Alasan PLTG dan PLTGU dipilih
yaitu karena pembangkit ini memiliki efisiensi thermal yang tinggi, sehingga dapat
menggunakan bahan bakar dari berbagai jenis minyak. Dynamic Optimal Power Flow
(DOPF) dipakai untuk menghitung biaya operasi dengan menggunakan metode Quadratic
Programming. DOPF dilakukan dengan menggunakan program Matpower dan software
matlab.
Pada penelitian Bogi Adikumoro, dkk (2014) yang berjudul “Pengaruh
Pembebanan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terhadap Efisiensi Biaya Pembangkitan
Listrik”. Studi kasus di PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Pesanggaran. Mereka
melakukan efisiensi terhadap masing-masing unit PLTG yang berjumlah 4 unit dibutuhkan

II-1
pengendalian, pengoperasian, dan pembebanan unit PLTG yang optimal, jumlah unit yang
dioperasikan, besar pembebanan masing-masing unit serta nilai Specific Fuel Consumption
(SFC) untuk masing-masing pembangkit. Dalam penelitian ini mereka juga mengganti
bahan bakar semula Marine Fuel Oil (MFO) menjadi solar. Didapatkan penurunan biaya
bahan bakar yang cukup signifikan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan daya selama 8
jam dimana pada jam 22.00-06.00 WIB perusahaan hanya memerlukan 1 unit PLTG
beroperasi yaitu PLTG unit 3 lebih baik dibandingkan dari unit lainnya untuk dinyalakan
pada jam tersebut dengan kebutuhan daya antara 17-20 MW. Biasanya perusahaan tersebut
menggunakan PLTG unit 3 dengan beban 100%, sehingga perusahaan mengeluarkan biaya
bahan bakar yang cukup besar, tetapi apabila perusahaan tersebut menggunakan PLTG unit
3 dengan beban 50% perusahaan dapat menghemat dengan estimasi penghematan biaya
bahan bakar sebesar 58,70% dan estimasi penghematan biaya pembangkitan sebesar
54,70%. Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu konsumsi bahan bakar yang terendah
digunakan dengan daya antara 17-20 MW pada jam 22.00-06.00 adalah PLTG unit 3 beban
50% dengan SFC 0,437 liter/KWH. Estimasi biaya pengunaan bahan bakar selama 1 bulan
adalah 58,70% atau Rp. 20.976.000.000.
Penelitian Widagno (2013) yang berjudul optimasi pola pembebanan daya mesin
pembangkit listrik Diesel SWD 16 TM 410 terhadap efesiensi konsumsi bahan bakar. Studi
kasus di PLTD sungai raya. bagian dari unit pembangkitan dan penyediaan energi listrik
dari PT PLN (Persero) Sektor Kapuas. PT PLN (Persero) Sektor Kapuas merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang membawahi pembangkitan dan penyediaan energi listrik bagi
masyarakat Kalimantan Barat, khususnya pada penyediaan tenaga listrik untuk Sistem
Khatulistiwa. Kebutuhan bahan bakar sebelum dan sesudah dilakukan Program MFO
nisasi ternyata, masih cukup besar, yaitu rata-rata perbulan spesifik konsumsi bahan bakar
(SFC) mencapai 0,235 liter/kWh. PLTD Sungai Raya mempunyai 6 unit mesin diesel,
yang terdiri dari 4 buah mesin diesel SWD 16TM410 dengan kapasitas daya mesin 9,01
MW dan 2 buah Sulzer dengan kapasitas daya mesin 7,6 MW. Mesin diesel SWD 16 TM
410 ini, mempunyai daya generator berkapasitas 8,8 MW dengan putaran mesin 600
rpm.Untuk menekan kebutuhan SFC per-kWh dan menekan biaya operasional perlu
dilakukan analisis dan perhitungan secara lebih detail, yaitu dengan membandingkan hasil
SFC yang sudah berjalan, dengan melakukan kajian teoritis dan eksperimental berdasarkan
pola pembebanan yang terjadi.

II-2
Pada penelitian Ir Naryono, dkk (2013) yang berjudul Analisa efesiensi turbin gas
terhadap beban operasi PLTGU Muara Tawar Blok 1. Penelitian ini menjelaskan tentang
efisiensi terhadap masing-masing unit PLTGU yang berjumlah 3 unit dibutuhkan
pengendalian, pengoperasian, dan pembebanan unit PLTGU yang optimal. Beban PLGTU
yang berubah-ubah dapat berpengaruh terhadap kinerja dari tiap-tiap komponennya anatara
lain turbin uap, pompa, kondensor, dan pembangkit gas. Dalam merespon perubahan beban
yang terjadi, maka secara otomatis suplay bahan bakar, udara pembakaran, serta gas yang
digunakan untuk pembentukan uap ikut berubah pula. Dengan mengetahui efesien tiap
beban maka dapat diketahui grafik efesiensi pada PLTGU sehingga dapat diketahui pada
beban berapakah PLTGU yang paling tinggi.
Suyamto (2009), dengan judul “Perbandingan Perhitungan Efisiensi Antara Pltu
Konvensional Dan Pltn”. Penelitian ini menjelaskan perbandingan perhitungan dan analisis
efisiensi antara PLTU konvensional dan PLTN. Perhitungan efisiensi PLTU dengan
menggunakan siklus uap Rankine merupakan metode teoritis yang sulit dilakukan karena
didasarkan pada grafik TS fluida kerja yang tidak memperhitungkan rugi panas, tekanan,
gesek dan lain-lain pada sistem. Perhitungan menjadi lebih sulit bila dilakukan peningkatan
efisiensi berdasarkan proses superheat, reheat dan regeneratif. Untuk mengatasi kesulitan
tersebut, dilakukan perhitungan efisiensi berdasarkan laju kalor.
Pada penelitian Basuki (2008) dalam penelitian yang berjudul “Analisis konsumsi
bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan metode least
square”. Pada penelitian ini cahyo melakukan perbandingan terhadap bahan bakar utama
PLTU yaitu MainFuel Oil (MFO) dan High Speed Diesel (HSD). Dengan Liquefied
Natural Gas (LNG) dan Batu bara guna penghematan biaya bahan bakar. Dari data harga
bahan bakar MFO, HSD, Batu bara, dan LNG berturut-turut adalah Rp. 6822,70/liter, Rp.
8339,00/liter, Rp. 35.150,00/MMBTU, dan Rp. 750,00/kg. Dengan menggunakan program
Chemical Logic Steam Tab Companion cahyo menghitung biaya bahan bakar pertahun
pada beban 140 MW dan biaya bahan bakar per kWh pada beban 140 MW. Cahyo
mendapat kesimpulan yaitu biaya pertahun dan biaya bahan bakar per kWh HSD Rp.2,005
Triliyun/tahun, Rp.1,865.471/kWh dan MFO Rp. 1,555 Triliyun/tahun, Rp.1,446.333
/kWh. Sedangkan Batu bara Rp. 323,942 Milyar/tahun, Rp.301.286/kWh dan LNG Rp.
168,029 Milyar/tahun, Rp. 156,277/kWh. Untuk daya yang sama HSD dan MFO masih
berada diatas biaya tarif rumah tangga yaitu 617.5/kWH. Jadi kesimpulan dari cahyo

II-3
operasional PLTU yang beroperasi dengan menggunakan bahan bakar minyak HSD dan
MFO sangat besar dalam penggunaan biaya.
Keunggulan penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya di PLTMG Balai
Pungut-Duri, pada penelitian ini dibahas analisis penggunaan bahan bakar dan efisiensi
terhadap 7 unit pembangkit, dengan menghitung dan mengindentifikasi data dan parameter
pada produksi energi pada setiap pembangkit. Dengan menggunakan dua bahan bakar,
yaitu bahan bakar gas dan solar. Yang dimana penggunaan pemakaian bahan bakar gas
lebih besar dibandingkan dengan pemakaian bahan bakar solar. Data yang digunakan yaitu,
data dari Bulan Agustus-Oktober dan menghitung total produksi listrik agar tidak terjadi
kerugian pada penggunaan bahan bakar. Prosedur penelitian ini menggunakan cara
mengumpulkan data, survey yaitu dengan manganalisa pemakaian bahan bakar dan total
produksi pada setiap unit pembangkit listrik.

2.2 Landasan Teori


Energi mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi kebutuhan dasar
dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu, energi harus
digunakan secara hemat, rasional, dan bijaksana agar kebutuhan energi pada masa
sekarang dan masa yang akan datang dapat terpenuhi. Mengingat pentingnya penggunaan
energi secara hemat, rasional, dan bijaksana, Pemerintah perlu menyusun Peraturan
Pemerintah dalarn rangka pengaturan pemanfaatan sumber daya energi, surmber energi
dan energi, melalui penerapan teknologi yang efisien energi, pemanfaatan energi secara
efisien dan rasional, dan penerapan budaya hemat energi guna menjamin ketersediaan
energi nasional yang berwawasan lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009


Tentang Konservasi Energi, Peraturan Pemerintah ini mengatur:
1. Tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat;
pelaksanaan konservasi energi yang mencakup seluruh tahap pengelolaan energi
yang meliputi kegiatan penyediaan energy.
2. Pengusahaan energi, pemanfaatan energi, dan konservasi sumber daya energi;
3. Standar dan label;
4. kemudahan, insentif dan disinsentif; dan
5. pembinaan dan pengawasan.

II-4
Dalam pasal 12 disebutkan :
1. Pemanfaatan energi oleh penggunaan sumber energi dan penggunan energi wajib
dilakukan secara hemat dan efisien. Yang dimaksud dengan "hemat" dalam
ketentuan ini berkaitan dengan perilaku penggunaan energi secara efektif dan
efisien. Yang dimaksud dengan "efisien" dalam ketentuan ini adalah nilai maksimal
yang dihasilkan dari perbandingan antara keluaran dan masukan energi pada
peralatan pemanfaatan energi.
2. Penggunan sumber energi dan penggunaan energi yang menggunakan sumber
energi atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enamribu) setara ton
minyak per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi.
Setara 1 (satu) ton minyak sama dengan:
a. 4 1,9 giga joule (GJ);
b. 1,15 kilo liter minyak bumi (kl minyak bumi);
c. 39,68 million British Thermal Unit (MMBTU); atau
d. 1 1,63 mega watt hour (MWh).
3. Manajemen energi sebagai mana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan:
a. Menunjuk manajer energi;
b. menyusun program konservasi energi;
c. melaksanakan audit energy secara berkala;
d. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi; dan
e. melaporkan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri,
gubernur, atau bupati wali kota sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
Yang dimaksud dengan "manajemen energi" adalah kegiatan terpadu untuk
mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif
dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal.

2.3 Pengertian Turbin Gas


Turbin gas adalah suatu penggerak mula yang memanfaatkan gas sebagai fluida
kerja. Didalam turbin gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik berupa
putaran yang menggerakkan roda turbin sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang
berputar disebut rotor atau roda turbin dan bagian turbin yang diam disebut stator atau
rumah turbin. Rotor memutar poros daya yang menggerakkan beban (generator listrik,
pompa, kompresor atau yang lainnya). Turbin gas adalah motor bakar yang terdiri dari tiga

II-5
komponen utama, yaitu : kompresor, ruang bakar, dan turbin. Sistem ini dapat berfungsi
sebagai pembangkit gas ataupun menghasilkan daya poros. Ciri utama turbin gas adalah
kompak, ringan, dan mampu menghasilkan daya tinggiserta bebas getaran. Dengan
demikian mudah pemasangannya dan tidak memerlukan pondasi kuat.
Berbeda dengan motor bakar torak, pada turbin gas tidak terdapat bagian yang
bergerak translasi sehingga turbin gas dikatakan bebas getaran. Disamping itu proses
kompresi, pembakaran, dan ekspansi terjadi secara terpisah, masing-masing didalam
kompresor, ruang bakar, dan turbin. Turbin menghasilkan daya yang sebagian besar
diperlukan untuk menggerakan kompresornya sendiri.

2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Mesin dan Gas (PLTMG)


PLTMG di Indonesia umumnya menggunakan mesin dengan dua bahan bakar, baik
dengan konfigurasi dual-fuel, ataupun bi-fuel. Karena umumnya mesin yang dipakai
menggunakan dua (2) bahan bakar, oleh karena itu sistem bahan bakarnya juga harus bisa
mengakomodir kedua bahan bakar tersebut. Bahan bakar yang umumnya digunakan adalah
gas alam (natural gas) dan minyak diesel (HSD/MFO).

Dari sekian banyak jenis pusat pembangkitan listrik, salah satu jenis yang masih
cukup banyak dioperasikan dan dibangun di Indonesia adalah Pusat Listrik Tenaga Mesin
Gas / Gas Engine PowerPlant (PLTMG / GEPP). Pilihan jatuh pada PLTMG dikarenakan
beberapa alasan, antara lain:
a) Ketersediaan bahan bakar gas alam (natural gas), yang dari segi ekonomis lebih
baik jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (HSD/MFO/LFO).
b) Lebih efisien (Heat Rate : 8804 btu/kwh) artinya dengan jumlah bahan bakar yang
sama dapat dihasilkan energi listrik yang lebih besar jika dibandingkan dengan
jenis pembangkit yang lain.
c) Kemampuan untuk mencapai beban maksimum dengan waktu yang lebih cepat, hal
ini sangat penting untuk pembangkit peaker (bekerja hanya pada beban puncak
yaitu pada pukul 17.00 – 22.00).
d) Emisi gas buang yang lebih bersih, polusi minimal, lingkungan lebih sehat dan
lebih ekonomis. (Wartsilla, 2013)

II-6
2.4.1 Prinsip kerja PLTMG
Prinsip kerja PLTMG hampir sama dengan PLTD, tetapi ada perbedaan
paling signifikan yaitu pada sistem bahan bakar untuk motor penggeraknya. Pada
PLTD umumnya hanya bisa menggunakan bahan bakar dari jenis minyak diesel
(HSD/MFO), sedangkan PLTMG umumnya menggunakan dua jenis bahan bakar
yaitu gas alam (natural gas) dan minyak diesel (HSD/MFO). Karena mesin PLTMG
yang dipakai menggunakan dua jenis bahan bakar, oleh karena itu sistem bahan
bakarnya juga harus bisa mengakomodir kedua bahan bakar tersebut.(Marsudi,
2005)

Bahan bakar gas sebelum masuk ke area pembangkit dilewatkan dulu ke


area pembersihan. Pada area ini gas dipersiapkan baik dari sisi kebersihan, kadar
air, ataupun tekanannya agar siap jika diumpankan langsung ke unit mesin gas.
Sebelum diumpankan langsung ke dalam mesin, gas disaring lagi menggunakan
sebuah filter. Posisi filter ini akan duduk bersama dengan beberapa peralatan yang
disesuaikan konstruksinya dan tergabung dalam sebuah modul gas (fuel gas
module) yang tugas utamanya adalah untuk pengaturan volume, keamanan sistem,
dan untuk memastikan bahwa gas siap diumpankan ke mesin. Untuk bahan bakar
minyak sebelum diumpankan ke dalam mesin, juga disaring terlebih dahulu
menggunakan sebuah filter yang digabung dalam sebuah modul minyak (fuel oil
module). Pada aliran bahan bakar minyak terdapat pompa pengumpan (feed pump)
yang berfungsi untuk mendorong minyak ke dalam mesin. (Marsuidi, 2005)

2.4.2 Sistem Pembakaran


Bahan bakar gas umumnya didapatkan dari stasiun gas terdekat. Sebelum
masuk ke area pembangkit, gas dari sumber ini dilewatkan area pembersih terlebih
dahulu, atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah Scrubber. Pada area ini, gas
umumnya dipersiapkan baik dari sisi kebersihan, kadar air, ataupun tekannya, agar
dapat/siap jika diumpankan langsung ke unit mesin gas (Wartsilla, 2013). Sebelum
diumpankan langsung ke dalam mesin, gas disaring lagi menggunakan sebuah
filter. Umumnya posisi filter ini akan duduk bersama beberapa instrumen lapangan
(field instrument) yang tergabung dalam sebuah modul gas (gas module), yang

II-7
tugas utamanya adalah untuk pengaturan volume, keamanan sistem dan untuk
memastikan bahwa gas siap diumpankan ke mesin.(Wartsilla, 2013).

Bahan bakar minyak diesel biasanya digunakan untuk dua (2) fungsi, yaitu
untuk bahan bakar awalan (pilot fuel) dan bahan bakar utama (main fuel). Fungsi
bahan bakar utama (main fuel) digunakan jika dan hanya jika mesin gas di
operasikan menggunakan bahan bakar minyak solar sebagai bahan bakar utamanya,
atau pada kondisi mesin sebelum switch-over bahan bakar ke sistem gas.
Sedangkan fungsi sebagai bahan bakar awalan (pilot fuel) akan selalu digunakan
pada setiap upaya operasi mesin (starting & operation engine). (Wartsilla, 2013)

Sebelum diumpankan ke dalam mesin, bahan bakar minyak akan disaring


terlebih dahulu menggunakan sebuah filter. Posisi filter bisa berada sebelum mesin,
ataupun digabung dalam sebuah modul pada posisi dekat dengan pompa
pengumpan (feed pump). Bahan bakar solar yang ada saat ini umumnya sudah baik,
sehingga tidak diperlukan pengolahan lebih lanjut menggunakan fasilitas
pengolahan bahan bakar minyak (advance fuel oil treatment plant).

Gambar 2.2.2.2 Skematik Sistem Bahan Bakar Pada PLTMG


(Sumber :Marsudi, 2005)

2.4.3 Mesin Gas Wartsilla


Mesin adalah mesin gas empat langkah dengan injeksi bahan bakar
langsung menggunakan gas alam. bahan bakar minyak digunakan sebagai back-up
dan bahan bakar percontohan. Mesin ini dilengkapi dengan turbocharger dan

II-8
intercooler. Sebuah bagian kecil dari peralatan bantu, seperti mesin didorong
pompa air pendingin, dibangun di atas mesin.

PLTMG 100 MW Duri menggunakan 7 mesin yang terdiri dari Engine (4


tak), Generator, dan Auxiliary Equipment yang didesain untuk dioperasikan dengan
menggunakan natural gas. Engine dan Generator sudah menyatu dengan alignment
setting dari pabrikan dan tidak memerlukan angkur untuk duduk diatas pondasi
karena memiliki sistem Common Base Framemenggunakan steel spring element.

Gambar 2.2.2.3 Mesin PLTMG Wartsilla


(Sumber : Wartsilla, 2013)

GAS ENGINE
1. Manufacturer : Wartsila Finland Oy
2. Type : PAAE237328
3. Jumlah Silinder : 20
4. Speed : 750 rpm
5. Berat : 130.430 kg
6. Dimensi (PxLxT) : 12.917 m x 3.345 m x 4.251 m
7. Power Output : 9730 kW (ISO)
8. Heat Rate : 8110 btu/kwh (ISO)
9. Daya Mampu :15.600 KW
10.Kapasitas Terpasang : 16.110 KW

2.5 Bagian Utama PLTMG


Pada PLTMG ada beberapa bagian yang sangat penting yang akan mempengaruhi
kerja dari sistem tersebut. Diantaranya adalah :

II-9
2.5.1 Bahan Bakar
Sistem bahan bakar menyediakan mesin dengan bahan bakar bersih pada
tekanan yang benar. Mesin dapat dijalankan pada bahan bakar gas atau bahan bakar
minyak ringan (LFO). Ketika berjalan pada bahan bakar gas, LFO digunakan
sebagai bahan bakar percontohan. (Wartsilla, 2013)

2.5.2 Pelumas
Sistem minyak pelumas mempertahankan kualitas oli mesin pelumas.
Sistem ini juga mencakup unit untuk mendinginkan bahan bakar minyak agar tidak
terlalu panas. (Wartsilla, 2013)

2.5.3 Compressed air


Udara terkompresi digunakan untuk menghidupkan mesin. Sistem udara
tekan juga menyediakan peralatan udara untuk perangkat pneumatik di pabrik.
Pendinginan sistem pendingin air menghilangkan panas yang dihasilkan oleh
mesin. Air pendingin juga bersirkulasi melalui penukar panas, bila digunakan untuk
mendinginkan minyak pelumas dan muatan. (Wartsilla, 2013)

2.5.4 Cooling
Sistem air pendingin preheats mesin sebelum memulai, dan menyimpannya
dipanaskan selama shutdown. (Wartsilla, 2013)

2.5.5 Muatan udara dan knalpot


Sistem muatan udara menyediakan mesin dengan udara pembakaran yang
bersih, dan sistem gas buang membuang gas buang dari mesin. (Wartsilla, 2013)

2.6 Unit BBM


Unit bahan bakar minyak memberikan mesin dengan bahan bakar pada tekanan
yang benar. Ini juga menyediakan filtrasi akhir bahan bakar. Sebuah pompa di unit bahan
bakar minyak feed bahan bakar ke mesin melalui filter. Kelebihan bahan bakar dari mesin
kembali ke sistem penyimpanan bahan bakar melalui unit bahan bakar minyak. Cepat
clossing katup di unit memungkinkan suplai bahan bakar akan langsung dipotong dalam

II-10
situasi darurat. Bahan bakar kebocoran dari mesin mengalir ke tangki pengumpul di unit
bahan bakar minyak. Tangki dipanaskan oleh bahan bakar di garis kembali dari mesin.

Gambar 2.2.2.5 Unit BBM


(Sumber : Wartsilla, 2013)

2.6.1 Bahan Bakar Pompa Feed Minyak


Bahan bakar pompa feed minyak digunakan untuk menyediakan mesin
dengan bahan bakar yang cukup dengan tekanan yang benar. pompa pompa sekrup
didorong elektrik yang dilengkapi dengan katup pengaman. Pompa ini juga
dilengkapi dengan saringan hisap. (Wartsilla, 2013)

2.6.2 Saringan Bahan Bakar


Filter bahan bakar memiliki dua ruang filter dihubungkan secara paralel.
Pemilihan ruang filter dilakukan dengan operasi katup perubahan atas pada filter
teh. filter termasuk tekanan diferensial indikator / switch untuk memantau kondisi
elemen filter. Jika penurunan tekanan maksimum terlampaui, alarm diaktifkan,
ruang penyaring dilengkapi dengan katup pembuangan. (Wartsilla, 2013)

2.6.3 Bocor Tangki Bahan Bakar


Tangki bahan bakar kebocoran mengumpulkan bocor bahan bakar dari
mesin. tangki memiliki kompartemen terpisah untuk bahan bakar kebocoran bersih
dan kotor. Pompa mengosongkan dikendalikan oleh switch tingkat dalam tangki.
Tangki bahan bakar bocor bersih dikosongkan oleh pompa ulir digerakkan oleh
tenaga listrik. Kotor tangki bahan bakar bocor dikosongkan oleh pompa udara-
driven. (Wartsilla, 2013)

II-11
2.7 Sistem Bahan Bakar Gas
Tujuan dari sistem bahan bakar adalah untuk memastikan pasokan terganggu dan
dapat diandalkan gas bahan bakar ke mesin. Komponen dalam sistem bahan bakar
membersihkan gas dan mengatur tekanan bahan bakar sesuai dengan beban mesin. Aliran
gas bahan bakar ke mesin terus diukur. Sebagian besar dari sistem bahan bakar gas yang
dipasang di jalan gas kompak. Katup menutup-off utama di garis bahan bakar gas yang
terletak di luar pembangkit tenaga listrik tersebut. (Wartsilla, 2013 )

2.7.1 Katup Gas Utama


Sebuah manual dan shut-off valve otomatis dipasang pada gas inlet bahan
bakar untuk listrik rumah. Kedua katup harus terbuka untuk memungkinkan gas
untuk memasuki sistem bahan bakar di rumah kekuasaan. Katup electropneumatic
dekat pada kehilangan kekuasaan atau kontrol udara, dalam situasi darurat, seperti
alarm kebocoran gas atau alarm kebakaran, katup ditutup untuk menghentikan
pasokan bahan bakar gas untuk listrik rumah. (Wartsilla, 2013)

2.7.2 Unit Aliran Metering


Unit aliran metering memberikan pengukuran kontinyu dari konsumsi
bahan bakar gas. The flow meter dilengkapi dengan sensor aliran dan pemancar.
(Wartsilla, 2013)

2.7.3 Compact Gas Ramp


Compact Gas Ramp mengontrol aliran gas bahan bakar ke mesin, bersama-
sama dengan katup masuk utama di mesin. Unit ini memastikan bahwa gas bahan
bakar bersih diumpankan ke mesin pada tekanan yang benar, tergantung pada
beban mesin. Jalan gas kompak termasuk manual dan otomatis katup menutup-off,
katup yang mengatur gas, filter gas dan flow meter. Mengatur gas katup dan
otomatis menutup-off katup dioperasikan menggunakan kompresi udara. Volume
gas yang mengalir melalui unit diukur dengan flow meter. Filter gas dilengkapi
dengan indikator tekanan diferensial. Sebuah katup pneumatik mengatur tekanan
outlet dari bahan bakar gas. Tekanan gas dikontrol oleh sistem kontrol mesin. Jalan
gas kompak memiliki dua koneksi ventilasi ke luar rumah listrik, masing-masing
dilengkapi dengan katup ventilasi otomatis. Sebuah ventilasi katup manual juga

II-12
diinstal. Unit ini memiliki koneksi untuk gas inert, digunakan untuk membersihkan
sistem bahan bakar udara setelah bekerja maintenaince, untuk menghindari
campuran eksplosif dari gas bahan bakar dan udara di dalam sistem. Unit mengatur
gas termasuk peralatan untuk memantau suhu dan tekanan gas. Katup menutup-off
otomatis dan ventilasi katup dioperasikan oleh sistem kontrol selama start dan stop
urutan. (Wartsilla, 2013)

Gambar 2.2.2.6.3 Compact Gas Ramp


(Sumber : Wartsilla, 2013)

2.8 Analisa PLTMG Balai Pungut


Parameter teknis perhitungan PLTMG Balai Pungut yang digunakan untuk
dijadikan dasar perhitungan adalah :

2.8.1 Penggunaan Bahan Bakar Spesifik PLTMG Balai Pungut


Perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik ini digunakan untuk mengetahui
jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya dalam waktu
tertentu. Pengukuran SFC dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Penggunaan Bahan Bakar Spesifik (Solar)
𝑚𝑓
(SFC)= (liter/kwh)……………………………..............................................(2.1)
𝑝

(Sumber :Maryanti, dkk,2012)


b. Penggunaan Bahan Bakar Spesifik (Gas)
𝑚𝑓
(SGC) (Btu/kwh)…………...…...............………………..............…………....(2.2)
𝑝

(Sumber : Maryanti,dkk,2012)
Dimana :
SFC = Penggunaan Bahan Bakar Spesifik solar

II-13
SGC = Penggunaan Bahan Bakar Spesifik Gas
𝑚𝑓 = Konsumsi Bahan Bakar
𝑝 = daya yang dihasilkan
Semakin rendah nilai Sfc maka semakin rendah pula konsumsi bahan bakar yang
digunakan.
c. SFC Total PLTMG Balai Pungut
Dimana 1 L Solar = 0.037 MMBTU (Santoso, 2014)
SFC Total = Sfc (Solar) + Sfc (Gas)=(Btu/kwh).............................................(2.3)

2.8.2 Heat Rate PLTMG Balai Pungut


Uji heat rate bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya penurunan kinerja
thermal (thermal performance) pembangkit serta menentukan penyebab dan bagian
pembangkit yang menyebabkan losses daya dan efisiensi lebih rendah dari
seharusnya. Dengan mengetahui kondisi pembangkit yang losses nya melebihi
normal, serta bagian mana dari pembangkit yang losses di atas seharusnya, maka
dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk mengatasinya.Untuk
menentukan jumlah heat rate (laju kalor) Mesin Gas mengacu pada (ISO) dengan
Standar Heat Rate tak lebih dari 8185 Btu/kwh. Perhitungan Heat rate dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan :
𝑚𝑓𝑥 𝐻𝐻𝑉
𝐻𝑅 (𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟) = = (btu/kwh) .........................................................(2.4)
𝐾𝑊𝐻𝑔

( Sumber : Nugroho, 2014)


𝑚𝑓𝑥 𝐻𝐻𝑉 𝑏𝑡𝑢
𝐻𝑅 (𝐺𝑎𝑠) = = (𝑘𝑤ℎ)..................................................................(2.5)
𝐾𝑊𝐻𝑔

( Sumber : Nugroho, 2014)


𝑏𝑡𝑢
𝐻𝑅 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐻𝑅 (𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟) + 𝐻𝑅 (𝐺𝑎𝑠) = (𝑘𝑤ℎ)........................................(2.6)

( Sumber : Nugroho, 2014)


Dimana : HR = Heat Rate

mf = Jumlah Bahan Bakar

HHV = Nilai kalor

KWHg = Produksi Energi

II-14
2.8.3 Efisiensi Thermal PLTMG
Efisiensi thermal adalah bentuk dasar energi. Artinya, semua bentuk
efisiensi energi yang lain dapat secara sempurna dikonversi menjadi efisiensi energi
thermal. Sebenarnya, semua efisiensi energi akhirnya akan dikonversikan menjadi
efisiensi energi thermal, kecuali bila disimpan dalam bentuk lain. Pengkonversian
efisiensi energi thermal menjadi bentuk efisiensi energi yang lain adalah terbatas
hingga suatu harga yang lebih kecil dari 100%.
Ketika ditulis dalam persentase, efisiensi thermal harus berada di antara 0%
dan 100%. Karena efisiensi seperti gesekan, hilangnya panas, dan faktor lainnya,
efisiensi thermal mesin tidak pernah mencapai 100%. Efisiensi thermalnya
didefinisikan dengan :
Qoutput
𝑛𝑡ℎ (𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟) = ×100%.................................................................(2.7)
Qinput

( Sumber : Nugroho, 2014 )


Qoutput
𝑛𝑡ℎ (𝐺𝑎𝑠) = ×100%...................................................................(2.8)
Qinput

( Sumber : Nugroho, 2014 )


𝑏𝑡𝑢
𝑁𝑡ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛𝑡ℎ(𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟) + 𝑛𝑡ℎ (𝐺𝑎𝑠) = (𝑘𝑤ℎ)................................(2.9)

( Sumber : Nugroho, 2014 )


Dimana :
Nth = Efisiensi Thermal
Qouput = Jumlah Produksi Energi
Qinput = Jumlah Bahan Bakar PLTMG
Pembangkit gas dengan kapasitas 20 – 100 MW dikatakan memiliki
efisiensi Thermal yang baik apabila berada diantara 30 – 46%. (Naryono, 2013).

2.8.3.1 Konsep Pengukuran Efisiensi


Pengukuran variabel-variabel dalam model harus mempertimbangkan sifat
dari pelayanan/jasa.produk yang diberikan. Pengertian dan pengukuran dari output
yang dihasilkan oleh suatu unit tergantung pada pemberi jasanya. Hal ini juga akan
memberikan manfaat dalam menganalisa penelitian lain yang berada pada lingkup
area efisiensi. Dasar efisiensi adalah rasio/perbandingan output terhadap input. Cara
untuk meningkatkan efisiensi antara lain dengan (Yasar A. Ozcan: 2008) :

II-15
a. Meningkatkan output,
b. Mengurangi input,
c. Atau jika kedua output dan input ditingkatkan, maka tingkat kenaikan untuk
output harus lebih besar dari pada tingkat kenaikan untuk input atau Jika
kedua output dan input diturunkan, laju penurunan untuk output harus lebih
rendah dari pada tingkat penurunan untuk input.

2.8.3.2 Metode yang digunakan


Metode yang digunakan untuk Analisis Penggunaan Bahan Bakar Dan
Efisiensi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Dan Gas Di Pusat Listrik Balai
Pungut – Duri adalah Metode Langsung.

2.8.3.3 Metode Langsung


Untuk Analisis Penggunaan Bahan Bakar Dan Efisiensi Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Mesin Dan Gas Di Pusat Listrik Balai Pungut – Duri digunakan
Metode Langsung atau lebih dikenal dengan ‘metode input-output’ karena
kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan keluaran dan panas masuk (bahan
bakar) untuk evaluasi efisiensi dari segi konsumsi bahan bakar.
Metode langsung mempunyai keuntungan, dimana Keuntungan dari metode
langsung adalah :
a. Dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi pembangkit dari segi konsumsi bahan
bakar.
b. Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan.
c. Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan.

II-16

Anda mungkin juga menyukai